cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana
Published by Universitas Udayana
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue " Vol 3, No 2 (2015)" : 9 Documents clear
HUBUNGAN ANTARAPENYAKIT PERIODONTAL PADA IBU HAMIL DENGAN ANGKA KEJADIAN PERSALINAN PRETERM Budayasa, A A G Raka
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi preterm masih sangat tinggi. Dibandingkan dengan bayi baru lahir cukup bulan, bayi preterm terutama yang lahir dengan usia kehamilan < 32 minggu, mempunyai resiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim. Pada banyak kasus penyebab utama dari persalinan preterm belum diketahui. Pada tahun-tahun terakhir, infeksi-infeksi rongga mulut juga berkontribusi terhadap persalinan preterm, ketuban pecah dini atau korioamnionitis. Offenbacher dkk (1996), pertama sekali melaporkan penyakit periodontal sebagai faktor resiko yang bermakna secara statistik mempengaruhi persalinan preterm.   Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara penyakit periodontal pada wanita hamil dengan angka kejadian persalinan preterm.   Rancangan Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional analitik. Subyek penelitian sebesar 60 ibu hamil yang dibagi menjadi dua kelompok, 30 ibu hamil preterm inpartu dan 30 ibu hamil preterm tidak inpartu. Subyek dipilih secara consecutive sampling. Pada subyek penelitian dilakukan evaluasi semua gigi kecuali molar III menggunakan pemeriksaan Probing Depth dan Bleeding On Probing, pencatatan adanya kalkulus, dan selanjutnya hasil diinterpretasikan menurut CPITN, 1997 (WHO). Evaluasi dilakukan di Poli Gigi dan Mulut RSUP Sanglah dan RSUD Gianyar.   Hasil: Karakteristik subyek penelitian tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok sehingga pengaruhnya dapat diabaikan. Penyakit periodontal pada ibu hamil ditemukan memiliki hubungan dengan persalinan preterm melalui uji Chi-square dengan nilai rasio prevalen 2,30 (IK 95% 1,69-3,13, p = 0,011).   Simpulan: Pada penelitian ini disimpulkanpenyakit periodontal pada ibu hamil berhubungan dengan angka kejadian persalinan preterm yaitu pada ibu hamil dengan penyakit periodontal maka kejadian persalinan preterm adalah 2 kali lebih tinggi dibandingkan ibu hamil yang tidak menderita penyakit periodontal sebelum dan selama hamil.   Kata Kunci : penyakitperiodontal, persalinan preterm
DAMPAK KEHAMILAN DAN PERSALINAN TERHADAP DASAR PANGGUL I Gede Mega Putra, I Gde Sastra Winata,
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dasar panggul merupakan suatu komplek jaringan yang terletak diantara peritonium viseralis bagian bawah sampai dengan kulit vulva, yang memiliki peranan untuk menyokong berbagai organ viseralis pada panggul agar tetap berada dalam posisi dan fungsinya yang normal. Kerusakan dasar panggul merupakan suatu masalah yang bersifat kronis dan memiliki morbiditas yang sangat serius, dimana dapat mangakibatkan terjadinya penurunaan kualitas hidup penderitanya apabila tidak dikelola dengan baik. Angka kejadian kerusakan dasar panggul dan tindakan operatif yang terkait dengan kerusakannya tersebut sangat bervariasi pada berbagai penelitian. Penelitian yang dilakukan di Menchester tahun 2010 memperoleh hasil bahwa angka kejadian kerusakan dasar panggul sebesar 10%, dimana dari angka kejadian tersebut sebesar 31% disebabkan oleh karena adanya trauma obstetri dengan odds rasio sebesar 1,37 (95% CI: 0.72-2.62; P = 0.3398). Penelitian lainnya dilakukan di Inggris pada tahun 2009 terhadap 34.631 wanita, penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa risiko pada seorang wanita yang berusia 80 tahun untuk menjalani berbagai bentuk operasi dasar panggul adalah sebesar 12,2%. Sebanyak 2130 (6,2%) wanita paling tidak menjalani satu operasi dasar panggul, diantaranya sebanyak 407 (19%) menjalani operasi berulang. Penelitian yang dilakukan oleh Emily dkk. (2006) yang menghubungkan antara kerusakan dasar panggul dengan paritas dan cara persalinan menyimpulkan bahwa risiko untuk terjadnya kerusakan dasar panggul sangat berhubugan dengan adanya persalinan pervaginam, namun tidak selalu terkait dengan jumlah paritas, dan tindakan seksio sesarea memiliki dampak protektif apabila dibandingkan dengan persalinan pervaginam terhadap angka terjadinya kerusakan dasar panggul. Berbagai penelitian tersebut di atas menggambarkan bahwa risiko terjadinya kerusakan dasar panggul memiliki korelasi yang kuat terhadap adanya kehamilan dan persalinan itu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, maka melalui tulisan ini akan berusaha dipaparkan secara mendalam mengenai dampak dan mekanisme dari kehamilan dan persalinan dalam mengakibatkan terjadinya kerusakan dasar panggul.
SAKROKOLPOPEKSI DENGAN LAPAROSKOPI UNTUK PENANGANAN PROLAPS ORGAN PANGGUL Mahayasa, Putu Doster
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prolaps organ panggul merupakan salah satu permasalahan yang cukup sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Dimana pasien biasanya datang dengan keluhan penuh pada liang vagina, rasa tidak nyaman, gangguan berkemih, gangguan defekasi, ataupun dispareunia. Untuk mendiagnosa dan menentukan derajat prolaps, ICS (international Continence Society) telah menstandarisasi pengukuran yang dinamakan POP-Q (pelvic Organ Prolapsed Quantification). Tujuan penatalaksanaan dari prolaps organ panggul adalah untuk menghilangkan gejala, mengembalikan fungsi, memperbaiki anatomi, atau bahkan untuk kepentingan kosmetik. Terapi untuk prolaps organ panggul dapat dengan terapi konservatif (non bedah) maupun dengan terapi pembedahan. Pemilihan terapi bergantung kepada jenis, beratnya gejala, umur, keadaan umum penderita, kebutuhan fungsi seksual, fertilitas, maupun faktor resiko kekambuhan. Pada pasien dengan kontraindikasi untuk menjalani pembedahan, pemasangan pesarium dapat mengurangi gejala tanpa resiko pembedahan. Untuk teknik pembedahan, saat ini prolaps organ panggul dapat diterapi dengan berbagai teknik, dengan atau tanpa material sintetis, dengan laparotomi, laparoskopi, maupun pembedahan pervaginam. Pada pembedahan pervaginam, histerektomi adalah tindakan yang paling sering dilakukan, selain itu juga dapat dilakukan fiksasi dari puncak vagina ke ligamentum sakrospinosum. Pada laparotomi dapat dilakukan histerektomi total, histerektomi subtotal, atau dengan mempertahankan uterus, dimana dapat digunakan material sintetik untuk menggantung cervix, uterus, ataupun vagina ke sakrum, yang dikenal dengan teknik abdominal sakrokolpopeksi, dimana teknik tersebut pada saat ini telah menjadi gold standard untuk penanganan prolaps uteri maupun prolaps puncak vagina, karena tingkat keberhasilan yang tinggi dan angka kekambuhan yang rendah. Seiring dengan berkembangnya teknologi dalam bidang kedokteran khususnya pada bidang uroginekologi, para ahli mengembangkan suatu teknik operasi perabdominal tetapi dengan penggunaan laparoskopi, sehingga didapatkan hasil operasi yang maksimal, angka kekambuhan yang rendah, serta waktu pemulihan yang cepat dan rasa ketidak nyamanan pasca operasi yang lebih ringan. Seperti pada komplikasi laparoskopi pada umumnya, komplikasi yang sering terjadi pada sakrokolpopeksi dengan laparoskopi adalah infeksi, hematoma,  perdarahan,  perlukaan pembuluh darah, ureter,  buli-buli, maupun usus. Komplikasi pasca operasi yang cukup sering dijumpai adalah erosi yang disebabkan oleh mesh, insidennya berkisar antara 0-9%. Pengetahuan anatomi yang baik dari dasar panggul maupun keterampilan dalam tindakan laparoskopi dan penjahitan sangat diperlukan untuk mengurangi angka kejadian komplikasi.
JAHITAN B-LYNCH SEBAGAI MANAJEMEN ALTERNATIF BEDAH KONSERVATIF PADA ATONIA UTERI Suryantha, I G N
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dari seluruh teknik prosedur jahitan kompresi yang disebutkan diatas teknik B-lynch telah direkomendasikan oleh Triennial Confidential di inggris. Tidak adanya hasil yang buruk yang dilaporkan pada teknik bedah B-lynch. Bahkan tidak ada laporan kematian ibu yang menjalani intervensi radiologi atau jahitan B-lynch dalam penanganan perdarahan postpartum yang dilaporkan oleh   Triennial Confidential Enquiry States 2000-200210.   Penting untuk diingat bahwa jika pasien diketahui mempunyai resiko perdarahan postpartum, harus dilakukan dengan koordinasi antar departemen, seluruh staf selalu waspada sehingga pembedahan konservatif bisa dilakukan dengan cepat jika dibutuhkan, pasien yang beresiko adalah pasien obesitas, kardiomiopati, koagulopati, plasenta abnormal, polihidramnion dan kepercayaan tertentu yang menolak transfusi darah 10.   Jahitan B-Lynch telah berkembang menjadi metode pembedahan alternatif yang berharga untuk mengendalikan perdarahan postpartum akibat atonia uteri yang menyebabkan kompresi efektif dari plasenta bed. Kompresi uterus langsung mengontrol perdarahan dari plasenta bed, pada kasus plasenta inkreta Jahitan B-Lynch dapat dilakukan setelah menghilangkan sedikit demi sedikit jaringan plasenta. Jahitan B-Lynch Ini muncul menjadi prosedur yang sederhana, efektif, dan secara relatif dapat menyelamatkan nyawa yang dapat diterapkan dengan sedikit keahlian. Efektivitas jahitan B-Lynch diuji setelah dilakukan kompresi bimanual uterus. Jika kompresi dapat mengontrol perdarahan, kemungkinan bahwa jahitan B-Lynch akan bekerja. Efek dapat dilihat langsung pada penerapan jahitan B-Lynch 44.
PROFIL PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM SEE AND TREAT DI TIGA KABUPATEN DI BALI 2004-2005 Mayun Mayura, I Gusti Putu
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang         Kanker serviks seringkali terdiagnosis pada stadium lanjut. Pap Smear telah terbukti efektif sebagai salah satu alat skrining namun fasilitas yang diperlukan belum tersebar merata di Indonesia. Alternatif lain adalah Inspeksi Visual Asetat (IVA) yang memiliki sensitifitas tinggi dalam mendeteksi lesi prakanker. Program See & Treat menerapkan metode skrining kanker serviks menggunakan metode IVA pada beberapa kabupaten di Bali, antara lain Gianyar, Bangli, dan Singaraja. Hasil yang diperoleh digambarkan dalam penelitian ini sehingga diperoleh data untuk evaluasi dan kesinambungan program ini.       Tujuan Penelitian         Untuk mengetahui cakupan dan karakteristik pelaksanaan program skrining kanker serviks/ See and Treat programme di tiga Kabupaten di Bali ( Bangli,Singaraja dan Gianyar ) 2004-2005       Metode Penelitian         Penelitian ini berupa penelitian deskriptif retrospektif yang dilakukan di tiga kabupaten (Gianyar, Bangli dan Singaraja) di Bali periode tahun 2004 – 2005. Sampel adalah semua wanita yang datang dan tercatat pada registrasi Program See and Treat di tiga kabupaten di Bali tahun 2004-2005. Data untuk penelitian ini didapatkan dari register program See and Treat, kemudian disusun dan ditabulasi serta disajikan dalam bentuk tabel dan naratif. Hasil tabulasi umum yang telah tercatat dianalisa mempergunakan program SPSS. Hasil Penelitian dan Pembahasan         Responden berjumlah 6415 orang. Rata-rata umur pasien berada pada rentang dan jumlah yang sama. Hampir semua (99%) responden sudah menikah. Enam puluh persen responden menikah pada umur kurang atau sama dengan 20 tahun dan kurang dari 1 % responden menikah diatas 30 tahun. Sembilan puluh persen responden menyatakan bahwa mereka tidak pernah merokok. Rata-rata jumlah kehamilan pada responden di ketiga kabupaten adalah 1 s/d 3 kehamilan. Hasil pemeriksaan IVA di ketiga kabupaten menunjukkan angka yang konsisten berada pada nilai dibawah 10 % di masyarakat, hal ini menunjukkan adanya kesamaan standar diantara para personil kesehatan yang telah dilatih sebelumnya dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan IVA. Hasil pemeriksaan Pap Smear menunjukkan kecenderungan yang sedikit lebih rendah dibandingkan hasil pemeriksaan IVA yaitu untuk Kabupaten Gianyar hasil Pap Smear sebesar 2.28%, Kabupaten Bangli sebesar 4.5% dan Kabupaten Buleleng sebesar 2.5% . Hasil Pap Smear untuk Ca In Situ dan Kanker invasif di Kabupaten Gianyar adalah masing-masing sebesar 1.96% dan 3.92%. Untuk Kabupaten Bangli 1.09% dan 2.19% dan Kabupaten Buleleng 3.57% dan 3.57%. Secara keseluruhan kelainan Pap Smear untuk ketiga Kabupaten masing-masing sebesar 2.2% untuk Kabupaten Gianyar, 4.5% untuk Kabupaten Bangli dan 2.5% untuk Kabupaten Buleleng.
SENSITIFITAS DAN SPESIFISITAS INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT PADA LESI SERVIKS DI DESA NYAMBU KEDIRI TABANAN Mayun Mayura, I Gusti Putu
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction : Cervical cancer is the second commonest cancer that affectswomen through out the world.. Its clinical manifestation through molecular and cellular changes are metaplasia and dysplasia. Visual inspection of the cervix by acetic acid ( VIA ) is one of the many screening tools to aid the diagnosis of dysplasia which are caused by HPV infection.   Objective : To identify a positive visual inspection by acetic acid test withpositive human papilloma virus test in cervical lession and a positive visual inspection test with negative human papilloma virus test in cervical lession.   Subject and method : This research is across sectional study .One hundred andfifty samples were included in this study which were identified at the participating local community health center who agreed and are qualified. All samples were inspected and had the PAP Smear test thus the patient was examined by a qualified and trained personel to visual inspection by acetic acid. The result of the VIA test were then compared to the result of the PCR test which were then calculated with chi square and analysed by the t- independent test.   Result : The average age of the sample who are VIA positive is 37,67±5,66 andwith negative result is 34,96±8,19. Results from the t-independent test shows there is no statistical differences in the average age of the subjects (p>0,05). Analysis with the 2x2 table identified sensitivity of 72,73%; specificity 97,12%; negative prediction 97,83% positive prediction 66,67%; ratio of positive probability 25,27; ratio of negative probability 0,28% and an accuracy of 95,33%.   Conclusion: Based on the research result above we may conclude that this simpletest is spesific and sensitive in diagnosing dysplasia thus quiet reliable as a screening tool to detect cervical carcinoma in its early stages.   Key word : Cervical cancer, Visual inspection by acetic acid (VIA)
REMODELING CERVIKS PADA PERSALINAN Parwata Yasa, Gede
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persalinan adalah suatu proses dimana janin berpindah dari intrauterin ke lingkungan ekstra uterin. Ini merupakan diagnosis klinik yang didefinisikan sebagai permulaan dan menetapnya kontraksi yang bertujuan untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang berkesinambungan. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas proses ini saat ini belum sepenuhnya dipahami. Ini adalah diagnosis klinik yang didefinisikan sebagai permulaan dan menetapnya kontraksi yang bertujuan untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang berkesinambungan. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas proses ini saat ini belum sepenuhnya dipahami. dimana kontraksi uterus diawali secara medis maupun bedah sebelum terjadinya partus spontan. Selama beberapa tahun yang lalu, ada peningkatan kekhawatiran bahwa jika serviks belum siap, tidak akan terjadi persalinan yang sukses. Remodeling dari matriks ekstraselular adalah proses utama saat pembentukan proses fisiologi normal selama penyembuhan, kehamilan dan pertumbuhan. Proses remodeling intensif juga terjadi pada astma, penyakit reumatik, dan metase tumor. Proses ini terjadi dengan pengaktifan komponen matriks ekstraselular, sitokin dan enzim degradasi. Dalam beberapa proses remodeling terkumpulnya fibroblas yang dibawa oleh darah. Fibroblas dalam proses remodeling diatur oleh sitokin (autokrin dan parakrin), sitokin diproduksi oleh fibroblast yang diaktivasi, makrofage, neutrofil dan limfosit. Contoh sitokin yang terlihat adalah transforming growth factor (TGF-?), epidermal growth factor, variasi interleukin, dimana TGF-? adalah pemacu antara produksi ECM. Efek sitokin pada fibroblast berbeda tergantung pada lokasi jaringan dan jenis  jaringan. Proses remodeling ekstensif  berlaku saat hamil. Uterus menjalani proses anabolik dimana otot polos dan jaringan konektif meningkat. Serviks yang memiliki lebih banyak jaringan fibrous remodeling dengan 2 step proses. Saat 36 minggu kehamilan hormon menurun, kolagen dan protoglikan mendominasi,saat partus serviks menjadi organ yang lembut dan elastis maka terjadilah penguraian dan pembentukan matriks ekstraselular, melalui pembentukan pada neuprolis, meningkat MMPs dan prubahan produksi matriks ektraselular. Perbaikan serviks yang benar dan tepat waktu merupakan kunci untuk suksesnya  kelahiran. pembukaan dini leher rahim dapat mengakibatkan lahir prematur yang terjadi pada 12,5% dari kehamilan. Transformasi serviks dari sebuah struktur yang kaku tertutup untuk satu yang terbuka cukup untuk kelahiran adalah proses dinamis aktif yang dimulai jauh sebelum awal persalinan. pemahaman yang lebih baik dari proses renovasi molekul serviks sangat penting bagi pengembangan terapi untuk mengobati lahir prematur dan pasca kehamilan oleh akibat malfungsi serviks.
HIFU (HIGH INTENSITY FREQUENCY ULTRASOUND) SEBAGAI TERAPI ALTERNATIF UNTUK MIOMA UTERI Harry Wijaya Surya, Gede Ngurah
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mioma uteri merupakan tumor jinak uterus yang sangat sering ditemukan yang walaupun kadang-kadang asimptomatik, pada 50% kasus menimbulkan gejala, sehingga membutuhkan terapi. Sampai saat ini terapi yang paling banyak dilakukan adalah terapi bedah, baik dengan histerektomi maupun miomektomi.   Akhir-akhir ini dikembangkan teknik terapi non invasif untuk mioma uteri, salah satu terapi non invasif untuk mioma uteri ini adalah dengan HIFU (High Intensity Frequency Ultrasound). Prinsip kerja dari HIFU adalah dengan ablasi thermal, kavitasi akustik, dan kavitasi mekanis. Penggunaan HIFU memerlukan alat monitoring yang ketat, dapat dengan menggunakan MRI, CT, maupun USG diagnostik. Sebelum dilakukan HIFU, perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan dan kontra indikasi. Selain itu juga perlu dilakukan simulasi sebelum terapi, persiapan pasien dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, evaluasi laboratorium, foto thoraks dan EKG untuk menilai kesanggupan tubuh pasien terhadap anestesi. Selama dilakukan terapi, dilakukan pemantauan ketat baik dengan menggunakan MRI maupun dengan USG Diagnostik. Setelah terapi, pasien diberi obat-obatan analgetik untuk mengurangi rasa nyeri, kemudian selanjutnya dilakukan pemantauan lanjutan dalam waktu tidak lebih dari 72 jam setelah terapi. Keberhasilan terapi dinilai dengan perubahan intensitas sinyal pada jaringan yang diterapi pada penggunaan kontras. Dan dari data-data yang didapat dari penelitian, didapatkan pengurangan gejala sebanyak kurang lebih 80% pasien. Kendala dari terapi dengan HIFU ini selain adanya persyaratan-persyaratan yang perlu dipenuhi adalah biaya yang mahal, karena alat ini masih baru dan hanya diproduksi oleh beberapa negara, seperti di AS, Israel, dan Cina dengan biaya operasional yang tinggi.
PERANAN PEMERIKSAAN LESITHIN-SFINGOMYEILIN UNTUK MATURITAS PARU JANIN Geriawan, Pande Made Ngurah
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada suatu keadaan dimana kehamilan harus diakhiri yang terjadi pada kasus-kasus ketuban pecah dini pada usia kehamilan preterm  pada kasus partus prematurus iminens (PPI) yang gagal dilakukan perawatan konservatif, juga pada kehamilan dengan kelainan medis  maka sangatlah penting untuk dilakukan pemeriksaan untuk menentukan maturitas paru janin dengan tepat. Maturitas paru janin sangat erat hubungannya dengan kejadian syndrome respiratory syndrome (RDS) Penggunaan hasil analisa terhadap cairan amnion telah dapat diterima secara luas, dimana pada dasarnya pemeriksaan tersebut untuk memeriksa maturitas surfaktan yang disekresikan kedalam cairan amnion. Maturitas surfaktan dinilai berdasarkan komposisi komponen-komponen aktif surfaktan. Dari sekian banyak metode pemeriksaan untuk menentukan maturitas paru janin yang dianggap sebagai “gold standart methode” adalah pemeriksaan rasiolesithin – sfingomyeilin. Pemeriksaan ini mempunyai beberapa hal kelemahan, yaitu memerlukan banyak waktu dalam proses pemeriksaannya, disamping itu pengukuran rasio lesitin-sfngomielin ini memerlukan laboratorium yang monitornya dengan baik karena variasi kecil dalam taknik dapat sangat mempengaruhi keakuratan hasilnya.Oleh karena itu metode pemeriksaan ini belumlah memenuhu criteria pemeriksaan yang ideal, karena pemeriksaan yang ideal  menurut para peneliti adalah cepat, tekniknya mudah dilakukan, biayanya tidak mahal dan memberikan hasil dengan akurasi yang tinggi Sampai saat ini masih terus dikembangkan berbagai metode pemeriksaan yang ideal untuk menentukan  maturitas paru janin.

Page 1 of 1 | Total Record : 9