cover
Contact Name
Dismo Katiandagho
Contact Email
desmonk80@gmail.com
Phone
+6281244121375
Journal Mail Official
keslingjurnal@gmail.com
Editorial Address
Jl. Manguni 20, Kel. Malendeng, Kec. Paal 2 Kota Manado, Sulawesi Utara
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal Kesehatan Lingkungan
ISSN : 20890451     EISSN : 2615188X     DOI : -
Core Subject : Social,
Jurnal Kesehatan Lingkungan, is a publication media of research articles and reviews of literatur in the field of environmental health, such as Appropriate Technology Environmental Health, Waste Treatment, Water Sanitations, Air Pollution, Waste Management, Occupational Health, Environment Parasitology, Health Entomology, Vector and Pest Control, Mikrobiology and Environmental Epidemiology.
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 3 No 1 (2013): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN" : 9 Documents clear
HUBUNGAN KONSENTRASI DEBU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO Selfiana Pudul; Tony K. Timpua; Dismo Katiandagho
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 3 No 1 (2013): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jkl.v3i1.555

Abstract

Debu merupakan bahan pencemar yang ditemukan terutama di daerah terbuka. Kadar debu akan meningkat di udara, terutama pada musim kemaru. Debu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan, yaitu dapat menimbulkan penyakit Pneumokoniasis. Faktor risiko terjadinya penyakit ISPA selain kadar debu yang tinggi, dipengaruhi oleh kelembaban udara. Kelembaban dalam ruangan perumahan dipengaruhi beberapa faktor, antara lain dipengaruhi oleh letak dan ukuran jendela /ventilasi serta konstruksi dari suatu perumahan disamping musim dan keadaan tanah. Terjangkitnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri, terjadi bila seseorang batuk, bersin dan meludah, sehingga terhembuskan percikan titik air besar maupun kecil yang mengandung kuman penyakit yang dapat dihisap langsung dan dapat menjangkit ke orang lain. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan konsentrasi debu, dan kelembaban udara dalam ruangan dengan kejadian penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Kecamatan Mapanget. Penelitian ini adalah observasional analitik, dengan desain penelitian cross-sectional study. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan yaitu rata-rata kadar debu = 350,9 μg/m3 sudah pada batas yang tidak memenuhi syarat, sedangkan kelembaban dalam rumah penderita ISPA yang memenuhi syarat terdapat pada 18 rumah (26,5 %), dan kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat terdapat pada 50 rumah (73,5 %), dengan hasil uji statistik dengan penggunakan uji Chi-Square dimana tingkat korelasi dari pengaruh kelembaban udara terhadap kejadian penyakit ISPA yaitu sebesar 25, 102, sedangkan batas minimum expected = 8,24, jadi ada hubungan antara tingginya kelembaban udara terhadap penyakit ISPA di Kecamatan Mapanget Kota Manado.
STUDI PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KECACINGAN PADA ANAK –ANAK DI SDN 48 MANADO Isra Miranda; Telly Mamuaya
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 3 No 1 (2013): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jkl.v3i1.556

Abstract

Kebersihan atau lingkungan kesehatan buruk (meliputi perumahan, penyediaan air, pembuangan kotoran dan sampah) menyebabkan berbagai penyakit yang menyerang seluruh golongan usia, terutama anak – anak. Ada tidaknya jamban dan perilaku cuci tangan sebelum makan yang kurang benar (pakai sabun) akan mempermudah penyebaran penyakit antara lain penyakit kecacingan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku cuci tangan dengan kecacingan pada anak- anak di SDN 48 Manado yang terletak di kecamatan Tuminting. Penelitian ini bersifat deskritif. Populasi adalah seluruh siswa SDN 48 Manado yang berjumlah 234 orang dengan menggunakan kriteria inklusi, sampel didapat 70 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner (pedoman wawancara), dan alat pemeriksaan laboratorium (parasitologi). Analisa data menggunakan tabel. Hasil penelitian menunjukan bahwa kecacingan pada anak-anak di SDN 48 Manado sebesar 11 % yang terdiri atas Ascaris lumbricoides 83 % dan Trichuristrichiura 17 %. Perilaku mencuci tangan di dapatkan hasil bahwa dengan mencuci tangan yang baik terdapat 33 % sampel yang postif terinfeksi telur cacing. Disarankan agar pola hidup yang bersih dan sehat, serta perilaku cuci tangan yang baik dapat terus ditingkatkan untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran cacing pada anak – anak di Sekolah Dasar tersebut.
FAKTOR RISIKO KONDISI PERUMAHAN DENGAN KEJADIAN TB PARU DI PUSKESMAS LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA Tarmizi Tarmizi; Suwarja Suwarja; Yozua Toar Kawartu
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 3 No 1 (2013): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jkl.v3i1.557

Abstract

Penyakit Tubrkulosis menjadi masalah dunia, berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2007, diperkirakan terdapat 8,8 juta penderita kasus baru ditahun 2005 dimana 7,4 juta penderitanya berada di Asia dan Afrika dengan angka kematiannya 1,6 juta pasien. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko kondisi perumahan dengan kejadian TB Paru. Jenis penelitian ini menggunakan studi obsevasional analitik dengan rancangan Case Control study. Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah yang berada di wilayah kerja Puskesmas Likupang dan Sampel dalam penelitian ini terbagi 2 kelompok yaitu : sampel kasus berjumlah 30 dan sampel berjumlah 90. Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran pada ventilasi rumah, kelembaban ruangan dan pencahayaan ruangan dan observasi langsung pada konstruksi rumah. Analisis menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas ventilasi merupakan faktor prediktif terhadap kejadian TB Paru berdasarkan analisis risiko kondisi rumah yang menghasilkan nilai Odds Ratio (OR) = 0,895 dimana OR < 1. Kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB Paru dan berisiko sebesar 4 kali lebih besar dibandingkan dengan rumah yang memiliki kelembaban yang memenuhi syarat, berdasarkan nilai Odds Ratio (OR) = 4.312. Pencahayaan Ruangan merupakan faktor prediktif terhadap kejadian TB Paru berdasarkan analisis risiko kondisi rumah yang menghasilkan nilai Odds Ratio (OR) = 0,805. Konstruksi rumah yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB Paru dan berisiko sebesar 3,8 kali lebih besar dibanding rumah yang memiliki konstruksi rumah yang memenuhi syarat, berdasarkan nilai OR = 3.857
FAKTOR RISIKO KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIKALA BARU KOTA MANADO Telly Rosalina Paat; Yozua Toar Kawatu; Anselmus Kabuhung
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 3 No 1 (2013): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.998 KB) | DOI: 10.47718/jkl.v3i1.558

Abstract

Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis yang sebagian kuman menyerang paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kondisi fisik rumah terhadap kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Tikala Baru. Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan rancangan case control study. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 80 responden yang terdiri dari 40 kasus dan 40 kontrol. Variabel bebas yang diteliti adalah pencahayaan, kelembaban, kepadatan hunian, serta ventilasi rumah. Hasil analisis bivariat menyatakan bahwa kondisi fisik rumah yaitu pencahayaan dalam rumah merupakan faktor risiko kejadian TB Paru dengan nilai OR : 5,211 dan secara statistik pencahayaan dalam rumah berhubungan terhadap kejadian TB Paru dengan nilai p = 0,001. Kelembaban merupakan faktor protektif terhadap kejadian TB Paru dengan nilai OR : 0,214 dan secara statistik kelembaban berhubungan dengan kejadian TB Paru dengan nilai p =0,019. Kepadatan hunian merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB Paru nilai OR : 3,095 dan secara statistik kepadatan hunian berhubungan dengan kejadian TB Paru nilai p = 0,014 dan ventilasi merupakan fasktor risiko terhadap kejadian TB Paru nilai OR : 4,421 dan secara statistik ventilasi berhubungan dengan kejadian TB Paru, nilai p = 0,002.
HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN MALARIA KLINIS DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2010 Yozua Toar Kawatu
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 3 No 1 (2013): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.759 KB) | DOI: 10.47718/jkl.v3i1.559

Abstract

Malaria merupakan masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia karena mengakibatkan dampak yang luas dan berpeluang menjadi penyakit emerging dan re-emerging. Di Wilayah South East Asian Region (SEARO) yang Indonesia menjadi salah satu negara anggotanya, malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Data Kasus Baru malaria tahun 2009/2010 di seluruh Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah 22,9 per mil, sedangkan di Provinsi Sulawesi Utara (61,7‰). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku pencegahan dengan kejadian malaria klinis di Provinsi Sulawesi Utara 2010. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian sebesar 2272 subyek penelitian yang diperoleh data dari Riskesdas 2010, dengan jumlah kejadian malaria klinis sebanyak 408 subyek. Dari 6 (enam) variabel yang dianalisis multivariat di Provinsi Sulawesi Utara diperoleh hasil 2 variabel yang berhubungan secara signifikan yaitu : variabel responden tidur menggunakan kelambu p value = 0,014 dengan OR = 1,561 (95% CI : 1,093 – 2,229) dan variabel Memakai obat nyamuk bakar/elektrik p value = 0,001 dengan OR = 1,580 (95% CI : 1,212 – 2,059).
HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR SUNGAI TALAWAAN SEBAGAI TEMPAT UNTUK MANDI CUCI KAKUS DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT DI DESA TALAWAAN KECAMATAN TALAWAAN KABUPATEN MINAHASA UTARA Albertin S. Londong; Nasrul E. Santoso; Jusran Mokoginta
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 3 No 1 (2013): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jkl.v3i1.560

Abstract

Beberapa penyakit infeksi seperti penyakit kulit masih merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani di Desa Talawaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan air sungai Talawaan sebagai tempat untuk MCK terhadap kejadian penyakit kulit serta untuk mengetahui angka prevalensi penyakit kulit di Desa Talawaan. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan Crosssectional study, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner. Sampel penelitian berjumlah 135 responden, variabel bebas yaitu pemanfaatan sungai Talawaan sebagai tempat untuk MCK dengan variabel terikat yaitu kejadian penyakit kulit. Angka prevalensi kejadian penyakit kulit bagi responden yang mandi di sungai Talawaan = 57,14% dan angka kejadian penyakit kulit bagi responden yang tidak mandi di sungai Talawaan = 34,48%, angka prevalensi responden yang mencuci di sungai 0,70 angka prevalensi yang BAB di sungai sebesar 1,13. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi square yaitu terdapat hubungan antara kebiasaan mandi di sungai Talawaan dengan kejadian penyakit kulit. (nilai p=0,009 RP= 1,70). Tidak ada hubungan antara mencuci di sungai Talawaan dengan kejadian penyakit kulit. (nilai p= 0,062 RP= 0,70) dan tidak ada hubungan antara membuang air besar di sungai Talawaan dengan kejadian penyakit kulit (nilai p= 0,426 dan RP= 1,13). Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara kebiasaan mandi di sungai Talawaan dengan kejadian penyakit kulit, tidak ada hubungan antara mencuci dan membuang air besar di sungai Talawaan terhadap kejadian penyakit kulit.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI DESA KOLONGAN TETEMPANGAN KECAMATAN KALAWAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Christien L. Chandra; Suwarja Suwarja; Jasman Jasman
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 3 No 1 (2013): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.175 KB) | DOI: 10.47718/jkl.v3i1.561

Abstract

DBD merupakan penyakit endemis di Provinsi Sulawesi Utara, dari tahun 2006 sampai tahun 2007 mengalami peningkatan kasus yakni dari jumlah 1.309 kasus dengan kematian 19 penderita meningkat menjadi 1.889 kasus dengan 24 kematian, namun di tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 1.198 kasus dengan jumlah kematian 13 orang (CFR, 1.1 %) pada tahun 2012 kasus meningkat menjadi 1. 272 kasus. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan penerimaan informasi dan tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu rumah tangga dalam pencegahan penyakit DBD di Desa Kolongan Tetempangan. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan Cross sectional study, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu rumah tangga yang berjumlah 93 orang, yang variabel penelitian yaitu tingkat pendidikan dan pengetahuan serta penerimaan informasi tentang DBD. Hasil analisis secara bivariat dengan menggunakan uji Chi square didapatkan hasil yaitu ada hubungan yang bermakna antara penerimaan informasi tentang penyakit DBD dengan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga dalam pencegahan penyakit DBD, dengan nilai p= 0,021 (< α 0,05), ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan pengetahuan tentang pencegahan penyakit DBD dengan nilai p= 0,044 (<α 0,05).
PENGARUH LAMA KERJA DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP PENYAKIT KECACINGAN PADA PETUGAS PENGELOLA SAMPAH DI TPA SUMOMPO KOTA MANADO Debby Ch. Kamasaan; Bongakaraeng Bongakaraeng; Joy V,I. Sambuaga
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 3 No 1 (2013): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jkl.v3i1.562

Abstract

Petugas pengelola sampah di TPA Sumompo ada yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan tidak menggunakan APD, dari 30 petugas terdapat 10 orang yang memakai APD yaitu sarung tangan dan sepatu boot dan yang tidak memakai APD sebanyak 20 orang. Pemakaian APD yang tidak lengkap dapat memungkinkan kontak langsung dengan sampah sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh lama kerja dan penggunaan APD terhadap kejadian penyakit kecacingan pada petugas pengelola sampah di TPA Sumompo Kota Manado. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional study, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner serta hasil pemeriksaan tinja di Balai Penunjang Pelayanan Kesehatan (BPPK) Balai Laboratorium Kesehatan. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 30 orang petugas pengelola sampah, variabel independen dalam penelitian ini yaitu lama kerja dan penggunaan APD dan variabel dependen yaitu kejadian penyakit kecacingan. Hasil analisis secara bivariat dengan menggunakan uji Chi square didapatkan hasil yaitu ada pengaruh antara lama kerja dengan kejadian kecacingan pada petugas pengelola sampah di TPA Sumompo dengan nilai p= 0,022 (<α 0,05) dan ada pengaruh antara penggunaan APD dengan kejadian kecacingan dengan nilai p= 0,025 (< α 0,05), kelengkapan penggunaan APD dengan nilai p= 0,047
PENGEMBANGAN SISTEM SURVEILANS PENYAKIT TB PARU DI PUSKESMAS GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2011 Dismo Katiandagho
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 3 No 1 (2013): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jkl.v3i1.563

Abstract

Kegiatan rangka pemberantasan penyakit Tuberkulosis paru langkah awal yang perlu dilakukan adalah pencarian dan penemuan penderita. Tujuan penemuan penderita untuk mengidentifikasi sumber penular dan selanjutnya menghilangkan sumber tersebut dengan cara memberikan pengobatan yang sesuai. Untuk menemukan penderita maka langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi tersangka penderita berdasarkan gejala-gejala klinis utama. Tujuan pelaksanaan sistem surveilans yaitu untuk mengetahui perlaksanaan system surveilans epidemiologi penyakit TB paru di Puskesmas Gunungpati Kota Semarang. Jenis pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara deskriptif, dimana penulis ingin menggambarkan pelaksanaan sistem surveilans penyakit Tb paru di Puskesmas Gunungpati Kota Semarang. Hasil pelakasaan kegiatan Surveilans Tb paru membantu untuk memonitor epidemic penyakit TB paru dan memonitor penderita secara analisa kohort yang digunakan untuk evaluasi hasil pengobatan. Tipe dari surveilans TB paru adalah mencatat semua kasus yang teregistrasi dan melaporkan setiap triwulan kasus yang tercatat dan evaluasi hasil pengobatan. Kesimpulan: 1) Meningkatkan dan memperluas pemanfaatan strategi untuk menghentikan penularan TB dengan cara meningkatkan akses terhadap diagnosis yang akurat dan pengobatan yang efektif dengan akselerasi pelaksanaan DOTS untuk mencapai target global dalam pengendalian TB paru, dan meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas obat anti TB paru, 2) Menyusun strategi untuk menghadapi berbagai tantangan dengan cara mengadaptasi DOTS untuk mencegah, menangani TB dengan resistensi OAT (MDR-TB) dan menurunkan dampak TB/HIV; dan 3) Mempercepat upaya eliminasi TB dengan cara meningkatkan penelitian dan pengembangan untuk berbagai alat diagnostik, obat dan vaksin baru; serta meningkatkan penerapan metode baru dan menjamin pemanfaatan, akses dan keterjangkaun.

Page 1 of 1 | Total Record : 9