cover
Contact Name
Erni Yusnita Lalusu
Contact Email
lemassehat@gmail.com
Phone
+6285298735414
Journal Mail Official
lemassehat@gmail.com
Editorial Address
Jalan Imam Bonjol, No. 101, Kelurahan Bungi, Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Kode Post 94712
Location
Kab. banggai,
Sulawesi tengah
INDONESIA
Buletin Kesehatan MAHASISWA
ISSN : -     EISSN : 29647630     DOI : https://doi.org/10.51888/jpmeo
Core Subject : Health,
Buletin Kesehatan MAHASISWA adalah media publikasi ilmiah yang menyajikan hasil penelitian (research paper) ataupun laporan kasus (case report) di bidang kesehatan masyarakat yang meliputi kajian Epidemiologi, Kesehatan Lingkungan, Administrasi Kebijakan Kesehatan, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Gizi Kesmas, Kesehatan & Keselamatan Kerja, Biostatistik dan Kependudukan, serta kajian ilmiah lainnya bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan.
Articles 18 Documents
Perilaku Ibu Pada Balita Penderita ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Lolantang Kecamatan Bulagi Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan: Mother's Behavior in Toddlers with the ISPA in the Work Area of the Lolantang Health Center South Bulagi District Banggai Islands Regency Chrystina Natalia Pilok Natalia; Maria Kanan; Mirawati Tongko
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 1 No. 1 (2022): Buletin Kesehatan MAHASISWA
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.59 KB)

Abstract

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah radang akut pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh agen infeksi seperti virus, jamur dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh dan menyerang saluran pernapasan mulai dari hidung (saluran pernapasan atas) hingga alveoli (saluran pernapasan bahwa) yang penyebarannya melalui udara. ISPA sering terjadi pada balita, karena sistem pertahanan tubuh masih rendah sehingga mudah terlular. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perilaku ibu balita penderita ISPA di wilayah Kerja Puskesmas Lolantang Kecamatan Bulagi Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualiatatif dengan pendekatan fenomenologi, informan dalam penelitian ini di pilih secara Snowball Sampling dengan kriteria tertentu di wilayah Kerja Puskesmas Lolantang Kecamatan Bulagi Selatan. Informan kunci dan informan biasa adalah kepala Puskesmas Lolantang, pemegang program ISPA dan ibu yang memiliki balita penderita ISPA. Analisis data dalam penelitian melalui tiga alur, yaitu : Data Reducition, Data Display, dan Conclusion Drawing/Verification. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penanganan yang dilakukan ibu pada balita ISPA yaitu dengan pemberian perasan air jeruk dicampurkan madu dan menggosokan minyak kayu putih pada balita. Saran: Petugas kesehatan agar lebih banyak memberikan edukasi/pemahaman penuh terkait dengan pencegahan dan penagangan ISPA pada balita. Terhadap ibu balita untuk lebih menjaga dan memperhatikan kesehatan anaknya. Acute respiratory infection (ARI) is an acute inflammation of the respiratory tract caused by infectious agents such as viruses, fungi and bacteria that enter the body and attack the respiratory tract from the nose (upper respiratory tract) to the alveoli (respiratory tract that) which spreads by air. ARI (acute respiratory infection) often occurs in toddlers, because the body's defense system is still low so it is easy to be infected with ARI. The behavior of mothers in toddlers with ARI patients in the Lolantang Health Center, South Bulagi District, Banggai Islands Regency is still a concern, from the results of the data obtained in 2019 for the Lolantang Health Center, South Bulagi District, 11.2%. The purpose of this study was to determine the behavior of mothers in infants with ARI patients in the Lolantang Public Health Center, South Bulagi District, Banggai Islands Regency. The research is a qualitative research with a phenomenological approach, the informants in this study were selected by Snowball Sampling with certain criteria in the Lolantang Health Center Work area, South Bulagi District. Key informants and regular informants are the head of the Lolantang Health Center, the holder of the ARI program and mothers who have toddlers with ARIs. Data analysis in the study went through three paths, namely: Data Reduction, Data Display, and Conclusion Drawing/Verification. The results of this study indicate that the behavior of mothers in toddlers with ARI patients in the work area of the Lolantang Health Center, South Bulagi District, handling mothers by giving orange juice mixed with honey and rubbing eucalyptus oil can relieve ARI in toddlers. Health workers provide more education/full understanding related to the prevention and management of ARI in toddlers, and mothers of toddlers are more concerned about maintaining and paying attention to the health of their children.  
Identifikasi Penggunaan Pengawet Formalin pada Tahu di Kota Luwuk Kabupaten Banggai: Identification of the use of Formaldehyde Preservatives in Tofu in Luwuk City Banggai Regency Elvarina Dianomo Elvarina; Muhammad Syahrir; Sandy N. Sakati
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 1 No. 1 (2022): Buletin Kesehatan MAHASISWA
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.59 KB)

Abstract

Tahu merupakan salah satu bahan pangan yang sering dikonsumsi dan populer di masyarakat Indonesia, begitu juga di Kota Luwuk Kabupaten Banggai, tahu sangat populer dan sering dikonsumsi oleh masyarakat., Pembuatan tahu saat ini masih banyak yang menggunakan bahan kimia tambahan formalin untuk mengawetkan tahu.,, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan tidak mengizinkan formalin sebagai bahan tambahan makanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan formalin pada tahu di Kota Luwuk Kabupaten Banggai.,Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif serta teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan uji organoleptik dan dilakukan random sampling (sampel secara acak) dengan teknik cluster random sampling., Sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 8 sampel yang diambil dari produksi tahu, warung, pedagang keliling, dan pedagang di Pasar Simpong.,Hasil penelitian menunjukan bahwa tahu di Kota Luwuk Kabupaten Banggai dikategorikan tidak baik berdasarkan karakteristik fisik tahu yaitu semuanya mengkilat, keras dan kenyal. Jumlah kadar formalin pada produsen tahu 1 sebesar >> mg/l, produsen tahu 2 sebesar 1,1 mg/l, warung 1 sebesar 1,2 mg/l, warung 2 sebesar 0,8 mg/l, pedagang keliling 1 sebesar 0,9 mg/l, pedagang keliling 2 sebesar 2,1 mg/l, Pasar Simpong pedagang 1 sebesar 1,5 mg/l, Pasar Simpong pedagang 2 sebesar 0,6 mg/l. Dari 8 sampel tersebut telah melebihi nilai ambang batas 0 mg/l. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan, semua sampel mengandung formalin atau tidak memenuhi syarat., Bagi pihak Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai untuk melakukan pengujian berkala, pembinaan, serta rutin melakukan pemeriksaan berkala terhadap para pedagang makanan agar tidak menggunakan pengawet formalin untuk pengawet makanan mengingat akan bahaya kesehatan masyarakat. Tofu is one of the foodstuffs that are often consumed and popular in Indonesian society, as well as in Luwuk City, Banggai Regency, tofu is very popular and often consumed by the public. Currently, many people still use the chemical additive formaldehyde to preserve tofu., , Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 033 of 2012 concerning Food Additives does not allow formalin as a food additive. The purpose of this study was to identify the content of formalin in tofu in Luwuk City, Banggai Regency. The type of research used was descriptive research and the sampling technique was using organoleptic test and random sampling (random sample) with cluster random sampling technique., Sample in this study, as many as 8 samples were taken from tofu production, stalls, traveling traders, and traders at Simpong Market. the amount of formalin content is tofu 1 production of >> mg/l, tofu production 2 of 1.1 mg/l, stall 1 of 1.2 mg/l, stall 2 of 0.8 mg/l, traveling merchant 1 of 0 ,9 mg/l, traveling trader 2 of 2.1 mg/l, Simpong Market trader 1 of 1.5 mg/l, Pasar Simpong trader 2 of 0.6 mg/l, of the 8 samples it has exceeded the threshold value of 0 mg/l based on the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 033 of 2012 concerning Food Additives all contain formalin or do not meet the requirements. Research advice for the Food and Drug Monitoring Agency (BPOM) and the Banggai Regency Health Office to conduct testing periodically and coaching as well as routinely conducting periodic checks on food traders so that formalin preservatives are not used for food preservatives considering the dangers of public health.
Perilaku Pencegahan Penularan TB Paru Oleh Kontak Serumah Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru: Prevention of Pulmonary TB Transmission Behavior by household Contacts in the Working Area of the Kampung Baru Health Center Caca Sudarsa; Liwirnayanti Karaudja; Muhammad Syahrir; Dwi Wahyu Balebu
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 1 No. 2 (2023): Buletin Kesehatan MAHASISWA
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (770.954 KB) | DOI: 10.51888/jpmeo.v1i2.153

Abstract

Tubercolosis paru merupakan penyakit yang menyerang paru-paru manusia yang disebabkan adanya infeksi Mycobacterium tubercolosis yang dapat melemahkan sistem imun tubuh. TB paru di tularkan melalui droplet di udara sehingga seorang penderita TB merupakan sumber penyebab penularan TB pada populasi disekitarnya. TB juga ditularkan melalui udara yaitu percikan ludah, bersin dan batuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang bagaimana Perilaku Pencegahan Penularan TB Paru Oleh Kontak Serumah di Wilayah Puskesmas Kampung Baru tahun 2020. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan kontak serumah sebanyak 66 penderita yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas Kampung Baru Januari sampai dengan Juli 2020. Data diolah menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk setiap variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan menjemur alat tidur dengan kriteria tidak baik sebanyak (61%) dan kriteria baik sebanyak (39%), kebiasaan membuka jendela rumah setiap pagi dengan kriteria baik sebanyak (79%) dan kriteria tidak baik sebanyak (21%), kebiasaan mencuci pakaian di air mengalir dengan kriteria baik sebanyak (73%) dan kriteria tidak baik (27%), kebiasaan tidak tidur sekamar dengan penderita dengan kriteria berisiko sebanyak (71%) dan kriteria tidak berisiko sebanyak (29%). Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku pencegahan penularan TB paru oleh kontak serumah di wilayah kerja Puskesmas Kampung Baru dapat di simpulkan bahwa Perilaku Menjemur Alat Tidur masih tidak baik, Perilaku Membuka Jendela Rumah sudah baik, Perilaku Mencuci Pakaian Hingga Bersih di Air Mengalir sudah baik dan Perilaku Tidak Tidur Sekamar dengan Penderita sudah baik. Perlunya kerja sama dan intervensi dari petugas kesehatan terhadap penderita dan anggota keluarga agar selalu menerapkan perilaku pencegahan penularan TB Paru. Pulmonary tuberculosis is a disease that attacks the human lungs caused by Mycobacterium tuberculosis infection which can weaken the body's immune system. Pulmonary TB is transmitted through airborne droplets so that a TB patient is a source of TB transmission to the surrounding population. TB is also transmitted through the air, namely splashing saliva, sneezing and coughing. This study aims to find out an overview of how the Behavior of Prevention of Pulmonary TB Transmission by Household Contacts in the Kampung Baru Health Center Area in 2020. This type of research is descriptive. The population in this study were all household contacts of 66 patients recorded in the working area of the Kampung Baru Health Center from January to July 2020. The data was processed using a frequency distribution table for each variable studied and presented in table and narrative form. The results showed that the habit of drying bed linen with bad criteria (61%) and good criteria (39%), the habit of opening the windows every morning with good criteria (79%) and bad criteria (21%), the habit of washing clothes in running water with good criteria (73%) and bad criteria (27%), the habit of not sleeping in the same room with sufferers with risk criteria is (71%) and the criteria are not at risk (29%). Based on the results of research on the behavior of preventing the transmission of pulmonary TB by household contacts in the working area of the Kampung Baru Health Center, it can be concluded that th e behavior of drying sleeping equipment is still not good, the behavior of opening the windows of the house is good, the behavior of washing clothes until they are clean in running water is good and the behavior is not Sleeping in a room with sufferers is good. The need for cooperation and intervention from health workers for sufferers and family members so that they always apply behavior to prevent pulmonary TB transmission.
Daya Hambat Infusa Daun Kelor (Moringa oleifera L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli: Inhibition of Moringa Leaf Infusion (Moringa oleifera L) On The Growth of Escherichia coli Bacteria Ulin Nam'ma Saputra; Herawati Herawati; Maria Kanan
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 1 No. 2 (2023): Buletin Kesehatan MAHASISWA
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (756.091 KB) | DOI: 10.51888/jpmeo.v1i2.157

Abstract

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling utama di negara berkembang khususnya untuk infeksi Escherichia coli L. Daun kelor diketahui memiliki kemampuan antimikroba. Penelitian ini bertujuan mengetahui daya hambat, Kadar Hambat Minimum (KHM) dan mengetahui Kadar Bunuh Minimum (KBM) infusa Moringa oleifera L. terhadap pertumbuhan E. coli. Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan metode difusi dengan teknik sumur dan teknik pengenceran. Sampel penelitian ini adalah infusa daun kelor dengan konsentrasi : 100%, 75%, 50%, 25% dan 12,5%. Daya hambat diperoleh berdasarkan pengukuran zona bening yang terbentuk di sekitar lubang sumur menggunakan penggaris. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata -rata diameter zona hambat tertinggi pada konsentrasi 50% yaitu sebesar 16,75 mm. Kadar Hambat Minimum (KHM) infusa daun kelor didapatkan pada konsentrasi 50%. Sedangkan untuk kadar bunuh minimum (KBM) pada penelitian ini tidak ditemukan. Infusa daun kelor (Moringa oleifera L) memiliki daya antibakteri terhadap Escherichia coli dengan hasil pengujian dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan zona hambat sebesar 11,75 mm pada konsentrasi 100%, 12,75 mm untuk konsentrasi 75%, 16,75 mm pada konsentrasi 50%, 8,75 mm pada konsentrasi 25%, dan 8 mm untuk konsentrasi 12,5% dengan KHM pada konsentrasi 50 %,sedangkan KBM pada konsentrasi 50 % sampai 12.5 %. Masyarakat dapat menggunakan infusa daun kelor sebagai pencegahan penyakit infeksi pada konsentrasi 50%, atau 100 gram daun kelor dilarutkan dalam 200 ml air. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian infusa daun kelor menggunakan sampel bakteri selain Escherichia coli, serta dapat menggunakan bagian tanaman kelor yang lainnya sebagai sampel untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Infectious diseases are one of the major health problems in developing countries, especially Escherichia coli L infection. Moringa leaves are known to have antimicrobial abilities. This study aims to determine the inhibitory power, Minimum Inhibitory Level (KHM), and determine the Minimum Kill Rate (KBM) of Moringa oleifera L infusion. to the growth of E. coli. This research is a laboratory experiment with diffusion methods with well and dilution techniques. The sample of this study was an infusion of Moringa leaves with concentrations: of 100%, 75%, 50%, 25%, and 12.5%. Inhibitory power is obtained based on measurements, of clear zones formed around the good hole using a ruler. Based on the results of the study, shows the average diameter of the highest inhibitory zone at a concentration of 50% which is 16.75 mm. The Minimum Inhibitory Level (KHM) of Moringa leaf infusion was obtained at a concentration of 50%. As for the minimum kill rate (KBM) in this study, it was not found. Moringa leaf infusion (Moringa oleifera L) has antibacterial power against Escherichia coli with test results that can inhibit the growth of bacteria with an inhibitory zone of 11.75 mm at a concentration of 100%, 12.75 mm at a concentration of 75%, 16.75 mm at a concentration of 50%, 8.75 mm at a concentration of 25%, and 8 mm at a concentration of 12.5% with KHM at a concentration of 50%, while KBM at a concentration of 12.5% 50% to 12.5%. People can use Moringa leaf infusion as a prevention of infectious diseases at a concentration of 50%, or 100 grams of Moringa leaves dissolved in 200 ml of water. Furthermore, researchers can conduct research on Moringa leaf infusion using bacterial samples other than Escherichia coli and can use other parts of the Moringa plant as a sample to inhibit bacterial growth.
Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia Bawah Dua Tahun Gizi Kurang di wilayah kerja Puskesmas Saiti: Pattern of Complementary Feeding for Breastfeeding to Children Under Two Years of Malnutrition in the work area of the Saiti Health Center Rizka Abdussama; Ramli ramli; Yustiyanti Monoarfa; Muhammad Syahrir
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 1 No. 2 (2023): Buletin Kesehatan MAHASISWA
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (730.344 KB) | DOI: 10.51888/jpmeo.v1i2.158

Abstract

Masalah gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita masih menjadi masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian.Secara langsung masalah gizi disebabkan oleh asupan yang kurang dan tingginya penyakit infeksi. Gizi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak. Pemberian makan yang baik sejak lahir hingga usia dua tahun adalah salah satu upaya mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas tumbuh kembang sekaligus memenuhi hak. Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai Tahun 2020 penderita gizi kurang sebanyak 8,3%. Berdasarkan data di Puskesmas Saiti terjadi peningkatan kasus gizi kurang pada tahun 2020 ke 2021 yaitu dari 11,18% menjadi 17,20%. Jenis Penelitian yang dilakukan adalah survey deskriptif yang bertujuan untuk melihat Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia Bawah Dua Tahun Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Saiti. Pop ulasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia dua tahun gizi kurang pada tahun 2022 yang berjumlah 32. Penyajian data dilakukan setalah data diolah dan dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi disertai narasi untuk menarik kesimpulan. Hasil Penelitian Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia Bawah Dua Tahun Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Saiti yaitu, sebanyak 24 (75%) baduta diberikan MP – ASI Lokal, sedangkan 8 (25%) baduta diberikan MP – ASI Pabrikan. Sebanyak 32 (100%) baduta diberikan Makanan Lumat Pada Usia 6 – 8 Bulan. Sebanyak 32 (100%) baduta diberikan Makanan Lunak pada Usia 9 – 12 Bulan. Sebanyak 32 (100%) baduta diberikan Makanan Padat pada Usia 13 – 24 Bulan. Sebanyak 30 (93,8%) baduta diberikan MP – ASI pada usia 6 – 8 Bulan sebanyak 2 – 3 kali sehari. Sedangkan, 9 – 12 bulan sebanyak 3 – 4 kali sehari 28 (87,5%) baduta. Dan 13 – 24 Bulan 3 – 4 kali sehari terdapat 27 (84,4%) baduta. Sebanyak 32 (100%) baduta diberikan MP – ASI dengan Hygiene yang baik dan, tepat waktu. Sebanyak 16 (50%) baduta diberikan MP ASI Lokal. Dan sebanyak 9 (28,1) baduta diberikan MP – ASI Lokal yaitu Bubur dicampur dengan dan daging. Dan sebanyak 7 (21,9%) baduta diberikan MP – ASI Pabrikan. Saran perlunya dilakukan upaya pemberday aan masyarakat dalam penyiapan MP – ASI Lokal yang bervariasi dan memenuhi kebutuhan gizi baduta. The problem of undernutrition and malnutrition in children under five is still a major nutritional problem that needs attention. Nutritional problems are directly caused by inadequate intake and high levels of infectious diseases. Nutrition is a very important need in the process of growth and development of infants and children. Proper feeding from birth to the age of two is one of the fundamental efforts to ensure quality growth and development while simultaneously fulfilling rights. Based on the Banggai District Health Office profile in 2020, 8.3% of people with malnutrition were malnourished. Based on data at the Saiti Health Center, there has been an increase in cases of malnutrition in 2020 to 2021, from 11.18% to 17.20%. This type of research is a descriptive survey that aims to see the pattern of complementary feeding to children under two years of age with malnutrition in the working area of the Saiti Health Center. The population in this study were all 32-year-old undernourished infants in 2022. The data was presented after the data was processed and analyzed and then presented in the form of a frequency distribution accompanied by a narration to draw conclusions. The results of the study on the pattern of providing complementary feeding to children under two years of age with malnutrition in the working area of the Saiti Health Center were 24 (75%) under-fives were given MP-ASI Local, while 8 (25%) were given MP-ASI Manufacturers. A total of 32 (100%) baduta were given crushed food at the age of 6-8 months. A total of 32 (100%) Baduta were given Soft Food at the Age of 9 -12 Months. A total of 32 (100%) children were given solid food at the age of 13 -24 months. A total of 30 (93.8%) children under two were given MP - ASI at the age of 6 - 8 months as much as 2-3 times a day. Meanwhile, 9-12 months as many as 3-4 times a day 28 (87.5%) baduta. And 13 – 24 Months 3-4 times a day there are 27 (84.4%) baduta. A total of 32 (100%) children under two were given MP - ASI with good hygiene and on time. A total of 16 (50%) chil dren under two were given MP ASI Local. And as many as 9 (28.1) children under two were given MP - Local ASI, namely porridge mixed with meat and porridge. And as many as 7 (21.9%) children under two were given MP - ASI Manufacturer. Suggestions for the need for community empowerment efforts in the preparation of local MP - ASI that are varied and meet the nutritional needs of under-fives.
Studi Kejadian Penyakit DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Luwuk Berdasarkan Kondisi Iklim : Study Incidence DHF in the Work Area of the Luwuk Health Center Based on Climatic Conditions Evi Magdalena; Dwi Wahyu Balebu; Sandy Novriyanto Sakati
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 1 No. 3 (2023): Buletin Kesehatan MAHASISWA
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51888/jpmeo.v1i3.163

Abstract

Penyakit DBD adalah penyakit infeksi yang ditularkan oleh virus dengan bantuan nyamuk Aedes Aegypti. Peningkatan dan penurunan kasus DBD membutuhkan bantuan iklim dalam penyebaran, unsur iklim yang berupa suhu, kelembaban, curah hujan dan kecepatan angin ikut berperan dalam mendukung perkembangbiakan vektor. Tujuan dari penelitian adalah untuk menggambarkan kasus kejadian penyakit DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Simpong berdasarkan kondisi iklim. Pada lima tahun terakhir yakni pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2021.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan menggunakan data sekunder, data Kasus DBD di dapatkan dari Puskesmas Simpong dan data kondisi iklim yang merupakan suhu, kelembaban, curah hujan dan kecepatan angin didapatkan dari kantor BMKG Kabupaten, data diolah menggunakan aplikasi excel, serta penyajian data berupa tabel dan grafik. Hasil analisis trend Kasus DBD yang disandingkan dengan kondisi iklim, gambaran kejadian kasus DBD berdasarkan suhu udara, terdapat adanya kasus penyakit pada suhu tidak normal, kejadian kasus DBD berdasarkan kelembaban terdapat kasus pada bulan dengan tingkat kelembaban normal, kejadian kasus DBD berdasarkan curah hujan terdapat kasus pada bulan dengan tingkat kondisi tinggi dan terdapat kasus pada bulan dengan tingkat curah hujan rendah, kejadian kasus DBD berdasarkan kecepatan angin, terdapat kasus pada bulan dengan tingkat kecepatan angin normal atau < 25-31 mil/jam. Perlu adanya peningkatan kewaspadaan dini dan upaya pencegahan terhadap kejadian DBD pada akhir tahun dan awal tahun. Dengue fever is an infectious disease that is transmitted by a virus with the help of the Aedes aegypti mosquito. The increase and decrease in DHF cases requires climate assistance in spreading, climatic elements in the form of temperature, humidity, rainfall and wind speed play a role in supporting vector breeding. The aim of this study was to describe cases of dengue fever in the Simpong Health Center working area based on climatic conditions. In the last five years, namely from 2017 to 2021. This type of research is descriptive research, using secondary data, DHF case data was obtained from the Simpong Health Center and climate condition data namely temperature, humidity, rainfall and wind speed were obtained from district BMKG office, data is processed using the excel application, as well as data presentation in the form of tables and graphs. The results of trend analysis of DHF cases coupled with climatic conditions, an overview of the incidence of DHF cases based on air temperature, there are cases of disease at abnormal temperatures, the incidence of DHF cases based on humidity there are cases in months with normal humidity levels, the incidence of DHF cases based on rainfall there are cases in months with high levels of conditions and there are cases in months with low levels of rainfall, the incidence of DHF cases is based on wind speed, there are cases in months with normal wind speeds or <25-31 mph. There is a need to increase early awareness and prevention efforts against DHF incidents at the end of the year and at the beginning of the year.
Analisis Kebisingan Kawasan Pemukiman di Sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Desa Labasiano Kecamatan Buko Tahun 2022: Analysis of Housing Noise Around PLTD Labasiano Village, Buko District in 2022 Bambang Dwicahya; Sofyan Huraerah; Sandy Novrianto Sakati; Dwi Wahyu Balebu
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 1 No. 3 (2023): Buletin Kesehatan MAHASISWA
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51888/jpmeo.v1i3.175

Abstract

Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, termasuk tempat kerja.Bahkan bunyi yang kita tangkap melalui telinga merupakan bagian dari kerja, misalnya bunyi telepon, bunyi mesin cetak, dan lain sebagainya.Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui tingkat kebisingan di Kawasan pemukiman sekitar PLTD desa Labasiano. Jenis penelitian ini yaitu Deskriptif dan lokasi penelitian di kawasan pemukiman sekitar PLTD desa Labasiano. Kemudian sampel pada penelitian ini yaitu wilayah ditentukan dengan menggunakan GPS dan sesuai SNI 8427 tahun 2017 terdapat 3 titik pengukuran dengan radius 10, 25, 25 (M).pengambilan data dilakukan dengan lembar pengambilan data KMNLH No. 48 Tahun 1996. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat kebisingan dikawasan pemukiman sekitar PLTD desa Labasiano melebihi standar baku mutu kebisingan dikawasan pemukiman dimana hasil didapatkan >55 dBA atau pada Titik 1= 77,35, Titik 2= 72,13, dan Titik 3= 65,97. Saran bagi penentu kebijakan, baik puskesmas, maupun DLH, dan masyarakat agar dapat melakukan penanggulangan kebisingan dikawasan pemukiman desa Labasiano. Sound is something that we cannot avoid in our daily lives, including in the workplace. Even the sound that we perceive through our ears is part of work, for example the sound of a telephone, the sound of a printing press, and so on. This study aims to determine the noise level in Residential area around the Labasiano village PLTD. This type of research is descriptive and the research location is in a residential area around the PLTD of Labasiano village. Then the sample in this study is the area determined using GPS and according to SNI 8427 of 2017 there are 3 measurement points with a radius of 10, 25, 25 (M). Data collection was carried out using the KMNLH data collection sheet No. 48 of 1996. The results of this study indicate that the noise level in the residential area around the Labasiano village PLTD exceeds the noise quality standards in residential areas where the results obtained are >55 dBA or at Point 1 = 77.35, Point 2 = 72.13, and Point 3 = 65,97. Suggestions for policy makers, both health centers, and DLH, and the community to be able to carry out noise control in the residential area of ​​Labasiano village.
Gambaran Asupan Gizi Mikro pada Balita Stunting di Desa Kalumbatan Totikum Selatan Kabupaten Banggai Tahun 2022: The Description of Micro Nutrition Intake in Stunting Toddlers in Kalumbatan Village Totikum Selatan, Banggai Regency in 2022 Risky Ekaputri; Indrasari Basri; Marselina Sattu; Muhammad Syahrir; Mirawati Tongko; Fitrianty S. Lanyumba; I Wayan Suartika
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 1 No. 3 (2023): Buletin Kesehatan MAHASISWA
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51888/jpmeo.v1i3.179

Abstract

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingaga mengakibataka gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak yang lebih rendah dari standar usianya. Berdasarkan data tertinggi yaitu dengan jumlah balita yang menderita stunting mencapai 42,60%. Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui apa saja asupan mikro pada balita stunting di Desa Kalumbatan Kec. Totikum Selatan. Jenis penelitian adalah survey deskriptif. Populasi dan sampel terdiri dari 59 balita stuting. Alat pengumpulan data yaitu menggunakan kuesioner food recal 24 jam. Metode analisis data menggunakan program SPSS dan nutrisurvey. Hasil penelitian dari 59 balita stunting menunjukkan bahwa asupan vitamin A, vitamin D, kalsium, dan iodium yang di konsumsi balita sebagian besar termasuk dalam kriteria kurang. Hal ini disebabkan karena masih rendah kualitas makan yang diberikan kepada balita, faktor lain yang dapat menyebabkan stunting adalah pendidikan ibu, pengatahuan, pendapatan, dan penyakit infeksi. Untuk itu perlu disarankan adanya perhatian orang tua khususnya ibu rumah tangga agar lebih memperhatikan kualitas makanan untuk menghindarin terjadinya masalah gizi pada anak. Stunting is a chronic malnutrition problem caused by a lack of nutritional intake for a long time, whose causing impaired growth in children where the children's height is lower than their age. Based on the highest data which is the number of toddlers suffering from stunting reached 42.60%. The purpose of this research was to find out what are the micro intakes of stunting toddlers in Kalumbatan Village, Totikum Selatan District. This type of research is a descriptive survey. The population and sample consisted of 59 stunting toddlers. The data collection tool is using a 24-hour food recal questionnaire. The data analyze methods is using the SPSS and Nutrisurvey programs. The results of this research is 59 stunting toddlers showed that the intake of vitamin A, vitamin D, calcium and iodine consumed by the toddlers was mostly included in the deficient criteria. This is caused by the low quality of food given to the toddlers, other factors that can cause stunting are mother's education, knowledge, income, and infectious diseases. For this reason, it is necessary to suggest the attention of parents, especially mothers, to pay more attention to the quality of food to avoid nutritional problems in children.
Hubungan Kondisi Rumah terhadap Kejadian Penyakit Tuberculosis di Wilayah Kerja Puskemas Kampung Baru: The Relationship between Home Conditions and the Incidence of Tuberculosis Disease in the Working Area of the Kampung Baru Health Center Rizky Eka Putri Djalumang; Sriyanti Nurdin; Anang S. Otoluwa
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 1 No. 3 (2023): Buletin Kesehatan MAHASISWA
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51888/jpmeo.v1i3.184

Abstract

Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan salah satu faktor risko penyakit tuberkulosis paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi rumah terhadap kejadian penyakit Tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kampung Baru. Jenis penelitian adalah analitik dengan rancangan Case Control. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah penderita TB paru BTA + tahun 2018 di Puskesmas Kampung Baru sebanyak 51 responden dan BTA – sebanyak 51 responden. Pengambilan sampel menggunakan cara random sampling. Analisis data dengan cara univariat, bivariat dan multivriat dengan menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan hunian merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit tuberculosis dengan hasil nilai p = 0,000 (p<0,05) dan hasil uji statistik nilai OR= 0,165, ventilasi merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit tuberkulosis dengan hasil nilai p = 0,001 (p<0,05) dan hasil uji statistik nilai OR= 0,176, pencahayaan merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit tuberkulosis dengan hasil nilai p = 0,000 (p<0,05) dan hasil uji statistik nilai OR= 0,141, kelembaban merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit tuberculosis dengan hasil nilai p = 0,001 (p<0,05) dan hasil uji statistik nilai OR= 0,137, jenis lantai merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit tuberkulosis dengan hasil nilai p = 0,031 (p<0,05), dan hasil uji statistik nilai OR= 0,167. Dan hasil uji regresi logistik variabel pencahayaan dengan nilai p=0,000 dan exp(B) sebesar 0,093 kali memiliki hubungan terhadap kejadian tuberkulosis. Untuk itu disarankan bagi Pemerintah lebih meningkatkan upaya penanggulangan tuberkulosis untuk menemukan secara dini penderita Tuberkulosis dan membentuk kader peduli TBC dan bagi masyarakat agar lebih memperhatikan sanitasi rumah dan membiasakan berprilaku hidup bersih dan sehat. A house that does not meet health requirements is a risk factor for pulmonary tuberculosis. This study aims to determine the relationship between the condition of the house and the incidence of tuberculosis in the working area of the Kampung Baru Health Center. This type of research is analytic with a Case Control design. The population in this study was the number of smear + pulmonary TB patients in 2018 at the Kampung Baru Health Center as many as 51 respondents and BTA - as many as 51 respondents. Sampling using random sampling method. Data analysis was carried out using univariate, bivariate and multivariate methods using logistic regression. The results showed that occupancy density was a factor associated with the incidence of tuberculosis with a result of a value of p = 0.000 (p <0.05) and the results of statistical tests OR = 0.165, ventilation was a factor associated with the incidence of tuberculosis with a result of a value of p = 0.001 (p <0.05) and the statistical test results OR = 0.176, lighting is a factor related to the incidence of tuberculosis with the results of the p = 0.000 (p <0.05) and the statistical test results OR = 0.141, humidity is factors associated with the incidence of tuberculosis with a result value of p = 0.001 (p <0.05) and the results of statistical tests OR = 0.137, the type of floor is a factor associated with the incidence of tuberculosis with a result value of p = 0.031 (p <0, 05), and the statistical test results OR = 0.167. And the results of the logistic regression test for the variable lighting with a value of p = 0.000 and exp(B) of 0.093 times have a relationship to the incidence of tuberculosis. For this reason, it is recommended for the Government to increase efforts to combat tuberculosis to find tuberculosis sufferers early and form TB care cadres and for the community to pay more attention to home sanitation and clean and healthy living habits.
Hubungan Pemberian Asi Esklusif dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Toili I: The Relationship between Exclusive Breastfeeding with Stunting Incidence in Toddlers in the Working Area of the Toili I Puskesmas Novayanti M.; Herawati Herawati; Ramli Ramli; Yunita Sari Thirayo
Buletin Kesehatan MAHASISWA Vol. 2 No. 1 (2023): Buletin Kesehatan MAHASISWA Volume 2 Nomor 1 September 2023
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51888/jpmeo.v2i1.189

Abstract

Stunting ialah masalah kekurangan gizi jangka panjang yang disebabkan oleh asupan gizi yang tidak memadai, serta mempengaruhi pertumbuhan anak, menyebabkan mereka menjadi pendek ataupun lebih pendek dari yang diharapkan untuk usia mereka (Kemenkes, 2018). Pemberian ASI eksklusif yang tidak diberikan selama enam bulan termasuk salah satu faktor penyebab stunting pada balita karena ASI diperlukan untuk tahap tumbuh kembang bayi guna memenuhi kebutuhan gizinya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan ASI Esklusif dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Toili I. Jenis penelitian ini menggunakan metode Analitik dengan pendekatan retrospektif, serta teknik pengambilan sampel random sampling atau simple random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Responden dalam penelitian ini adalah ibu balita 36-59 bulan yaitu sebanyak 129 responden. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan ada hubungan signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada balita dimana berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai signifikan yaitu 0,002 (p<0,05) yang menunjukan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada balita. Saran harus lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan gizi anak mulai dari bayi dengan cara memberikan ASI eksklusif dan pemberian IMD pada anak, serta tidak memberikan MP-ASI terlalu dini sampai bayi berusia di atas 6 bulan. Stunting is a long-term malnutrition problem caused by inadequate nutritional intake, which affects children's growth, causing them to be short or shorter than expected for their age (Ministry of Health, 2018). Exclusive breastfeeding which is not given for six months is one of the factors causing stunting in toddlers because breast milk is needed for the baby's growth and development stage to meet their nutritional needs. The purpose of this study was to determine the relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of stunting in the working area of ​​the Toili I Health Center. This type of research uses an analytical method with a retrospective approach, as well as a sampling technique. Random sampling or Simple Random Sampling is taking members of a population randomly without regard to the strata in that population. Respondents in this study were mothers of toddlers 36-59 months, namely 129 respondents. Based on the results of the research conducted, it can be concluded that there is a significant relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of stunting in toddlers based on the results of the chi-square test a significant value is obtained, namely 0.002 (p <0.05) which indicates that there is a relationship between exclusive breastfeeding with the incidence of stunting in infants. Suggestions should pay more attention to meeting the nutritional needs of children starting from infants by giving exclusive breastfeeding and giving IMD to children, and not giving MP-ASI too early until the baby is over 6 months old.

Page 1 of 2 | Total Record : 18