Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Experiential Metafunction In Narrative Texts Alemina Alemina; Nanang Panggabean
Journal of Language, Literature and Teaching Vol 1, No 1 (2019): April - July
Publisher : Journal of Language, Literature and Teaching

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.146 KB) | DOI: 10.35529/jllte.v1i1.64-71

Abstract

This study was aimed at describing the types of process and the reason of using those types in two narrative texts. It was conducted by using descriptive qualitative design. The data were collected by using documetary technique. There were 170 clauses in the story of Sleeping Beauty which contained material process (120/70,5%),mental process (9/5,3%), relational process (17/10,5%), verbal process (8/4,7%), behavioral process (12/7,1%) and existential process (4/2,3%). In the story of Zeus, there were 112 clauses which contained material process (81/72%), mental process (3/2,7%), relational process (23/20,9%), verbal process (2/1,8%),behavioral process (2/1,8%) and existential process (1/0,9%). From the data, it was concluded that all the types of processes were found in both strories. The reason of using those types because there was some descriptions of the events and were dominated by the act of doing performed by the participants.
The Cultural Effect of Popular Korean Drama: Squid Game Namiratusshofa Siregar; Alemina Br. Perangin Angin; Umar Mono
IDEAS: Journal on English Language Teaching and Learning, Linguistics and Literature Vol 9, No 2 (2021): IDEAS: Journal on English Language Teaching and Learning, Linguistics and Litera
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24256/ideas.v9i2.2341

Abstract

AbstractNowadays, the phenomenon of squid game is exploding at an alarming rate. It does not take long for the audience to spread the drama virally, as it is so true to life. People of all ages from all over the world are extremely enthusiastic about the outcome of the drama, which is referred to as euphoria. The descriptive qualitative method was used in this study, and the author discovered that the three most famous trends inspired by the drama are red and green light, dalgona candy, and costume play. Children are more likely to  not consume in order for the rating to be 18+, but the trends can't be denied at all, even when it comes to children. It also has an impact on their mental and behavioral health.
Grammatical Cohesions in Inaugural Speeches of Barrack Obama and Donald Trump Good Sumbayak Lingga; Nurlela Majrul; Alemina Br Perangin-angin
IDEAS: Journal on English Language Teaching and Learning, Linguistics and Literature Vol 9, No 2 (2021): IDEAS: Journal on English Language Teaching and Learning, Linguistics and Litera
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24256/ideas.v9i2.2329

Abstract

The purpose of this thesis is to look at the different forms of grammatical cohesions and why they were used in Barack Obama's and Donald Trump's inaugural addresses. This thesis employs a descriptive qualitative technique to describe the study's issues in Barrack Obama's and Donald Trump's inaugural addresses. Based on Halliday and Hasan's theory, the data are collected using library research techniques and grouped into the categories of grammatical cohesions as well as the reasons for employing them. After examining both Barrack Obama's and Donald Trump's inaugural speeches, it can be determined that Barrack Obama's inaugural speech has three types of grammatical cohesions while Donald Trump's inaugural speech has four types of grammatical cohesions. In both speeches, such categories are used to connect two things' meanings, to replace one item with another, to delete an item, and to relate the previous or following material.
PERBANDINGAN MAKNA PADA PERIBAHASA MANDARIN DAN PERIBAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA ‘AIR’ Alemina Br Perangin-angin, Xeni
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA Vol. 3 No. 1 (2018): JP2BS
Publisher : LP2M Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32696/ojs.v3i1.87

Abstract

Mempelajari bahasa Mandarin tidak bisa terlepas dari mempelajari peribahasanya. Sebagai bagian penting dari pembentuk kosakata bahasa Mandarin, peribahasa bukan hanya merupakan satuan bahasa, namun juga berisi budaya khas yang dimiliki negara Tiongkok. Peribahasa menggunakan gaya bahasa yang khusus. Kalimat dalam peribahasa mengandung nilai seni dan pola yang tidak umum seperti dalam ungkapan sehari – hari. Hal inilah yang menyebabkan pelajar Indonesia yang mempunyai latar belakang bahasa yang berbeda dengan Tiongkok menjadi sulit untuk memahami makna dari peribahasa Mandarin. Berdasarkan latar belakang tersebut, pennelitian ini bertujuan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan makna pada peribahasa Mandarin dan Indonesia, dikhususkan pada peribahasa yang menggunakan kata ‘air’. Metode penelitian yang digunakan adalah deskiptif kualitatif. Teori yang digunakan adalah teori semantik yang mempelajari hubungan antara tanda – tanda linguistik dengan hal – hal yang ditandainya. Selain itu digunakan juga teori mengenai gaya bahasa untuk menelaah persamaan dan perbedaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak ditemukan perbedaan makna antara peribahasa Mandarin dan Indonesia yang menggunakan kata ‘air’. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun peribahasa yang diteliti menggunakan unsur pembanding yang sama yakni ‘air’, namun makna yang terkandung dalam peribahasa Mandarin dan Indonesia tidak sepenuhnya sama. Peribahasa pada umumnya merupakan cerminan budaya dari suatu negara. Oleh sebab itu, memahami peribahasa bukan hanya dapat membantu peserta didik Indonesia memahami persamaan dan perbedaan antara faktor budaya dalam peribahasa Tiongkok dan Indonesia, tetapi juga dapat membantu peserta didik Indonesia agar mampu menggunakan peribahasa dalam percakapan atau menulis secara akurat, sehingga dapat memberikan bantuan dalam mempelajari bahasa kedua negara tersebut secara lebih mendalam.
TINDAK TUTUR DALAM TRADISI MENGKET RUMAH MBARU MASYARAKAT KARO Alemina Br Perangin-angin
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA Vol. 3 No. 2 (2018): JP2BS
Publisher : LP2M Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (68.705 KB) | DOI: 10.32696/ojs.v3i2.213

Abstract

Penelitian ini berhubungan dengan penggunaan tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam tradisi Mengket rumah mbaru pada Masyarakat Karo. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis tindak tutur ilokusi apa yang terdapat pada tradisi mengket rumah mbaru, bagaimana makna juga cara penyampaianya oleh pihak kalimbubu, anak beru dan senina. Untuk mengungkapkan fenomena bahasa pada tradisi mengket rumah mbaru, peneliti menggunakan metode descriptive kualitatif, dengan menguraikan, memaparkan objek kajian yang didiskusikan. Dari data yang direprentasikan ditemukan bahwa tindak tutur ilokusi yang digunakan oleh anak beru adalah direktif, kalimbubu tindak tutur ilokusi ekspresif,begitu halnya dengan pihak senina merupakan bentuk ilokusi ekspresif.Cara menyampaikan tuturan yang sopan dengan menggunakan pola pronomina persona ditambah kata kita, tuturan juga dianggap sopan jika disampaikan dengan menggunakan perumpamaan.
Performance of Mberekan Pedah-pedah Mengket Rumah Mbaru in Karonese Tradition Alemina Br. Perangin-Angin
Journal of Oral Traditions Vol 1 No 1 (2019): October 2019
Publisher : IPMI Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mengket rumah mbaru is a joyous event to enter a new home, this event involves kalimbubu, anak beru, and senina. In the implementation of the event. These three groups are the core participants to carry out the events. They also have they own roles and responsibilities to give advises, pray, and wishes to homeowner. This study uses an anthropolinguistics approach to describe the performance of mbereken pedah-pedah. This research is a qualitative descriptive study, involving researchers directly in the implementation of the event, to get data in the field conducted in-depth interviews with informants who are still carrying out the event. Mbereken pedah-pedah is a form of mutual cooperation as well as a form of kinship among the Karonese people which is still strong.
TEORI DURANTI DALAM TRADISI MENGKET RUMAH MBARU PADA MASYARAKAT KARO Alemina Br Perangin-angin, Robert Sibarani
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN SOSIAL HUMANIORA Vol. 1 No. 2 (2016): JP2SH
Publisher : LP2M Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.31 KB)

Abstract

Bahasa dan budaya memiliki ikatan yang kuat, bahasa adalah bagian yang tak terpisah dari budaya,dan budaya diwakilkan melalui bahasa. Linguistik antropologi merupakan bagian dari linguistik yangberhubungan dengan budaya dan orang yang terlibat di dalam budaya itu. Menurut Duranti,linguistik anthropologi mempelajari bahasa dan budaya dengan secara simultan dengan proporsiyang seimbang. Dia menyatakan bahwa Linguistik antropologi memiliki tiga bidang, yaitu;perfomansi, indeksikalitas dan partisipasi. Mengket rumah mbaru adalah salah satu tradisi padamasyarakat Karo. Tradisi mengket rumah mbarumerupakan upacara sukacita sebagai ekspresikesuksesan seseorang dapatmendirikan rumah. Pelaksanan tradisi mengket rumahrumah mbaru adatiga tingkatan yang berbeda berdasarkan pada ukuran pesta yaitu ; Kerja singuda, sumalin jabu,miser-miser jabu, (pesta kecil), Kerja sintengah, mengkah-mengkah-dapur, mengket-dapur, Pindahdapur (pesta menengah), Kerja Sintua, ngerencit, ertukam (pesta besar). Setelah melakukanpenelitian, perfomansi, indeks dan partisipasi dapat ditemukan pada tradisi Mengket rumah mbaru
PENGARUH PERMAINAN MAKE A MATCH TERHADAP PENGUASAAN KOSA KATA MURID MAITREYAWIRA Alemina Br Perangin-angin, Robert Sibarani
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN SOSIAL HUMANIORA Vol. 2 No. 1 (2017): JP2SH
Publisher : LP2M Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.603 KB)

Abstract

Di era Globalisasi ini, Bahasa Mandarin adalah bahasa asing kedua terutama untuk bisnis di Asia Tenggara setelah bahasa Inggris. Semakin lama semakin banyak tempat kursus yang mengajarkan bahasa Mandarin, namun masih saja terdapat beberapa kursus yang belum menetapkan metode pengajaran yang tepat bagi murid-murid. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui secara signifikan besar pengaruh metode permainan Make A Match terhadap penguasaan kosakata murid sekolah dasar Maitreyawira Medan. Metode permainan Make A Match merupakan suatu metode pengajaran yang melibatkan permainan didalamnya, dimana metode tersebut membuat suasana kelas menjadi lebih aktif dan menyenangkan. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan true experimental design, yang menggunakan tes dalam pengumpulan data. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dengan diterapkannya kegiatan pembelajaran dengan metode permainan Make A Match dapat meningkatkan kemampuan penggunaan kosa kata bahasa Mandarin pada murid sekolah dasar Maitreyawira Medan, yang dimana Kesimpulannya adalah metode permainan Make A Match cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran kosa kata bahasa Mandarin.
A Semiotic Analysis on Morris Lifestyle Advertisement Resi Syahrani Tausya; Muhizar Muchtar; Alemina Br. Perangin-Angin
RADIANT: Journal of Applied, Social, and Education Studies Vol. 3 No. 1 (2022): RADIANT: Journal of Applied, Social, and Education Studies
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Akademi Bahasa Asing Harapan Bangsa Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52187/rdt.v3i1.101

Abstract

This research aimed to analyse about the signs contained in marketing advertisements of Morris Lifestyle, as well as the meaning of the sign through the symbolic relation between the signifier and the signified. This research applied a qualitative descriptive method with the data source is Morris Lifestyle advertisement video, and the data used in this study are text, images and sound. The findings of this research consist of signs found in advertisements. There are thirteen signs found in the advertisement, for example; Creative, Woman expression, Stylish, Adventure, Manly, Metropolis, Big, Freedom, Long Lasting, Independent, I Want More, Vintage, and Approved 100% Kamu Ganteng. The findings of this study are expected to be a useful resource in other research and for the development of semiotic studies towards commercial work.
A Visual Semiotic Analysis On Webtoon True Beauty Cindy Pratiwi; Muhizar Muchtar; Alemina Br. Perangin-Angin
International Journal of English and Applied Linguistics (IJEAL) Vol. 2 No. 1 (2022): Volume 2 Issue 1 April 2022
Publisher : ITScience (Information Technology and Science)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47709/ijeal.v2i1.1420

Abstract

This research is aimed to identify the signs in the webtoon True Beauty and aim to interpret the meaning of signs in the webtoon True Beauty by using Charles Sanders Pierce’s triadic theory. This research is applied the qualitative method. The data source in this research are the webtoon True Beauty. In collecting the data, researchers need to download the True Beauty webtoon to get softcopy data, then researchers take several panels from the selected True Beauty webtoon episodes. There are five data analyzed from the 149th episode of the webtoon True Beauty and each data of consists of the sign and interpreting meaning. The signs found on webtoon True Beauty consisted of representamen (legisign), object (icon), and interpretant (rheme) and there are three steps to interpreting the meaning of signs that are found on webtoon True Beauty, they are non-verbal communicative legisign, framing techniques, and communicative act.