cover
Contact Name
Unang arifin
Contact Email
bcsp@unisba.ac.id
Phone
+6289691247094
Journal Mail Official
bcsp@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Jl. Tamansari No. 20, Bandung 40116, Indonesia, Tlp +62 22 420 3368, +62 22 426 3895 ext. 6891
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bandung Conference Series: Pharmacy
ISSN : -     EISSN : 28282116     DOI : https://doi.org/10.29313/bcsp.v2i2
Core Subject : Health, Science,
Bandung Conference Series: Pharmacy (BCSP) menerbitkan artikel penelitian akademik tentang kajian teoritis dan terapan serta berfokus pada Farmasi dengan ruang lingkup Airlock system Kanker, Alcohol, Antelmintik, Antigastritis drugs, Antioksidan, Artemia franciscana, Ascaris suum, Cacing babi (Ascaris suum Goeze), Contact Bioautography TLC, Daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers), Daun kelor (Moringa oleifera Lam), Diabetes mellitus, DPPH Flavonoid, Fenilpropanolamin, Fermentasi, Flavonoid, Flavonol,Iles-iles, Isolasi, Lichen, Malassezia furfur, Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), Obat antidiabetes (OAD) Propionibacterium acnes, Obat tradisional, Parkia Speciosa Antibakteri, Pektin, Propionibacterium Acnes, Pseudoefedrin, Saccharomyces Cerevisiae, Spektrofotometri uv sinar tampak, Staphylococcus epidermidis, uji aktivitas antibakteri, Uji sitotoksik, Usnea baileyi. Prosiding ini diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah Unisba. Artikel yang dikirimkan ke prosiding ini akan diproses secara online dan menggunakan double blind review minimal oleh dua orang mitra bebestari.
Articles 234 Documents
Pengaruh Perbedaan Pelarut Ekstraksi terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Naga yang Diekstraksi dengan Metode Ultrasound-Assisted Extraction (UAE) Jihan Hana Fauziah; Kiki Mulkiya Yuliawati; Vinda Maharani Patricia
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.842 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3584

Abstract

Abstract. Dragon fruit peel, which has been considered waste thus far, turns out to contain extraordinary benefits, one of which is as a source of natural antioxidants that have the potential to be developed. This study aimed to determine the effect of differences in extraction solvents on the antioxidant activity of dragon fruit peel extracts (Hylocereus Polyrhizus) extracted using the Ultrasound-Assisted Extraction (UAE) method. The extraction process did using aquadest:citric acid and ethanol 96%:citric acid with a pH of 4,5 sonicated at 45 kHz for 60 minutes at 40oC. The viscous extract was tested for antioxidant activity using the DPPH method (1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazil. The results of testing the antioxidant activity in aquadest:citric acid and ethanol 96%:citric acid with IC50 values of 133,37 ppm and 167,37 ppm, consecutively, indicated that the antioxidant activity of dragon fruit peel was in the weak-moderate category. Data analysis on antioxidant activity was carried out using the Kruskal Wallis test. The comparison results of the two solvents contained significant differences in the antioxidant activity test. Abstrak. Kulit buah naga yang selama ini hanya dianggap limbah ternyata mengandung manfaat yang luar biasa, salah satunya sebagai sumber antioksidan alami yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelarut ekstraksi yang berbeda terhadap aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah naga (Hylocereus polyrhizus) yang diekstraksi dengan metode Ultrasound-Assisted Extraction (UAE). Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan aquadest:asam sitrat dan etanol 96%:asam sitrat dengan pH 4,5 disonikasi pada 45 kHz selama 60 menit pada 40oC. Ekstrak kental dilakukan pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil). Hasil pengujian aktivitas antioksidan pada pelarut aquadest:asam sitrat dan etanol 96%:asam sitrat dengan nilai IC50 berturut-turut 133,37 ppm dan 167,37 ppm menunjukkan aktivitas antioksidan dari kulit buah naga termasuk kategori sedang dan lemah. Dilakukan analisis data pada aktivitas antioksidan menggunakan uji Kruskal Wallis, dimana hasil perbandingan antara kedua pelarut terdapat perbedaan signifikan pada pengujian aktivitas antioksidan.
Formulasi Basis Sabun Cair sebagai Metode Penghantaran Sediaan Antiseptik Erni Johan; Gita Cahya Eka Darma; Ratih Aryani
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.913 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3587

Abstract

Abstract. Most people use liquid soap as a cleanser in their daily lives. Chemicals known as antiseptics are used to stop or eliminate bacteria from growing on living tissues, thus preventing skin infections. By preventing the growth of bacteria, antiseptic liquid soap lowers the risk of infection and the development of diseases. Flavonoids and polyphenols are active substances and have antibacterial properties. A preparation called antiseptic liquid soap is used to clean the skin's surface of debris and bacteria. Its objectives are to determine the liquid soap formula that satisfies the requirements and to ascertain the liquid soap's antibacterial activity toward the germs Escherichia coli and Staphylococcus aureus. The method carried out is the evaluation of the soap base and the test of antibacterial activity on the soap base. In formula 3 in accordance with SNI 2017, which is in the form of a homogeneous liquid, different aromas, pH 8.98, viscosity 2570 cPs, type weight 1.042, foam stability 69.5%, free fatty acids 0.20%, and alkali-free 0.096%, and has antibacterial activity with a strong category, namely Escherichia 19.37 mm and Staphylococcus aureus 20.15 mm. Abstrak. Sabun cair adalah sediaan pembersih yang cukup banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme pada jaringan hidup, serta dapat mencegah infeksi kulit. Sabun cair antiseptik berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan mengurangi resiko infeksi serta timbulnya penyakit. Senyawa aktif yang mempunyai aktivitas antibakteri yaitu flavonoid dan polifenol. Sabun cair antiseptik berfungsi sebagai sediaan yang dapat menghilangkan kotoran dan mikroorganisme pada permukaan kulit. Tujuannya adalah untuk mengetahui formula basis sabun cair yang memenuhi persyaratan dan untuk mengetahui aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dalam basis sabun cair. Metode yang dilakukan yaitu evaluasi basis sabun dan uji aktivitas antibakteri pada basis sabun. Pada pembuatan sediaan sabun cair formula 3 dengan menghasilkan evaluasi yang sesuai dengan SNI 2017 yaitu berbentuk cairan yang homogen, berbau khas, pH 8,98, viskositas 2570 cPs, bobot jenis 1,042, stabilitas busa 69,5%, asam lemak bebas 0,20% dan alkali bebas 0,096% serta memiliki aktivitas antibakteri dengan kategori kuat yaitu Escherichia coli 19,37 mm dan Staphylococcus aureus 20,15 mm.
Penelusuran Pustaka Ekstrak Bonggol dan Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. Merr.) sebagai Antibakteri Fatia Asy-Syahidah Al-Haq; Kiki Mulkiya Yuliawati; Yani Lukmayani
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.757 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3626

Abstract

Abstract. Infectious diseases are diseases caused by microorganisms, in this case bacteria. Alternative treatment of infections that come from natural ingredients, namely hump and pineapple peel which has the potential as an antibacterial agent. Pineapple hump and peel contain compounds that act as antibacterial, one of which is flavonoids, tannins, saponins, alkaloids and bromelain enzymes. The purpose of this literature search is to examine the potential of pineapple hump and peel extract as antibacterial and to determine the content of chemical compounds in pineapple waste that act as antibacterial. The research method used is the Systematic Literature Review (SLR). The results of this literature search showed that pineapple hump extract was more effective on Gram-positive bacteria with a concentration of 50% producing an inhibition zone of 17.67 mm against Enterococcus faecalis bacteria. While the pineapple peel extract was more effective on Gram-negative bacteria with a concentration of 25% producing an inhibition zone of 42.83 mm against Escherichia coli bacteria. The presence of antibacterial activity is suspected because it contains flavonoid compounds, saponins, tannins, alkaloids, steroids and bromelain enzymes in the weevil extract and pineapple peel. Abstrak. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam hal ini bakteri. Alternatif pengobatan infeksi yang berasal dari bahan alam yaitu bonggol dan kulit buah nanas yang berpotensi sebagai zat antibakteri. Bonggol dan kulit buah nanas mengandung senyawa yang berperan sebagai antibakteri salah satunya yaitu flavonoid, tannin, saponin, alkaloid dan enzim bromelin. Tujuan dari penelusuran pustaka ini yaitu untuk menelaah potensi ekstrak bonggol dan kulit buah nanas sebagai antibakteri serta mengetahui kandungan senyawa kimia dalam limbah nanas yang berperan sebagai antibakteri. Metode penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan Systematic Literature Review (SLR). Hasil penelusuran pustaka ini menunjukan bahwa ekstrak bonggol buah nanas lebih efektif pada bakteri Gram positif dengan konsentrasi 50% menghasilkan zona hambat sebesar 17,67 mm terhadap bakteri Enterococcus faecalis. Sedangkan pada ekstrak kulit buah nanas lebih efektif pada bakteri Gram negatif dengan konsentrasi 25% menghasilkan zona hambat sebesar 42,83 mm terhadap bakteri Escherichia coli. Adanya aktivitas antibakteri diduga karena mengandung senyawa flavonoid, saponin, tannin, alkaloid, steroid dan enzim bromelin pada ekstrak bonggol dan kulit buah nanas.
Formulasi dan Karakterisasi Transfersom Andrografolid Syafanisa Alifia Rahma; Aulia Fikri Hidayat; Fitrianti Darusman
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.443 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3751

Abstract

Abstract. Andrographolide is the main bioactive compound in the sambiloto plant (Andrographis paniculata (Burm. f) Nees). Andrographolide is known to have poor solubility and low oral bioavailability. The transdermal route can be an alternative for the delivery of andrographolide compounds. Transfersome is one of the drug delivery systems that can increase the penetration ability of active substances in the transdermal route. This study aims to obtain the best andrographolide transfersome formula based on the characterization carried out and compare the penetration ability of the andrographolide transfersome and pure andrographolide. Four andrographolide transfersome formulas are made with variations in the ratio of phospholipid and surfactant concentrations, namely F1 (90:10), F2 (80:20), F3 (70:30), and F4 (60:40). Thin-layer hydration method was applied for transfersome preparation. The transfersomes obtained are characterized by the determination of entrapment efficiency, particle size, polydispersity index, and zeta potential. F4 with an entrapment efficiency value of 90.762%±0.592, particle size of 626,633±19,858 nm, polydispersity index of 0,456±0,055, and zeta potential of -4,067±1,097 mV was selected as the best andrographolide transfersome formula. In vitro penetration test was performed on the best transfersome andrographolide formula using the Franz diffusion cell method. The results of in vitro penetration tests show that andrographolide transfersome have better penetration ability than pure andrographolide. Andrographolide transfersome provide a cumulative amount andrographolide penetrated 108.583±0.918 μg/cm2 and flux 36.194±0.014 μg/cm2.h-1, while pure andrographolide provide a cumulative amount andrographolide penetrated 66,930±1,345 μg/cm2 and flux 22,301±0.448 μg/cm2.h-1. Abstrak. Andrografolid merupakan senyawa bioaktif utama yang terkandung dalam tanaman sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f) Nees). Andrografolid diketahui memiliki sifat kelarutan buruk dan bioavailabilitas oral rendah sehingga rute transdermal dapat menjadi alternatif untuk penghantaran senyawa andrografolid. Transfersom merupakan salah satu sistem penghantaran yang dapat meningkatkan kemampuan penetrasi zat aktif pada penghantaran dengan rute transdermal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula transfersom andrografolid terbaik berdasarkan karakterisasi yang dilakukan dan membandingkan kemampuan penetrasi dari transfersom andrografolid dan andrografolid murni. Empat formula transfersom andrografolid dibuat dengan variasi perbandingan konsentrasi fosfolipid dan surfaktan yaitu F1 (90:10), F2 (80:20), F3 (70:30), dan F4 (60:40) menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Transfersom yang diperoleh dikarakterisasi meliputi penentuan nilai persentase efisiensi penjerapan, ukuran partikel, indeks polidispersitas, dan potensial zeta. F4 dengan nilai efisiensi penjerapan 90,762%±0,592, ukuran partikel 626,633±19,858 nm, indeks polidispersitas 0,456±0,055, dan potensial zeta -4,067±1,097 mV dipilih sebagai formula transfersom andrografolid terbaik. Terhadap formula transfersom andrografolid terbaik dilakukan uji penetrasi in vitro dengan metode sel difusi Franz. Hasil uji penetrasi in vitro menunjukan bahwa transfersom andrografolid memiliki kemampuan penetrasi yang lebih baik dibandingkan andrografolid murni. Transfersom andrografolid memberikan nilai jumlah kumulatif terpenetrasi 108,583±0,918 µg/cm2 dan fluks 36,194±0,014 µg/cm2.jam-1. Sedangkan andrografolid murni memberikan nilai jumlah kumulatif terpenetrasi 66,930±1,345 µg/cm2 dan fluks 22,301±0,448 µg/cm2.jam-1.
Penelusuran Pustaka Potensi Aktivitas Antioksidan Buah Terong (Solanum melongena L.) Andri Ryandi; Kiki Mulkiya Yuliawati; Reza Abdul Kodir
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.734 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3760

Abstract

Abstract. Eggplant (Solanum melongena) is commonly used as food. However, it also has potention in medication, because of the phytochemicals content in it. One of its activities potention is as an antioxidant. Its antioxidant activities needs to be proofed scientifically, to open the opportunity for the use of eggplant in the future in medication. Therefore, it is necessary to conduct research related to the mechanism of action of eggplant as an antioxidant, as well as the compounds that play role. The research was conducted through literature review from research article. The result state that eggplant has potention as an antioxidant, because of the content of phenolic, polyphenols, flavonoids (rutins, nasunins, delphinidin-3-rutinosides, anthocyanins), alkaloids, tannins, terpenoids, saponins, pectin, protocatechuic acid, chlorogenic acid, and ascorbic acid. The antioxidant mechanism is through electron donor and/or complex formation with free radicals, inhibition of Reactive Oxygen Species, and induction of Superoxide Dismutase, Glutathione, & Catalase. Abstrak. Terong (Solanum melongena) merupakan tanaman yang buahnya lazim dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Namun, buah terong juga berpotensi untuk digunakan dalam pengobatan, karena kandungan senyawa fitokimia didalamnya. Salah satu aktivitas yang dimiliki buah terong adalah sebagai antioksidan. Hal ini menjadi peluang pemanfaatan buah terong dalam pengobatan, namun perlu pembuktian secara ilmiah. Karenanya, perlu dilakukan penelitian terkait mekanisme aksi buah terong sebagai antioksidan, serta senyawa yang berperan atas aktivitas tersebut. Penelitian dilakukan melalui penelusuran pustaka, dengan sumber data berupa artikel-artikel penelitian yang sudah dipublikasikan sebelumnya. Hasilnya menyatakan bahwa buah terong berpotensi sebagai antioksidan, berkat kandungan senyawa fenol, polifenol, flavonoid (rutin, nasunin, delphinidin-3-rutinoside, antosianin), alkaloid, tannin, terpenoid, saponin, pektin, asam protokatekuat, asam klorogenat, dan asam askorbat. Mekanisme antioksidan berlangsung melalui beberapa cara, yaitu donor elektron dan atau membentuk kompleks dengan radikal bebas, inhibisi Reactive Oxygen Species, dan induksi Superoxide Dismutase, Glutathion, & Catalase.
Kajian Pengobatan Tukak Lambung dan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) Aprian Dwiatama; Fitrianti Darusman
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.197 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3781

Abstract

Abstract. One of the most common disorders experienced by both pediatric and geriatric ages is digestive disorders. Two of the most common digestive disorders are peptic ulcers and gastroesophageal reflux disease (GERD). Gastric ulcer is a digestive disorder that occurs due to damage to the gastric mucosa, while gastroesophageal reflux disease (GERD) is a disease caused by stomach acid flowing back into the esophagus, causing damage to the esophageal mucosa. If these two diseases are not treated immediately, it will result in a compilation that leads to death. The purpose of this study was to determine the pathogenesis of gastric ulcers and GERD and their treatment. The method used is a literature review using a review article. The results of the literature review show that gastric ulcers occur due to infection with Helicobacter pylori bacteria and long-term use of NSAID drugs while GERD occurs due to an imbalance between aggressive (gastric acid) and defensive factor (LES, esophageal clearance mechanisms). The treatment that can be done is by taking proton pump inhibitor (PPI) and H2RA drugs which work in inhibiting the production of stomach acid and antacids which work in neutralizing gastric juices that are too acidic. Abstrak. Salah satu gangguan yang paling sering dialami baik itu di usia pediatrik maupun geriatrik yaitu gangguan pencernaan. Salah dua gangguan pencernaan yang sering terjadi yaitu tukak lambung dan gastroesophageal reflux disease (GERD). Tukak lambung merupakan salah satu gangguan pencernaan yang terjadi karena adanya kerusakan pada mukosa lambung sedangkan gastroesophageal reflux disease (GERD) merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh asam lambung yang mengalir kembali ke daerah esofagus sehingga terjadi kerusakan mukosa esofagus. dimana apabila kedua penyakit ini tidak dilakukan penanganan secara segera akan mengakibatkan kompilasi yang berujung pada kematian. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui patogenesis tukak lambung dan GERD serta pengobatannya. Metode yang digunakan yaitu literature review dengan menggunakan review article. Hasil kajian pustaka menunjukkan bahwa tukak lambung terjadi karena infeksi bakteri Helicobacter pylori dan penggunaan obat NSAID dalam jangka panjang sedangkan GERD terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara faktor agresif (asam lambung) dan defensif (LES, mekanisme bersihan esofagus). Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengonsumsi obat golongan proton pump inhibitor (PPI) dan H2RA yang bekerja dalam menghambat produksi asam lambung serta antasida yang bekerja dalam menetralkan cairan lambung yang terlalu asam.
Formulasi Basis Sheet Mask Bioselulosa Nathania Ramadhanty Nuzirwan; Gita Cahya Eka Darma; Anan Suparman
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.303 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3798

Abstract

Abstract. There are environmental aggressors such as UV-rays and micro/nano particles indoors or outdoors can cause damage to skin collagen/elastin that triggers premature aging. Based on these things, there is a demand for innovative cosmetic product formulations, capable of neutralizing the negative effects of UV rays, and made from natural ingredients. Biocellulose sheet masks are obtained from natural sources, namely the bacterium Acetobacter xylinum which produces acid from glucose and synthesizes cellulose. The purpose of this study was to obtain a biocellulose sheet mask formulation with best characteristics, as well as to compare the ability to moisturize biocellulose sheet mask and non-woven sheet mask. The formulation of the biocellulose sheet mask has a good characteristics. The results of comparison between biocellulose sheet masks and non woven sheet masks show that biocellulose sheet masks has the best skin moisturizing effect. Abstrak. Agresor lingkungan seperti sinar UV dan mikro/nano partikulat terdapat di luar maupun di dalam ruangan dapat menyebabkan kerusakan kolagen/elastin kulit yang pemicu penuaan dini. Berdasarkan hal-hal tersebut terbentuklah permintaan untuk formulasi produk kosmetik yang inovatif, mampu menetralisir efek negatif sinar UV, dan dibuat dari bahan-bahan alami. Sheet mask bioselulosa diperoleh dari sumber alami yaitu bakteri Acetobacter xylinum yang menghasilkan asam dari glukosa dan mensintesis selulosa. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan formulasi sheet mask bioselulosa dengan karakteristik baik, serta mengetahui perbandingan kemampuan melembabkan sheet mask bioselulosa dan sheet mask non woven. Formulasi sheet mask bioselulosa yang dihasilkan memiliki karakteristik baik. Hasil komparasi sheet mask bioselulosa dan sheet mask non woven diketahui bahwa sheet mask bioselulosa memiliki efek melembabkan yang lebih baik dibandingkan dengan sheet mask non woven.
Kajian Pustaka: Penentuan Nilai Konsentrasi Misel Kritis (KMK) Surfaktan serta Pengaruhnya terhadap Kelarutan Zat Aktif Farmasi Muhammad Rifky Ramadhan; Ratih Aryani; Gita Cahya Eka Darma
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.819 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3865

Abstract

Abstract. Surfactants are additives that are often used in the pharmaceutical world because they have two polar and non-polar groups in the same structure. When surfactant is added continuously to a liquid, it will form an aggregate of particles called micelles which are formed when the surfactant reaches the point of Critical Micelle Concentration (CMC). The formation of micelles is one solution to increase the solubility of Pharmaceutical Active Substances that enter BCS class II because it can interact with non-polar groups on micelles so that micellar solubilization events will occur which can increase the effectiveness of treatment of a pharmaceutical preparation, so that the determination of the CMC value becomes It is very important to determine how much surfactant should be added to increase the solubility of the active pharmaceutical substance. Based on the description above, the formulation of the problem from this research are: (1) What is the method that can be used to determine the CMC value of surfactants? (2) How does the CMC value affect the solubility of active pharmaceutical substances in water? The research method used is based on article reviews obtained from Google Scholar. The result of this research is that the method that can be used to determine the surfactant CMC value is the surface tension and refractive index method, then the addition of surfactant above its CMC point is proven to increase the solubility of the active pharmaceutical substance. Abstrak. Surfaktan merupakan bahan tambahan yang sering digunakan dalam dunia farmasi karena sifatnya yang memiliki dua gugus polar dan non polar dalam struktur yang sama. Bila surfaktan ditambahkan terus menerus kedalam suatu cairan maka akan terbentuk suatu agregat partikel yang bernama misel yang terbentuk saat surfaktan mencapai titik Konsentrasi Misel Kritik (KMK). Pembentukan misel ini menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kelarutan dari Zat Aktif Farmasi yang masuk kedalam BCS kelas II karena dapat berinteraksi dengan gugus non polar pada misel sehingga akan terjadi peristiwa solubilisasi miselar yang dapat meningkatkan efektifitas pengobatan dari suatu sediaan farmasi, sehingga penentuan nilai KMK menjadi sangat penting untuk menentukan seberapa banyak surfaktan yang harus ditambahkan untuk meningkatkan kelarutan zat aktif farmasi. Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1) Bagaimana metode yang dapat dilakukan untuk menentukan nilai KMK dari Surfaktan? (2) Bagaimana pengaruh Nilai KMK pada kelarutan zat aktif farmasi dalam air?. Metode penelitian yang digunakan adalah berbasis review artikel yang didapatkan dari Google Scholar. Hasil dari penelitian ini adalah metode yang dapat digunakan untuk menentukan nilai KMK surfaktan adalah metode tegangan permukaan serta indeks bias, kemudian penambahan surfaktan diatas titik KMK nya terbukti dapat meingkatkan kelarutan dari zat aktif farmasi.
Uji Efektivitas Ekstrak Etil Asetat Daun Ruku-ruku (Ocimum tenuiflorum L.) sebagai Biolarvasida terhadap Larva Culex Sp. Dimas Ridwan Firdaus; Sri Peni Fitrianingsih; Suwendar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.971 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3904

Abstract

Abstract. Based on Permenkes RI No. 374/MENKES/PER/III/2010 vector-borne diseases are still endemic diseases that can cause outbreaks or extraordinary events and can cause public health problems, in this case mosquito vectors, larvicides are types of insecticides used to control mosquito larvae which will later turn into vectors, the use of biolarvicides is being studied nowadays because it has environmental pollution effects and is safer than chemical larvicides. Some of the plants that can be used as biolarvicides are ruku-ruku, the content of saponins and terpenoids contained in the leaves of ruku-ruku has a toxic effect on the larvae of Culex sp. so that, the idea was made to make biolarvicides from the ruku-ruku plant, in this study the larvaciding technique method was used which was intended to determine the presence of larvicidal activity in the ethyl acetate extract of ruku-ruku leaves against Culex sp. larvae. Ruku-ruku leaf acetate has a larvicidal toxicity value in the effective category because it has an LC50 value of 0,0481 %. Abstrak. Bersumber pada Permenkes RI Nomor. 374/ MENKES/ PER/ III/ 2010 penyakit yang ditularkan lewat vektor masih menjadi sebuah penyakit endemis yang bisa memunculkan wabah ataupun peristiwa luar biasa dan bisa memunculkan kendala kesehatan bagi penduduk, dalam perihal ini merupakan vektor nyamuk, larvasida merupakan tipe insektisida yang digunakan untuk mengatur larva nyamuk yang nantinya hendak berubah menjadi vektor, pemakaian biolarvasida tengah banyak diteliti dewasa ini sebab memiliki dampak pencemaran area serta bahaya yang lebih aman dibandingkan dengan larvasida kimia. Sebagian antara lain tumbuhan yang bisa digunakan selaku biolarvasida merupakan tumbuhan ruku-ruku, kandungan saponin serta terpenoid yang terdapat di dalam daun ruku- ruku memiliki dampak toksik untuk larva nyamuk Culex sp. sebab perihal tersebut maka dibuatlah ide untuk membuat biolarvasida dari tanaman ruku- ruku, pada riset ini digunakan tata cara larvaciding technique yang mana diperuntukan untuk mengenali terdapatnya aktivitas larvasida pada ekstrak etil asetat daun ruku-ruku terhadap larva Culex sp., setelah itu didapatkan hasil bahwa ekstrak etil asetat daun ruku-ruku memiliki nilai toksisitas larvasida di kategori efektif sebab memiliki nilai LC50 di 0, 0481%.
Formulasi Sediaan Nanoemulsi Mengandung Minyak Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) Syifa Siti Fatimah Azzahro; Sani Ega Priani; Fitrianti Darusman
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.147 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3910

Abstract

Abstract. Clove is one of the natural ingredients that can be used in the health sector. The essential oil contained in the clove plant contains eugenol compounds, which have anti-inflammatory and analgesic effects. This study aims to develop nanoemulsion containing clove oil with good characteristics and physical stability. This research was initiated with the optimization of 5% clove oil nanoemulsion with variation of concentrations between tween 80 as surfactant and PEG 400 as cosurfactant. Then the nanoemulsion of clove oil was evaluated for pharmaceuticals including organoleptic test, homogeneity, pH, viscosity, rheology, dispersibility, measurement of transmittance, globule size, polydispersity index, and centrifugation. The results showed that the clove oil nanoemulsion F6 consisting of 5% clove oil, 30% tween 80, and 15% PEG 400 had fulfilled the evaluation requirements of pharmaceutical preparations with clear visuals, globule size of 18,7 ± 0,1 nm, the polydispersity index value was 0,177 ± 0,01, and it was stable without any phase separation. Abstrak. Cengkeh merupakan salah satu bahan alam yang dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Minyak atsiri yang terkandung pada tanaman cengkeh dengan kandungan senyawa eugenol, memiliki efek sebagai antiinflamasi dan analgesik. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sediaan nanoemulsi yang mengandung minyak cengkeh dengan karakterstik dan stabilitas fisik yang baik. Penelitian ini diawali dengan melakukan optimasi sediaan nanoemulsi minyak cengkeh 5% dengan variasi konsentrasi tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai kosurfaktan. Kemudian sediaan nanoemulsi minyak cengkeh dilakukan evaluasi farmasetika meliputi uji organoleptis, homogenitas, pH, viskositas, rheologi, daya sebar, pengukuran nilai transmitan, rata-rata ukuran globul, nilai PDI, dan sentrifugasi. Hasil penelitian menunjukan sediaan nanoemulsi minyak cengkeh F6 yang terdiri dari minyak cengkeh sebanyak 5%, tween 80 sebanyak 30%, dan PEG 400 sebanyak 15% telah memenuhi persyaratan evaluasi sediaan farmasetika dengan visual sediaan yang jernih, ukuran globul sebesar 18,7 ± 0,1 nm, nilai indeks polidispersitas sebesar 0,177 ± 0,01, dan stabil tanpa adanya pemisahan fase.

Page 3 of 24 | Total Record : 234