cover
Contact Name
Robby Irsan
Contact Email
robbyirsan@teknik.untan.ac.id
Phone
+6282149492595
Journal Mail Official
robbyirsan@teknik.untan.ac.id
Editorial Address
Jl. Prof. Dr. H Jl. Profesor Dokter H. Hadari Nawawi, Bansir Laut, Kec. Pontianak Tenggara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78124
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah
ISSN : -     EISSN : 26222884     DOI : https://doi.org/10.26418/jtllb
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah (ISSN: 2622-2884) is a scientific journal published by Environmental Engineering Study Program, Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia. The journal was purposed as a medium for disseminating research results in the form of full research article, short communication, and review article on aspects of environmental sciences. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah is registered on the ISSN starting from Vol. 6, No. 2, July 2018. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah accepts articles in Bahasa Indonesia or English by covering several topics of environmental studies including clean water supply, wastewater distribution, and treatment, drainage and treatment of liquid waste, solid waste treatment (solid waste), air pollution control, management of industrial and B3 discharges, environmental management (impact analysis), environmental conservation, water and soil pollution control, environmental health and sanitation, occupational safety and health, pollution control in wetlands. Since 2023, The journal periodically publishes four issues in a year in January, April, July, and October.
Articles 346 Documents
ANALISIS PENGARUH TINGKAT VOLUME DAN JENIS KENDARAAN TERHADAP KONSENTRASI PARTICULATE MATTER (PM10) (STUDI KASUS: JL. SUTAN SYAHRIR, JL. AHMAD YANI DAN JL. KOM. YOS. SUDARSO KOTA PONTIANAK) Ridwan Maulana
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 2, No 1 (2014): Jurnal 2014
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (585.216 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v2i1.7165

Abstract

ABSTRAK Perkembangan Kota Pontianak yang semakin pesat, ditambah dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat, telah membuat sistem transportasi jalan raya mengalami tingkat kompleksitas yang tinggi , salah satu dampak yang ditimbulkan adalah pencemaran udara perkotaan. Particulate Matter (PM10) merupakan salah satu bentuk zat pencemar yang disebabkan oleh sektor transportasi tersebutserta dapat menyebabkan gangguan kesehatan khususnya pada sistem pernapasan. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat konsentrasi partikulat udara (Particulate Matter (PM10)) khususnya di Jalan Sutan Syahrir, Jalan Ahmad Yani dan Jalan Kom. Yos. Sudarso Jeruju Kota Pontianak. Ketiga lokasi penelitian tersebut dipilih untuk mewakili peruntukkan tata guna lahan yang berbeda yaitu Jalan Sutan Syahrir berlokasi di pinggiran kota, Jalan Jend. Ahmad Yani berlokasi di tengah kota, dan Jalan Kom. Yos. Sudarso Jeruju yang berlokasi di kawasan industri. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang didapat dari BLHD Provinsi Kalbar yaitu data volume kendaraan yang melintas pada ketiga jalan tersebut. Jenis-jenis kendaraan dibagi menjadi 4 golongan yaitu golongan 1 (sepeda motor), golongan 2 (sedan, angkot, pickup), golongan 3 (bis mikro, bis), golongan 4 (truck 2 as 4 roda, truck 2 as 6 roda, truck 3 as, truk 4 as, trailer).Metode penelitian yang digunakan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu perhitungan (perhitungan beban laju emisi transportasi dan konsentrasi Particulate Matter (PM10) dengan rumus dispersi Gaussian untuk Line Source serta analisis korelasi data untuk memperoleh hubungan antara jumlah kendaraan dengan konsentrasi Particulate Matter (PM10) menggunakan aplikasi SPSS 16. Dari hasil analisis, bahwa jenis kendaraan golongan 1 memiliki kontribusi yang paling besar terhadap konsentrasi Particulate Matter (PM10) yaitu dengan konsentrasi terbesar yaitu 901425,466 dimana nilai konsentrasi tersebut melebihi Ambang Batas Baku Mutu Udara Ambien Nasional yaitu 150 , hal ini dikarenakan sepeda motor memiliki jumlah yang paling banyak apabila dibandingkan dengan kendaraan lain di ketiga jalan tersebut. Kendaraan golongan 2 memiliki jumlah terbanyak kedua diikuti dengan golongan 4 dan 3. Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah kendaraan total memang mempengaruhi konsentrasi Particulate Matter (PM10) pada Jalan Sutan Syahrir, Jalan Jend. Ahmad Yani dan Jalan Kom. Yos Sudarso dilihat dari hasil korelasinya yang mendekati nilai 1 (positif kuat) yaitu 0,963 dengan menggunakan aplikasi SPSS 16. Kata Kunci :Particulate Matter (PM10), Golongan Kendaraan, Korelasi.
PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR BUANGAN PADA KOMPLEK PERUMAHAN GRAND SUKATI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA Dewi Larasati
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 2, No 1 (2014): Jurnal 2014
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.358 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v2i1.7508

Abstract

ABSTRAK Berkembangnya pemukiman mengakibatkan terjadinya perubahan tata guna lahan, yang sebelumnya lahan terbuka hijau menjadi lahan kegiatan pembangunan pemukiman (Grand Sukati). Agar buangan akibat curah hujan dan buangan air limbah tidak mencemari lingkungan dan lahan pertanian yang ada di lingkungan komplek perumahan Grand Sukati diperlukan perencanaan sistem penyaluran air buangan akibat curah hujan dan buangan air limbah. Dalam perencanaan saluran buangan ini memperhitungkan letak saluran drainase di kawasan pemukiman ini seperti saluran primer dan sekunder. Tahapan perencanaan drainase air hujan meliputi analisis hidrologi yaitu analisis periode ulang hujan, analisis curah hujan rencana, analisis intensitas curah hujan, analisis waktu konsentrasi, analisis koefisien limpasan permukaan, dan analisis debit puncak limpasan serta analisis hidrolika yaitu analisis kecepatan dalam saluran, menentukan dimensi penampang hidrolis saluran dengan menggunakan rumus Manning. Untuk buangan air limbah dihitung berdasarkan jumlah perumahan dan fasilitas umum sehingga jumlah perumahan akan berkurang akibat penggunan lahan untuk lokasi kolektor dan IPAL. Tahapan perencanaan sistem perpipaan air limbah meliputi analisis debit air limbah rumah tangga perhari yang dipakai dalam perencanaan dimensi pipa air limbah. Debit rencana drainase air hujan pada perencanaan ini berkisar antara 0,03 m3/detik sampai 2,23 m3/detik. Terdapat 47 saluran dengan periode ulang 10 tahun. Saluran drainase yang direncanakan dengan sistem terbuka secara gravitasi menggunakan penampang melintang segiempat dengan dimensi saluran primer untuk lebar saluran sebesar 1,50 m dan kedalaman saluran sebesar 0,75 m serta saluran sekunder untuk untuk lebar saluran sebesar 0,74 m dan kedalaman sebesar 0,37 m. Untuk buangan air limbah debit rencana berkisar antara 0,00002 m3/detik dan 0,02 m3/detik. Saluran air limbah direncanakan dengan sistem perpipaan secara gravitasi dan pompa dengan bahan pipa pvc menggunakan pipa berdiameter  4” untuk pipa persil, pipa berdiameter  6” untuk pipa servis, pipa berdiameter 8” untuk pipa lateral, pipa berdiameter  8” untuk pipa induk.   Kata kunci: Air limbah, curah hujan, debit rencana, dimensi, limpasan
PENGOLAHAN AIR TANAH DENGAN SISTEM MULTIFILTRASI MENGGUNAKAN CANGKANG KERANG, ZEOLIT DAN KARBON AKTIF Inanda Fajarwati
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 3, No 1 (2015): JURNAL 2015
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.04 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v3i1.9917

Abstract

ABSTRAK Air tanah dangkal yang berasal dari peresapan air permukaan mengandung banyak komponen yang terlarut ketika air elewati lapisan tanah seperti besi dan zat organic yang menyebabkan air menjadi berasa, berbau dan berwarna. Berdasarkan hal tersebut, maka air tanah perlu diolah terlebih dahulu. Salah satu pengolahan air yang dapat digunakan adalah dengan sistem multifiltrasi (filtrasi bertingkat) dengan menggunakan media filter cangkang kerang yang berasal dari kerang darah (Anadara granosa), zeolit dan karbon aktif. Ketebalan media filter merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses filtrasi sehingga diperlukan penelitian untuk mencari ketebalan masing-masing media filter yang sesuai. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan variasi ketebalan ketiga media filter, yakni cangkang kerang, zeolit dan karbon aktif guna mendapatkan efektivitas pengolahan yang paling maksimum. Pengujian dilakukan bertahap dimulai dari optimasi ketebalan media filter cangkang kerang, zeolit dan terakhir karbon aktif. Optimasi ketebalan media filter dilakukan dengan melakukan variasi ketebalan terhadap salah satu jenis media filter sedangkan ketebalan kedua media filter lainnya tetap. Pengolahan air dilakukan menggunakan suatu rangkaian alat yang terdiri atas tiga pipa galvanis dengan diameter 3 inchi dan ketinggian 70 cm. Debit aliran sebagai variabel tetap adalah 1,25 l/menit, variasi ketebalan media filter sebagai variabel bebas adalah 25, 35 dan 45 cm, serta parameter kualitas air sebagai variabel terikat meliputi pH, besi, zat organik dan warna. Efektivitas maksimum pengolahan air gambut berdasarkan hasil optimasi ketebalan media filter ialah pada variasi ketebalan media filter cangkang kerang 35 cm, zeolit 45 cm dan karbon aktif 45 cm dengan kenaikan pH dari 5,19 menjadi 9,33, penurunan kadar besi sebesar 59,64% dari 3,03 mg/l menjadi 1,22 mg/l, penurunan kadar zat organik sebesar 62,22% dari 113,76 mg/l menjadi 42,98 mg/l serta penurunan kadar warna dalam air sebesar 35,61% dari 50,32 menjadi 32,40 Pt-Co.   Kata-kata kunci : air tanah, cangkang kerang, karbon aktif, multifiltrasi, zeolit
POTENSI DAUR ULANG SAMPAH MELALUI IDENTIFIKASI JENIS DAN KARAKTERISTIK SAMPAH DI PANTI ASUHAN DAN PESANTREN DARUL KHAIRAT Suci Pramadita
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 9, No 2 (2021): Juli 2021
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.526 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v9i2.47598

Abstract

Pondok Pesantren Darul Khairat merupakan salah satu pesantren di Kota Pontianak. Pondok Pesantren terus mengalami peningkatan santri dan berdampak pada timbulan sampah. Sampah yang dihasilkan berasal dari berbagai kegiatan di asrama. Cara pengelolaan sampah dengan membuangnya di tempat sampah sementara tanpa dipilah berdasarkan potensi pemanfaatan sampah. Karena produksi sampah yang banyak dan beragam, dilakukan studi identifikasi komposisi dan karakteristik sampah serta volume timbulan sampah agar dapat dianalisis potensi daur ulang sampah. Penelitian ini merupakan studi observasi dan eksperimental. Metode yang digunakan berupa sistem turun lapangan dan dalam skala laboratorium. Sampel sampah dan data yang terkumpul dianalisis dengan pendekatan yang mengacu pada SNI 19-2454-2002. Dari hasil analisa, timbulan sampah adalah sebesar 149,88 kg/hari. Komposisi sampah organik sebesar 58,67%. yang didominasi oleh sampah makanan 42,04%, sampah kertas 7,33%, sampah halaman 4,88%, kayu 0,86% dan kain 3,56%. Sedangkan komposisi sampah anorganik sebesar 41,33% yang didominasi plastik sebesar 40,47%, kaca sebesar 0,04%, kaleng sebesar 0,30%, dan sampah B3 sebesar 0,52%. Dari hasil analisis, potensi daur ulang sampah kertas sebesar 40,07%, sampah plastik sebesar 14%, potensi daur ulang sebesar 100 % untuk kaca bening, kaleng, dan sampah halaman. Untuk potensi daur ulang sampah kayu sebesar 99% dan sampah makanan sebesar 89%. Pengelolaan sampah yang bisa dilakukan yaitu pemanfaatan kompos, biogas, pakan ternak, recyclable, dan RDF (Refuse Derived Fuel).
EFISIENSI MEDIA FILTER (ZEOLIT DAN IJUK) DALAM MENGELOLA LIMBAH TINJA (BLACK WATER) DITA FAKHRANA
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 4, No 1 (2016): Jurnal 2016
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.718 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v4i1.13554

Abstract

ABSTRAK Penggunaan cubluk dapat mencemari kualitas lingkungan terutama air tanah. Kemungkinan terjadinya rembesan dari air limbah ke air tanah akan lebih besar. Hal ini dapat disebabkan karena dinding dari cubluk tersebut kemungkinan akan mengalami keretakan akibat tekanan dari luar ataupun zat acid dari tinja, sehingga air limbah dapat merembes melewati celah-celah keretakan tersebut dan mencemari kualitas air tanah disekitar pemukiman. Pada penelitian kali ini akan meneliti mengenai kinerja sebuah unit prototype septic tank dengan 2 proses pengolahan didalamnya yaitu proses pengeraman dan proses filtrasi. Air limbah akan melewati 2 proses tersebut dengan variasi waktu detensi dan variasi diameter tabung yang berbeda-beda. Waktu detensi yang digunakan dalam proses pengeraman yaitu 3 hari sedangkan dalam tabung filter yaitu 1, 3 dan 4 hari. Diameter tabung filter yang digunakan yaitu 6”, 8”dan 10“. Efisiensi tertinggi dari tabung filter dalam menurunkan parameter buangan didapat pada parameter BOD yang mencapai hingga 95,59 %, parameter Nitrat sebesar 63,18 %, parameter Fosfat sebesar 84,19 %, dan untuk parameter E.coli sebesar 95,58 %. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001  dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No 5 Tahun 2014, parameter BOD, pH, Fosfat dan E.Coli berada di bawah standar baku mutu air limbah. Tabung filter yang dapat dikatakan efektif dalam menurunkan kandungan buangan untuk kelima parameter  yaitu tabung filter dengan diameter 10” dan waktu detensi selama 4 hari. Kata Kunci : Air Limbah, Septik tank dan Filterisasi
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum di Kecamatan Segedong, Kalimantan Barat Astisza Syahla Ludmilla Parabi; Kiki Prio Utomo; Laili Fitria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 10, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.021 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v10i1.51327

Abstract

 Segedong District has a Drinking Water Treatment Plant (IPA Drinking) located in the area. The IPA has a small capacity, so it has not been able to meet the drinking water needs for the entire community of Segedong District which is increasing over time. Therefore, it is necessary to increase the capacity of the Drinking Water Treatment Plant for Segedong District for the next 15 years (2021-2035). The source of raw water used comes from the Peniti River. The results obtained indicate that the Peniti River has a value that exceeds the quality standard on several parameters, namely color, pH, turbidity, organic matter, manganese, iron, and total coliform. The planned Drinking Water Treatment Plant focuses on processing parameters that exceed these quality standards. The need for drinking water in this sub-district until 2035 is 85.56 l/s which will be built in 3 stages. Phase I was built for drinking water needs in 2026 of 75 l/s which subsequently the capacity will be used for this planning discharge. The water treatment process used consists of coagulation, flocculation, sedimentation, filtration, disinfection, neutralization, and reservoir, with the required land area of 293.97 m2.  Abstrak Kecamatan Segedong memiliki Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA Minum) yang terletak di daerah tersebut. IPA tersebut memiliki kapasitas kecil, sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan air minum untuk seluruh masyarakat Kecamatan Segedong yang semakin lama semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan jumlah kapasitas Instalasi Pengolahan Air Minum untuk Kecamatan Segedong hingga 15 tahun yang akan datang (2021-2035). Sumber air baku yang digunakan berasal dari Sungai Peniti. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa Sungai Peniti memiliki nilai yang melebihi baku mutu pada beberapa parameter yaitu warna, pH, kekeruhan, zat organik, mangan, besi, dan total coliform. Instalasi Pengolahan Air Minum yang direncanakan ini menitikberatkan pada pengolahan parameter yang melebihi baku mutu tersebut. Kebutuhan air minum di kecamatan ini hingga 2035 sebesar  85,56 l/dt yang akan dibangun menjadi 3 tahap. Tahap I dibangun untuk kebutuhan air minum pada tahun 2026 sebesar 75 l/dt yang selajutnya kapasitas tersebut akan digunakan untuk debit perencanaan ini. Proses pengolahan air yang digunakan terdiri dari koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi, netralisasi, dan reservoir, dengan lahan yang dibutuhkan sebesar 293,97 m2. 
PERENCANAAN REKLAMASI PADA LAHAN BEKAS PERTAMBANGAN BAUKSIT PT ANEKA TAMBANG UNIT BISNIS PERTAMBANGAN BAUKSIT TAYAN, KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT M. Bubby Maretio Kiki Priyo Utomo Sarma Siahaan
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 4, No 1 (2016): Jurnal 2016
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1163.662 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v4i1.14133

Abstract

ABSTRAK Pada PT Aneka Tambang Unit Bisnis Pertambangan Bauksit Tayan merencanakan pembukaan lahan tambang sampai akhir tahun 2017 adalah seluas 134,88 ha. Untuk itu diperlukan suatu rencana penataan lahan untuk mengembalikan lahan bekas penambangan bauksit menjadi lahan tumbuh tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat perencanaan yang efektif dan efesien serta membuat rancangan peta pola tanam vegetasi. Metode yang digunakan dalam penataan tanah pucuk iyalah sistem pot atau lubang tanam dengan kebutuhan tanah pucuk, yaitu sebanyak 1.686 m3 tanah pucuk dengan jumlah lubang tanam 13.488 buah. Waktu yang diperlukan untuk menata tanah pucuk adalah 8 hari yang dipilih yaitu kombinasi alat berat dan tenaga manusia. Pola penanaman dilakukan dengan metode tumpang sari bertujuan untuk meningkatkan tumbuh tanaman yang maksimal dan meningkatkan kesuburan tanah dengan mengkombinasikan tanaman asli lokal seperti durian,rambutan,langsat dan cempedak dan tanaman penutup.   Kata kunci : Reklamasi, sistem pot, tumpang sari
PEMANFAATAN AMPAS TAHU SEBAGAI BAHAN PENYERAP LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA LIMBAH CAIR LABORATORIUM TEKNIK LINGKUNGAN Amanda Rialita
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 5, No 1 (2017): JURNAL 2017
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v5i1.18338

Abstract

ABSTRAK Laboratorium Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura merupakan satu diantara laboratorium yang belum memiliki pengolahan. Hasil pengujian limbah cair laboratorium kandungan tembaga (Cu), COD dan pH masih melebihi standar baku mutu  berdasarkan PERMEN LH No.5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah, yaitu tembaga (Cu) 19,085 mg/L, pH 1,15. Berdasarkan permasalahan tersebut dibutuhkan pengolahan untuk mereduksi zat pencemaran yang ditimbulkan. Satu diantara teknologi yang digunakan yaitu adsorpsi menggunakan ampas tahu. Adsorpsi dengan pemanfaatan ampas tahu karena tahu mengandung protein. Kandungan protein yang terdapat pada ampas tahu dalam 100 gram adalah 17,4 gram (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Protein tersebut memiliki daya serapan dari asam-asam amino yang membentuk ion bermuatan dua (zwitter ion). Logam yang bersifat toksik dapat diikat dengan protein sebagai metalotionein. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efisiensi penggunaan ampas tahu sebagai penyerap logam tembaga (Cu), COD dan Ph serta mengetahui pengaruh waktu kontak dari ampas tahu terhadap penyerap logam tembaga (Cu), COD dan pH. Pengolahan limbah cair laboratorium dilakukan dengan cara aktivasi fisika terhadap ampas tahu agar bisa digunakan sebagai adsorben. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan melakukan penelitian skala laboratorium. Ampas tahu yang digunakan sebanyak 1 gram dengan limbah 100 ml lalu dikontakkan dengan alat shaker pada variasi waktu 30, 60, 90, 120 dan 150 menit. Dilakukan duplo agar didapatkan hasil yang akurat. Hasil penelitian dari pengolahan limbah cair Laboratorium Teknik Lingkungan adalah tembaga (Cu) dengan efisiensi penurunan sebesar 47,523% dari 19,085 mg/L menjadi 10,013 mg/L pada waktu kontak 150 menit. Untuk parameter COD naik sebesar 5% dari 360 mg/L menjadi 379 mg/L dan pH turun sebesar 18% dari 1,15 menjadi 0,94. Nilai tersebut masih belum memenuhi standar baku mutu berdasarkan PERMEN LH No. 5 Tahun 2014.   Kata kunci : adsorpsi, ampas tahu, limbah laboratorium, tembaga (Cu)
PEMILIHAN LOKASI DAN PERENCANAAN SISTEM INTAKE AIR BAKU DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA Dini Pangestu Johnny MTS, Kiki Prio Utomo
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 1, No 1 (2013): Jurnal 2013
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1042.344 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v1i1.1901

Abstract

Sungai Jawi merupakan salah satu sungai yang berada di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten KubuRaya. Sungai Jawi memiliki dua muara, muara pertama bermuara di muara Kakap yang berhubunganlangsung dengan Laut Natuna dan muara kedua bermuara di Sungai Kapuas, sehingga Sungai Jawidipengaruhi oleh pasang surut air laut. Sungai Jawi digunakan oleh masyarakat sebagai sumber airbaku dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan dari perencanaan ini adalah untukmendapatkan lokasi intake terbaik dari rambatan salinitas air asin yang masuk ke badan air SungaiJawi agar dapat dimanfaatkan sebagai air bersih oleh masyarakat di Kecamatan Sungai Kakapkhususnya warga Desa Pal XI, Sungai Kakap, Sungai Itik, Jeruju Besar, Sungai Kupah dan SungaiRengas dengan merencanakan sistem intake untuk meminimalisasikan masuknya rambatan salinitaske bangunan pengolahan pengambilan air baku (intake). Tahap pemilihan lokasi dan perencanaansistem intake dimulai dengan pengujian kualitas air terutama parameter salinitas. Dilanjutkandengan analisis kuantitas dan kontinuitas air baku serta perhitungan proyeksi kebutuhan air untuk 20tahun perencanaan. Perhitungan proyeksi kebutuhan air digunakan untuk merencanakan kapasitasintake yang diperlukan. Lokasi terpilih untuk bangunan intake dengan nilai rambatan salinitasterendah berada di lokasi ketiga dengan jarak 10,22 km dari muara Kakap dengan kadar salinitas 0,000/00.Nilai DO pada saat pasang, surut dan hujan berturut turut 4,23; 3,53; 5,42. Nilai Kekeruhan (NTU) pada saatpasang, surut dan hujan berturut-turut 47; 29,93; 70,73. Nilai pH pada saat pasang, surut dan hujan berturut-turut 6,4; 6,3; 5,7. Nilai Suhu (C) pada saat pasang, surut dan hujan berturut-turut 31; 28; 25. Debit airbersih untuk memenuhi kebutuhan hingga tahun 2030 adalah sebesar 306,56 L/detik. Sistem intake yangakan digunakan untuk membendung kebutuhan air baku adalah sistem long storage.Kata kunci : sungai jawi, salinitas, intake
ANALISA JUMLAH TITIK PANAS (HOTSPOT) TERHADAP INDEX STANDAR PENCEMARAN UDARA (ISPU) SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS UDARA DI KOTA PONTIANAK Rezki Maulana; Dian Rahayu Jati; Laili Fitria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 5, No 1 (2017): JURNAL 2017
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v5i1.19650

Abstract

ABSTRAKPencemaran udara di Kota Pontianak sebagian besar disebabkan oleh pembukaan lahan yang di lakukan oleh masyarakat untuk membuka lahan pertanian baru, perumahan serta industri. Aktivitas ini selain menyebabkan dari pencemaran udara juga mengakibatkan munculnya Titik Panas (Hotspot) dari kebakaran hutan yang terjadi paling banyak pada musim kemarau. Sebagian besar kebakaran hutan terjadi pada lahan gambut yang berpotensi menghasilkan kabut asap. Kabut asap ini menyebabkan adanya perubahan kualitas udara. Untuk mengetahui adanya hubungan antara memburuknya kualitas udara akibat kebakaran hutan maka perlu dilakukan penelitian untuk melihat korelasi antara ISPU dengan jumlah titik panas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah titik panas (Hotspot) tahun 2010 – 2015 di Kota Pontianak, mengetahui konsentrasi parameter kualitas udara () dari data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)dan menganalisa hubungan antara jumlah titik panas (Hotspot) dengan konsentrasi parameter () dari data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Pontianak tahun 2010 – 2015. Data yang digunakan adalah data titik panas (Hotspot) yang didapat dari Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat dan nilai  dari data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang di dapat dari Dinas Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak dengan menggunakan alat Fix Station AQMS. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis statistik korelasi terhadap dua data tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada rentang tahun 2010 hingga 2015, jumlah titik panas (Hotspot) tertinggi terjadi pada tahun 2014 pada bulan Februari dengan jumlah 37 titik panas (Hotspot). Nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) tertinggi terjadi pada tahun 2010 pada Bulan Oktober dengan jumlah rata-rata 256,38 ug/m3. Sementara titik panas (Hotspot) terendah terjadi pada tahun 2010 pada Bulan Januari dengan jumlah 2 titik panas (Hotspot), sedangkan nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) terendah terjadi pada tahun 2013 pada Bulan Maret dengan jumlah rata-rata 121,1 ug/m3. Hal ini terjadi karena titik panas (Hotspot) yang tertangkap oleh satelit NOAA bukan hanya berasal dari kebakaran hutan tetapi juga dari sumber lain sepeti asap transportasi, pabrik maupun pembakaran untuk buka lahan pertanian dan perumahan yang baru. Satelit NOAA dapat menangkap titik  yang lebih panas dari lingkungan sekitarnya.Untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut, dilakukan analisa korelasi dengan program SPSS. Pada uji korelasi antara jumlah Hotspot dengan nilai  pada tahun 2014, didapatkan nilai signifikan 0,028 (kurang dari 0,05), yang berarti ada hubungan secara signifikan antara jumlah hotspot dengan nilai PM10.Pada tahun 2010, didapatkan nilai signifikan 0,552 (lebih dari 0,05) yang artinya tidak ada hubungan secara signifikan antara jumlah hotspot dengan nilai PM10. Kata Kunci : Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), kualitas udara,titik panas (hotspot) 

Page 4 of 35 | Total Record : 346