Claim Missing Document
Check
Articles

Management Character Education in Kindergarten Sobarna, Ayi; Hakim, Arif
Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies Vol 6 No 2 (2017): November 2017
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/ijeces.v6i2.20188

Abstract

Experts agree that character education should start at an early age. However, implementation is often found irregularities. The Ministry of Education and Culture has appointed a number of kindergarten as a pilot project for the implementation of character education. This article reports how the management of character education in kindergarten to be the pilot project. By using a qualitative approach, which attempts to understand the specific situation with the case study method, it was found that kindergarten pilot project has been implemented in an integrated character education in learning through the development of habituation and specialized in the development of a learning theme. Planning the character education program is integrated in the weekly planning (RKM) and daily planning (RKH) and not in the form of an independent program. Implementation of the the character education program conducted through the internalization of the values of the characters in the learning activities using the model in groups with children as a center of learning (student centered). Assessment being applied on character education programs in kindergarten pilot project have not been using special instruments, but still combined with the assessment of child development in general (moral and religious, physical and motor, cognitive, linguistic, social and emotional child). One of the recommendation of this study is the kindergarten should start developing assessment instruments which are specialized in assessing development of learners.
Management Character Education in Kindergarten Sobarna, Ayi; Hakim, Arif
Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies Vol 6 No 2 (2017): November 2017
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/ijeces.v6i2.20188

Abstract

Experts agree that character education should start at an early age. However, implementation is often found irregularities. The Ministry of Education and Culture has appointed a number of kindergarten as a pilot project for the implementation of character education. This article reports how the management of character education in kindergarten to be the pilot project. By using a qualitative approach, which attempts to understand the specific situation with the case study method, it was found that kindergarten pilot project has been implemented in an integrated character education in learning through the development of habituation and specialized in the development of a learning theme. Planning the character education program is integrated in the weekly planning (RKM) and daily planning (RKH) and not in the form of an independent program. Implementation of the the character education program conducted through the internalization of the values of the characters in the learning activities using the model in groups with children as a center of learning (student centered). Assessment being applied on character education programs in kindergarten pilot project have not been using special instruments, but still combined with the assessment of child development in general (moral and religious, physical and motor, cognitive, linguistic, social and emotional child). One of the recommendation of this study is the kindergarten should start developing assessment instruments which are specialized in assessing development of learners.
Nilai-Nilai Demokrasi Sebagai Dasar Partisifatif Ayi Sobarna
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 18, No. 1, Tahun 2002
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.927 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v18i1.62

Abstract

Konsep pembangunan yang partisipatif selayaknya sudah menjadi suatu kebutuhan bagi suatu daerah (desa, kota, kabupaten, provinsi, bahkan suatu negara). Karena, suatu pembangunan yang partisipatif pada dasarnya merupakan proses pembangunan yang berasal dari masyarakat, ditujukan untuk masyarakat, dan dilakukan oleh masyarakat, yang di dalamnya terjadi keterlibatan seluruh stakeholder dalam berbagai bentuk peranserta. Sebagai dasar bagi terciptanya pembangunan yang partisipatif adalah adanya suatu pola kehidupan yang demokratis yang didukung oleh kondisi pranata sosial dengan profil kepribadian yang kondusif; sedangkan pola kehidupan yang demokratis hanya dapat terbentuk secara harmonis manakala antar pelaku pembangunan (seluruh stakeholder) dapat terbangun suatu pola silaturahim. Untuk dapat membangun suatu masyarakat yang partisipatif, diperlukan suatu rumusan mengenai kriteria/nilai-nilai dasar silaturahim dan demokrasi dalam perspektif pembangunan yang partisipatif. Nilai-nilai yang terkandung dalam silaturahim adalah: (a) saling mengenal; (b) saling berlapang dada; (c) saling menolong; (d) saling menasehati; dan (e) persaudaraan; sedangkan nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi dalam prospektif silaturahim adalah (a) relasi kooperatif di atas relasi kompetitif; (b) kritik yang santun; (c) “positive thinking”; (d) “think win-win”; (e) “fair”; (f) “take and give”; dan (g) memiliki solidaritas sosial.
Pendekatan Win-Win Solution dalam Mengatasi Terorisme Internasional : Tantangan Dan Peluang Ayi Sobarna
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 18, No. 4, Tahun 2002
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.454 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v18i4.80

Abstract

Isu terorisme dalam dua tahun ini telah menjadi arus utama dan membalikkan orientasi politik dunia dari low politics  ke high politics. Baik Barat maupun Islam berupaya menghadapi terorisme. Masalahnya, pola penyelesaian yang mewarnai opini yang berkembang di tengah publik, memposisikan Barat dan Islam dalam relasi win-lose (menang-kalah). Padahal, kenyataannya, pola penyelesaian win-lose lebih sering menghasilkan lose-lose (tak ada pihak yang menjadi pemenang), yang berarti semua pihak menemui kehancuran. Adapun masalah yang dikaji, dirumuskan sebagai berikut : 1. Apa itu terorisme; 2. Teori apa yang dapat menjelaskan kemunculan terorisme; 3. Apa itu win-win solution; 4. Syarat apa yang harus dipenuhi untuk menempuhnya; 5. Bagaimana tantangan win-win solution dalam menghadapi isu terorisme; 6.  Bagaimana peluang win-win solution dalam menghadapi isu terorisme internasional; 7. Pendekatan apa yang dapat dilakukan untuk menempuh win-win solution dalam menghadapi isu terorisme internasional.  Artikel ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Terorsme adalah tindakan pidana kekerasan kepada masyarakat sipil, yang dilakukan secara terorganisasi, melahirkan ketakutan yang meluas dan memiliki motif dan tujuan politik; 2. Ada empat teori yang menjelaskan kemunculan teorisme; 3. Win-win sollution adalah kerangka pikir dan hati yang selalu berusaha memperoleh keuntungan bersama dalam setiap interaksi manusia; 4. Ada tiga syarat yang harus dipenuhi dan win-win solution : common enemy, common denominator, dan pandangan unity of humankind; 5. Win-win solution berpeluang digunakan dalam menghadapi terorisme bila memperhatikan munculnya kesadaran dan hati nurani global; 6. Sekurang-kurangnya ada empat pendekatan yang dapat dilakukan untuk menempuh win-win solution.Penulis merekomendasikan kepada para pengamat, terutama dari komunitas peradaban lain, untuk menawarkan pedekatan-pendekatan yang lebih kaya dan realitas yang dapat ditempuh dalam mewujudkan win-win solution dalam menghadapi terorisme internasional.
Compliance Degrees of Endowments Manager to Act No. 41 of 2004 on Endowments Tata Fathurrohman; Ayi Sobarna
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 32, No. 2, Year 2016 [Accredited by Ristekdikti]
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.042 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v32i2.1959

Abstract

Some interesting types of endowment (waqaf) today are progressing on the ground, in form of  cash, shares, securities, and copyright. Therefore, endowments can be expected to be the backbone of prosperity in Indonesia. However, as long as these endowments are failed to be optimized and well managed by the incapability of some endowment managers to comply with the Act No. 41 of 2004, there will be many cases occurred against the management of endowments.Endowments Pro '99 Bandung is one of the few productive endowments manager which develops very fast. The question raises regarding the performance of endowments management will be to what extent these endowment managers have a degree of compliance with the Act No. 41 of 2004 on endowments?This research was conducted through a descriptive study of the documents owned Wakaf Pro'99 Bandung relevant to pledge, witnesses, and the management of endowments property. The study was conducted by administering questionnaires to endowments manager concerned. With this method, it is concluded that the Waqf Pro'99 Bandung is in complying with the provisions relating to pledge endowments and gain very high compliance category. Similarly, it is also in complying with the provisions relating to witnesses.
Efektivitas Metode “Storytelling” Bermedia Boneka untuk Pengembangan Kemampuan Berkomunikasi Ayi Sobarna
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 26, No. 1, Year 2010
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.405 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v26i1.293

Abstract

The experts of education have recomended the usage of storytelling with puppet show for early chilhood‘s communication capability developement. However how efective it is, it needs a research. The research that use quasi-experimental method want to know the efectivity of storytelling with puppets show for early childhood‘s verbal and nonverbal communication development. Statistically, inferred that storytelling method with puppet show contribute for verbal communication development of early childhood 19,39% and for nonverbal one 14,81%.
Analisis Deskriptif tentang Kinerja Nadzir Wakaf Tata Fathurrohman; Ayi Sobarna; A Mujahid Rasyid
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 30, No. 2, Year 2014 [Accredited by Ristekdikti]
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2541.501 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v30i2.801

Abstract

Under Law No. 41 In 2004, Indonesian Waqf Board in charge of fostering productive endowment managers in order to function not only as a means of worship mahdhah (vertical worship), but also a tool of social economic equilibrium. For coaching effectiveness, it is required data as the basis of coaching itself. This study aims to determine how the performance of managers in managing endowments. This study found that of the planning of the program, 62.7% of the endowment managers surveyed have had the vision, mission, goals and programs. However, only 31.03% of the managers who have to write it in the form of documentation. Only about a quarter of the endowment managers surveyed that have plans to manage productive endowments, the rest undecided. In terms of activity, endowment managers in question can be grouped in a very passive endowment managers. It can be seen from the percentage of the object transition process of private property into endowment  property manager that 82.76% is the result of property owner initiatives.
Peran Pemerintah Dan Perguruan Tinggi dalam Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Barat Ayi Sobarna
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 22, No. 3, Tahun 2006 (Terakreditasi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.581 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v22i3.216

Abstract

Rendahnya Indeks pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2005, sedikitnya mengisyaratkan tiga hal: fenomena sosial, fenomena teknologi, dan fenomena konstitusi. Oleh karena itu, pemerintah dan perguruan tingi, sebagai lapisan masyarakat yang disebut Plato sebagai “manusia kepala” perlu mengambil peran untuk meningkatkan IPM ini melalui rekayasa sosial, rekaya teknologi, dan penerapan UUD 1945.Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui: 1. Peran yang dapat dimainkan pemerintah dan perguruan tingi dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Barat melalui rekayasa sosial, rekayasa teknologi, dan penerapan Pasal 33 UUD 1945. Penulisan ini mengunakan metode deskriptif analitis dan pendekatan yang  bersifat kualitatif dan kuantitatif (qualitative and quantitative approach). Data-data yang dikumpulkan dalam tulisan ini berupa data skunder (scondary data) yang diperoleh melalui referensi yang relevan (relevant reference) dengan permasalahan dan kajian yang diangkat. Dengan data tersebut, penulis berkesimpulan sebagai berikut: 1. Peran yang dapat dimainkan pemerintah dan perguruan tinggi dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Barat melalui rekayasa sosial adalah dengan menyelengarakan kurikulum berbasis kreativitas. 2. Peran yang dapat dimainkan pemerintah dan perguruan tinggi dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Barat melalui rekayasa teknologi adalah melepaskan ketergantungan terhadap Bahan bakar Minyak. Bahan bakar Minyak yang berasal  Sumber Daya Alam yang tak dapat diperbaharui perlu dicari penggantinya semaksimal mungkin dengan bahan dari Sumber Daya Alam yang dapat diperbaharui. Hal ini dapat dialakukan dengan menggalakan pembudidayaan tanaman jarak. Penanaman ini pun berfungsi sebagai penghijauan dan jaminan ketersediaan air bersih.  3. Peran yang dapat dimainkan pemerintah dan perguruan tinggi dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Barat sesuai amanat Pasal 33 UUD 1945 adalah dengan melakukan proteksi terhadap pengusaha kecil. Lebih baik memproteksi usaha rakyat kecil daripada memberi memberi Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau BOS (Biaya Operasional Sekolah).
Ekspektasi Mahasiswa Unisba Terhadap Kuliah Pendidikan Agama Islam Perspektif Psikologi Eksistensial Ayi Sobarna
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 21, No. 4, Tahun 2005 (Terakreditasi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.168 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v21i4.194

Abstract

Salah satu diskursus dalam ilmu-ilmu sosial yang populer belakangan ini adalah pergeseran paradigma (shifting paradigm). Di dunia pendidikan, pergeseran terjadi dari pola pendidikan yang terpusat pada guru/dosen (teacher centered pattern) ke arah pola pendidikan yang terpusat pada siswa (pupil centered pattern). Ide mendasarnya adalah pengembangan kreativitas dan aktualisasi diri para siswa. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia disinyalir belum mampu mengembangkan kreativitas dan aktualisasi diri para siswa. Secara sosial, hubungan antara siswa dan guru berpola vertical dan komunikasi berlangsung secara top-down. Padahal, salah satu tugas guru adalah menyadari bahwa siswa sebagai individu harus dihargai dan bahwa mereka memiliki sejumlah hak yang harus dilindungi, termasuk di dalamnya harapan (expectation). Inilah yang menjadi latar belakang mengapa penggalian ekspektasi mahasiswa Unisba terhadap perkuliahan Pendidikan Agama Islam (PAI) menjadi tampak sangat penting. Penulis menemukan bahwa ekspektasi mahasiswa Unisba terhadap kuliah PAI merepresentasikan harapan manusia modern terhadap agama. Mereka berharap, kuliah PAI memberikan guide untuk menunjukkan jalan yang lurus dari jalan yang sesat. Munculnya ekspektasi-ekspektasi tersebut menunjukkan bahwa pandangan mereka terhadap agama sangat efektif. Inilah yang membedakan situasi zaman sekarang ini dengan situasi di Eropa Barat pada saat Eksistensialisme lahir.
Konsep Pemberdayaan Ekonomi Bagi Masyarakat Miskin Perkotaan Ayi Sobarna
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 19, No. 3, Tahun 2003
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.97 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v19i3.111

Abstract

Problem kemiskinan di Indonesia memerlukan perhatian yang serius. Berbagai usaha untuk mencari solusi dari problem di atas terus dilakukan oleh Pemerintah, seperti program IDT, Raskin, (beras untuk rakyat miskin, jaring pengaman sosial (JPS), dan Kredit Usaha Tani (KUT). Namun program-program tersebut mengalami kegagalan terutama program JPS.Pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin, bisa dimulai di perkotaan atau di pedesaan. Karena terdapat karakteristik yang berbeda antara masyarakat perkotaan dan pedesaan, maka treatment kepada kedua masyarakat itu berbeda. Fokus kajian ini adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin perkotaan. Strategi yang dapat digunakan untuk masyarakat miskin perkotaan, antara lain : penyertaan mereka sebagai event organizer, pernyertaan mereka dalam jaringan multi level marketing (MLM) atau Customer Service.