cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik Sipil
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 91 Documents
Asesmen Struktur Gedung Kantor Camat Nongsa Batam Murni, Cahaya; Rahmadi, Agus Parwito; syafii, syafii
Jurnal Teknik Sipil Vol 2, No 2 (2014): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kondisi bangunan gedung Kantor Camat Nongsa Batam mengalami retak struktur yang menyebar pada beberapa bagian struktur bangunan. Retak tersebut secara visual terlihat adanya lendutan pada balok struktur, hal ini dikhawatirkan bangunan sudah tidak aman lagi sesuai fungsinya. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan pada komponen struktur bangunan serta mengetahui tingkat keamanan struktur pada kondisi eksisting bangunan. Tahapan asesmen yang digunakan yaitu tahapan asesmen awal dan asesmen detail. Tahapan analisis dilakukan terhadap kondisi kekuatan komponen struktur. Proses asesmen dilakukan melalui pengujian lapangan. Pengujian di lapangan menggunakan peralatan Schmidt Rebound Hammer Test untuk mengetahui kuat tekan beton dan mutu beton, Waterpass, Theodolite, , dan meteran untuk pengukuran geometris bangunan. Analisis data menggunakan ETABS V9.7.2. Hasil penelitian yang dilakukan dilapangan menunjukkan bahwa kualitas beton pada bangunan gedung ini bervariasi pada kolom 21.71MPa, balok 29 MPa dan Plat 30.6 MPa. Pada balok lantai dua ( 87%) dan balok lantai tiga (84%) mengalami lendutan yang sudah melebihi nilai batas lendutan yang diijinkan sesuai ketentuan di dalam peraturan yang ada. Nilai interstory drift terbesar 18.637 mm. Perlunya rehabilitasi pada komponen struktur sehingga direkomendasikan adanya perkuatan struktur pada komponen struktur. Kata Kunci : asesmen, pengujian, defleksi, interstory drift, analisis data, komponen struktur, perkuatan.
Design And Properties Of Split Mastic Asphalt Modified With Retona At Hot And Arid Region Almahdi, Mohammed; Setyawan, Ary; Yulianto, Budi
Jurnal Teknik Sipil Vol 2, No 2 (2014): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The use of Retona as the additive material in the hot mix split mastic asphalt with a certain comparison is expected to improve the quality of the split mastic asphalt. This study aimed to determine the extent of Marshall properties (Stability, Flow, Marshall Quotient, VITM, VFWA, and Air Void), ITS and UCS test at (30ºC, 40ºC, 60ºC) and Permeability Test. The objective of that is a comparing the results between SMA (AC 60/70) and SMA modified with retona to know the properties if to be used at hot and arid region. In comparison with the results of Marshall Test SMA modified with Retona and SMA (AC60/70) are : the stability value is higher by 11.52%, the flow value is lower by 11.89%, the marshall qoutient value is higher by 26.65%, the VITM value is lower by 1.93%, the VFWA value is higher by 90.57%, and the Air Void value is lower by 9.34%. The ITS value of SMA without Retona is higher than SMA with Retona is 49.28 % at temperature 40oC. The UCS value of SMA without Retona is higher than SMA with Retona is 18.99 % at temperature 30oC. The SMA modified with Retona is less sensitive to temperature changes by using ITS and UCS test compared with SMA without Retona. The coefficient of permeability value of SMA with Retona is higher than SMA without Retona 294% at water pressure 10000 dyne/cm² and by 348 % at water pressure 20000 dyne/cm². Where find that the mixtures are Practically impervious. Keywords: Split Mastic Asphlat (SMA), Retona, Marshall Test, ITS & UCS Test , Permeability test.
TOLAK UKUR KINERJA TANGGUL BERDASARKAN PENILAIAN KEANDALAN, PENILAIAN PERMUKAAN TANGGUL DAN STABILITAS TANGGUL (Studi Kasus: Ruas Jurug Mojo, Surakata) Hermawan, Chitra; Suprapto, Mamok
Jurnal Teknik Sipil Vol 2, No 2 (2014): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT   Flood is known as a disaster that usually comes suddenly, and therefore, people are not prepared. As a result, it causes a dead loss, both human and material. In order to anticipate flood, some dikes have been built. Bengawan Solo dike has changed through time. Damages along the dike have been identified and followed-up by conducting some improvements to make it function well. However, since the repairs are carried out based on the occurrence of landslide or burst, there are many portions of the dike that are damaged but receive no rehabilitation. In fact, in some portions of the dike crossing densely populated settlements, there are many buildings cutting through the outside part of the dike base. Furthermore, portions of the dike in that area have been transformed to street with uncontrolled load. For example, it is found that some vehicles loading construction materials passing on the dike. But, in fact, this sort of loading has not been predicted in the planning. Hence, it is important to foreknow the benchmark of dike performance to assess the performance of dike before landslide or burst occurring. This research was conducted to the Jurug-Mojo portion of Bengawan Solo dike. It is 1.317 m long and is divided into 13 portions, each of which is 100 m long. The parameters applied in this research were cross-section, dike elevation and data about land, while the variables were debit, gravity acceleration, water surface elevation, soil pore index, shearing force, specific weight, and friction angle. There were 3 (three) methods proposed to assess the benchmark of the dike performance, including reliability assessment, dike surface assessment (PCI Mmethod) and dike stability assessment (Bishop Mmethod). The findings of the research are as follows. The maximum debit that can be embanked by the dike is 1,489 m3/s; the reliability index is 0.675; the PCI index is 59.4 (good); the dike stability index before overtopping is 2.771 (stable); the dike stability index when overtopping is 1.075 (unstable), the water stability index when lowering 1 m is 1.775 (stable). Keywords: dike, reliability index, stability, PCI (Pavement Condition Index)
SKALA PRIORITAS PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR BALAI PELATIHAN KONSTRUKSI WILAYAH V JAYAPURA Riska, Atu
Jurnal Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Gedung Kantor Balai Pelatihan Konstruksi Wilayah V Jayapura adalah salah satu bangunan gedung negara yang perlu diperhatikan pengelolaan dan pemeliharaannya. Dalam waktu tiga tahun sejak bangunan dipakai, pelaksanaan pemeliharaan pada gedung ini kurang mendapat perhatian dan pengawasan yang cukup sehingga apabila dibiarkan akan menyebabkan tingkat kerusakan komponen bangunan semakin parah. Selain itu, penundaan perbaikan terhadap komponen bangunan yang rusak juga dapat mengakibatkan biaya yang diperlukan untuk perbaikan semakin mahal. Untuk itu, diperlukan penelitian mengenai penilaian kondisi fisik gedung kantor dan urutan prioritas penanganan pemeliharaan komponen bangunan yang rusak. Penelitian ini menggunakan metode Composite Condition Index untuk mengetahui kondisi fisik kerusakan masing-masing elemen/komponen bangunan. Nilai indeks kondisi bangunan merupakan  penggabungan dua atau lebih nilai kondisi dikalikan dengan bobotnya. Perhitungan bobot menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari nilai kondisi fisik komponen digunakan untuk rekomendasi penanganan pemeliharaan serta perhitungan biaya. Skala prioritas penanganan pemeliharaan merupakan hasil dari analisis lanjutan penilaian kondisi fisik komponen dan perhitungan biaya  dengan memperhatikan umur layan komponen dan keamanan bangunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kondisi fisik gedung kantor Balai Pelatihan Konstruksi Wilayah V Jayapura dalam skala 93,41 termasuk dalam kondisi baik, secara keseluruhan tidak terlihat adanya kerusakan tetapi terlihat beberapa kekurangan. Dari hasil analisa indeks kondisi diketahui bahwa terdapat 32 (tiga puluh dua) sub komponen  yang memerlukan pemeliharaan berupa perbaikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa prioritas penanganan pemeliharaan mendahulukan komponen struktur dalam hal ini adalah kolom dengan bobot kriteria yaitu keamanan 48,6%, indeks kondisi 37,5%, umur layan 9,3% dan biaya pemeliharaan 4,6%. Kata kunci: AHP, Composite Condition Index, Pemeliharaan Gedung, Skala Prioritas.
DESIGN AND PROPERTIES OF SPLIT MASTIC ASPHALT MODIFY WITH BAGASSE ASH Lhwaint, Abdllah; Setyawan, Ary; Astuti, Winny
Jurnal Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Go green campaign is one of ways to save the earth from garbage. Thiscampaign not only suggestsrecycling and reducing but also reusing the garbage. In line with the go green campaign, the aim of this study is to achieve the viability of using Bagasse Ash (BA) as additive material in hot mix Split Mastic Asphalt (SMA) with certain comparison which is expected to improve the quality of SMA. This research was conducted by using experiment research design in comparison among the three types of (without BA and with BA)properties of the hot SMA toward the Marshall properties (stability, flow, Marshall Quotient (MQ), Void In Total Mix (VITM), Void Filled Without Asphalt (VFWA),and Air Void to get Optimum Bitumen Content ,Indirect Tensile Strength (ITS) at different temperature (20oC,40oC,60oC) and Unconfined compressive at same temperature room at 27oC but different percentage of BA (3%,4% ,5%). The results of this research are as follows: 1) the properties of the hot mix SMA toward the Marshall properties are: The stability value of SMA with BA is higher than SMA withoutBA by 3%; The flow value of SMA with BA is lower than SMA without BA by 5.5%; The Marshall Quotient value of SMA with BA is higher than SMA without BA by 5%; TheAir void value of SMA withBA is lower than SMA without BA by 3%; The VFWA value of SMA with Bagasse Ash is higher than SMA without BA by 75.87%; The Air Void value of SMA with BA is lower than SMA without BA by 2%.In terms of ITS value, the value of ITS is high when BA is combined with low temperature; but when the temperature is increased, the value of ITS decreases. Moreover, in terms of UCS, the value of UCS of BA mixture is higher than SMA and higher than normal mixture at normal temperature. The recommendation of this research is that a certain percentage of air voids is necessary in all dense-graded mixes to prevent the pavement from flushing, shoving, and rutting. Air voids may be increased or decreased by lowering or raising the binder content. They may also be increased or decreased by controlling the amount of material passing the No. 200 sieve in the HMA. The more fines added to the HMA generally the lower the air voids. The air voids may be changed by varying the aggregate gradation in the HMA. Keywords: Bagasse Ash, Split Mastic Asphalt, ITS, UCS
SKALA PRIORITAS PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR BALAI PELATIHAN KONSTRUKSI WILAYAH V JAYAPURA Wijayanti, Atu Riska; Kristiawan, Stefanus Adi; Syafii, Syafii
Jurnal Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakGedung Kantor Balai Pelatihan Konstruksi Wilayah V Jayapura adalah salah satu bangunan gedung negara yang perludiperhatikan pengelolaan dan pemeliharaannya. Dalam waktu tiga tahun sejak bangunan dipakai, pelaksanaan pemeliharaanpada gedung ini kurang mendapat perhatian dan pengawasan yang cukup sehingga apabila dibiarkan akan menyebabkantingkat kerusakan komponen bangunan semakin parah. Selain itu, penundaan perbaikan terhadap komponen bangunan yangrusak juga dapat mengakibatkan biaya yang diperlukan untuk perbaikan semakin mahal. Untuk itu, diperlukan penelitianmengenai penilaian kondisi fisik gedung kantor dan urutan prioritas penanganan pemeliharaan komponen bangunan yangrusak.Penelitian ini menggunakan metode Composite Condition Index untuk mengetahui kondisi fisik kerusakan masing-masingelemen/komponen bangunan. Nilai indeks kondisi bangunan merupakan penggabungan dua atau lebih nilai kondisidikalikan dengan bobotnya. Perhitungan bobot menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari nilaikondisi fisik komponen digunakan untuk rekomendasi penanganan pemeliharaan serta perhitungan biaya. Skala prioritaspenanganan pemeliharaan merupakan hasil dari analisis lanjutan penilaian kondisi fisik komponen dan perhitungan biayadengan memperhatikan umur layan komponen dan keamanan bangunan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kondisi fisik gedung kantor Balai Pelatihan Konstruksi Wilayah V Jayapuradalam skala 93,41 termasuk dalam kondisi baik, secara keseluruhan tidak terlihat adanya kerusakan tetapi terlihat beberapakekurangan. Dari hasil analisa indeks kondisi diketahui bahwa terdapat 32 (tiga puluh dua) sub komponen yang memerlukanpemeliharaan berupa perbaikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa prioritas penanganan pemeliharaan mendahulukan komponenstruktur dalam hal ini adalah kolom dengan bobot kriteria yaitu keamanan 48,6%, indeks kondisi 37,5%, umur layan9,3% dan biaya pemeliharaan 4,6%.Kata kunci: AHP, Composite Condition Index, Pemeliharaan Gedung, Skala Prioritas.
OPTIMASI DISTRIBUSI AIR JARINGAN IRIGASI AIR TANAH DAERAH IRIGASI MAGEPANDA KABUPATEN SIKKA PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR Budi, Burhan; Soeprapto, Mamok; Syafii, Syafii
Jurnal Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

luas areal 525 Ha. Pada musim kemarau, DIMagepanda sering mengalami kekurangan air. Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut, air di pasok darisumur pompa. Saat ini jumlah sumur pompa sebanyak 10 buah dengan kapasitas total 98 l/dt. Mengingatsistem pemberian air D.I. Magepanda merupakan sistem campuran dengan air tanah, maka D.I. Magepandatermasuk dalam kategori jaringan air tanah (JIAT). Permasalahan utama dalam JIAT adalah rendahnyahasil produksi pertanian sawah. Beragam kemungkinan penyebabnya, antara lain: 1) air sering tidaksampai ke areal pertanian paling ujung, 2) rendahnya biaya operasi dan pemeliharaan, 3) rendahnyapemahaman petani terhadap sistem irigasi pompa, 4) Rencana Tata Tanam Global (RTTG) yang seringtidak dipatuhiMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yang didasarkan pada datadatadari lapangan baik berupa data primer maupun sekunder. penelitian ini melalui tiga tahap yaitumenentukan kebutuhan air tanaman, menentukan model optimasi dengan persamaan linear, dan tahapmendapatkan keuntungan optimal dan pola tanam di D.I. Magepanda , Kecamatan Magepanda KabupatenSikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.Berdasarkan hasil simulasi, dengan menggunakan cropwat airnya masih cukup untuk mengairilebih dari 10 ha, dengan demikian masih banyak air yang terbuang sia-sia sepanjang tahun. penelitianoptimasi distribusi air untuk setiap musim tanam adalah sebagai berikut: Musim Tanam I, = Rp479.660.600,-dengan luas areal optimum untuk tanamn padi 2,5 ha dan bawang merah 7,5 ha Musim TanamII, =Rp 83.560.000,- dengan areal optimum untuk tanaman padi 2,5 ha dan bawang merah 1,11 haMusim Tanam III, =Rp 432.800.000,-dengan luas areal optimum untuk tanaman padi 2,5 ha dan bawangmerah 7,5 ha.Kata kunci: Debit air, Keuntungan,Luas lahan, optimasi dengan program LINGO,pola tanam
PENILAIAN KONDISI PERKERASAN JALAN TERHADAP UMUR LAYAN (Studi Kasus: Ruas Jalan Abepura-Kota Raja Km.11+700-Km.13+300) Kambuaya, Djimris Amase; Suprapto, Mamok; Syafii, Syafii
Jurnal Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakRuas jalan Abepura-Kota Raja merupakan salah satu ruas jalan kolektor primer yang terletak di kota Jayapura. Kondisi ruasjalan Abepura-Kota Raja saat ini telah mengalami kerusakan, walaupun kerusakan yang terjadi masih bersifat fungsional. Surveikondisi jalan perlu dilakukan untuk penilaian kondisi ruas jalan sebagai bahan evaluasi dalam pengambilan keputusanpemeliharaan dan rehabilitasi.Penilaian kondisi jalan dilakukan dengan menggunakan metode Pavement Condition Index (PCI), dan pengujian lendutan balikmenggunakan alat Benkelman Beam yang dilakukan pada Km.11+700-Km.13+300. Segmentasi ruas jalan sebanyak 16dengan dimensi masing-masing sebesar 100 meter x 7 meter yang terbagi menjadi empat seksi pengamatan. Untuk menentukanprediksi umur layan didasarkan pada Jumlah cumulative equivalent standard axle (CESA) eksisting pada Tahun 2014,khususnya pada Km. 11+700-Km.13+300.Rating PCI adalah seksi I = 67, seksi II = 64, seksi III = 53, seksi IV = 67. Lendutan wakil adalah seksi I = 20,996mm, seksi II = 27,656 mm pada seksi III = 20,327 mm, dan seksi IV = m 22,379 mm. Prediksi sisa umur layanberdasarkan nilai CESA eksisting tahun 2014 sebesar 505.976,799 ESA, pertumbuhan lalu lintas sebesar 6,633%, diperolehprediksi sisa umur layan jalan pada Km. 11+700-Km.13+300 berkisar 1,8 tahun. Tebal lapis tambah perkerasan lentur umurrencana 5 tahun adalah 60 cm, 64 cm, 59 cm, dan 61 cm, pada seksi I, II, III, dan IV. Tebal lapis tambah umur rencana 10tahun adalah 63 cm, 68 cm, 63 cm, dan 64 cm pada seksi I, II, III, dan seksi IV. Ketebalan lapis tambah dipengaruhi olehbesarnya lendutan wakil pada masing-masing seksi.Kata kunci: Kondisi Jalan, Umur Layan, Tebal Perkerasan.
KINERJA SISTEM PENGENDALI BANJIR SUNGAI AIR BENGKULU DENGAN POMPA Fitriyadi, Fitriyadi; Soeprapto, Mamok; Syafii, Syafii
Jurnal Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKMasalah banjir sebagai mana dialami berbagai kota pada umumnya, kota Bengkulu jugamengalami banjir. Meluapnya Sungai Air Bengkulu seringkali berpotensi menimbulkangenangan di kawasan permungkiman, persawahan, dan jalan penghubung Kota Bengkuludengan kota lain. Untuk mengatasi genangan akibat banjir telah dibangun rumah pompa dikelurahan Tanjung Agung dengan 2 unit rumah pompa. Namun pompa tersebut tidak dapatmenyelesaikan masalah genangan. Terkait dengan masalah tersebut, tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui kinerja bangunan pompa pengendali banjir Sungai Air Bengkulu danmengetahui konsep penanganan yang tepat untuk bangunan pompa pengendalian banjir Sungaiair Bengkulu.Penelitian dilakukan di sungai Air Bengkulu, kotamadya Bengkulu. Pemilihan lokasipenelitian diambil karena pada Sungai Air Bengkulu sudah beberapa kali dilakukan rehabilitasioleh pemerintah untuk menanggulangi banjir tetapi hasilnya belum maksimal. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan pengumpulan datadari sumber atau instansi terkait. Analisis data dilakukan dengan mengetahui kapasitas debiteksisisting sistem saluran drainase menggunakan rumus Rasional untuk analisis kebutuhanpompa dan kolam retensi.Hasil penelitian menunjukkan total debit yang masuk ke sistem drainase Air Bengkulusebesar 17,9 m3/detik. Hasil perhitungan kapasitas debit eksisting saluran drainase diperolehsebesar 4,31 m3/detik, lebih besar dari hitungan debit maksimum sebesar 3,8 m3/detik artinyakapasitas saluran masih cukup. Kapasitas pompa kondisi 1 (volume genangan sebesar 10% dariluas area dengan tinggi genangan), dibutuhkan pompa sebanyak 8 buah @ 1,5 m3/detik, denganwaktu pengeringan dari 9,99 jam dapat dikurangi menjadi 0,0013 jam. Kondisi 2 (volume hujansebesar (1/2×(n.tc×60)×Qmaks)), dibutuhkan pompa sebanyak 2 buah @ 1,5 m3/detik, denganwaktu pengeringan dari 4,92 jam dapat dikurangi menjadi 2,46 jam. Kondisi 3 (akibat rembesantanggul), dibutuhkan pompa sebanyak 3 buah @ 1,5 m3/detik, dengan waktu pengeringan dari10,32 jam dapat dikurangi menjadi 3,44 jam. Untuk menangani banjir di sistem drainase AirBengkulu diperlukan volume kolam retensi sebesar 13289,33 m3. Dari hasil hitungan diperolehperencanaan dimensi kolam retensi adalah t (tinggi) = 4m; p (panjang) = 75 m; dan l (lebar) =45 m; dengan volume perencanaan kolam menjadi 13.500 m3.Katakunci: Pengendali Banjir, kinerja pompa Air Bengkulu.
PRIORITAS PENANGANAN JALAN DI KABUPATEN BENGKULU UTARA Widyasari, Inneke; Syafii, Syafii; Purwana, Yusep Muslih
Jurnal Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A B S T R A KKebijakan otonomi daerah di Indonesia yang memberikan tanggung jawab penyelenggaraandalam pemeliharaan jalan regional kepada pemerintah daerah. Pemerintah Kabupaten BengkuluUtara telah mengadakan berbagai usaha untuk melaksanakan otonomi daerah sebaik mungkin, salahsatunya adalah perbaikan prasarana transportasi jalan. Penentuan skala prioritas penanganan jalankabupaten berdasarkan SK.No.77, Dirjen Bina Marga, Tahun 1990, yaitu berdasarkan data LaluLintas Harian Rata (LHR) dan Nilai Net Present Value (NPV) saja. Hal ini kurang tepat karenakompleksnya permasalahan di lapangan yang dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti: kondisijalan, lalu lintas harian rata-rata, kebijakan, dana anggaran, dan aspek tata guna lahan. Sehinggadiperlukan metode yang dapat menampung semua aspek tersebut dan dapat mengantisipasiketimpangannya.Metode penentuan skala prioritas penanganan jalan di Kabupaten Bengkulu Utaramenggunakan Metode SK. No. 77 Dirjen Bina Marga Tahun 1990 dan Metode AnalyticalHierarchy Process (AHP). Kemudian kedua metode tersebut dibandingkan untuk mendapatkankelebihan dan kekurangan masing-masing metode.Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala prioritas penanganan jalan di KabupatenBengkulu Utara dengan Metode AHP menghasilkan prioritas utama untuk Jalan Karang Pulau –Bukit Berlian, Jalan Giri Kencana – D3 prioritas kedua, Jalan Lb. Durian – Padang Bertuah prioritasketiga. Sedangkan skala prioritas penanganan jalan di Kabupaten Bengkulu dengan Metode SK. No.77 Tahun 1990 menghasilkan prioritas utama untuk Jalan Bundaran-Pasar Purwodadi, JalanSp.Bundaran-Kantor Camat prioritas kedua, Jalan Tugu Jadi-Karang Suci prioritas ketiga.Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perolehan urutan prioritas yangmenggunakan perhitungan SK No. 77 Tahun 1990 akan berubah posisi bila dihitung denganmenggunakan bobot yang diperoleh pada perhitungan metode AHP. Perubahan yang terjadi adalahurutan menggunakan metode SK No. 77 Tahun 1990 berada di atas pada perhitungan pembobotankriteria, hal ini terjadi karena beberapa hal seperti: a)Jumlah penilaian pada kondisi jalan maksimal,b)Jumlah LHR tinggi, c)Nilai NPV tinggi, d)Perolehan kebijakan tinggi, dan e)Pemanfaatan tataguna lahan tinggi.Kata kunci : SK.No.77 Dirjen

Page 4 of 10 | Total Record : 91