cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Diponegoro
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 25408844     DOI : -
Core Subject : Health,
JKD : JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO ( ISSN : 2540-8844 ) adalah jurnal yang berisi tentang artikel bidang kedokteran dan kesehatan karya civitas akademika dari Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang dan peneliti dari luar yang membutuhkan publikasi . JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO terbit empat kali per tahun. JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO diterbitkan oleh Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.
Arjuna Subject : -
Articles 175 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO" : 175 Documents clear
PERBANDINGAN INDEKS KOIL TALI PUSAT PADA KEHAMILAN PREEKLAMPSIA BERAT DAN NORMOTENSI Prika Maulina Agaristi; Besari Adi Pramono
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.757 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15644

Abstract

Latar Belakang : Preeklampsia termasuk dalam tiga besar penyebab kematian ibu, menurut WHO juga Direktorat Kesehatan Ibu Indonesia dan Dinkes Kota Semarang. Pada preeklampsia terjadi plasentasi abnormal, yaitu tidak terjadinya invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun. Insufisiensi aliran darah uteroplasenta akan mengakibatkan peningkatan resistensi vaskular. Terdapat hubungan yang signifikan antara laju aliran vena umbilikalis dengan indeks koil tali pusat. Indeks koil tali pusat dapat dijadikan sebagai salah satu indikator luaran perinatal buruk (berkaitan dengan preeklampsia, usia ekstrim, GDM, dan lain-lain).Tujuan : Mengetahui adanya perbedaan indeks koil tali pusat pada preeklampsia berat dengan normotensi.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang. Data yang digunakan adalah data primer dari pengamatan makroskopis pada tali pusat berupa pengukuran panjang tali pusat dan penghitungan jumlah koil pada tali pusat. Sampel terdiri dari 30 subjek, 14 preeklampsia berat (kelompok kasus) dan 16 kehamilan kontrol (kelompok kontrol) di beberapa rumah sakit dan puskesmas di Semarang. Analisis menggunakan uji Mann Whitney.Hasil : Pada uji Mann-Whitney didapatkan perbedaan indeks koil tali pusat yang bermakna antara preeklampsia berat dan kehamilan normotensi (p=0,009). Indeks koil tali pusat pada preeklampsia berat (0,3709 ± 0,21637 koil/cm) lebih rendah dibandingkan pada kehamilan normotensi (0,4034 ± 0,04118 koil/cm).Kesimpulan : Terdapat perbedaan indeks koil tali pusat pada preeklampsia berat dan kehamilan normotensi.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FUNGSI KOGNITIF PENDERITA STROKE NON HEMORAGIK Arina Pramudita; Dwi Pudjonarko
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.856 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14242

Abstract

Latar Belakang : Stroke dan penyakit kardiovaskuler lainnya masih menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia dan diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030. Stroke non hemoragik atau stroke iskemik adalah yang terbanyak. Sejumlah faktor risiko stroke sudah diketahui seperti usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, dislipidemia, obesitas, kebiasaan merokok, serta pola hidup sedentari. Pengaruh stroke juga sudah diketahui salah satunya mempengaruhi fungsi kognitif. Salah satu pemeriksaan fungsi kognitif bagi penderita stroke adalah MMSE dimana pemeriksaan ini merupakan skrining penilaian psikometri yang paling sering dipakai. MMSE ini sangat mudah dan relatif cepat.Tujuan : Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi gangguan fungsi kognitif pada penderita stroke non hemoragik.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Saraf RSUP Dr Kariadi Semarang. Subyek penelitian sebanyak 15 pasien dengan teknik consecutive sampling. Data yang digunakan merupakan data primer yaitu hasil MMSE dan data sekunder yaitu rekam medis dari April 2016 sampai Juni 2016. Uji statistik menggunakan uji Chi-square.Hasil : Terdapat 15 pasien yang terdiri dari 9 wanita dan 6 pria. Tidak didapatkan pengaruh antara faktor usia (p 0,842), jenis kelamin (p 0,792), riwayat keluarga stroke (p 0,519), hipertensi (p 0,080), riwayat penyakit kardiovaskular (p 0,080) , DM (p 0,792), dislipidemia (0,438), obesitas (0,438), kebiasaan merokok (p 0,770), serta pola hidup sedentari (p 0,519).Kesimpulan : Tidak terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi gangguan fungsi kognitif pada penderita stroke non hemoragik.
HISTOPATOLOGI SPERMATOGENESIS TESTIS TIKUS WISTAR DIABETES MELITUS Siera Adelati; Achmad Zulfa Juniarto; Ika Pawitra Miranti
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (987.966 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15962

Abstract

Latar Belakang: Pada penderita diabetes melitus tingginya kadar gula darah dapat meningkatkan ROS sehingga mengakibatkan stres oksidatif. Stres oksidatif di dalam sel dapat mengganggu proses respirasi sel sehingga menyebabkan hilangnya fungsi potensial membran mitokondria dan memicu terjadinya apoptosis sel. Stres oksidatif pada testis dapat mengganggu tahapan proses spermatogenesis pada tubulus seminiferus.Tujuan: Membuktikan adanya gangguan yang bermakna terhadap tahapan spermatogenesis pada tikus Wistar jantan dengan diabetes melitus dibandingkan tikus normal.Metode: Penelitian ini menggunakan desain true experimental dengan post test only control group. Sampel sebanyak 32 tikus Wistar dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok kontrol (K) hanya diberi pakan standar dan kelompok perlakuan (P) dibuat kondisi diabetes melitus dengan diinduksi aloksan 150mg/kgBB 1 kali pada hari ke 8. Masing – masing kelompok diukur kadar gula darah pada hari ke 8, 14, dan 28. Setelah 21 hari tikus diterminasi. Testis diambil untuk dilakukan pengamatan histopatologi dengan pengecatan HE dan dinilai menurut kriteria skor Johnsen.Hasil: Didapatkan nilai median kelompok perlakuan adalah 8.6 (range 6 – 9.2), kelompok kontrol yaitu 10 (range 7 – 10). Berdasarkan analisis analitik uji normalitas data uji Saphiro-Wilk didapatkan hasil yang tidak normal p<0.001. Hasil uji beda non-parametrik Mann Whitney didapatkan hasil yang signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan yaitu p=0.00011.Kesimpulan: Kadar gula darah yang tinggi pada kondisi diabetes melitus dapat mengganggu tahapan spermatogenesis.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN TIKUS SPRAGUE DAWLEY SETELAH DIBERIKAN PAPARAN ASAP ROKOK Fajri Tri Baskoro; Kusmiyati Tjahjono DK; Ammallia N. Setyawati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.575 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14426

Abstract

Latar Belakang : Hemoglobin (Hb) merupakan suatu heme protein yang bertugas mengangkut O2 dan CO2 di dalam tubuh. Asap rokok merupakan salah satu faktor yang menurunkan kadar Hb. Asap rokok memiliki berbagai kandungan yang berbahaya bagi tubuh seperti nitrogen oksida, tar, nokotin dan timbal. Jintan hitam (Nigella sativa) merupakan tanaman herbal yang memiliki berbagai macam kandung senyawa aktif, mineral dan vitamin seperti Thymoquinone, Fe, Cu, Zn dan Vitamin C. Pemberian ekstrak jintan hitam diharapkan dapat meningkatkan kadar Hb.Tujuan : Membuktikan pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap kadar Hb tikus sprague dawley setelah diberi paparan asap rokok.Metode : Penelitian eksperimental ini memiliki rancangan Post test only control group design. Sampel adalah tikus sprague dawley jantan sejumlah 18 ekor. Sampel dibagi merata ke dalam tiga kelompok: K0 merupakan kelompok kontrol negatif; K1 merupakan kelompok kontrol positif (diberi paparan asap rokok sebanyak empat batang/hari); K2 merupakan kelompok perlakuan (sampel diberikan paparan asap rokok sebanyak empat batang/hari dan ekstrak jintan hitam dengan dosis 500 mg/hari). Setelah 28 hari penelitian dilakukan pengambilan darah untuk diperiksa kadar Hb-nya. Data dianalisis dengan uji One-way ANOVA.Hasil : Rerata kadar Hb: kelompok K0 sebesar 14,73 ± 0,56 g/dL; kelompok K1 sebesar 13,56 ± 0,35 g/dL; kelompok K2 sebesar 14,96 ± 0,31 g/dL. Rerata kadar Hb kelompok K2 meningkat secara signifikan terhadap kelompok K1 (p=0,00).Kesimpulan : Pemberian ekstrak jintan hitam dapat meningkatkan kadar Hb tikus Sprague Dawley yang telah diberikan paparan asap rokok.
PERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS ANKLE-BRACHIAL INDEX DENGAN CAROTID INTIMA-MEDIA THICKNESS DALAM MENDETEKSI PENYAKIT JANTUNG KORONER SIGNIFIKAN Joceline Theda Kadarman; Novi Anggriyani; Wahyu Wiryawan
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.523 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14620

Abstract

Latar Belakang : Angiografi koroner merupakan pemeriksaan baku emas untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner (PJK), namun tidak semua pasien dapat dilakukan pemeriksaan ini karena adanya penggunaan zat kontras, selain itu juga bersifat invasif dan memiliki bahaya radiasi. Oleh karena itu, diperlukan metode deteksi PJK yang lebih aman dan lebih sedikit efek samping. Ankle-Brachial Index (ABI) dan Carotid Intima-Media Thickness (CIMT) adalah pemeriksaan non-invasif, bebas radiasi, dan diketahui berhubungan dengan PJK.Tujuan : Untuk membandingkan nilai diagnostik pemeriksaan ABI dan CIMT dalam mendeteksi PJK signifikan.Metode : Subjek penelitian berjumlah 60 orang yang telah dilakukan pemeriksaan angiografi koroner di Rumah Sakit Permata Medika Semarang. Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Pemeriksaan ABI dilakukan dengan metode oskilometrik dan nilai normalnya adalah 0,9 sampai dengan 1,3; sedangkan pemeriksaan CIMT dengan ultrasonografi, nilai normalnya kurang dari 0,9 mm dan diperiksa pada arteri karotis komunis serta bulbus karotikus. Penelitian ini menggunakan rancangan uji diagnostik untuk membandingkan pemeriksaan ABI dan CIMT dengan angiografi koroner dalam mendeteksi PJK signifikan.Hasil : Pemeriksaan ABI dibandingkan dengan angiografi koroner memiliki sensitivitas 35,71% dan spesifisitas 94,44% dalam mendeteksi PJK signifikan. Hasil uji diagnostik CIMT pada arteri karotis komunis memiliki nilai sensitivitas 73,81% dan spesifisitas 77,78%; sedangkan pada bulbus karotikus sensitivitasnya 95,24% dan spesifisitasnya 61,11%.Simpulan : ABI dan CIMT merupakan pemeriksaan non-invasif yang dapat digunakan untuk mendeteksi PJK signifikan. Pemeriksaan CIMT pada bulbus karotikus merupakan pemeriksaan yang paling sensitif, sedangkan ABI merupakan pemeriksaan yang paling spesifik.
PERBEDAAN DERAJAT FIBROSIS HEPAR TIKUS WISTAR YANG DILAKUKAN LIGASI DUKTUS KOLEDOKUS ANTARA KELOMPOK PEMBERIAN KOMBINASI UDCA-GLUTATHIONE DENGAN PEMBERIAN TUNGGAL UDCA Novita Ikbar Khairunnisa; Agung Aji Prasetyo; Ika Pawitra Miranti
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (805.603 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15594

Abstract

Latar Belakang: Kolestasis dapat memicu kematian sel, fibrosis, sirosis, dan kegagalan fungsi hepar. Walaupun dengan manfaat yang terbatas, Ursodeoxycholic Acid (UDCA) merupakan terapi yang direkomendasikan oleh Food and Drug Administration sebagai tatalaksana kolestasis. Glutathione memiliki peran penting sebagai antioksidan dan regulasi proses seluler seperti diferensiasi, proliferasi dan apopstosis sel. Terganggunya keseimbangan Glutathione memiliki korelasi terhadap penyakit hepar .Tujuan: Mengetahui adanya perbedaan derajat fibrosis hepar pada tikus yang dilakukan ligasi duktus koledokus antara kelompok pemberian kombinasi UDCA-Glutathione dengan pemberian tunggal UDCAMetode: Penelitian True Experimental dengan rancangan “post test only control group design”. Menggunakan 15 ekor tikus wistar yang dibagi menjadi tiga kelompok K , P1 dan P2. Tiap tikus dilakukan ligasi duktus koledokus. Kelompok K sebagai kontrol dan tidak diberi terapi, P1 diberi terapi UDCA 20 mg per oral dan P2 diberi kombinasi UDCA 20 mg per oral dan Glutathione 15 mg IM. Setelah intervensi selama 21 hari, seluruh tikus diterminasi dan dilakukan pembuatan preparat hepar dengan pengecatan Masson-trichrome. Derajat fibrosis ditentukan menggunakan sistem Laennec. Uji statistik menggunakan uji Kruskal Wallis dan dilanjutkan uji Mann Whitney.Hasil: Pemeriksaan derajat fibrosis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok P2 dengan K (p = 0.013) dan antara kelompok P2 dengan P1 (p = 0.006). Tetapi tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara kelompok P1 dan K (p= 0.469)Simpulan: Pemberian terapi kombinasi memberikan gambaran fibrosis yang lebih rendah.
FAKTOR RISIKO RINITIS AKIBAT KERJA PADA PEKERJA PENGECATAN MOBIL PENGGUNA CAT SEMPROT (Studi pada Bengkel Pengecatan Mobil di Kota Semarang) Andhita Restu Damayanti; Willy Yusmawan; Zulfikar Naftali
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.41 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14222

Abstract

Latar belakang : Masalah rinitis masih menjadi masalah kesehatan global di Indonesia. Rinitis akibat kerja (RAK) dapat mempengaruhi produktivitas pekerja, salah satu pekerjaan yang berisiko tinggi adalah pekerja pengecatan mobil terutama yang menggunakan cat semprot.Tujuan : Mengetahui faktor-faktor risiko yang terkait dengan rinitis akibat kerja (RAK) yang disebabkan oleh pajanan cat semprot pada pekerja bengkel pengecatan mobil.Metode : Penelitian ini dilakukan pada 49 pekerja bengkel pengecatan mobil pengguna cat semprot di kota Semarang yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian rinitis akibat kerja. Penelitian ini menggunakan desain belah lintang. Data diolah dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan analisis data melalui tiga tahap yaitu analisis univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi square dan uji Fisher’s exact, dan multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik.Hasil : Dari analisis chi square dan Fisher’s exact, tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian rinitis akibat kerja (nilai p = 0,058), tidak ada hubungan antara lama paparan dengan kejadian rinitis akibat kerja (nilai p = 0,342), ada hubungan antara kepemilikan ruang khusus pengecatan dengan kejadian rinitis akibat kerja (nilai p = 0,000), ada hubungan antara penggunaan masker dengan kejadian rinitis akibat kerja (nilai p = 0,019). Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik pada kepemilikan ruang khusus pengecatan dengan nilai p = 0,004 dan odds ratio 9,626.Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa dari empat variabel yang diteliti terdapat dua variabel yang berhubungan dengan kejadian RAK, yaitu variabel kepemilikan ruang khusus pengecatan dan penggunaan masker. Variabel kepemilikan ruang khusus pengecatan merupakan variabel yang paling berpengaruh.
PENGARUH MELATONIN TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT PADA TIKUS WISTAR MODEL SEPSIS Rizqi Indah Riani; Satrio Adi Wicaksono
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.119 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15916

Abstract

Latar Belakang Melatonin merupakan radikal bebas yang sering digunakan sebagai antioksidan. Melatonin berperan dalam meningkatkan respon imun, dan membantu proses sitoprotektif. Dalam beberapa model hewan, melatonin telah diidentifikasi untuk membantu melawan infeksi yang disebabkan bakteri, virus, dan parasit dengan melalui berbagai mekanisme, seperti immunomodulasi atau aktivitas antioksidan. Melatonin dapat mengurangi kadar sitokin inflamasi, stress oksidatif dan disfungsi mitokondria. Melatonin merupakan salah satu obat yang dikembangkan sebagai terapi sepsis.Tujuan Mengetahui pengaruh melatonin terhadap jumlah leukosit pada tikus wistar model sepsis dan memperoleh informasi melatonin dapat menurunkan jumlah leukosit.Metode Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan randomized control grup pre post test . Sampel adalah 12 ekor tikus wistar jantan dengan kriteria tertentu, dibagi secara acak menjadi 2 kelompok. Kelompok I diberi injeksi intraperitoneal lipopolisakarida (LPS) dan tidak diberi melatonin sebagai kelompok kontrol, sedangkan kelompok II diberi injeksi intraperitoneal lipopolisakarida (LPS) sebagai kelompok perlakuan dan diberi melatonin via sonde oral sebagai kelompok perlakuan. Setelah adaptasi tikus selama seminggu, pada hari ke 8 tikus diambil darahnya melalui pembuluh darah retroorbita. Uji statistik menggunakan uji paired t-test, independent t-test dan Mann Whitney Test.Hasil Pada uji independent test didapatkan nilai rerata jumlah leukosit pada kelompok kontrol lebih tinggi dibanding kelompok perlakuan. Pada uji paired t-test kelompok kontrol mengalami perubahan yang signifikan (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang menunjukkan hasil yang tidak bermakna. Pada uji Mann Whitney Test didapatkan hasil kelompok kontrol selisih pre– post1 dan post 2 mengalami peningkatan yang signifikan. Sedangkan pada kelompok perlakuan selisih pre LPS – post1 dan post2 (p<0,05) mengalami penurunan yang signifikan.Kesimpulan Pemberian melatonin tidak menyebabkan penurunan jumlah leukosit yang signifikan.
PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN SCHIRMER TEST PADA PASIEN RETINOPATI DIABETIKA NON PROLIFERATIF DAN PROLIFERATIF Dodi Setiawan; Arief Wildan; Andrew Johan
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.575 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14268

Abstract

Latar Belakang : Keadaan Hiperglikemia yang terus menerus pada seseorang yang menderita Diabetes Melitus akan berakibat pada timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler salah satunya adalah retinopati diabetika. Pasien dengan diabetes melitus khususnya pada pasien dengan komplikasi retinopati diabetika, cenderung mengalami dry eye, dan cenderung memberat pada derajat retinopati diabetika yang semakin berat. Dry eye menggambarkan suatu keadaan defisiensi air mata baik secara kualitas maupun kuantitas. Melihat pentingnya peran air mata dalam menjaga dan melindung permukaan bola mata, dry eye tentunya berkaitan erat dengan dampak buruk yang terjadi pada beberapa aktifitas umum dan penting dari kehidupan sehari-hari, yang mana kondisi ini penting untuk dilibatkan sebagai masalah kesehatan masyarakat yang perlu diperhatian secara khusus. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya perbedaan hasil pengukuran Schirmer test pada pasien NPDR dan PDR.Metode : 78 pasien DM dengan retinopati diabetika yang terdiri dari 39 pasien NPDR dan 39 pasien PDR yang dikumpulkan secara consecutive sampling di irja mata RSUP Dr.Kariadi Semarang dari bulan Maret sampai dengan Mei 2016, dilakukan perlakuan pengukuran produksi air mata menggunakan Schirmer test. Setelah data terkumpul, data dianalisa dengan uji beda Mann Whitney.Hasil : Berdasarkan dari 78 subjek penelitian yang telah dilakukan pengukuran Schirmer test, terdapat 42 pasien (17 NPDR dan 25 PDR) yang terdiagnosis dry eye, sedangkan 36 pasien (22 NPDR dan 14 PDR) produksi air mata normal. Setelah dilakukan uji Mann-Whitney, diperoleh angka significancy 0,029.Simpulan : Terdapat perbedaan hasil pengukuran Schirmer test pada pasien retinopati diabetika non prolieratif dan proliferatif.
PENGARUH PEMBERIAN DOSIS BERTINGKAT EKSTRAK KULIT BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS PARU MENCIT Babl/c YANG DIBERI PAPARAN ASAP OBAT NYAMUK BAKAR Ina Marlina; Desy Armalina
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.667 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14477

Abstract

Latar belakang : Obat nyamuk bakar penggunaan masih cukup tinggi. Obat nyamuk bakar mengandung allethrin dan pembakarannya menghasilkan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon, karbonmonoksida, karbondioksida, oksida – oksida nitrogen, serta aldehydes. Asap obat nyamuk bakar memicu terjadinya infiltrasi sel radang, destruksi alveolus dan oedema alveolus sehingga menimbulkan kerusakan paru. Kulit buah naga putih kurang dimanfaatkan dalam penggunaannya padahal kaya akan antioksidan polifenol yang dapat mencegah proses kerusakan paru.Tujuan : Untuk menganalisis pengaruh pemberian dosis bertingkat ekstrak kulit buah naga putih (Hylocereus undatus) terhadap gambaran kerusakan mikroskopis paru mencit Balb/c jantan yang diberi paparan asap obat nyamuk bakar.Metode : Penelitian ini menggunakan True experimental post test only control group design. Sampel adalah 25 mencit Balb/c dengan kriteria tertentu, dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok K1 tidak diberi perlakuan apapun, K2 diberi paparan asap obat nyamuk bakar 8 jam per hari, P1, P2, P3 diberi paparan asap obat nyamuk bakar 8 jam per hari dan diberi ekstrak kulit buah naga putih dosis 7,5 mg/mL, 15 mg/mL, 30 mg/mL. Penelitian berlangsung 21 hari. Hari 22 mencit diterminasi dan diambil parunya untuk diperiksa secara mikroskopis.Hasil : Uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna kelompok K1-K2, K2-P1 dan K2-P3 (p<0,05). Kelompok K2 ditemukan kerusakan paru yang lebih berat dari K1 dan P1, P3 ditemukan kerusakan paru yang lebih ringan dari K2. Tidak ada perbedaan signifikan kelompk P1-P2-P3 dan K2-P2.Simpulan : Ekstrak kulit buah naga putih berpengaruh mengurangi kerusakan gambaran mikroskopis paru mencit Balb/c jantan yang diberi paparan asap obat nyamuk bakar.

Page 1 of 18 | Total Record : 175


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol 12, No 6 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 5 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 4 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 3 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 2 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 1 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 6 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 5 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 4 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 3 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 2 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 1 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 6 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 5 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 4 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 3 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 2 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 1 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 9, No 6 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (Jurnal Kedokteran Diponegoro) Vol 9, No 4 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 3 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 2 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 1 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 4 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 4 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 3 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 1 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 3 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 2 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO More Issue