cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Tesa Arsitektur
ISSN : 14106094     EISSN : 24606367     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 158 Documents
STUDI TATA RUANG RUMAH TINGGAL SUKU TALANG MAMAK (Spatial Study Talang Mamak Tribe House) Faisal, Gun; Wihardyanto, Dimas
Tesa Arsitektur Vol 12, No 2 (2014)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Talang Mamak tribe, one of Indonesian tribe, still practices the hunting and gathering of natural produce despite the fact that among them have chosen to settle permanently and doing farming activities. The aim of this research is to study the characteristics of the Talang Mamak house. The method used in this research is grounded theory method, based on the open coding, axial coding as well selective coding techniques. The method used to find the variation layout of the houses and then evaluate the characters and concept of the layouts. The conclusion of this study is that the core of the Talang Mamak house is based on the connectivity of four rooms namely: Ruang Haluan, Ruang Tangah, Ruang Tampuan and Pandapuran. The house has an open layout where all daily household activities are done without barriers. The social status of the owner is identified by house’s furniture and staf
Kualitas Lingkungan Permukiman di Desa Bakau Besar Laut Kec. Sungai Pinyuh Kab. Mempawah Zairin Zain
Tesa Arsitektur Vol 15, No 2 (2017)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v15i2.872

Abstract

ABSTRACT Settlements in RW 3 and RW 4 in the village of Bakau Besar Laut, District of Sungai Pinyuh is an area adjacent to two small industries; namely shrimp farm and copra processing. Those industries do not have any installation of wastewater treatment plant with the domestic waste polluted settlements, agriculture and farming in the region. This article aims to review the environmental condition in the settlement by conducting tests of the quality of drainage water and drinking water as well as their effects to public health and agriculture. Grab Sampling methods was used for water sampling, questionnaire method was conducted to connect the results of water quality data to the health and agriculture, and statistical method using the Mann Whitney and Anacova used to determine the relationship between the two. The results based on Government Regulation No. 82 / 2001 show that in the radius of 700 m and 1 km is classified into class III and IV with the IR values of 2.50 and 2.63 (high) and the radius of 1.3 km and 1.5 km falls into class I and IV with the IR values of 2.10 and 4.96 (high). These results demonstrate a strong relationship between the quality of housing environment on the level of public health and agriculture showing a correlation of 0.010 and 0.017. It is recommended for this region to have a clean water treatment, to separate waste according to its characteristics and to benefit from the livestock waste for fuel and fertilizer. Keywords : Environmental quality, Settlements, Grab Sampling ABSTRAK Permukiman di RW 3 dan RW 4 Desa Bakau Besar Laut ,Kecamatan Sungai Pinyuh, merupakan kawasan yang berdekatan dengan dua buah industri kecil yaitu tambak udang dan pengolahan kopra yang tidak memiliki IPAL dengan limbah domestik yang mencemari permukiman, pertanian dan peternakan di kawasan tersebut.Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan permukiman dengan menguji kualitas air drainase dan air bersih serta pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat dan lahan pertanian. Metode Grab Sampling digunakan untuk pengambilan sample air,metode kuesioner dilakukan untuk menghubungkan hasil data kualitas air terhadap kesehatan dan lahan pertanian.Selanjutnya, metode statistik menggunakan Mann Whitney dan Anakova untuk mengetahui hubungan antara keduanya. Hasil di lapangan dengan mengacu PP 82 tahun 2001 diketahui bahwa pada radius 700 m dan 1 km diklasifikasi ke kelas III dan IV dengan nilai IR 2,50 dan 2,63 (tinggi),sedangkan radius 1,3 km dan 1,5 km masuk kedalam kelas I dan IV dengan nilai IR 2,10 dan 4,96(tinggi). Hasil ini menunjukkan hubungan yang kuat antara kualitas lingkungan permukiman terhadap kesehatan masyarakat dan lahan pertanian dengan hasil didapatkan korelasi sebesar 0,010 dan 0,017. Direkomendasikan untuk kawasan ini memiliki pengolahan air bersih, melakukan pemisahan sampah sesuai dengan karakteristik limbahnya dan memanfaatkan limbah ternak untuk bahan bakar dan pupuk. Kata kunci. Kualitas lingkungan, permukiman, Grab Sampling
PERAN ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN PERKOTAAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN BERLATAR BELAKANG SEJARAH DAN PERTUMBUHAN KOTA (The Role of Social and Cultural Aspects on Urban Settlement Development in Historical and Urban Growth Based Setlleme Firmansyah Bachtiar
Tesa Arsitektur Vol 13, No 1 (2015)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v13i1.357

Abstract

The increasing growth of urban settlements often creates uncontrolled dispersion of slum area. As an approach to upgrade the slums, Central Government of Indonesia has launched Community Life Improvement Program for the Urban Poor which focussed on physical stimulants programs for slums and housing infrastructure development. Within the development process, the stimulants given were often misplaced and not fully accepted by the community because of the lack of public participation and the ignorance of social and cultural context. This research aims to identify the role of the social and cultural aspect that plays an important role on urban settlement development. It focuses on the identification of social cultural aspects on two locations (Tallo, Makassar, and Tamansari, Bandung) which have two different backgrounds based on its historical growth. This research based on qualitative approach and uses questionnaire, interview and field observation as data collecting instruments. The data will be compared based on the difference of community perception and value regarding to the actual development and social cultural aspects. The result will be formulated as determinant factors that need to be considered in developing urban settlement based on local social and cultural context
DOMAIN RUANG PEREMPUAN PADA HUNIAN MASYARAKAT PELADANG DESA JURUAN LAOK MADURA TIMUR Redi Sigit Febrianto; Lisa Dwi Wulandari; Herry Santosa
Tesa Arsitektur Vol 15, No 1 (2017)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v15i1.1014

Abstract

Primodial domain ruang perempuan pada masyarakat peladang di Madura timur tak jauh berbeda dengan masyarakat agraris nusantara lain, yaitu tak lepas dari formasi gender. Domain ruang laki mengandung nilai primer, maskulin bersifat terbuka, sedangkan domain ruang perempuan mengandung nilai sekunder, feminin dan bersifat tertutup. Dengan strategi etnografi dan rancangan kualitatif, penelitian ini berusaha mendeskripsikan bagaimana domain ruang perempuan (lingkup mikro) pada hunian masyarakat peladang etnis Madura desa Juruan Laok, Madura timur. Pengumpulan data primer utama berupa wawancara mendalam dengan tak-tik pertanyaan terbuka dan sampling bertujuan. Validasi internal menggunakan observasi, pengukuran dan dokumentasi arsitektural, mengingat sifat subsistensinya dan kepala desa bukan narasumber utama. Diambil empat kasus hunian terpilih berdasarkan civitas, aktivitas, pola hunian, pola lanskap pertanian dan eksistensi obyek penyimpanan panen (jhuurung). Analisis bersifat induktif terhadap kerangka tema-tema, diawali analisis tematik kemudian dikomparasi dengan konsep human space dan space syntax dan dilanjutkan komparasi studi terkait dengan analisis lanjutan teknik flip-flop. Hasil penelitian yang diperoleh setidaknya dua hal yaitu: deskripsi domain ruang perempuan terbentuk berdasarkan hirarki privasi ruang dan organisasi pola ruang; juga ditemukannya obyek tempat penyimpanan panen sebagai kategorisasi penelitian etnografi dalam hunian yang bersifat intim, selalu ada dan menjadi domain ruang perempuan, disebut: jhuurung.
PRIVATE INVOLVEMENT IN THE OLD CITY REVITALIZATION AND DEVELOPMENT (Keterlibatan Swasta dalam Revitalisasi dan Pembangunan Kota Lama) Maria Damiana Nestri Kiswari
Tesa Arsitektur Vol 12, No 1 (2014)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v12i1.98

Abstract

Topik penelitian adalah tentang revitalisasi perkotaan pada salah satu daerah cagar budaya di Kota Semarang. Kota lama adalah cagar budaya terbesar di Semarang. Pemerintah Kota Semarang menyadari potensi Kota lama dari segi pariwisata. Telah dilakukan revitalisasi dan pembangunan Kota lama dengan meningkatkan lingkungan dan infrastruktur Kota lama. Walaupun kenyataannya apa yang telah dilakukan pemerintah tidak mampu menahan banjir dan memberikan infrastruktur yang mencukupi. Sementara itu, sektor swasta telah mengambil inisiatif untuk memperbaiki bangunan. Dari situasi ini, peneliti mengajukan tujuan penelitian perama-tama untuk mengidentifikasi dan menganalisis kelerlibatan sektor swasta dalam revitalisasi dan pembangunan Kola lama, dan kedua meneliti potensi stimulant inisiatif sektor swasta dalam pembangunan Kota lama. Untuk mencapai tujuan, peneliti merumuskan dua pertanyaan penelitian yang mencakup perluasan inisiatif sektor swasta dalam proyek revitalisasi dan pembangunan Kota lama dan bagaimana merangsang sektor swasta untuk terlibat dalam proyek. Penelitian ini adalah penelitian eksplorasi yang meneliti manajemen dan pembangunan Kota lama sebagai kawasan cagar budaya di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan induktif yang dimulai dari observasi spesifik hingga penyusunan kesimpulan dan pembentukan teori. . Pada akhir penelitian, peneliti berkesimpulan bahwa sektor swasta sebenarnya tertarik untuk mengembangkan bisnis mereka di kawasan Kota Lama; hanya ketika penelitian dilakukan, mereka lebih suka menunggu inisiatif pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur dan kebijakan yang berkaitan dengan Kota Lama. Kata kunci: sektor swasta, pemerintah, keterlibatan, Kota lama, revitalisasi cagar budaya
POLA AKTIVITAS WISATA BELANJA DI KAMPUNG WISATA KERAMIK DINOYO, MALANG Joko Triwinarto Santoso; Triandriani Mustikawati; Noviani Suryasari; Ema Y. Titisari
Tesa Arsitektur Vol 14, No 1 (2016)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v14i1.560

Abstract

Dinoyo ceramics tourist kampong has limited space in the effort to organize it. To formulate the concept of spatial planning in accordance with the needs and potential of space, is necessary to identify activity pattern of shopping as a major activity in economic activity that will be developed, as well as the use of space. This study uses observation and behavior mapping of visitors in corridors of the ceramics kampong. Observation time is chosen in rush hours of visitors which are known from questionnaire on the visitors and shop owners. Analysis of observation result and behavioral mapping is conducted by overlay analysis to understand pattern of travel or trip, pattern of activity, and points of visitors activity. While content analysis of the photos/video is performed to determine actors of activity, type of activity, physical order supporting activity, dimension of space, time of occurrence, and duration of activity. The results show that the pattern of shopping activities which occur in the kampong influenced by the type of products, accessibility, availability of parking areas and circulation, as well as the availability of other supporting facilities (signage, maps, location markers, food stalls, public toilets, an information center, etc).
TIPOLOGI RAGAM HIAS RUMAH TINGGAL KELUARGA BAKRI ZAED DIBALUWARTISURAKARTA (Typology of Decoration of the Family Bakri Zaed's Residence at Baluwarti Surakarta) Nafi'ah Solikhah
Tesa Arsitektur Vol 10, No 1 (2012)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v10i1.11

Abstract

Baluwarti was originally a residential area for families and courtiers of Kasunanan palace. Together with the development of the economic activity types and the increasing economic potentials of the community of Ba/uwarti's, we then find residential houses having mixing styles of Javanese, European, Chinese, and Islamic. The problems found In the field is the presence of absorption and adaptation of elements of Javanese culture and foreign cultures that create decoratlva typology of Bakri Zaed's family residence. The objective of this study was to Identify the decorative typology that is applied at Bakri Zaed's family residence. This study is qualitatively descriptive having explorative descriptive analysis approach. The factors to be examined are the characters of the decoration (motifs, pattems, materials, and color), and the style applied. Based on study results; it could be concluded that the typology of decoration of Bakri Zaed's family residence is attachment/eclectics of several styles, which are: Java, Art Deco, Art Nouveau, Middle East, and China. There was no standardized character and style. Absorption process to perform self-existence that is influenced by social, level of economic potential, culturaV political status (related to the palace Kasunanan) and the closed circumstances Is based on the owner's tastes.
EKSISTENSI RUMAH ARSITEKTUR CINA DI JALAN GANG BARU PECINAN (Existence of Chinese Architectures House in the Gang Baru Street Chinatown) Christian Grahadi; Paulus Hariyono
Tesa Arsitektur Vol 12, No 2 (2014)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v12i2.390

Abstract

The Chinese architecture in the Chinatown of Semarang need special attention because of the peculiarities inherent to the building. Gang Baru had chosen as the object of research based on the consideration that this area is the famous Chinese settlement as well as a Chinese traditional market. Along with the development of the area and globalization, indigenous or traditional settlements have started to be abandoned slowly by society. It also happens in settlements in the Gang Baru street. This study aims to show the original as well as the change of the architecture in Gang Baru in terms of spatial patterns and materials that are used. The method used is observation, interview, and literature study as material analysis. The result showed that the spatial pattern of three objects of Chinese houses have the same typology, in which each building extends to the rear and the ground floor in a two storye building is used for activities such as for trade and work space. While on the second floor is used for living. The house which used mostly for working space has experienced changing especially in the layout and function. Keywords: chinese architecture, spatial pattern ABSTRAK Arsitektur rumah tinggal Cina di daerah Pecinan, Semarang, merupakan salah satu arsitektur yang perlu perhatian khusus karena terdapat kekhasan yang melekat pada bangunan dan merupakan salah satu kawasan yang sangat dikenal di Pecinan sebagai pasar tradisional. Seiring dengan berkembangnya zaman dan globalisasi, permukiman asli atau tradisional mulai perlahan-lahan ditinggalkan oleh masyarakat. Hal ini juga terjadi pada permukiman di jalan Gang Baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan arsitektur bangunan di Gang Baru dari segi pola tata ruang dan material yang digunakan. Metode yang digunakan yaitu pengamatan, wawancara, dan melakukan studi literatur sebagai bahan analisis. Dari pengamatan yang telah dilakukan, ditemukan bahwa pola tata ruang tiga objek rumah tinggal memiliki tipologi yang sama, yaitu memanjang ke belakang dan merupakan bangunan dua lantai. Lantai satu digunakan untuk kegiatan di luar rumah tangga seperti berdagang dan ruang kerja. Sedangkan pada lantai dua digunakan untuk rumah tinggal. Rumah yang digunakan untuk ruang kerja kantor banyak mengalami perubahan tata ruang dan fungsi
ARSITEKTUR VERNAKULAR BERBASIS ARSITEKTUR TRADISIONAL : MENUJU ARSITEKTUR LOKAL YANG BERKELANJUTAN Studi kasus : Rumah di Desa Karangmalang, Kabupaten Kudus Riandy Tarigan
Tesa Arsitektur Vol 14, No 1 (2016)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v14i1.1119

Abstract

Tulisan ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian rumah tradisional yang dilakukan di Kabupaten Kudus. Fenomena yang terlihat adanya adanya perubahan yang terjadi dari pada fungsi dan bentuk bangunan rumah tradisional Kudus yang dilakukan penghuni untuk menata ulang ruang tradisionalnya untuk memenuhi kebutuhan saat ini. Kasus studi adalah rumah di desa Karangmalang, Kudus. Tujuan pembahasan ini adalah pengatahuan terhadap pengembangan rumah tradisional menjadi rumah vernakular yang sesuai dengan keberadaan rumah tradisional tersebut sehingga mempunyai nilai keberlanjutan. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan wawancara mendalam. Metode tersebut untuk mengetahui bagaimana proses perubahan yang dilakukan dengan tanpa meninggalkan keberadaan ruang tradisional. Kesimpulannya adalah menghadirkan rumah tradisional tidak perlu dilakukan dengan menghadirkan kembali objek material dari rumah tradisional secara sesuai dengan aslinya, melainkan melalui proses perubahan dengan memaknai ruang dan bentuk arsitektur tradisional yang terjadi masa kini.
ARSITEKTUR MAXIMALIS, MUNGKINKAH TERJADI DI INDONESIA? (Maximalist Architecture, Will It Happpen in Indonesia ?) Albertus Sidharta Muljadinata
Tesa Arsitektur Vol 11, No 1 (2013)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v11i1.225

Abstract

ABSTRACT The architectural development in architecture period tends to change along with the advance of the technology. Globalization a/so takes part in architectural development. Beside the advance of the technology, there are a lot of architects who brave enough to explore with kinds or architecture and it creates Maximalist Architecture. Etymologically, maximalist architecture can be described as science building or the art of building which is based on the unlimited property of objects. Between 1970-1980, architecture started to develop to many ways to the originality and individuality. It happened to come out from the simplicity, functionality and the international style. At that time, many architects had the same style and it lead to the tendency of not creating new sty/e. Yet, it changed. Therefore a lot of architects started to create new style, which later will be called post-modernism. In big cities in Indonesia, particularly in Java Island (Jakarta, Bandung, Surabaya), there are tendency of the development of architecture luxurious private houses which belongs to different person, doesn't want to have the same style with the house besides it; supported by the advance of the material technology, so the style comes to Maximalist Architecture. Key words: maximalist architecture, houses. ABSTRAK Perkembangan bentuk arsitektural selalu berada dalam periode arsitektur yang cenderung selalu berubah, seiring dengan kemajuan teknologi. Arus globalisasi juga memberikan banyak pengaruh pada perkembangan arsitektur. Selain kemajuan teknologi dan semakin banyaknya arsitek yang berani bereksplorasi dengan bentuk-bentuk arsitektur, maka timbul gejala Arsitektur Maximalis. Secara etimologis, arsitektur maximalis dapat diartikan sebagai ilmu bangunan atau seni membangun yang berlandaskan pada sifat-sifat ketidak-terbatasan. Antara tahun 1970-1980, arsitektur mulai berkembang menjadi berbagai arah yang berbeda dalam mencari keaslian dan individualitasnya. Ini sebenarnya telah dimulai untuk memenuhi keinginan untuk keluar dari simplisitas, fungsionalitas dan dari gaya international style. Pada waktu itu, banyak arsitek yang menjurus pad a gaya arsitektur yang sarna, sehingga menjadi suatu kecenderungan untuk tidak menciptakan hal-hal yang baru lagi. Namun hal ini mulai berubah, sehingga banyak arsitek mulai memiliki pemikiran-pemikiran baru, yang nantinya akan disebut dengan post-modernism. Pada kota-kota besar di Indonesia, terutama di pulau Jawa (Jakarta, Bandung, Surabaya), ada kecenderungan perkembangan bentuk-bentuk arsitektur bangunan rumah mewah mengarah pada sosok yang berbeda, tidak mau memiliki kesamaan bentuk dengan bangunan rumah di sebelahnya; didukung dengan kemajuan teknologi bahan yang demikian cepat, maka dijumpai bentuk-bentuk yang mengarah pada Arsitektur Maximalis. Kata kunci: arsitektur maximalist, rumah tinggal.

Page 4 of 16 | Total Record : 158