cover
Contact Name
Aep Saepudin
Contact Email
uptpublikasi@unisba.ac.id
Phone
+6285294008040
Journal Mail Official
jrpai@unisba.ac.id
Editorial Address
Gedung Rektorat Lantai 4, Jl. Tamansari No. 20 Bandung 40116
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam
ISSN : 28083172     EISSN : 27972852     DOI : https://doi.org/10.29313/jrpai.v1i2
Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam (JRPAI) adalah jurnal peer review dan dilakukan dengan double blind review yang mempublikasikan hasil riset dan kajian teoritik terhadap isu empirik dalam sub kajian Pendidikan Agama Islam. JRPAI ini dipublikasikan pertamanya 2021 dengan eISSN 2797-2852 yang diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Semua artikel diperiksa plagiasinya dengan perangkat lunak anti plagiarisme. Jurnal ini ter-indeks di Google Scholar, Garuda, Crossref, dan DOAJ. Terbit setiap Juli dan Desember.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam (JRPAI)" : 10 Documents clear
Implikasi Pendidikan dari QS Al-Hujurat Ayat 11 terhadap Pencegahan Perilaku Bullying Rani Sri Anggraeni; Dinar Nur Inten
Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam (JRPAI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.616 KB) | DOI: 10.29313/jrpai.v1i1.34

Abstract

Abstract. increasingly prevalent both at home, school and the environment so if left unchecked it will have a negative impact both for victims, perpetrators and the surrounding community. This background statement reminds and encourages the need to analyze QS. Al-Hujurat verse 11. The purpose of this study is to: (1). get the results of the commentators about QS. Al Hujurat verse 11, (2). find the essence contained in QS Al Hujurat verse 11, (3) identify theories about the forms of bullying behavior and how to prevent it, (3). find the educational implications of QS Al-Hujurat verse 11 for the prevention of bullying behavior. This research uses a qualitative approach and the method used in this research is tahlily interpretation method and literature study. This study, several conclusions are obtained, namely: that in the QS. Al-Hujurat verse 11 contains a prohibition on mocking, mocking and criticizing his own brother. First, the prohibition of making fun of a people is forbidden. People who like to make fun of are those who feel proud (proud of themselves) with themselves, even though those who can be mocked are more clean-hearted than people who make fun of. Second, the prohibition of self-deprecation both with words, deeds, and cues. Self-deprecation is meant so that we do not criticize others, because it is likened if we reproach others then we self-deprecate. Third, the prohibition of calling with a bad call. A believer must not call a brother in faith with a title that is not pleasant to hear, to make himself angry. Essence of QS. Al-Hujurat verse 11 (1). Allah created human beings as equals with more dignity than other creatures, (2). Strengths and weaknesses in humans are something that sunatullah need not be arrogant or intended, (3). Fellow humans must respect each other, love and maintain their honor, (4). Harassment, harassment and humiliation of human values ​​is a despicable character that is forbidden by religion. Educational Implications of QS. Al-Hujurat verse 11 on the prevention of bullying behavior, namely: (1). Foster tolerance by respecting and respecting the rights and obligations of others (2). Cultivating a humble attitude, (3). Cultivating the attitude of brotherhood, (4). Devoted to Allah. Abstrak. Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena perilaku bullying yang semakin marak baik di rumah, sekolah maupun lingkungan maka jika dibiarkan akan berdampak negatif baik untuk korban, pelaku maupun komunitas di sekitarnya. Pernyataan latar belakang ini mengingatkan dan mendorong kepada perlunya menganalisis QS. Al-Hujurat ayat 11. Tujuan Penelitian ini adalah untuk: (1). memperoleh hasil pemikiran para mufassir tentang QS. Al Hujurat ayat 11, (2). menemukan esensi yang terkandung dalam QS Al Hujurat ayat 11, (3) mengidentifikasi teori-teori tentang bentuk-bentuk perilaku bullying dan cara pencegahannya, (3). menemukan implikasi pendidikan dari QS Al- Hujurat ayat 11 terhadap pencegahan perilaku bullying. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan di penelitian ini adalah metode tafsir tahlily dan studi kepustakaan. Penelitian ini, diperoleh beberapa kesimpulan yaitu: bahwa di dalam QS. Al-Hujurat ayat 11 terdapat larangan mengolok-olok, mengejek dan mencela saudaranya sendiri. Pertama larangan mengolok-olok terhadap suatu kaum merupakan suatu hal yang haram. Orang yang suka mengolok-olokkan adalah orang yang merasa ujub (bangga diri) dengan dirinya, padahal boleh jadi orang yang diolok-olokkan itu lebih bersih hatinya daripada orang yang mengolok-olokkan. Kedua, larangan mencela diri sendiri baik dengan ucapan, perbuatan, maupun isyarat. Mencela diri sendiri dimaksudkan agar kita tidak mencela orang lain, karena diibaratkan jika kita mencela orang lain maka kita mencela diri sendiri. Ketiga, larangan memanggil dengan panggilan yang buruk. Seorang Mukmin tidak boleh memanggil saudara seiman dengan gelaran-gelaran yang tidak enak didengar, hingga membuat dirinya marah. Esensi QS. Al-Hujurat ayat 11 (1). Allah menciptakan manusia sederajat dengan martabat yang lebih dari makhluk lainnya, (2). Kelebihan dan kekurangan pada manusia adalah sesuatu yang sunatullah tidak usah di sombongkan atau direndakahkan, (3). Sesama manusia harus saling menghargai, menyayangi dan menjaga kehormatannya, (4). Pelecehan, perundungan, dan perendahan nilai-nilai kemanusiaan adalah akhlak tercela yang di larang Agama. Implikasi Pendidikan dari QS. Al-Hujurat ayat 11 terhadap pencegahan perilaku bullying yaitu: (1). Menumbuhkan sikap toleransi dengan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain (2). Menumbuhkan sikap rendah hati, (3). Menumbuhkan sikap persaudaraan, (4). Bertaqwa kepada Allah.
Hubungan Interaksi Edukatif Guru dengan Siswa terhadap Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MA Al-Hidayah Ibun Rizki Zakiyah Nur Rohmah; Helmi Aziz
Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam (JRPAI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.479 KB) | DOI: 10.29313/jrpai.v1i1.36

Abstract

Abstract. The problem that occurs at MA Al-Hidayah Ibun in learning Islamic Cultural History (SKI) is the one-way teaching and learning interaction that makes the teacher's role very dominant and learning becomes passive. Only students can get the information provided by their teacher, the teacher who is talking about it is very active and students become passive. This study uses a quantitative approach to the type of correlational research that is to find the relationship between variable x and variable y. Data collection methods used in this study are through questionnaires, observations, interviews and documentation. The results of this study indicate that: (1) The tendency of teacher-student interaction variables is 10% (3 students) in the high category, 73.4% (22 students) is in the medium category, and 16.6% (5 students) is in the low category. These results indicate that the educative interaction of teachers with students in the MA Al-Hidayah Ibun included in the medium category. (2) The tendency of students' interest in learning variables in SKI subjects is 13.3% (4 students) in the high category, 70% (21 students) is in the medium category, and 16.7% (5 students) are in the low category. These results indicate that students' interest in learning SKI subjects in MA Al-Hidayah Ibun is included in the medium category. (3) There is a significant correlation between teacher's educational interactions with students on student learning interest in History subjects Islamic Culture at MA Al-Hidayah Ibun. This is evidenced through hypothesis testing using product moment correlation, obtained correlation coefficient value r count = 0.5304, then consulted with the value of r product moment with n = 30 at a significant level of 5% or 0.05, 0.361. Then the conclusion is that r count > r table, so Hypothesis 1 is accepted. Abstrak. Permasalahan yang terjadi di MA Al-Hidayah Ibun dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah terjadinya interaksi belajar mengajar satu arah yang menjadikan peran guru sangat dominan dan pembelajaran pun menjadi pasif. Sehingga siswa hanya mendengarkan informasi yang diberikan oleh gurunya, yang akibatnya guru sangat aktif dan siswa menjadi pasif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional yaitu untuk mencari hubungan antara variabel x dan variabel y. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui angket, observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Kecenderungan variabel interaksi guru dengan siswa yaitu sebanyak 10 % (3 siswa) berada pada kategori tinggi, sebanyak 73,4 % (22 siswa) berada pada kategori sedang, dan 16,6% (5 siswa) berada pada kategori rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa interaksi edukatif guru dengan siswa di MA Al-Hidayah Ibun termasuk pada kategori sedang. (2) Kecenderungan variabel minat belajar siswa pada mata pelajaran SKI yaitu sebanyak 13,3 % (4 siswa) berada pada kategori tinggi, sebanyak 70 % (21 siswa) berada pada kategori sedang, dan 16,7% (5 siswa) berada pada kategori rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa minat belajar siswa pada mata pelajaran SKI di MA Al-Hidayah Ibun termasuk pada kategori sedang.3) Terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi edukatif guru dengan siswa terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MA Al-Hidayah Ibun. Hal ini dibuktikan melalui uji hipotesis menggunakan korelasi product moment, diperoleh nilai koefisien korelasi rhitung = 0,5304, kemudian dikonsultasikan dengan nilai r product moment dengan n = 30 pada taraf signifikan 5% atau 0,05 yaitu 0,361. Maka diambil kesimpulan bahwa rhitung rtabel, sehingga Hipotesis 1 diterima.
Analisis terhadap Partisipasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTsN 2 Garut Fitri Barokah; Dewi Mulyani
Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam (JRPAI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.9 KB) | DOI: 10.29313/jrpai.v1i1.39

Abstract

Abstract. Student learning participation is a response shown by students during learning through various forms that are implemented in oral and written activities. Students generally assume that history lessons are memorization lessons, because there are some facts or events that are considered important. However, in reality, there are still many students who do not make history subjects (including Islamic Cultural History) optimally studied. For this reason, the teacher becomes the spearhead that can make the learning process in the classroom enjoyable and comprehensively followed by students. This study aims to: identify and analyze student learning participation in raising opinions, giving responses, doing assignments, making conclusions, and making presentations on SKI subjects. This type of research is a descriptive-analytic study. Data collection techniques used were interviews, observation, documentation, and questionnaires. Data analysis was performed through chi-square. The results showed that overall student learning participation in MTsN 2 Garut in expressing opinions, giving responses, doing assignments, making conclusions, as well as presentations, were per under the specified indicators. Student participation is more likely to make conclusions. That is because students are often included in learning activities especially in concluding, besides concluding is one of the objectives of SKI learning. Abstrak. Partisipasi belajar siswa merupakan sebuah respon yang ditunjukan siswa pada saat pembelajaran melalui berbagai bentuk yang diimplementasikan dalam kegiatan lisan dan tulisan. Siswa pada umumnya menganggap bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran menghafal, karena terdapat beberapa fakta ataupun peristiwa yang dianggap penting. Namun, pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak menjadikan mata pelajaran sejarah (termasuk Sejarah Kebudayaan Islam) dipelajari secara optimal. Untuk itu, guru menjadi ujung tombak yang dapat menjadikan proses pembelajaran di kelas dengan menyenangkan dan diikuti secara komprehensif oleh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk: mengidentifikasi dan menganalisis partisipasi belajar siswa dalam mengemukaan pendapat, memberikan tanggapan, mengerjakan tugas, membuat kesimpulan, dan melakukan presentasi pada mata pelajaran SKI. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi, dan angket. Analisis data dilakukan melalui chi square. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan partisipasi belajar siswa di MTsN 2 Garut dalam mengemukakan pendapat, memberikan tanggapan, mengerjakan tugas, membuat kesimpulan, juga presentasi telah sesuai dengan indikator yang ditentukan. Partisipasi siswa lebih cenderung kepada membuat kesimpulan. Hal tersebut dikarenakan siswa seringkali diikutsertakan dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam kegiatan menarik kesimpulan, disamping itu menarik kesimpulan merupakan salah satu tujuan dari pembelajaran SKI.
Nilai-nilai Pendidikan dari Q.S. Fushshilat Ayat 30-32 tentang Iman dan Istiqomah terhadap Pendidikan Akidah Riska Astyani; Agus Halimi
Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam (JRPAI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.064 KB) | DOI: 10.29313/jrpai.v1i1.40

Abstract

Abstract. Humans were created by Allah in a state of having the nature of Allah or the potential to know Him, force Him, and admit that there is no God but Allah. Therefore, humans are required to be able to develop this potential optimally and not deviate from their nature. However, still widespread practice of shirk that befell the Muslims. Even more so many Muslims who apostatize. Even though Allah advised in Q.S. Fushshilat verses 30-32 to establish the position (istiqomah) in the words “Our God is Allah”, which contains the pledge of one of shahada sentences namely “Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah”. The method used in this study was a method of descriptive analysis with a library research by collecting data relating to the discussion. The result obtained from this study are: the essence that contained in Q.S. Fushshilat verses 30-32 are: (a) Faith is a solid foundation for a person who are istiqomah, (b) A person who istiqomah has an optimistic nature in life, (c) Aqeedah education needs to be instilled early on in order to form an istiqomah attitude. Educational values from Q.S. Fushshilat verses 30-32 are 1) Faith which is the foundation of the Istiqomah likened a good tree in Q.S. Ibrahim verses 24-25, 2) Characteristics of people who istiqomah that is optimistic, they are not afraid and also do not worry in facing the future both concerning about worldly and hereafter. Because their faith is so strong, 3) Parents are responsible for the education/strengthening of a child’s faith from an early age in the development of the nature/potential of their Tauhid.. Abstrak. Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan memiliki fitrah Allah atau potensi untuk mengetahui-Nya, mengesakan-Nya, dan mengakui bahwa tidak ada tuhan melainkan Dia. Karena itu, manusia dituntut untuk dapat mengembangkan potensi tersebut secara optimal dan tidak menyimpang dari fitrahnya. Namun masih maraknya praktek kesyirikan yang menimpa Kaum Muslimin. Terlebih lagi banyak Kaum Muslimin yang murtad. Padahal Allah berpesan di dalam Q.S. Fushshilat ayat 30-32 untuk meneguhkan pendirian (istiqomah) dalam perkataan “Tuhan kami adalah Allah”, yang mengandung ikrar salah satu kalimat syahadat yaitu “Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan jenis kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan data dengan menggunakan buku-buku, literatur, bahan pustaka yang menunjang dan ada keterkaitan dengan pembahasan peneliti. Hasil dari penelitian ini adalah esensi yang terkandung dalam ayat Q.S. Fushshilat yaitu: (1) Iman merupakan fondasi yang kokoh bagi seorang yang beristiqomah, (2) Seorang yang istiqomah memiliki sifat yang optimis dalam menjalani kehidupan, (3) Pendidikan Akidah perlu ditanamkan sejak dini agar terbentuk sikap istiqomah. Nilai-nilai pendidikan dari Q.S. Fushshilat ayat 30-32 yaitu 1) Iman yang menjadi fondasi dari keistiqomahan diibatkan pohon yang baik dalam Q.S. Ibrahim ayat 24-25, 2) Karakteristik orang yang beristiqomah yaitu optimis, ia tidak takut dan tidak pula khawatir dalam menghadapi masa depan baik yang menyangkut keduniaan maupun keakhiratan. Karena imannya yang begitu kokoh, 3) Orang tua bertanggung jawab dalam pendidikan/penguatan akidah anak sejak dini dalam pengembangan fitrah/potensi tauhidnya.
Etika Komunikasi Siswa kepada Guru dalam Perspektif Aktivitas Kelompok Remaja Islam di SMA PGII 2 Bandung Cahya Agung Nugraha; Asep Dudi Suhardini
Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam (JRPAI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (665.736 KB) | DOI: 10.29313/jrpai.v1i1.41

Abstract

Abstract. The educational process will run conducive if aspects of communication between students and teachers are harmoniously established. Communication between students and teachers cannot be assessed only in terms of quantity or intensity but rather quality in this case communication ethics. One of the problems faced in the field of education is the decline in ethics of student communication to teachers. Communication ethics is a procedure for someone to convey information that is in accordance with moral values so that they can judge the good or bad behavior of a person. For this reason, a program or forum that accommodates students is needed to actualize themselves and to provide guidance related to religious values in order to improve the quality of students' communication ethics to teachers. The purpose of this study is to find out: 1) How active students are in participating in the KRI; 2) How is the ethics of student communication to the teacher; 3) The effect of the students' activeness in following the KRI on communication ethics to the teacher. This research is a quantitative correlational research approach. The population of this study was students of KRI members with a sample of 42 students. The analysis technique used is a single predictor regression analysis. The results showed that there was no influence between the activeness of students in joining the KRI program with the ethics of student communication to teachers in SMA PGII 2 Bandung. Correlation coefficient value of 0.080 with a significance of 0.069 where p> 0.05. This means that students 'activeness in joining the KRI program has not shown a significant influence on the quality of students' communication ethics to teachers, so the work hypothesis is rejected. Regression test results obtained R-square 0.08 or 8% and the remaining 92% is influenced by variables that have not been revealed in this study. In conclusion, the KRI program has not yet led to an improvement in the quality of students' communication ethics to teachers. This is evidenced from the final assessment of the KRI program which is more oriented towards students' cognitive aspects in Islamic insight and vision and mission which are still normative and has not led to an increase in the quality of students' communication ethics to teacher. Abstrak. Proses pendidikan akan berjalan dengan kondusif jika aspek komunikasi antar siswa dengan guru terjalin secara harmonis. Komunikasi antar siswa dengan guru tidak dapat diniliai hanya dari segi kuantitas atau intensitas melainkan kualitas dalam hal ini etika komunikasi. Salah satu masalah yang dihadapi dalam bidang pendidikan yaitu adanya penurunan etika komunikasi siswa kepada guru. Etika komunikasi adalah tata cara seseorang dalam menyampaikan informasi yang sesuai dengan nilai moral sehingga dapat menilai baik atau buruk perilaku seseorang. Untuk itu dibutuhkan program atau wadah yang menampung para siswa dalam mengaktualisasikan diri serta dalam memberikan pengarahan terkait nilai-nilai keagamaan guna meningkatkan kualitas etika komunikasi siswa kepada guru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti KRI; 2) Bagaimana etika komunikasi siswa kepada guru; 3) Pengaruh keaktifan siswa dalam mengikuti KRI terhadap etika komunikasi kepada guru. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif korelasional. Populasi penelitian ini adalah siswa anggota KRI dengan sampel 42 siswa. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi satu prediktor. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh antara keaktifan siswa dalam mengikuti program KRI dengan etika komunikasi siswa kepada guru di SMA PGII 2 Bandung. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,080 dengan signifikansi sebesar 0,069 dimana p > 0,05. Hal ini berarti keaktifan siswa dalam mengikuti program KRI belum menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas etika komunikasi siswa kepada guru, sehingga hipotesis kerja ditolak. Hasil uji regresi diperoleh R-square 0,08 atau sebesar 8% dan sisanya 92 % dipengaruhi oleh variabel yang belum terungkap dalam penelitian ini. Kesimpulannya program KRI masih belum mengarah kepada peningkatan kualitas etika komunikasi siswa kepada guru hal ini dibuktikan dari penilaian akhir tentang program KRI yang lebih berorientasi pada aspek kognitif siswa dalam wawasan keislaman serta visi dan misi yang masih normative dan belum mengarah kepada peningkatan kualitas etika komunikasi siswa kepada guru.
Implikasi Pendidikan Menurut QS Ali Imran Ayat 35-37 tentang Cara Nabi Zakariya dalam Mendidik Anak Perempuan Dienan Shafyah Zahrah; Fitroh Hayati
Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam (JRPAI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (583.366 KB) | DOI: 10.29313/jrpai.v1i1.157

Abstract

Abstract. Being a parent is closely related to caring for, nurturing and educating children. Children are a mandate from God to parents for them to always take care, nurture and educate. Parents must be fair to all children, whether they are male or female. They are not treat them differently. The purpose of this research is to find out the educational implications of QS Ali Imran verses 35-37 on how The Prophet Zakariya taught Maryam on girls educating with the following details: (1) finding out the opinions of the mufasirs on the Prophet Zakariya’s practices in educating girls from QS Ali Imran verses 35-37, (2) the essence contained in QS Ali Imran verses 35-37, (3) the opinion of education experts on education for girls , and (4) the educational implications of QS Ali Imran verses 35-37 on the Prophet Zakariya’s practices on educating girls. The research method used in this study is a descriptive method with the qualitative approach. Whereas for data collecting is technique is literature study. The author used the method of tahlili interpretation approach,namely: describing the meaning contained by the Qur'an, verse by verse in accordance with the order in the mushaf. The content of QS Ali Imran verses 35-37 according to mufassirin is: parents must educate their children in terms of obedience to Allah SWT and provide education to children in order to be a righteous and shalehah child, because the most noble man in the eyes of Allah SWT is a person who fears Him (male or female), not based on gender. The results of the study of QS Ali Imran verses 35-37 are: (1) parents should educate their children in terms of obedience to Allah Almighty, (2) education is given not based on gender, (3) parents must provide the best education for their children, and (4) an educator must provide good education and care. The educational implications contained from QS Ali Imran verses 35-37, namely: (1) parents must educate children to obey Allah Almighty, (2) parents must give the equality of rights of education for children, (3) parents mus be just to all children (male or female) in terms of education, and (4) educators must consider ways to provide education to female learners. Abstrak. Menjadi orang tua erat kaitannya dengan mengurus, mengasuh dan mendidik anak. Anak merupakan titipan dari Allah Swt bagi orang tua untuk senantiasa mengurus, mengasuh juga mendidik anak-anaknya. Orang tua haruslah bersikap adil kepada semua anak, entah itu laki-laki ataupun perempuan. Jangan sampai ada perbedaan perlakuan dari orang tua terhadap anak-anaknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implikasi pendidikan dari QS Ali Imran ayat 35-37 tentang cara Nabi Zakariya dalam mendidik anak perempuan dengan perincian berikut: (1) mengetahui pendapat para mufasir tentang cara Nabi Zakariya dalam mendidik anak perempuan dari QS Ali Imran ayat 35-37, (2) esensi yang terkandung dalam QS Ali Imran ayat 35-37, (3) pendapat para ahli pendidikan mengenai pendidikan bagi anak perempuan, dan (4) implikasi pendidikan dari QS Ali Imran ayat 35-37 tentang cara Nabi Zakariya dalam mendidik anak perempuan. Metode penelitian yang digunakan ole penulis pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teknik studi literatur. Penulis menggunakan metode pendekatan tafsir tahlili yaitu: menguraikan makna yang dikandung oleh al-Qur’an, ayat demi ayat sesuai dengan urutannya di dalam mushaf. Isi kandungan QS Ali Imran ayat 35-37 menurut mufassirin adalah: orang tua harus mendidik anaknya dalam hal kepatuhan kepada Allah SWT, memberikan pendidikan kepada anak supaya menjadi anak yang shaleh dan shalehah. Sebab, manusia yang paling mulia di mata Allah SWT merupakan orang yang bertakwa kepada-Nya (laki-laki maupun perempuan) bukan berdasarkan dari jenis kelaminnya. Hasil penelitian dari QS Ali Imran ayat 35-37 adalah: (1) orang tua harus mendidik anaknya dalam hal kepatuhan kepada Allah Swt, (2) pendidikan diberikan bukan berdasarkan jenis kelamin, (3) orang tua harus memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya, dan (4) seorang pendidik harus memberikan pendidikan dan pengasuhan yang baik. Adapun implikasi pendidikan yang terdapat dari QS Ali Imran ayat 35-37, yaitu: (1) orang tua harus mendidik anak supaya taat kepada Allah Swt, (2) hak pendidikan bagi anak, (3) berbuat adil kepada semua anak (laki-laki ataupun perempuan) dalam hal pendidikan, dan (4) cara-cara pendidik memberikan pendidikan kepada peserta didik perempuan.
Meta Analisis Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI Syifa Aghnia Zaenal; Erhamwilda
Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam (JRPAI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (945.669 KB) | DOI: 10.29313/jrpai.v1i1.158

Abstract

Kriteria Memilih Pasangan Hidup Menurut Hadits Riwayat Imam Al-Bukhari dan Implikasinya terhadap Pendidikan Pranikah Rossa Roudhatul Jannah; Enoh
Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam (JRPAI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.182 KB) | DOI: 10.29313/jrpai.v1i1.159

Abstract

Abstract. Having a life partner is the instinct of every human being, without this instinct perhaps the earth will not be inhabited. It is sunnatulllah that between men and women there is an element of attraction and the need to complement each other. To meet the needs of complementarity, it is necessary to have a valid and lawful partner, the way is through marriage. Choosing a partner is the beginning to find a soulmate and become the path to a marriage. It has become a tradition in Java when looking for a life partner, which is generally considered in terms of outward appearances such as bebet seeds and weight. These three things become a kind of calibration tool for the Javanese to determine which prospective son-in-law is good for his child. This study aims to (1) explore the hadith narrated by Imam Bukhari about choosing a life partner according to the Muhaditsin (2) Explore the essence of the criteria in choosing a life partner according to the hadith narrated by Imam Bukhari (3) Express the opinion of experts regarding the criteria for choosing a partner and its relation to premarital education (4) Identifying the implications in choosing a life partner contained in the hadith narrated by Imam al-Bukhari on premarital education. This study uses a qualitative approach with descriptive analytic characteristics, with research techniques using the tautsiq method, the tashih method, the takhrij method, the date method, the tahlili method, the takwil method, and the tathbiq method. The results of the study suggest that the essence of the Hadith History of Bukhari no. 4700 is (1) Humanly a man or woman can be attracted by the opposite sex because of wealth, beauty or good looks, descent, and diversity. (2) Islam teaches to prioritize religious factors as a criterion for choosing a life partner in building a household. (3) It is important for every young man to be aware of the pillars in the household. The implications of premarital education from the hadith narrated by Bukhari regarding the criteria for choosing a life partner are as follows: (1) The Purpose of Premarital Education in Running Household Life, (2) Benefits of Premarital Education Materials in Overcoming the Problems of Domestic Life, (3) Virtue choose a partner. Abstrak. Memiliki pasangan hidup itu adalah naluri setiap manusia, tanpa ada naluri ini mungkin bumi tidak akan berpenghuni. Sudah menjadi sunnatulllah bahwa antara laki-laki dan wanita tersebut terdapat unsur tarik menarik dan kebutuhan untuk saling melengkapi. Untuk memenuhi kebutuhan saling melengkapi, maka diperlukan pasangan sah dan halal jalannya adalah melalui pernikahan. Memilih pasangan merupakan awal untuk menemukan tambatan hati dan menjadi jalan menuju sebuah pernikahan. Sudah menjadi tradisi di Jawa ketika mencari pasangan hidup itu yang diperhatikan umumnya dari segi lahiriah seperti bibit bebet dan bobot. Ketiga hal tersebut menjadi semacam alat kalibrasi bagi orang Jawa untuk menentukan calon menantunya yang baik bagi anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menggali syarah hadits riwayat Imam Bukhari tentang memilih pasangan hidup menurut para Muhaditsin (2) Menggali esensi kriteria dalam memilih pasangan hidup menurut hadits riwayat Imam Bukhari (3) Mengemukakan pendapat para ahli mengenai kriteria memilih pasangan dan kaitannya dengan pendidikan pranikah (4) Mengidentifikasi Implikasi dalam memilih pasangan hidup yang terkandung dalam hadits riwayat Imam al-Bukhari terhadap pendidikan pranikah. Penelitian ini menggunakkan pendekatan kualitatif yang becirikan deskriptif analitik, dengan teknik penelitian menggunakkan metode tautsiq, metode tashih, metode takhrij, metode tarikh, metode tahlili, metode takwil ,dan metode tathbiq. Hasil penlitian mengemukakan bahwa esensi dari Hadits Riwayat Bukhari no 4700 adalah (1) Secara manusiawi seorang laki-laki atau wanita dapat tertarik oleh lawan jenis karena harta, kecantikan atau ketampanan, keturunan, dan keberagamaan.(2) Islam mengajarkan untuk mengutamakan faktor keberagamaan sebagai kriteria pemilihan pasanagan hidup dalam membangun rumah tangga. (3) Penting bagi setiap pemuda-pemudi menyadari pilar-pilar dalam rumah tangga. Adapun yang menjadi implikasi pendidikan pranikah dari hadits riwayat Bukhari tentang kriteria memilih pasangan hidup adalah sebagai berikut : (1) Tujuan Pendidikan Pranikah Dalam Menjalankan Kehidupan Berumah Tangga, (2) Manfaat Materi Pendidikan Pranikah dalam Mengatasi Problematika Kehidupan Rumah Tangga, (3) Keutamaan dalam memilih pasangan.
Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Terkait Keutamaan Rasa Malu dalam Kitab Adab Riyadhush Shalihin Ira Solihah; Ikin Asikin
Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam (JRPAI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.804 KB) | DOI: 10.29313/jrpai.v1i1.222

Abstract

Abstract. The purpose of this study was to determine the values ​​of moral education related to the virtue of shame in the book of adab riyadhush shalihin written by Imam An-Nawawi. This study applies a qualitative descriptive approach using the library research method. Based on the literature study, there are several sources of study, namely primary sources in the form of the book of Riyadhush Shalihin and secondary sources that support this research, information contained in the library and other information. In data analysis using content analysis, namely the method used to draw conclusions through efforts to find the content of the message which is carried out objectively and systematically so that it can be a conclusion that answers the formulation of the problem. This study tries to answer the questions: 1. The essence of education in the book of adab riyadhush shalihin related to the virtue of shame; 2. The concept of strengthening shame character education according to experts; 3. The educational values ​​contained in the book of adab riyadhush shalihin are related to the virtue of shame towards strengthening the character of shame in the personal, community and state spheres. Through content analysis, several points are made. First, the essence of education from the book of adab riyadush shalihin is to cultivate a sense of faith in oneself, that faith will bring forth shame by itself, and shame brings nothing but goodness. Second, the concept of strengthening shame character education is a process in the formation and development of the potential that exists within the individual with the aim of protecting him from disgraceful acts. Third, there are 3 parts of the value of education in the book of adab riyadhush shalihin related to the virtue of shame on character strengthening, namely for oneself, the scope of society and the life of the nation and state. Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak terkait keutamaan rasa malu dalam kitab adab riyadhush shalihin yang ditulis oleh Imam An-Nawawi. Penelitian ini menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode library research atau penulisan berdasarkan literatur. Berdasarkan studi kepustakaan terdapat beberapa sumber kajian yaitu sumber primer berupa kitab riyadhush shalihin dan sumber sekunder yang menjadi pendukung dalam penelitian ini, informasi yang terdapat di perpustakaan dan informasi lainnya. Dalam analisis data menggunakan analisis isi (content analysis) yang mana merupakan cara yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan kandungan isi pesan yang dilakukan dengan objektif dan sistematis sehingga dapat menjadi kesimpulan yang menjawab rumusan masalah. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan : 1. Esensi kependidikan dalam kitab adab riyadhush shalihin terkait keutamaan rasa malu; 2. Konsep penguatan pendidikan rasa malu menurut para ahli; 3. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam kitab adab riyadhush shalihin terkait keutamaan rasa malu terhadap penguatan rasa malu dalam ruang lingkup pribadi, masyarakat dan negara. Melalui analisis isi dihasilkan beberapa poin. Pertama, esensi kependidikan dari kitab adab riyadush shalihin adalah dengan menumbuhkan rasa iman dalam diri, iman tersebut akan memunculkan rasa malu dengan sendirinya, dan rasa malu tidak membawa apapun selain kebaikan. Kedua, konsep penguatan pendidikan rasa malu adalah sebuah proses dalam pembentukan serta pengembangan potensi yang ada dalam diri individu dengan tujuan melindungi mereka dari melakukan suatu hal yang tercela. Ketiga, terdapat 3 bagian nilai pendidikan dalam kitab adab riyadhush shalihin terkait keutamaan rasa malu terhadap penguatan karakter yakni untuk dirinya sendiri, ruang lingkup masyarakat serta kehidupan berbangsa dan bernegara.
Implikasi Pendidikan dari Al-Qur’an Surat Luqman Ayat 14 tentang Berbuat Baik kepada Orang Tua dalam Pembentukan Karakter Syukur Syifa Fauziningtyas Iskandar; Ayi Sobarna
Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam (JRPAI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.826 KB) | DOI: 10.29313/jrpai.v1i1.223

Abstract

Abstract­­­­. Allah relates that his upbringing, fatigue, and hardship occurred day and night during these months. Then Allah swt ordered and commanded humans to be grateful for His favors and be grateful to their parents. This study aims to: (1) Classify the opinions of commentators regarding QS Luqman Verse 14, (2) Find the essence of QS Luqman Verse 14, (3) Know the opinions of education experts in shaping the character of gratitude for parents, (4) Knowing the educational implications from QS Luqman verse 14 about doing good to parents towards the formation of the character of gratitude. This study uses descriptive qualitative methods with literature study research techniques, research activities are carried out by examining in depth some interpretations and literature books related to the focus of research problems. From this research, several conclusions are obtained, namely: (1) To serve parents is a noble obligation, (2) The real form of Islamic appreciation for the honor and high position of parents before Allah is the Islamic stipulation of the child's obligation to serve their parents, (3) ) People who are grateful will not associate Allah SWT, (4) Parents need to be role models and do good habits and discipline so that children are clever to be grateful Abstrak. Allah menceritakan bahwa pengasuhan, keletihan, dan kesulitannya terjadi siang dan malam selama bulan-bulan tersebut. Lalu Allah swt memerintahkan dan mengharuskan kepada manusia untuk bersyukur atas nikmat-Nya dan bersyukur kepada kedua ibu bapaknya. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengklasifikasi pendapat para mufassir mengenai Q.S Luqman Ayat 14, (2) Menemukan esensi Q.S Luqman Ayat 14, (3) Mengetahui pendapat para ahli pendidikan dalam membentuk karakter syukur kepada orang tua, (4) Mengetahui implikasi pendidikan dari Q.S Luqman ayat 14 tentang berbuat baik kepada orang tua terhadap pembentukan karakter syukur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik penelitian studi kepustakaan, kegiatan penelitian dilakukan dengan cara mengkaji secara mendalam beberapa tafsir dan buku-buku literatur yang berkaitan dengan fokus masalah penelitian. Dari penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan yaitu: (1) Kewajiban yang mulia adalah berbakti kepada orang tua, (2) Berbakti kepada orang tua merupakan Wujud nyata dari penghargaan Islam atas mulia dan tingginya kedudukan orang tua dihadapan Allah adalah penetapan Islam atas kewajiban anak adalah, (3) Orang yang bersyukur tidak akan menyekutukan Allah SWT, (4) Orang tua perlu menjadi teladan dan melakukan kebiasaan yang baik dan disiplin supaya anak pandai bersyukur

Page 1 of 1 | Total Record : 10