cover
Contact Name
Zulfiayu Sapiun
Contact Email
zulfiayu@poltekkesgorontalo.ac.id
Phone
+6281244521639
Journal Mail Official
jecp@poltekkesgorontalo.ac.id
Editorial Address
Gedung Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Gorontalo Jln, Taman Pendidikan, Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo, Gorontalo 96113
Location
Kota gorontalo,
Gorontalo
INDONESIA
Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP)
ISSN : -     EISSN : 27751368     DOI : https://doi.org/10.52365/JECP
Core Subject : Health, Science,
Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP) merupakan jurnal yang issue tiap 6 bulan sekali (Februari-Agustus) dalam bidang farmasi eksperimen dan farmasi klinik secara nasional. Penelitian eksperimental dalam jurnal ini mencakup penelitian pengembangan obat dan makanan secara in vivo, in vitro, in silico, dan formulasi serta pemeriksaan mutu makanan. Sementara itu, penelitian klinis mencakup uji klinik, case report, case series, cohort, dan crossectional dari penggunaan obat obatan dan kosmetika. Kami juga menerima artikel penelitian mengenai farmasi komunitas dan entreprenuer pharmacy (Pharmaprenuer). Selain artikel penelitian, kami juga menerima karya dalam bentuk review artikel, mini review dan Short Communication. Jurnal ini adalah jurnal akses terbuka Jurnal ini adalah jurnal akses terbukadan tidak memungut biaya publikasi untuk berlangganan, pengiriman, dan penerbitan jurnal.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2022): Februari 2022" : 8 Documents clear
Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis pada Santri Widowati Galuh Premesti; Muskhab Eko Riyadi
Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP) Vol 2, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jecp.v2i1.366

Abstract

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya gastritis di Indonesia salah satunya adalah pola makan. Pola makan yang salah dapat menyebabkan infeksi pada lambung. Santry memiliki pola makan yang tidak teratur dan sering mengonsumsi makanan yang menyebabkan sakit perut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada santri  Pondok Pesantren Al Itishom Gunungkidul, DI. Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan desain penelitian potong lintang yang melibatkan 159 santri  Pondok Pesantren Al-Itishom Gunungkidul DI. Yogyakarta dengan besar sampel 61 responden. Pengambilan sampel berurutan digunakan untuk metode pengambilan sampel, dan uji chi-kuadrat digunakan untuk pengujian statistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa  pola makan santri yang paling banyak adalah Pondok Pesantren Al Itishom Gunungkidul DI. Hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 (p<0,05) dan nilai koefisien korelasi (r) sama ~0,502, dimana Diet dan tekanan sedang menunjukkan adanya hubungan antara  kejadian gastritis.There are several factors that cause gastritis in Indonesia, one of which is diet. The wrong diet can cause an infection in the stomach. Dormitory Students has an irregular eating pattern and often eats foods that cause stomach pain. The purpose of this study was to determine the relationship between diet and the incidence of gastritis in students of Al Itishom Islamic Boarding School, Gunungkidul, DI. Yogyakarta. This study is a non-experimental study with a cross-sectional design involving 159 students of the Al-Itishom Islamic Boarding School, Gunungkidul DI. Yogyakarta with a large sample of 61 respondents. Sequential sampling was used for the sampling method, and the chi-square test was used for statistical testing. The results of this study indicate that the diet of most students is Pondok Pesantren Al Itishom Gunungkidul DI. The results of statistical tests obtained a probability value (p) of 0.000 (p<0.05) and a correlation coefficient (r) of ~0.502, where diet and moderate pressure showed a relationship between the incidence of gastritis
Kajian Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Untuk Penyakit Hipertensi Di Kelurahan Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa Nurul Hidayah Base; Yusriyani Yusriyani; Siti Hardianti
Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP) Vol 2, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jecp.v2i1.341

Abstract

Tumbuhan obat merupakan seluruh spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat sebagai obat. Tumbuhan obat tersebut dikelompokkan menjadi tiga yaitu tumbuhan obat tradisional, tumbuhan obat modern, dan tumbuhan obat potensial. Kajian etnofarmakologi tumbuhan obat dalam pengobatan penyakit hipertensi dilakukan untuk mengkaji informasi tentang pemanfaatan tumbuhan obat meliputi nama tumbuhan, bagian Tumbuhan yang digunakan, cara pengolahan dan penggunaannya berdasarkan kebiasaan masyarakat di kelurahan Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Penelitian dilakukan dengan metode Snowball sampling dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.  Informasi yang diperoleh selanjutnya dikaji dengan metode literasi untuk mendapatkan informasi ilmiah dari hasil penelitian maupun dari rujukan buku dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 13 jenis tumbuhan obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit hipertensi yang terdiri dari 46,15% daun, 38,64% buah, 7,69% akar, dan 7,69% umbi.  Rata-rata tumbuhan obat diolah dengan cara direbus menggunakan air mendidih kemudian dikonsumsi dengan cara diminum dan 84,6% merasakan gejala penyakit berkurang setelah penggunaan tumbuhan obat secara rutin.Medicinal plants are all plant species that are known or believed to have medicinal properties. The medicinal plants are grouped into three, namely traditional medicinal plants, modern medicinal plants, and potential medicinal plants. An ethnopharmacology study of medicinal plants in the treatment of hypertension was carried out to examine information about the use of medicinal plants including the name of the plant, the part of the plant used, how to process and use it based on the habits of the people in the Bontonompo village, Bontonompo district, Gowa regency. The research was conducted using the Snowball sampling method using observation, interviews, and documentation techniques. The information obtained is then reviewed using the literacy method to obtain scientific information from research results as well as from reference books and regulations set by the government. The results showed that there were 13 types of medicinal plants used in the treatment of hypertension, consisting of 46.15% leaves, 38.64% fruit, 7.69% roots, and 7.69% tubers. On average, medicinal plants are processed by boiling using boiling water and then consumed by drinking and 84.6% feel the symptoms of the disease are reduced after using medicinal plants regularly.
Evaluasi Mutu Penyimpanan Obat di Instalasi Farmasi RS. X Palembang Berdasarkan Standart Nasional Akreditasi Rumah Sakit Reza Agung Sriwijaya; Ahmad Fatoni; Anggraini Anggraini
Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP) Vol 2, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jecp.v2i1.371

Abstract

Pengelolaan  sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP),salah satunya penyimpanan obat harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu penyimpanan obat berdasarkan Standar Akreditasi Nasional Rumah Sakit (SNARS) Jenis penelitian ini adalah non eksperimental,deskriptif dengan pengamatan langsung terhadap fasilitas penyimpanan obat. Pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung dan wawancara dengan apoteker  di Instalasi Farmasi bagian penyimpanan obat rumah sakit X menggunakan lembar chek list ditabel pengamatan, kemudian dihitung persentasenya. hasil didapat Standar Operasional Prosedur Penyimpanan sebesar 100% (baik), kondisi sarana dan prasarana penyimpanan kesesuaian sebesar 93% (Baik) dan pengaturan penyimpanan obat kesesuaian sebesar 96% (Baik).Management of pharmaceutical preparations, medical devices, and medical consumables, one of which is drug storage must be able to guarantee quality and safety by pharmaceutical requirements. This study aims to determine the quality of drug storage based on the National Hospital Accreditation Standard (SNARS). This type of research is non-experimental, descriptive with direct observation of drug storage facilities. Collecting data by direct observation and interviews with pharmacists at the Warehouse divison of Pharmacy Installation of hospital X using a checklist sheet in the observation table, then the percentage is calculated. The results obtained are Standard Operating Procedures for Storage of 100% (good), the condition of facilities and infrastructure for storage of conformity is 93% (Good) and drug storage arrangements are of conformity of 96% (Good).
Analisis Flavonoid Total Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa) Asal Bandungan dan Formulasinya dalam Sedian Gel Rissa Laila Vifta; Yoga Saputra; Abdillah Lukman Hakim
Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP) Vol 2, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jecp.v2i1.342

Abstract

Salah satu jenis tumbuhan Indonesia yang belum diteliti pemanfaatannya secara penuh dalam kaitannya dengan pengobatan adalah tumbuhan Parijoto (Medinilla speciosa). Buah Parijoto mengandung senyawa flavonoid yang memiliki efek farmakologis sebagai antioksidan. Formulasi sediaan gel dapat memfasilitasi aplikasi topikalnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan flavonoid total dalam ekstrak buah Parijoto dan mengevaluasi sifat fisik formulasi gel ekstrak buah Parijoto. Ekstraksi fisik meliputi ekstraksi buah Parijoto dengan perendaman pelarut etanol 96%, analisis flavonoid secara kualitatif dan kuantitatif, dan uji adhesi dengan homogenitas, sensorik, uji pH, uji dispersibilitas, viskositas dan penyimpanan pada suhu (100C) dan (400C). Hasil penelitian diperoleh rendemen ekstrak buah parijoto sebesar 11,56% b/b. Identifikasi kualitatif menunjukkan adanya senyawa flavonoid pada ekstrak buah parijoto. Flavonoid total dengan pembanding kuersetin dan rutin masing-masing sebesar 310,03 mgQE/g dan 73,29 mgRE/g. Hasil uji sifat fisik gel memenuhi syarat standar pengujian sifat fisik selama penyimpanan selama 5 siklus dan 10 hari untuk parameter uji homogenitas, uji pH, uji dispersi, uji viskositas dan daya lekat, tetapi tidak memenuhi, sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan gel ekstrak buah  tidak stabil.One of the Indonesian plant species that has not been fully utilized for medication is the Parijoto plant (Medinilla speciosa). Parijoto fruit contains flavonoid compounds that have pharmacological effects as antioxidants. The formulation of the gel preparation can facilitate its topical application. The purpose of this study was to analyze the total flavonoid content in Parijoto fruit extract and evaluate the physical properties of the Parijoto fruit extract gel formulation. Physical extraction includes extraction of Parijoto fruit by immersion in 96% ethanol solvent, qualitative and quantitative analysis of flavonoids, and adhesion test with homogeneity, sensory, pH test, dispersibility test, viscosity, and storage at temperatures (100C) and (400C). The results showed that the yield of parijoto fruit extract was 11.56% w/w. Qualitative identification showed the presence of flavonoid compounds in parijoto fruit extract. Total flavonoids with a comparison of quercetin and rutin were 310.03 mgQE/g and 73.29 mgRE/g, respectively. The results of the physical properties test of the gel met the standard requirements for testing physical properties during storage for 5 cycles and 10 days for the parameters of homogeneity test, pH test, dispersion test, viscosity, and adhesion test, but did not meet, so it could be concluded that the fruit extract gel preparation was unstable.
Perilaku Swamedikasi pada Pandemi COVID-19 Adilla Dwi Nur Yadika; Muhammad Fitra Wardhana Sayoeti
Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP) Vol 2, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jecp.v2i1.372

Abstract

Penggunaan obat-obatan tanpa konsultasi profesional medis dan membeli obat bebas adalah salah satu masalah penting yang mengarah pada penggunaan obat yang tidak tepat. Swamedikasi menjadi ancaman dan perhatian serius di karena kasusnya terus meningkat. Walaupun dibeberapa tempat di dunia swamedikasi masih dilakukan dalam batas wajar namun timbul kekhawatiran karena kurangnya literasi kesehatan, program pendidikan dan pelatihan tentang swamedikasi dan juga kebijakan yang belum kuat tentang pelarangan obat-obatan tanpa resep dokter. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk menilai perilaku swamedikasi pada pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan studi literature review, Sumber ilmiah didapatkan dari google scholar dan Pubmed berupa textbook dan jurnal ilmiah yang berjumlah 26 buah. Tingginya aktivitas swamedikasi yang belum tepat dan  tanpa konsultasi profesional medis dan membeli obat bebas adalah salah satu masalah penting yang mengarah pada penggunaan obat yang tidak tepat. Swamedikasi menjadi ancaman dan perhatian serius di karena kasusnya terus meningkat dan membawa dampak merugikan seperti resistensi antibiotik dan reaksi obat yang merugikan.The use of medicines without consulting medical professionals and buying over-the-counter medicines is one of the important problems that leads to the inappropriat use of medicines. Self-medication is a threat and serious concern because the cases continue to increase. Although in some places self-medication is still carried out within reasonable limits, there are concerns due to the lack of health literacy, education and training programs on self-medication and also not strong policies regarding the prohibition of medicines without a doctor's prescription. This literature review aims to assess self-medication behavior in the COVID-19 pandemic. This research is a literature review study. Scientific sources were obtained from Google Scholar and Pubmed consisting of 26 textbooks and scientific journals. The high activity of inappropriate self-medication without consulting medical professionals and buying over-the-counter medicines is one of the important problems that lead to the use of inappropriate medicines. Self-medication is a threat and serious concern because the cases continue to increase and bring adverse effects such as antibiotic resistance and adverse drug reactions.
Pemberian Injeksi Antibiotik Pada Pasien di Ruang Perawatan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Palembang Estelita O.N. Siregar; Sarmalina Simamora; Sonlimar Mangunsong
Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP) Vol 2, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jecp.v2i1.347

Abstract

Penggunaan antibiotic (AB) haruslah sesuai dengan kebutuhan klinis. Penggunaan tidak tepat memberikan berbagai dampak negatif antara lain timbulnya efek samping, mempercepat terjadinya resistensi, terjadi resiko kegagalan terapi, bertambah beban penyakit pasien, lamanya pasien menderita, serta meningkatkan biaya pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa ketepatan pemberian antibiotik injeksi di ruang rawat inap. Jenis Penelitian adalah observasional dengan pendekatan deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien dirawat inap Rumah Sakit yang diberikan antibiotik pada bulan Januari-April 2019 yang berjumlah 176 dilihat pada kartu rekam medik. Tepatnya waktu penyuntikan injeksi antibiotik dilihat dari kesesuaian catatan rekam medik dengan paraf petugas perawat SD(±30 menit) dari setiap pemberian pertama. Frekuensi umur 46-65 yang paling banyak diberikan antibiotic. Frekuensi berat badan yang < 70 kg paling banyak menggunakan antibiotik injeksi sesuai dosis. Pemberian dosis AB dengan Berat badan >70 kg belum tampak penyesuaian dosis. Pada riwayat alergi hanya 1 pasien ditemukan alergi terhadap antibiotik dari total sampel. Kesimpulan ketepatan waktu pemberian antibiotik injeksi dinyatakan 80% tepat waktu penyuntikan antibiotik injeksi sedangkan 20% tidak tepat. Sebanyak 20% belum patuh dalam penulisan rekam medik.The use of antibiotics (AB) must be under clinical needs. Improper use has various negative impacts, including the emergence of side effects, accelerated resistance, the risk of therapy failure occurring, increased burden of the patient's disease, the length of time the patient suffers, and increases cost of treatment. The purpose of this study was to analyze the accuracy of injecting antibiotics in the inpatient room. This type of research is observational with a descriptive approach. The population of this study was all hospitalized patients who were given antibiotics in January-April 2019 totaling 176 seen on the medical record card. The exact timing of the injection of antibiotics was seen from the suitability of the medical records with the initials of the primary school nurse officers (±30 minutes) from each first administration. The frequency of age 46-65 is the most given antibiotics. The frequency of body weight < 70 kg the most using injection antibiotics according to the dose. The dose of AB with body weight >70 kg has not shown any dose adjustment. In the history of allergies, only 1 patient was found to be allergic to antibiotics from the total sample. The conclusion is the timing of the injection of antibiotics is stated to be 80% on time for the injection of antibiotics while 20% is not correct. As many as 20% have not complied with writing medical records.
Analisis Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Se-Provinsi Gorontalo Periode Tahun 2018 dan 2019 Fadli Husain; Vyani Kamba; Zulfiayu Zulfiayu; Arlan K Imran
Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP) Vol 2, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jecp.v2i1.352

Abstract

Instalasi farmasi sering menghadapi permasalahan pada tahap seleksi, perencanaan dan pengadaan. Pengelolaan obat yang buruk menyebabkan tingkat ketersediaan obat menjadi berkurang, terjadi kekosongan obat, banyaknya obat yang menumpuk karena tidak sesuainya perencanaan obat, serta banyaknya obat yang kadaluwarsa/rusak akibat sistem distribusi yang kurang baik sehingga dapat berdampak kepada inefisiensi penggunaan anggaran/biaya obat di tingkat Kabupaten/Kota. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dan concurent. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Farmasi Kab. Kota se-Provinsi Gorontalo. Alat ukur penelitian ini adalah daftar pertanyaan berdasarkan indikator standar yang telah ditetapkan sesuai pedoman yang digunakan untuk monitoring dan evaluasi pengelolaan obat kabupaten/kota, serta melakukan wawancara langsung kepada penanggung jawab Instalasi Farmasi setempat. Hasil penelitian didapatkan bahwa; alokasi dana pengadaan obat tahun 2018 > 2 Miliar rupiah dan tahun 2019 1,7 Miliar - 4,3 Miliar rupiah. Terdapat 50% Kabupaten/kota yang sudah memiliki Tim Perencanaan Obat Terpadu (TPOT) di lingkungan Dinas Kesehatan. Biaya obat perkapita bila menggunakan standar WHO 1 US$ perkapita maka 80% Kabupaten/Kota sudah sesuai bahkan melampaui, hanya 1 kabupaten yang dibawah standar WHO. Terdapat 83% Kabupaten/kota yang kesesuaian item obat dengan DOEN diatas 80% dan seluruh  Kabupaten Kota mempunyai kesesuaian FORNAS lebih dari 80%.Pharmaceutical installations often face problems at the selection, planning, and procurement stages. Poor drug management causes decreasing the level of drug availability, drug vacancies, overstock of drugsdue to inappropriate drug planning, and expired/damaged drugs due to a poor distribution system can have an impact on inefficiency in the use of drug budgets/costs at the Regency/City. This study used a descriptive design with retrospective and concurrent. This research was conducted at the Pharmacy Installation at the Regency/City in Gorontalo Province. The measuring instrument for this research is a list of questions based on standard indicators that have been set according to the guidelines used for monitoring and evaluating regency/citydrug management and conducting direct interviews with the PIC of the local Pharmacy Installation. The results of the study found that; the allocation of funds for drug procurement in 2018 was more than 2 billion rupiah and in 2019 was 1.7 billion - 4.3 billion rupiah. There are 50% of regencies/cities already have an Integrated Drug Planning Team (TPOT) within the Health Office. Drug costs per capita when using the WHO standard of US$ 1 per capita, 80% of districts/cities comply and even exceed, only 1 district is below the WHO standard. There are 83% of regencies/cities whose conformity of drug items with DOEN is above 80% and all regencies/cities have FORNAS conformity of more than 80%.
Efek Asam Askorbat Menurunkan Indeks Aterogenik dan Kadar Gula Darah Tikus (Rattus norvegicus L.) Diabetes Mellitus Induksi Aloksan Sunarti Sunarti; Elly Wahyudin; Hasyim Kasim
Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP) Vol 2, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jecp.v2i1.303

Abstract

Senyawa antioksidan diketahui dapat meningkatkan indeks aterosklerosis dan sekresi insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran asam askorbat sebagai pengatur aterosklerosis dan kadar gula darah pada kondisi diabetes  (DM). Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian  eksperimental dengan menggunakan 20 ekor tikus putih jantan (Rattus norvegicus L.) dengan berat badan 180-300 g, umur 23 bulan, sebagai hewan percobaan. Setelah aklimatisasi selama satu minggu, tikus tidak diberi makan semalaman dan keesokan harinya diinduksi aloksan dengan dosis 145 mg/kg berat badan (BB). Tiga hari kemudian, darah diambil melalui vena ekor tikus untuk menguji gula darah. Indeks arteriosklerosis (AI) ditentukan dengan rumus (kolesterol HDL total)/HDL. Sebagai hewan percobaan, tikus dengan kadar glukosa darah 200 mg/dl atau lebih dipilih dan dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 ekor tikus. kelompok I pakan standar; Kelompok II mendapat diet standar majemuk dan metformin; Kelompok III diberi diet standar dan asam askorbat dan kelompok IV diberi diet standar dan kombinasi metformin dan asam askorbat. Pada awal diabetes, berat  tikus dikurangi dari 240 g menjadi 220 g. Namun, setelah 2 minggu terapi asam askorbat, berat badan stabil, gula darah turun 65,57 dan 324,94 mg/dl menjadi 111,88 mg/dl, dan indeks arteriosklerosis menurun dari 0,324 menjadi 0,320.Antioxidant compounds are known to increase atherosclerosis index and insulin secretion. This study aims to determine the role of ascorbic acid as a regulator of atherosclerosis and blood sugar levels in diabetes (DM). The research design used was an experimental study using 20 male white rats (Rattus norvegicus L.) with a body weight of 180-300 g and 23 months of ageas experimental animals. After acclimatization for one week, the rats were not fed overnight and the next day the rats were induced with alloxan at a dose of 145 mg/kg body weight (BW). Three days later, the blood was drawn through the tail vein of the rats to test for blood sugar. The arteriosclerosis index (AI) was determined by the formula (total HDL cholesterol)/HDL. As experimental animals, rats with blood glucose levels of 200 mg/dl or more were selected and divided into 4 groups of 5 rats each. group I standard feed; Group II received a standard compound diet and metformin; Group III was given a standard diet and ascorbic acid and group IV was given a standard diet and a combination of metformin and ascorbic acid. At the onset of diabetes, the weight of the rats was reduced from 240 g to 220 g. However, after 2 weeks of ascorbic acid therapy, body weight was stable, blood sugar decreased from 65.57 and 324.94 mg/dl to 111.88 mg/dl, and the arteriosclerosis index decreased from 0.324 to 0.320.

Page 1 of 1 | Total Record : 8