cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 02161192     EISSN : 25414054     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (J.Pascapanen) memuat artikel primer yang bersumber dari hasil penelitian pascapanen pertanian. Jurnal ini diterbitkan secara periodik dua kali dalam setahun oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Arjuna Subject : -
Articles 258 Documents
EKSTRAKSI MINYAK NILAM (Pogostemon Cablin BENTH) DENGAN TEKNIK HIDRODIFUSI PADA TEKANAN 1 – 3 BAR Niken Harimurti; Tatang H Soerawidjaja; Djajeng Sumangat; nFN Risfaheri
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v9n1.2012.%p

Abstract

ABSTRACT. Niken Harimurti, Tatang H Soerawidjaja, Djajeng Sumangat and Risfaheri. 2012. Patchouly oil extraction with hydrodiffusiontechnique at 1 – 3 bar pressure. Patchouli oil is a type of essential oil which was obtained by pressured steam or water distillation of Pogostemoncablin Benth dried leaves. Key components of patchouli oil are patchouli alcohol and norpatchoulenol which become indicators in determiningpatchouli oil quality. This research was objected to evaluate patchouli oil extraction with hydrodiffusion technique at 1-3 bar pressure. This experimentwas designed with response surface method, with pressure (Low level 1 bar, high level 3 bars) and time (low level 3 hours, high level 12 hours) asvariables. Yield, density, refractive index, optical polarization, solubility in ethanol 90%, acid number and ester number were evaluated as the responsof the two variables. Analysis of respons surface method showed that increasing extraction pressure significantly influence in acid number while theyield of patchouli oil was influenced by pressure, time and interaction of both. Results of qualitative analysis by GC / MS showed that oil samples atno 11 (pressure 3 bar for 3 hours) contained patchouli alcohol 29.66% and norpatchoulenol 0.68%. Microhistology identification of patchouli leavesbefore and after extraction showed reduction of glandular trichomas diameter about 61.2%. Based on quality parameters values, statistical and GC /MS analysis results, the best condition for hydrodiffusion process was at 3 bar pressure for 3 hours.Keywords: patchouli oil, hydrodiffusion, patchouli alcohol, norpatchoulenol
PEMANFAATAN MONODIASILGLISEROL (MDAG) HASIL SINTESA DARI BUTTER BIJI PALA DAN GLISEROL SEBAGAI EMULSIFIER PADA KUALITAS PRODUK SOSIS AYAM Nfn Hernani; Edy Mulyono; Kurnia Ramadhan
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v13n2.2016.74-82

Abstract

Sosis merupakan produk emulsi daging (ayam ataupun sapi) dengan penambahan bahan pengisi, bahan pengikat dan bumbu-bumbu untuk meningkatkan flavor dan penerimaan konsumen. Untuk menghasilkan emulsi yang stabil perlu penambahan bahan pengemulsi seperti MDAG. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui penggunaan MDAG sebagai bahan pengemulsi dan lemak dalam pembuatan sosis daging ayam terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi MDAG yang ditambahkan (A) : A1 : 0,5 %; A2 : 0,75 % dan A3 : 1 %. Faktor kedua adalah penambahan lemak (B) : B1 : 5 %; B2 :7,5 % dan B3 : 10 %. Hasil menunjukkan bahwa rendemen sosis daging ayam sangat berbeda nyata antar perlakuan, dengan kisaran antara 61,88 sampai 86,36%. Hasil analisis proksimat terhadap sosis daging ayam mempunyai kisaran kadar air (32,93-36,90%), kadar protein (15,62-21,59%), kadar lemak (6,23-7,16%) dan kadar abu (1,69-2,93%). Nilai kalori dari sosis daging ayam sangat berbeda nyata antar perlakuan dengan kisaran antara 275,82 sampai 294,50 kcal/100g. Semua nilai tersebut masih memenuhi persyaratan SNI. Tekstur sosis daging ayam yang dihasilkan mempunyai kekerasan antara 6,25N sampai 25,04 N. Nilai kekenyalan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, berkisar anatara 24,50 sampai 24,83 %. Selanjutnya, peningkatan penambahan lemak dan MDAG menunjukkan perbedaan cukup signifikan antar perlakuan terhadap cohesive, spiringines, gumminess dan chewiness. Uji organoleptik tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara warna, aroma dan tekstur, hanya pada rasa untuk penambahan lemak 7,5 % dan MDAG terendah (0,5 %) menunjukkan perbedaan yang nyata. Secara keseluruhan Panelis menyatakan suka terhadap produk sosis daging ayam.
Evaluasi karakteristik pengeringan jamur meraug kering (Volvariella voivacea) menggunakan Far Infra Red (FIR) Ridwan Rachmat; Resa Setia Adiandri
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v12n1.2015.45-50

Abstract

Evaluasi karakteristik pengeringan jamur meraug kering (Volvariella voivacea) menggunakan Far Infra Red (FIR). Makalah ini memaparkan hasil studi penerapan radiasi Far Infra Red (FIR) yang dirancaug untuk pengeringan jamur merang (Volvariella voivacea). Radiasi FIR dengan panjang gelornbang 25-1000 urn dipilih sebagai pengeriug yang digunakan dalam penelitian ini. Radiasi FIR 'efektif dalam menurunkan waktu pengeringan dengan perubahan warna minimal. Tujuan dari studi ini mengevaluasi (I) Kinerja teknologi pengeringan FIR; (2) karakteristik fisiko kimia produk kering meliputi warna, asam askorbat, aroma dan klorofiJ. Pembahasan meliputi laju pengeringan jamur merang dalarn bentuk irisan pada suhu 50, 60, 65 dan 75oC. Kandungan nutrisi maupun karakteristik fisiko kimia. Radiator FIR dengan panjang gelombang 8,7 urn dengan jarak optimum antara konveyor dan FIR radiator (18±2 em) serta suhu lorong pada rentang.60 oc. Penampilan warna produk jamur basil pengeringan dengan metoda pcngeringan FIR dan proses blansir dengan 0,1% larutan Natrium meta bisulfate menghasilkan produk dengan rasio rehidrasi sebesar 65,42±5,08%. Hasil studi ini rnenyirnpulkan bahwa penerapan teknologi pengeringan FIR rnerupakan metoda yang prospekti f untuk rnenghasilkan jamur kering yang berkualitas.
Formulasi Granul Efervesen Kaya Antioksidan dari Ekstrak Daun Gambir Sari Intan Kailaku; Jayeng Sumangat; nFN Hernani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v9n1.2012.27-34

Abstract

Gambir mengandung zat antioksidan katekin dan sudah sejak lama digunakan dalam pengobatan tradisional maupun modern, seperti dalam pengobatan penyakit perut dan penyakit tenggorokan. Namun, produk gambir dalam bentuk blok kering kurang disukai karena tidak praktis untuk digunakan seharihari. Karakteristik rasa dan aroma gambir yang segar dan memiliki after taste sedikit pahit sangat cocok untuk dijadikan produk minuman. Bentuk produk granul efervesen mudah diterima karena dapat menggunakan pemanis untuk menyembunyikan rasa kelat dan pahit dari ekstrak daun gambir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan produk baru dari gambir berupa produk minuman yang praktis dan rasa yang disukai. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan berupa percobaan mencari perbandingan bahan pengikat, pengemulsi, komposisi bahan asam dan basa serta bahan pemanis. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor (jumlah ekstrak kering gambir dan polyvinylpirolidone) masing-masing dengan 3 taraf dan 3 ulangan. Pada penelitian selanjutnya, formula terpilih diperbaiki dan dianalisis pada berbagai parameter sifat fisik, kadar katekin, daya hambat terhadap oksidasi dan uji organoleptik. Granul efervesen terbaik adalah dengan 15% ekstrak kering daun gambir dan 1,5% CMC yang memiliki rendemen 88,2%, kadar katekin 63,01% serta daya hambat oksidasi sebesar 90,94%. Granul efervesen yang dihasilkan juga memiliki sifat fisik yang baik, yaitu kadar air 2,07%, pH 5,61, waktu larut 60 detik dan daya alir 5,81 g/detik. Dalam uji organoleptik, para panelis menunjukkan penerimaan agak suka pada semua formula dan paling menyukai formula dengan 15% ekstrak kering daun gambir dan 1,5% CMC.
KONVERSI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) MENJADI ARANG HAYATI DAN ASAP CAIR Irma Kresnawaty; Soekarno Mismana Putra; Asmini Budiani; TW Darmono
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 3 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v14n3.2017.171-179

Abstract

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan salah satu limbah perkebunan yang jumlahnya sangat melimpah. Telah banyak penelitian dilakukan yang bertujuan untuk memanfaatkan limbah ini menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi dan salah satu adalah mengomposkan TKKS tersebut. Teknik pengomposanTKKS yang selama ini memerlukan waktu 2-4 bulan dan pengangkutan produk kompos yang dihasilkan memerlukan biaya yang mahal. Waktu pengomposan yang lama tidak dapat mengatasi permasalahan banyaknya limbah TKKS ini dihasilkan di pabrik (21-23% dari Tandan Buah Segar). Sehingga diperlukan teknik pengolahan limbah yang lebih cepat. Pada penelitian sebelumnya TKKS terbukti dapat dikonversi melalui proses pirolisis yang relatif lebih cepat menjadi arang hayati dan asap cair. Arang hayati memiliki banyak manfaat khususnya untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Selain itu juga dapat memacu aktivitas mikroba tanah, terutama yang berasosiasi dengan akar tanaman dan mampu meningkatkan konservasi unsur hara mudah larut sehingga pencucian hara menjadi minimal. Asap cair selama ini banyak digunakan sebagai bahan pengawet makanan dan penghilang bau pada industri karet. Pada penelitian ini akan dilakukan karakterisasi arang hayati dan asap cair dari TKKS . Dari 6 kg TKKS dapat dihasilkan 1,9 kg arang hayati dan 3,6 L asap cair. Arang hayati TKKS memiliki kadar makronutrien : C 60%; N 1,07%; P 1,29%; K 13,37%; Mg 1,02%; Ca 1,71% dan mikronurien Fe 0,95%; B 31 ppm dan Zn 248 ppm, dengan pH 9. Asap cair yang dihasilkan memiliki pH 3,5 dan dapat dihilangkan kandungan tar-nya dengan pengendapan semalam. Kandungan asap cair ini. mengandung karbonil 2,984 %; turunan fenol 13,169 %; dan asam organik 74,268 %.
Penambahan Tepung Pisang Uli Modifikasi Kaya Pati Resisten Pada Pembuatan Yoghurt Sinbiotik nFN Widaningrum; Sri Laksmi Suryaatmadja; Nur Richana; nFN Suliantari
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 10, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v10n1.2013.39-49

Abstract

Pisang uli kaya akan amilosa sehingga berpotensi kaya akan pati resisten tipe 3. Pati resisten tipe 3 (RS3) potensial sebagai sumber prebiotik berkaitan dengan fungsi fisiologisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi mutu yoghurt sinbiotik yang dibuat dengan mensubstitusi susu skim dalam pembuatan yoghurt dengan tepung pisang uli modifikasi kaya pati resisten. Yoghurt sinbiotik dibuat dengan mensubstitusi 70% susu skim dengan tepung pisang uli modifikasi dan diberi penambahan probiotik Bifidobacterium bifidum atau L. plantarum BSL. Nilai pH produk yoghurt sinbiotik substitusi 70% TPUM dengan probiotik baik B. bifidum maupun L. plantarum BSL yang tidak dipasteurisasi umumnya menurun setelah 4 minggu penyimpanan, kecuali pada yoghurt kontrol. Hal yang berbeda terjadi pada pH produk yoghurt sinbiotik yang dipasteurisasi, dimana perlakuan pasteurisasi terlebih dahulu sebelum diberi penambahan probiotik menyebabkan pH yoghurt meningkat saat penyimpanan pada minggu ke-0 sampai minggu ke-4. Nilai total asam laktat tertitrasi yoghurt sinbiotik menunjukkan penurunan selama 4 minggu penyimpanan. Untuk total probiotik, yoghurt sinbiotik masih mengandung total probiotik 109 CFU/ml setelah penyimpanan refrigerator selama empat minggu. Yoghurt sinbiotik substitusi 70% TPUM dengan probiotik B. bifidum dan L. plantarum BSL dapat diterima dari sisi sensori oleh panelis dari segi aroma, warna, tekstur, konsistensi (keseragaman), dan rasa. Dilihat dari total probiotik pada penyimpanan selama 4 minggu, L. plantarum BSL masih memiliki jumlah yang cukup tinggi sehingga dapat direkomendasikan sebagai probiotik pada pembuatan pangan fungsional lainnya.
Teknologi Penyimpanan Umbi Kentang (Solanum tuberosum L.) Var. GM-05 dengan Rekayasa Pencahayaan untuk mempertahankan Kesegarannya Wisnu Broto; Dondy A Setyabudi; nFN Sunarmani; nFN Qanytah; Irpan Badrul Jamal
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v14n2.2017.116-124

Abstract

Kondisi penyimpanan menjadi kata kunci untuk meningkatkan daya simpan umbi kentang GM-05 dengan mutu segar yang terjaga.Kentang segar GM-05 dalam penelitian ini diperoleh dari Kebun Percobaan Balai Penelitian Sayuran, Lembang dan dipanen pada umur90 Hari Setelah Tanam (HST). Umbi kentang dengan bobot masing-masing 30 kg dikemas dalam karung rajut, disimpan pada kondisi(1) ruangan gelap, (2) ruangan dengan pencahayaan 100-500 lux/lilin, dan (3) dihamparkan sebagai kontrol. Penyimpanan dilakukanpada suhu ambient, 20, dan 10oC. Pengamatan dilakukan setiap 2 (dua) minggu sekali selama 3 bulan penyimpanan. Parameter yangdiamati meliputi: susut bobot, kadar air, kadar protein, kadar karbohidrat, kadar lemak, kadar amilosa, kadar abu, dan tekstur. Rancanganpercobaan menggunakan rancangan acak lengkap tersarang dengan ulangan tiga kali dan signifikansi beda nyata terkecil pada taraf5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan dalam ruang gelap maupun yang dengan pencahayaan 100-500 lux/lilin suhu10 oC memberikan susut bobot dan laju penurunan kadar air terendah dibandingkan perlakuan lainnya. Kadar karbohidrat, kadar abu,dan tekstur tidak terpengaruh dengan semua perlakuan penyimpanan. Penurunan kadar lemak dan amilosa umbi kentang melambathingga masing-masing sebesar 0,14% dan 4,42% terjadi pada penyimpanan dalam ruang gelap maupun yang dengan pencahayaan padasuhu 10 oC. Kadar protein meningkat hingga pada kisaran 1,51%. Penyimpanan suhu 10oC dengan kondisi gelap ataupun pencahayaan100-500 lux/lilin merupakan metode penyimpanan kentang GM-05 terbaik karena mampu mempertahankan mutu dan kesegarannya.
Improving the Eggs Quality to Maintain on Tea Solution. Hasrianti Silondae; Amaliah Ulpah
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v12n3.2015.124-128

Abstract

The main problem of chicken egg is its weaknesses, such as perishable, therefore it has a short storage life. Some natural preservative among others tea leaf can maintain the quality of egg. This study aimed to determine the concentration of tea solution to maintain the quality of egg. The materials used in this research were eggs, local tea (bandulan brand), and hot water. Eggs are soaked for 2 days with concentration of tea solution consists of 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% and stored for 21 days. Parameters observed were egg weight shrinkage, yolk index, albumen index and pH. The experiment designed by Completely Randomized Design (CRD) with 6 treatments and 4 replications. Parameters observed were egg weight shrinkage, yolk index, eggwhite index and pH. The data were analyzed by ANOVA continued by Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The research results showed that the decline in interior quality of eggs was higher in the control treatment (without the tea solution). It is found that there is significant different between the two treatment of 10% and 50% with parameter of albumen indeks. PENINGKATAN KUALITAS TELUR AYAM RAS DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN TEHMasalah utama dari telur ayam adalah sifatnya yang mudah rusak, sehingga waktu simpannya relatif pendek. Beberapa bahan pengawet alami diantaranya daun teh dapat mempertahankan kualitas telur ayam ras. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh perendaman telur dalam larutan teh konsumsi terhadap kualitas interior telur ayam ras. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu telur ayam ras, teh bandulan dan air panas. Telur direndam selama 2 hari dengan konsentrasi larutan teh terdiri dari 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% dan disimpan selama 21 hari. Pengamatan dilakukan terhadap penyusutan berat telur, indeks kuning telur, indeks putih telur, dan pH telur. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan perbedaan antar perlakuan diuji dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyusutan berat telur lebih tinggi pada perlakuan kontrol (tanpa larutan teh). Diketahui bahwa terdapat perbedaan nyata antar perlakuan konsentrasi larutan teh 10% dan 50% dengan parameter indeks putih telur.
PRODUKSI PEKTIN BERMETOKSIL RENDAH DARI KULIT JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) SECARA SPONTAN MENGGUNAKAN PELARUT AMONIUM OKSALAT DAN ASAM Sri Usmiati; Djumali Mangunwidjaja; Erliza Noor; Nur Richana; Endang Prangdimurti
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 3 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v13n3.2016.125-135

Abstract

Pengembangan teknologi ekstraksi pektin bermetoksil rendah terus dieksplorasi karena tanaman sumber yang relatif terbatas. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pektin bermetoksil rendah langsung dari ekstraksi kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle). Penelitian didahului oleh dua tahap penelitian pendahuluan menggunakan rancangan acak lengkap yang masing-masing bertujuan memperoleh suhu ekstraksi (tahap pertama) dan lama waktu ekstraksi (tahap kedua) terbaik untuk digunakan sebagai kondisi proses ekstraksi pada penelitian utama. Desain penelitian utama menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah tipe pelarut (P): P1 (amonium oksalat+asam oksalat, asam sitrat) dan P2 (amonium oksalat+asam oksalat, asam klorida), dan faktor kedua pH (K): K1 (pH 1) dan K2 (pH 2), serta sebagai pembanding adalah menggunakan pelarut P0 [asam sitrat, asam klorida; pH 2,0]. Ekstraksi suksesif dua tahap menggunakan suhu 100oC dilakukan selama 45 menit dengan pelarut amonium oksalat+asam oksalat, dilanjutkan 10 menit menggunakan pelarut asam sitrat atau asam klorida. Parameter pengukuran meliputi rendemen, derajat esterifikasi (DE), kadar asam uronat, kadar metoksil, kadar air, kadar abu, serta berat ekivalen. Dari hasil penelitian diketahui bahwa interaksi tipe pelarut dan pH pada perlakuan P2K2 (amonium oksalat+asam oksalat, asam klorida) dapat langsung menghasilkan pektin bermetoksil rendah dari kulit jeruk nipis dengan nilai DE 45,77%, kadar metoksil 1,53% dan kadar abu 4,77%. Pelarut amonium oksalat+asam oksalat (t1) dan asam klorida (t2) (P2) pada kedua tingkat pH menghasilkan rendemen pektin 10,0%, kadar AUA 19,21%, dan nilai BE 1878,82. Kadar air pektin sebesar 7,91% dihasilkan dari tingkat pH 2 (K2) pada kedua tipe pelarut. Untuk memperoleh pektin bermetoksil rendah dari kulit jeruk nipis direkomendasikan menggunakan pelarut P2K2 (amonium oksalat+asam oksalat, asam klorida; pH 2) pada suhu ekstraksi 100oC.English Version AbstractSpontaneously production of low methoxyl pectin from peel of Citrus aurantifolia Swingle using solvent of ammonium oxalate and acidThe development of extraction technology of low methoxyl pectin/LMP continue to be explored caused by limited the plant source. The research objective was to obtain low methoxyl pectin directly from the pectin extraction of lime peel (Citrus aurantifolia Swingle). The study was preceeded by a twostage preliminary researches using a completely randomized design, each of which was to obtain the best temperature (first stage) and duration of extraction (second stage) to be used as a condition of extraction process in the primary research. The primary research used factorial completely randomized design with three replications. The first factor was solvent type (P): P1 (ammonium oxalate+oxalic acid), citric acid) and P2 (ammonium oxalate+oxalic acid, hydrochloric acid), and the second factor was pH (K): K1 (pH 1) and K2 (pH 2), as well as control was solvent P0 [citric acid (t1), hydrochloric acid (t2); pH 2.0]. Successive two-stage extraction on 100°C was done for 45 minutes using ammonium oxalate+oxalic acid followed by 10 minutes using citric acid or hydrochloric acid. Measurement parameters included yield, degree of esterification (DE), anhidrouronic acid/AUA levels, methoxyl content, moisture content, ash content, and equivalent weight. From the results of research, the interaction between solvent tipe and acidity level of P2K2 (ammonium oxalate+oxalic acid, hydrochloric acid; pH 2) could directly produce LMP from extraction of lime peel characterized by DE of 45.77%, methoxyl content of 1.53% and ash content of 4.77%. Effect of solvent of ammonium oxalate+oxalic acid, hydrochloric acid (P2) at both pH levels resulted pectin yield of 10.0%, AUA of 19.21%, and equivalent weight of 1878.82. The pectin moisture of 7.91% was produced from acidity of pH 2 (K2) on both type of solvent. To obtain LMP from peel of Citrus aurantifolia Swingle it was recommended to use the extraction solvent of P2K2 (ammonium oxalate+oxalic acid, hydrochloric acid; pH 2) on temperature of 100oC.
OPTIMASI WAKTU FERMENTASI PRODUKSI BIOETANOL DARI DEDAK SORGHUM MANIS (Sorghum Bicolor L) MELALUI PROSES ENZIMATIS Abdullah Bin Arif; Agus Budiyanto; Wahyu Diyono; Nur Richana
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v14n2.2017.67-78

Abstract

Salah satu energi baru terbarukan (EBT) yang potensial untuk dikembangkan adalah bioetanol. Bioetanol merupakan salah satu EBT yang banyak dipertimbangkan sebagai bahan bakar pengganti minyak bumi. Sorgum merupakan tanaman yang dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk produksi bioetanol. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh konsentrasi enzim terbaik saat hidrolisis dan waktu fermentasi yang optimum pada produksi bioetanol dari dedak sorgum manis. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor pada bulan Januari-Mei 2016. Bahan-bahan yang digunakan meliputi dedak sorgum manis, enzim amilase, enzim glukoamilase dan Saccharomyces cereviseae. Pada penelitian ini terdapat tiga tahapan kegiatan, yang meliputi: Karakterisasi bahan baku, optimasi hidrolisis enzimatis pada produksi gula dari dedak sorgum, optimasi pengaruh perlakuan penambahan konsentrasi enzim (α-amilase dan glukoamilase) dan lama fermentasi pada produksi bioetanol dari dedak sorgum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dedak sorgum manis dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol dengan waktu fermentasi optimum selama 48 jam dengan penambahan konsentrasi enzim α-amilase : glukoamilase (0,5 : 1,5) ml/kg dengan hasil rendemen sebanyak 20,88%.

Page 5 of 26 | Total Record : 258


Filter by Year

2004 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 18, No 3 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 3 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 3 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 3 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 3 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 1 (2015): Journal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 10, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 10, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Pascapanen Pertanian Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 8, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 8, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 2 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 2 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 2 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 2 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 2 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 1 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 2 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 1, No 1 (2004): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian More Issue