cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Humanika : Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
ISSN : 14121271     EISSN : 25794248     DOI : 10.21831
Core Subject : Humanities, Art,
HUMANIKA published by P-MKU LPPMP is an academic journal, publishes high quality manuscripts that engage theoretical and empirical issues including education, social sciences, and religion studies. They are tackled from a multidisciplinary perspective. The journal also features case studies focusing on practical implications, or papers related to learning and teaching in social and science disciplines.
Arjuna Subject : -
Articles 168 Documents
KAJIAN KONSTITUSI INDONESIA DARI AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI REFORMASI KONSTITUSI PASCA ORDE BARU Kus Eddy Sartono
Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 8, No 1 (2008): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v8i1.21011

Abstract

Sejarah konstitusi Indonesia dapat dikatakan telah melewati berbagai  tahap perkembangan. Tiap tahap memunculkan model ketatanegaraan yang khas, sampai  karena trauma masa lalu terutama akibat praktek politik Orde Baru yang  menyalah gunakan konstitusi untuk tujuan kekuasaannya yang sentralistik dan otoriter, memunculkan ide untuk mengamandemen UUD 1945. Tahap perkembangan konstitusi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi beberapa periode.  Periode pertama berlaku UUD 1945, periode kedua berlaku Konstitusi RIS 1949, periode ketiga berlaku Undang-Undang Dasar Sementara 1950, Periode keempat berlaku kembali UUD 1945 beserta Penjelasannya. Setelah itu UUD 1945 diubah berturut-turut pada tahun 1999, 2000, 2001, 2002 dengan menggunakan naskah yang berlaku mulai 5 Juli 1959 sebagai standar dalam melakukan perubahan di luar teks yang kemudian dijadikan lampiran yang tak terpisahkan dari naskah UUD 1945.Mengamandemen konstitusi (undang-undang dasar) jelas bukan urusan sederhana. Sebab undang-undang dasar merupakan desains utama negara untuk mengatur berbagai hal fundamental dan strategis, dari soal struktur kekuasaan dan hubungan antar kekuasaan organ negara sampai hak asasi manusia.  Proses amandemen UUD 1945 terjadi secara bertahap selama empat kali. Ada berbagai kekurangan dalam empat tahap amandemen tersebut yang mendapat sorotan tajam diantara para pengamat, yang memunculkan ide perlunya dibentuk Komisi Konstitusi  yang akan membantu melakukan koreksi dan mengatasi kekurangan-kekurangan itu untuk amandemen mendatang.
Ilmuwan sosial berkarakter untuk Indonesia berkemajuan Benni Setiawan
Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 18, No 2 (2018): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v18i2.29236

Abstract

Social science is often considered the second caste in the current system, whereas social science provides a humanist face for humanity and nationality. Therefore social scientists need to convey their thoughts to proclaim the truth. Social scientists should have a distinctive character that makes it no less competitive with science and technology scientists. Social scientists have an important role in building Indonesia. This paper presents the exposure of the character of social humanities scientists to be able to contribute to humanitarian and national development. At least, there is one main character for a humanities social scientist plus three other characters. The main character for a social scientist is intelligent and morally puritanical. The second character for a social scientist is being wasathiyyah. The third character that social scientists need to have is being able to work with anyone. The fourth character is social scientists could build a center of excellence.Ilmu sosial seringkali dianggap kasta kedua dalam sistem saat ini, padahal ilmu sosial memberikan wajah humanis bagi kemanusiaan dan kebangsaan. Oleh karena itu ilmuwan sosial perlu menunjukkan pemikirannya untuk mewartakan kebenaran. Ilmuwan sosial selayaknya memiliki karakter khas yang menjadikannya tidak kalah saing dengan ilmuwan sains dan teknologi. Ilmuwan sosial mempunyai peran penting dalam membangun Indonesia. Tulisan ini mengemukakan paparan karakter ilmuwan sosial humaniora untuk dapat berkontribusi bagi pembangunan kemanusiaan dan kebangsaan. Setidaknya, ada satu karakter utama bagi seorang ilmuwan sosial humaniora ditambah tiga karakter lanjutan. Karakter utama bagi seorang ilmuwan sosial ialah cerdas berilmu dan puritan secara moral. Karakter kedua bagi seorang ilmuwan sosial adalah bersikap wasathiyyah. Karakter ketiga yang perlu dimilki oleh ilmuwan sosial adalah mampu bekerjasama dengan siapa pun. Karakter keempat adalah ilmuwun sosial dapat membangun pusat keunggulan.
Education 4.0: Pergeseran pendidikan sebagai konsekuensi revolusi industri 4.0 Elisabeth Pratidhina
Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 20, No 1 (2020): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v20i1.29290

Abstract

Industrial Revolution 4.0 is changing how we live, work, and communicate. The education field should develop to adapt to the revolutionary changes that happen in the world recently. Industrial revolution 4.0 makes shifted paradigm in education. Education 4.0 is the desired approach to learning that aligns itself with the emerging fourth industrial revolution. It brings up the well-known educational concepts such as self-directed learning and long-life learning. This paper discuss shifting educational theory in Education 4.0 and the phenomenon of the emerging new education technology which attempts to fill the need for self-directed learning dan long-life learning.
Agama Sebagai Basis Terciptanya Etika Global C.B. Ismulyadi
Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 13, No 1 (2013): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v13i1.3196

Abstract

Globalisasi secara umum merupakan bentuk keterbukaan dunia yang tidaklagi tersekat oleh wilayah administrasi negara, ideologi, agama, kultur budayamasyarakat dan keterpisahan geografi fisik tempat tinggal. Dunia bisa terbuka karenadipercepat oleh perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Teknologitersebut dapat menembus batas berbagai sekat-sekat dunia manusia. Melalui saranateknologi informasi di jaman globalisasi pula, setiap orang bisa mendapatkan berita,baik dari hal yang paling dianggap tabu sampai yang paling suci sekalipun.Agama dipaksa masuk ke dalam dan berada dunia pusaran global. Karena itu,mekanisme pasar global harus juga dipelajari oleh agama-agama, jika agama-agamamasih ingin tetap eksis di dalam pusaran yang mahadahsyat ini. Sebagai contoh,meskipun pesan Kitab Suci esensinya tetap sama, masing-masing agama harus beranimerumuskan secara baru apa yang menjadi pesan Kitab Suci tersebut. Atau bila perlu,ada pembaruan ajaran-ajaran agama yang sudah tidak sesuai dengan sensitivitashumanisme kontemporer. Keberadaan agama di pusaran globalisasi menuntut sebuahpilihan. Pilihan ini tidak lain adalah ketika agama menentukan langkah yang tepat agarwajahnya, minimal mengakomodasai kerinduan dari roh zaman yang bertiup di erapasar bebas dan globalisasi.
PLURALISME HUKUM ISLAM, SEBUAH PEMBACAAN AWAL Benni Setiawan
Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 12, No 1 (2012): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v12i1.3650

Abstract

Pluralisme meniscayakan adanya kesediaan antarpemeluk agama dan keagamaan untuk berdialog, saling berbicara, dan saling mendengar. Dialog yang dikembangkan bukan semata dialog teologi, tetapi juga dialog kehidupan, dialog kegiatan sosial, berbagi pengalaman keagamaan, dan do’a bersama. Hukum Islam berdiri di atas prinsip-prinsip yang harus dipertahankan secara absolut dan universal. Prinsip-prinsip tersebut adalah ajaran yang qath'i dan menjadi tolok ukur pemahaman dan penerimaan hukum Islam secara keseluruhan. Pluralisme hukum Islam (Islamic legal pluralism) penting dibahas untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai makna dan interpretasi sesuai konteks zaman. Aturan-aturan dalam hukum Islam yang kelihatannya tidak sesuai dengan prinsip egaliter dan dan prinsip-prinsip lainnya, maka aturan tersebut harus dipahami sesuai dengan konteks realitas sosial yang melingkupinya dan memperhatikan fungsinya sebagai legal counter terhadap aturan-aturan hukum non-egaliter yang berlaku pada masa Jahiliyyah.   Kata kunci: pluralisme, hukum Islam
MENERAPKAN METODE COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Syukri Fathudin Achmad Widodo
Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 6, No 1 (2006): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v6i1.3808

Abstract

Cooperative learning adalah metode pembelajaran dengan prinsip belajar untuk sukses bersama. Cooperative Learning biasa disebut dengan tutorial teman sebaya, artinya metode pembelajaran yang dilakukan dengan melibatkan siswa untuk saling membantu siswa yang lainnya. Cooperative learning sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dapat dijadikan pilihan bagi para pendidik mulai  jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Dengan cooperative learning diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dan interaksi sosial dengan sesamanya dapat terjalin dengan baik. Implementasi cooperative learning pada kelas akan merubah paradigma cara belajar dengan suasana tradisional yang berfokus pada kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada dosen menjadi kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada mahasiswa. Dengan demikian, diharapkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa menjadi lebih baik selain  juga mengembangkan tanggung jawab, pemahanan pengetahuan, empati, dan interaksi sosial dengan sesama siswa lainnya, sehingga pendidikan berbasis mutu tidak hanya sebagai konsep tetapi juga perbaikan berkelanjutan dalam pendidikan menuju ke arah lebih baik. Tujuan Pendidikan Agama Islam lebih merupakan suatu upaya untuk membangkitkan intuisi agama dan kesiapan rohani dalam mencapai pengalaman transendental. Dengan demikian tujuan utamanya bukanlah sekedar mengalihkan pengetahuan dan keterampilan (sebagai isi pendidikan), melainkan lebih merupakan suatu ikhtiar untuk menggugah fitrah insaniyah (to stir up certain innate powers), sehingga mahasiswa bisa menjadi penganut atau pemeluk agama yang taat dan baik (Muslim paripurna). Sedangkan pendidikan pada umumnya, bertujuan lebih menitikberatkan pada pemberian pengetahuan dan ketrampilan khusus dan secara ketat berhubungan dengan pertumbuhan serta pemilahan areal kerja yang diperlukan dalam masyarakat. Dalam hal ini hubungan interaksi lebih bersifat kognitif-psikomotorik, dan kurang banyak menyentuh kealaman rohani serta sifat-sifat watak kepribadian manusia.
HUBUNGAN LINGKUNGAN KAMPUS, POLA ASUH ORANG TUA DAN MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA Agus Wibowo
Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 16, No 1 (2016): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v16i1.12071

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara lingkungan kampus dengan motivasi berprestasi mahasiswa FE-UNJ; (2) hubungan antara perhatian orang tua dengan motivasi berprestasi mahasiswa FE-UNJ, dan (3) hubungan antara lingkungan kampus dan pola asuh orang tua dengan motivasi berprestasi mahasiswa FE-UNJ.Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) ada korelasi signifikan antara lingkungan kampus dengan motivasi berprestasi mahasiswa FE-UNJ, di mana koefisien korelasi ganda (Ry.12) = 0,196 dan F hitung (F Change) = 11,144, serta p-value = 0,040 0,05. (2) ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap motivasi berprestasi mahasiswa FE-UNJ, di mana koefisien korelasi X2 ke Y sebesar 0,102 dengan nilai signifikansi 0,000 ≤ 0,050. Hasil hitung koefisien korelasi ganda (Ry.12) = 0,410 dan F hitung (F Change) = 21,817, serta p-value = 0,000 0,05. Sedangkan koefisien determinasinya, yaitu R square = 0,168, (3) ada hubungan yang signifikan antara lingkungan kampus dan pola asuh orang tua terhadap motivasi berprestasi mahasiswa FE-UNJ di mana hasil perhitungan uji koefisien korelasi ganda (Ry.12) = 0,415 dan F hitung (F Change) = 11,144, serta p-value = 0,000 0,05. Sedangkan koefisien determinasinya, yaitu R square = 0,172.
KAJIAN TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN NEGARA DI INDONESIA SETELAH AMANDEMEN UUD 1945 Eny Kusdarini
Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 11, No 1 (2011): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v11i1.20993

Abstract

Setelah terjadi era reformasi UUD 1945 yang dulunya disakralkan dan ternyata mengandung banyak kelemahan oleh MPR hasil pemilu diamanden sampai beberapa kali. Di dalam UUD 1945 yang telah diamandemen terjadi perubahan terhadap sistem penyelenggaraan negara di Indonesia termasuk perubahan sistem pemilihan penyelenggara negara yang diadakan tiap lima tahun sekali. Setelah diadakan amandemen terhadap UUD 1945 pemilihan untuk anggota legislatif diadakan secara langsung sekaligus memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Di samping itu, pemilihan presiden dan wakil presiden setelah amandemen UUD 1945 juga diadakan secara langsung. Sebelum amandemen UUD 1945, pemilihan presiden dan wakil yang diadakan melalui sistem perwakilan yang dilakukan oleh anggota-anggota DPR.
GENDER DALAM PERSPEKTIF ALQUR’AN Dwi Ratnasari
Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 18, No 1 (2018): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v18i1.23125

Abstract

Perbedaan anatomi biologis laki-laki dan perempuan merupakan sunnatullah yangmasih menyimpan beberapa masalah, baik dari segi substansi kejadian maupun peran yangdiemban dalam kehidupan bermasyarakat. Interpretasi budaya terhadap perbedaan biologisinilah yang disebut gender. Alquran memang tidak merinci pembagian kerja antara lakilakidan perempuan, akan tetapi Alquran cenderung mempersilahkan kepada kecerdasanmanusia untuk mengelola pembagian peran di antara mereka, -- dengan mengutamakanprinsip kesejajaran dan kemitraan--, atas dasar musyawarah dan saling tolong menolong.Alquran sebagai rujukan nilai-nilai ajaran Islam, dalam membicarakan masalah penciptaanmanusia tidak menyebut jenis kelamin secara khusus, melainkan dengan menyebutmanusia secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa manusia, baik laki-laki maupunperempuan tidak memiliki perbedaan dalam penciptaannya sehingga mereka memilikikedudukan yang sama dalam kemanusiaannya, tidak ada yang lebih tinggi ataupun lebihrendah. Sebab prinsip utama dalam ajaran Islam adalah persamaan di antara seluruhmanusia, baik antara laki-laki dan perempuan maupun antar suku, bangsa dan keturunan.Perbedaan yang ditegaskan dalam Alquran yang kemudian dapat meninggikan ataupunmerendahkan martabat seseorang adalah nilai pengabdian dan ketakwaannya terhadapAllah swt.Biological anatomy differences of males and females have many problems, bothfrom the real substance and task forces in the society. Gender is defined as culturalinterpretation toward biological differences. Holy Qur’an doesn’t explain about task forcesboth males and females, but it tends to allow human intelligence to manage everythingwith equality and cooperative relationship which include discussion and kindness. HolyQur’an as reference of Islamic values, it didn’t talk aboout sexes when it discussed howpeople where created, but it explained human in general. This shows that humans eithermales or females doesn’t have differences so that they have the same position. Primaryprinciple of Islam is the equality among people, both males and females, contries, ethnics,and generation. Difference explained could go up or go down human prestige which is therepresentation of service and belief to the God.
Tujuan pendidikan nasional dalam perspektif Pancasila Rukiyati Rukiyati
Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 19, No 1 (2019): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v19i1.30160

Abstract

The educational objectives contained in Act Number 20 of 2003 concerning theNational Education System in Indonesia is to develop multidimensional and holistichuman nature. The relationship between the components of the goal as an integral wholeand there is a hierarchy of values in the achievement of goals. The natural aspects ofhumanity are seen as a potential that needs to be developed so that humans reach personalqualities as human beings who have noble character, both when dealing with the Creatorin terms of faith and piety (believe in one God) and when dealing with fellow creatures inworld life (humanity, unity, democracy, and social justice). The purpose of education isactually the values of Pancasila in another formulation because, in fact, the foundation ofIndonesia's national education philosophy is Pancasila.

Page 1 of 17 | Total Record : 168


Filter by Year

2006 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 23, No 2 (2023): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 23, No 1 (2023): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 22, No 2 (2022): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 22, No 1 (2022): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 21, No 2 (2021): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 21, No 1 (2021): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 20, No 2 (2020): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 20, No 1 (2020): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 19, No 2 (2019): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 19, No 1 (2019): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 18, No 2 (2018): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 18, No 1 (2018): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 17, No 2 (2017): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 17, No 1 (2017): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 16, No 1 (2016): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 15, No 1 (2015): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 14, No 1 (2014): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 13, No 1 (2013): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 12, No 1 (2012): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 11, No 1 (2011): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 10, No 1 (2010): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 9, No 1 (2009): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 8, No 1 (2008): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 7, No 1 (2007): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 6, No 1 (2006): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum More Issue