cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Biomedika
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Arjuna Subject : -
Articles 399 Documents
ADIKSI INTERNET MENYEBABKAN MASALAH EMOSIONAL DAN PERILAKU PADA REMAJA Erna Herawati; Linda Wahyu Utami
Biomedika Vol 14, No 1 (2022): Biomedika Februari 2022
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v14i1.17126

Abstract

ABSTRAKKemajuan teknologi dan akses internet yang mudah, memiliki dampak positif dan dampak negatif pada remaja.Dampak negatifnya menyebabkan adiksi internet pada remaja. Adiksi internet menyebabkan masalah baru, diantaranya adalah masalah emosional dan perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat adiksi internet dengan masalah emosional dan perilaku pada remaja. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional.58 subjek dipilih dengan teknik purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Internet Addiction Disorder Test (IAT) untuk mengukur tingkat adiksi internet dan Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk mengukur masalah emosional dan perilaku. Data dianalisis menggunakan uji pearson, didapatkan nilai korelasi (r) adalah 0,508, menunjukkan korelasi cukup kuat antara tingkat adiksi internet dengan  masalah emosional dan perilaku pada remaja, nilai p 0,001 menandakan hubungan yang signifikan. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat adiksi internet meningkatkan masalah emosional dan perilaku pada remaja.Kata kunci: Remaja, Adiksi  Internet, Masalah Emosional dan Perilaku  ABSTRACTTechnological advances and easy internet access, have a positive impact and a negative impact on teenager. The negative impact causes internet addiction in teenager. Internet addiction causes new problems, including emotional and behavioral problems. This study aimed to determine the relationship between the level of internet addiction with emotional and behavioral problems in teenager. This study used an analytical observational method with a cross-sectional approach. 58 subjects were selected by purposive sampling technique. Data were collected using the Internet Addiction Disorder Test (IAT) questionnaire to measure the level of internet addiction and the Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) to measure emotional and behavioral problems. The data were analyzed using the Pearson test, the correlation value (r) was 0.508, indicating a fairly strong correlation between the level of internet addiction and emotional and behavioral problems in adolescents, p value 0.001 indicating a significant relationship. Based on this study it can be concluded that the level of internet addiction increases emotional and behavioral problems in teenager.Keywords: Teenager, Internet Addition, Emotional and Behavioral Problems
KAJIAN LITERATUR: POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA Nanda Nur Maulidya; Rika Yulia; Fauna Herawati
Biomedika Vol 14, No 1 (2022): Biomedika Februari 2022
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v14i1.13632

Abstract

ABSTRAK               Sectio caesarea atau bedah sesar merupakan prosedur pembedahan untuk kelahiran janin melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus. Sectio caesarea merupakan salah satu prosedur bedah yang memerlukan antibiotik profilaksis dalam pelaksanaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mereview kejadian infeksi luka operasi dan profil penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien sectio caesarea. Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan kajian literatur atau sistematik review yang menggunakan desain penelitian Randomized Controlled Trial dengan terbitan publikasi tahun 2011-2020. Didapatkan sebanyak 18 artikel yang digunakan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil sintesis data, antibiotik golongan sefalosporin yaitu cefazolin merupakan antibiotik yang paling sering digunakan pada pasien yang menjalani sectio caesarea elektif, sedangkan untuk sectio caesarea darurat antibiotik yang paling sering digunakan adalah golongan makrolida yaitu azitromisin. Dari 18 artikel penelitian terebut, dilihat juga kesesuaian jenis dan dosis antibiotik terhadap guideline ASHP dan WHO. Antibiotik profilaksis efektif dalam menurunkan risiko kejadian demam, infeksi luka operasi, infeksi saluran kemih, dan endometritis. Waktu pemberian antibiotik baik sebelum sayatan kulit maupun sesudah penjepitan tali pusat tidak berbeda signifikan terhadap outcome yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien sectio caesarea elektif sudah sesuai dengan rekomendasi pada guideline yaitu menggunakan antibiotik sefazolin, sedangkan pada pasien sectio caesarea darurat belum sesuai karena menggunakan antibiotik azitromisin.Kata Kunci: Antibiotik profilaksis, bedah sesar, infeksi luka operasiABSTRACTCaesarean section or sectio caesarea is a surgical procedure for the delivery of the fetus through an incision in the abdominal wall and uterus. Sectio caesarea is a surgical procedure that requires prophylactic antibiotics in its implementation. This study aims to review the incidence of surgical wound infection and the profile of the use of prophylactic antibiotics in sectio caesarean patients. The method used in this study is a literature review or systematic review using the Randomized Controlled Trial research design with publications in 2011-2020. There were 18 articles used as research samples. Based on the results of data synthesis, the cephalosporin class of antibiotics, namely cefazolin, is the most commonly used antibiotic in patients undergoing elective caesarean section, while for emergency cesarean sections, the most commonly used antibiotic is the macrolide group, azithromycin. Of the 18 research articles, it was also seen the suitability of the types and doses of antibiotics against the ASHP and WHO guidelines. Prophylactic antibiotics are effective in reducing the risk of fever, surgical wound infections, urinary tract infections, and endometritis. The time of giving antibiotics both before the skin incision and after the clamping of the umbilical cord was not significantly different from the outcome. Based on the results of the study, it was concluded that the use of prophylactic antibiotics in elective cesarean section patients was in accordance with the recommendations in the guidelines, namely using the antibiotic cefazolin, while in emergency cesarean section patients it was not appropriate because the antibiotic azithromycin was used.Keywords: Antibiotic prophylactic, sectio caesarea, surgical site infection
PENGARUH USIA, JENIS KELAMIN, POSISI KERJA DAN DURASI DUDUK TERHADAP DISABILITAS AKIBAT NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA GURU SMA SAAT WORK FROM HOME SELAMA PANDEMI COVID-19 Dwi Kusumaningsih; Atika Fatwa Yukhabilla; Sulistyani Sulistyani; Iwan Setiawan
Biomedika Vol 14, No 1 (2022): Biomedika Februari 2022
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v14i1.17465

Abstract

ABSTRAKNyeri punggung bawah mempengaruhi sebagian besar populasi di seluruh dan merupakan salah satu penyebab utama disabilitas fisik. Pandemi COVID-19 mengakibatkan banyak negara memberlakukan pembatasan kegiatan sehingga banyak instansi yang menerapkan work from home. Keterbatasan tempat kerja yang ergonomis di rumah mempengaruhi sikap posisi kerja dan durasi duduk pekerja yang dapat menyebabkan disabilitas akibat nyeri punggung bawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia, jenis kelamin, posisi kerja dan durasi duduk terhadap disabilitas akibat nyeri punggung bawah pada guru saat work from home selama pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Subjek penelitian meliputi 50 responden diambil dengan teknik purposive sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner secara online dengan alat ukur Rapid Entire Body Assessment (REBA) untuk mengukur posisi kerja dan Oswestry Disability Index (ODI) untuk mengukur disabilitas nyeri punggung bawah. Analisis data menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik. Hasil analisis didapatkan usia mempunyai nilai p=0,033 dan OR=4,392. Jenis kelamin mempunyai nilai p=0,370 dan OR=1,714. Posisi kerja didapatkan nilai p-value=0,004 dan OR=3,926. Durasi duduk didapatkan nilai p-value=0,002 dan OR=6,810. Hasil analisis multivariate uji regresi logistik, dengan nilai R-Square 0,488. Terdapat pengaruh yang signifikan antara usia, posisi kerja dan durasi duduk, sedangkan jenis kelamin tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap disabilitas akibat nyeri punggung bawah.Kata Kunci: Usia, Jenis Kelamin, Posisi Kerja, Durasi Duduk, NPB, WFH ABSTRACTLow back pain affects a large proportion of the population worldwide and is one of the leading causes of physical disability. Due to the COVID-19 pandemic many countries limit their activities and implement work from home. The lack of availability of an ergonomic workplace at home affects the working position and seating duration of workers which can lead to back pain. This study aims to investigate the impact of age, gender, working position, and sitting duration on disability complaints of low back pain in teachers during work from home due to the Covid-19 pandemic. This research method uses a cross-sectional study design. Subjects were 50 respondents taken by purposive sampling technique. Collecting data using an online questionnaire with a Rapid Entire Body Assessment (REBA) to measure work position and Oswestry Disability Index (ODI) to measure disability of low back pain. Data analysis used the chi-square test and logistic regression test. Bivariate analysis results showed that age has a value of p=0,033 and OR=4,392. Gender has a value of p=0,370 dan OR=1,714. Work position obtained the OR value 3,926 with a p-value=0,004 (0.05) and sitting duration obtained OR value 6,810 with p-value=0,002 (0.05). Multivariate analysis of logistic regression test results showed that R-Square has a value of 0.488. There is a significant impact between age, work position, and sitting duration, while there is no significant impact between gender on complaints of low back pain.Keywords: Age, Gender, Work Position, Sitting Duration, LBP, WFH  
PENGARUH BUBUK CANGKANG TELUR BEBEK TERHADAP PERTUMBUHAN OSTEOBLAS FEMUR MENCIT OSTEOPOROSIS Risky Amalia; Dian Yuliartha Lestari; Mochamad Bahrudin
Biomedika Vol 14, No 1 (2022): Biomedika Februari 2022
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v14i1.15322

Abstract

ABSTRAKGlucocorticoid induce-osteoporosis merupakan osteoporosis akibat terapi glukokortikoid jangka panjang.  Osteoporosis terjadi akibat adanya hambatan pada faktor pertumbuhan tulang sehingga diferensiasi osteoblas menurun. Peningkatan kalsium ekstraseluler dengan cara suplementasi kalsium mampu mendorong proliferasi sel dan mineralisasi matriks sel mesenkimal, yang merupakan sel induk osteoblas. Kalsium terkandung tinggi dalam bubuk cangkang telur bebek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bubuk cangkang telur bebek terhadap pertumbuhan osteoblas tulang femur mencit jantan (Mus musculus) model osteoporosis dengan induksi deksametason. Metode yang digunakan true experimental dengan posttest-only control group design, 24 ekor mencit jantan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kontrol positif (K+), kelompok perlakuan bubuk cangkang telur bebek dosis 1,04mg/hari (P1), 2,08mg/hari (P2), dan 3,12mg/hari (P3).  Semua tikus diinduksi deksametason 0,0029mg/20gBB/hari selama 28 hari, kemudian kelompok perlakuan diberi bubuk cangkang telur bebek selama 14 hari.. Analisis data menggunakan One-Way Anova, Post Hoc Bonferroni, dan regresi linier. Pada penelitian ini,jumlah osteoblas secara signifikan berbeda (p 0,05) antar kelompok. perlakuan dibandingkan kelompok control positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bubuk cangkang telur bebek meningkatkan pertumbuhan osteoblas tulang femur mencit jantan (Mus musculus) model osteoporosis.Kata Kunci: Bubuk Cangkang Telur Bebek, Osteoblas, Osteoporosis ABSTRACTGlucocorticoid induce-osteoporosis is osteoporosis due to long-term glucocorticoid therapy. Osteoporosis occurs due to inhibition of bone growth factors so that osteoblast differentiation decreases. The increase of extracellular calcium with calcium supplementation is able to promote cell proliferation and mineralization of mesenchymal cell matrix, which is the stem cell of osteoblasts. Calcium is high in duck egg shell powder. This study aimed to determine the effect of duck egg shell powder suplementation on the growth of male mice (Mus musculus) femoral bone osteoblasts with dexamethasone-induced osteoporosis model. The method used was true experimental with posttest-only control group design, 24 male mice were divided into 4 groups, there were positive control (K+), duck egg shell powder treatment group at a dose of 1.04 mg/day (P1), 2.08 mg/day (P2), and 3.12 mg/day (P3). All rats were induced with dexamethasone 0.0029mg/20gBW/day for 28 days, then the treatment group was given duck eggshell powder for 14 days. Data analysis used One-Way Anova, Post Hoc Bonferroni, and linear regression. In this study, the number of osteoblasts was significantly different (p0.05) between treatment groups compared to the positive control group. So it can be concluded that duck egg shell powder increased the growth of femoral bone osteoblasts of male mice (Mus musculus) osteoporosis model. Keywords: Duck Eggshell Powder, Osteoblast Cell, Osteoporosis
ACUTE MEGAKARYOBLASTIC LEUKEMIA (AML-M7) IN 10-MONTH-OLD BABY BOY WITH DOWN SYNDROME Tri Ratnaningsih; Aji Bagus Widyantara
Biomedika Vol 14, No 1 (2022): Biomedika Februari 2022
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v14i1.15062

Abstract

ABSTRAKLeukemia megakarioblastik akut (acute megakaryoblastic leukemia, AML-M7) merupakan subtipe AML dengan mayoritas megakarioblas. Kejadian  AML-M7 umumnya terjadi pada anak-anak dengan down syndrome. Bayi laki-laki berusia 10 bulan dengan down syndrome rujukan dari RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta datang dengan keterangan klinis prolonged fever  suspek keganasan akut hematologi seri mieloid. Pemeriksaan tanda vital nadi 102x/menit, suhu  36,7oC pernafasan 30x/menit. Pemeriksaan fisik: berat badan 7,1 kg, tinggi badan  66,1 cm. Hepar teraba 6 cm bawah arcus costae, limpa Schuffner II. Pemeriksaan laboratorium didapatkan lekositosis, netropenia, dan trombositopenia. Pemeriksaan morfologi darah tepi disimpulkan gambaran suspek keganasan akut seri mieloid. Gambaran aspirasi sumsum tulang mendukung diagnosis leukemia megakarioblastik akut atau  acute megakaryoblastic leukemia (AML-M7). Beberapa studi pada kelompok pediatrik menemukan sekitar setengah dari semua kasus AML-M7 terjadi pada anak-anak dengan down syndrome. Pada pemeriksaan fisik terdapat adanya organomegali. Pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia, lekositosis, netropenia, dan trombositopenia. Pemeriksaan penunjang lain yang mendukung dalam penegakan diagnosis AML-M7 adalah morfologi darah tepi, aspirasi sumsum tulang, dan pengecatan sitokimiawi. Diagnosis acute megakaryoblastic leukemia (AML-M7) pada bayi dengan down syndrome. Diagnosis didasarkan gambaran klinis, anamnesis (alloanamnesa), pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya.Kata Kunci: Acute megakaryoblastic Leukemia, AML-M7, Bayi, Syndrome DownABSTRACTAcute megakaryoblastic Leukemia (AML-M7) is a subtype of AML where megakaryoblasts are the majority of the blasts. The incidence of AML-M7 is commonly seen in children with Down syndrome. A 10-month-old male baby with down syndrome, a referral from PKU Muhammadiyah General Hospital Yogyakarta, came with a prolonged fever suspected of acute hematological malignancy in the myeloid series. Vital signs examination of pulse rates: 102x / minute; temperature: 36.7oC; respiration: 30x / minute. On physical examination, the baby weighs 7.1 kgs, with a height of 66.1 cm. The palpable liver was 6 cm below the arcus rib, and the enlargement of the spleen was classified as Schuffner II. Laboratory tests explained leukocytosis, neutropenia, and thrombocytopenia. The peripheral blood morphology examination showed suspected acute malignancy with myeloid series. Bone marrow aspiration supported the diagnosis of acute megakaryoblastic Leukemia or acute megakaryoblastic Leukemia (AML-M7). Several studies in the pediatric group found that about half of all AML-M7 cases occurred in children with Down syndrome. On physical examination, there was organomegaly. Laboratory tests showed anemia, leukocytosis, neutropenia, and thrombocytopenia. Other supporting investigations in establishing the diagnosis of AMLM7 were peripheral blood morphology, bone marrow aspiration, and cytochemical staining. A diagnosis of acute megakaryoblastic Leukemia (AML-M7) in infants with Down syndrome. The diagnosis was based on clinical features, history (allo-anamnesis), physical examination, laboratory examination, and other supporting investigations. Keywords: Acute megakaryoblastic leukemia, AML-M7, Baby, Down Syndrome
PENURUNAN SINTESIS NITRIC OXIDE PADA KULTUR HUVECs DALAM KONDISI HIPERGLIKEMIA AKUT I Putu Dedy Arjita
Biomedika Vol 14, No 1 (2022): Biomedika Februari 2022
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v14i1.13279

Abstract

ABSTRAKDiabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan hiperglikemia yang cenderung mengakibatkan disfungsi sel endotel, akibat adanya mekanisme sintesis nitric oxide (NO). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur produksi NO dari kultur Human umbilical vein endothelial cell (HUVECs) yang terpapar glukosa pada beberapa variasi kosentrasi dengan menggunakan teknik bioassay. Penelitian ini menggunakan desain Randomized Control Trial (RCT) 3 kelompok. Kultur HUVECs yang dipaparkan glukosa selama 3 hari. Kelompoknya yaitu kelompok normal (glukosa 5 mM), keadaan hiperglikemi akut dengan variasi glukosa 22mM, dan glukosa 33 mM. Produksi NO diukur dengan membandingkan efek relaksasi pemberian larutan HUVECs terpapar glukosa pada aorta marmut pra-kontraksi fenilefrin (10-6 M) dengan efek isosorbid dinitrat pada aorta marmut pra-kontraksi fenilefrin. Kontraktilitas dicatat dengan menggunakan Mc Lab Computer. Penurunan sintesis NO pada kultur HUVECs terendah terjadi pada perlakuan dengan pemaparan konsentrasi glukosa tertinggi (33 mM) dengan nilai rata-rata 0.17 x 10-7 ± 0.09 x 10-7 dengan nilai signifikansi 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara kondisi hiperglikemia akut dengan penurunan kultur HUVECs untuk mensintesis NO.Kata Kunci: Nitric Oxide, HUVECs, Hiperglikemia Akut  ABSTRACTDiabetes mellitus is a metabolic disease with hyperglycemia that tends to cause endothelial cell dysfunction, due to the mechanism of decreasing nitric oxide (NO) synthesis. This study aimed to measure NO production from human umbilical vein endothelial cell (HUVECs) cultures exposed to glucose at various concentrations using bioassay techniques. This study used a 3 group Randomized Control Trial (RCT) design. Culture of HUVECs exposed to glucose for 3 days. The groups were the normal group (glucose 5 mM), acute hyperglycemia with variations in glucose 22 mM, and glucose 33 mM. NO production was measured by comparing the relaxing effect of glucose-exposed HUVECs solution on the aorta of pre-contracted phenylephrine guinea pigs (10-6 M) with the effect of isosorbide dinitrate on the aorta of pre-contracted phenylephrine guinea pigs. Contractility was recorded using a Mc Lab Computer. The lowest reduction in NO synthesis in HUVECs culture occurred in the treatment with the highest glucose concentration exposure (33 mM) with an average value of 0.17 x 10-7 ± 0.09 x 10-7 with a significance value 0.05. So it can be concluded that there was a relationship between acute hyperglycaemia with decreased NO synthesis in HUVECs culture.Keywords: Nitric Oxide, HUVECs, Acute Hyperglycemia
VITAMIN E PREVENTS OXIDATIVE STRESS AND INFLAMMATION CONDITIONS IN PERIODONTITIS WISTAR RATS Maiyani Lestari; Rauza Sukma Rita; Isnindiah Koerniati
Biomedika Vol 14, No 1 (2022): Biomedika Februari 2022
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v14i1.16538

Abstract

ABSTRAKPeriodontitis terutama disebabkan bakteri patogen periodontal yang dapat memicu pembentukan radikal bebas yang berlebihan, menyebabkan stres oksidatif sehingga terjadi kerusakan jaringan. Hal ini mempunyai pengaruh bermakna terhadap peningkatan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) dalam tubuh dan kerusakan sel pada jaringan alveolar gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin E dalam mengatasi stres oksidatif pada tikus putih strain Wistar yang mengalami periodontitis. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan post test only control group design. Tiga puluh ekor tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kontrol negatif (tanpa perlakuan), kontrol positif (diberi silk ligature 14 hari) dan perlakuan 1, 2, dan 3 (diberi silk ligature selama 14 hari, dilanjutkan dengan pemberian vitamin E dengan dosis 20, 40, dan 60 IU selama 10 hari). Pada hari terakhir penelitian dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar Malondialdehyde (MDA) dan penilaian inflamasi gingiva melalui skor indeks gingiva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar MDA pada kelompok kontrol positif yang diberikan silk ligature saja mempunyai kadar MDA tertinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan semua kelompok perlakuan. Pemberian vitamin E mampu menurunkan kadar MDA serum secara bermakna pada semua kelompok perlakuan (p 0,05). Vitamin E juga mampu menurunkan skor indeks gingiva dibandingkan dengan kelompok kontrol positif pada semua kelompok. Simpulan: Pemberian vitamin E mampu mengatasi stres oksidatif dan inflamasi pada periodontitis yang ditandai dengan penurunan kadar MDA dan skor indeks gingiva.Kata Kunci: Vitamin E, Stress Oksidatif, Inflamasi, PeriodontitisABSTRACTPeriodontitis is mainly caused by periodontal pathogenic bacteria, which can trigger excessive free radical formation, causing oxidative stress and tissue damage. This has a significant effect on increasing the production of Reactive Oxygen Species (ROS) in the body and cell damage in the alveolar tissue of the teeth. This study aimed to determine the effect of vitamin E in overcoming oxidative stress in Wistar strain white rats with periodontitis. This research is an experimental study with a post-test-only control group design. Thirty rats were grouped into five groups, namely negative control (without treatment), positive control (given silk ligature 14 days), and treatments 1, 2, and 3 (given silk ligature for 14 days, followed by administration of vitamin E with doses 20, 40, and 60 IU for ten days). On the last day of the study, blood was collected to check the levels of Malondialdehyde (MDA) and gingival inflammation through the gingival index score. The results showed that the mean MDA levels in the positive control group given silk ligature alone had the highest MDA levels compared to the negative control group and all treatment groups. Administration of vitamin E significantly reduced serum MDA levels in all treatment groups (p 0.05). Vitamin E also reduced the gingival index score compared to the positive control group in all groups. Conclusion: The administration of vitamin E can overcome oxidative stress and inflammation in periodontitis, characterized by a decrease in MDA levels and gingival score index. Keywords: Vitamin E, Oxidative Stress, Inflammation, Periodontitis
PERBEDAAN KADAR IMMUNOGLOBULIN A DAN WAKTU TRANSPOR MUKOSILIAR HIDUNG PEKERJA INDUSTRI TEKSTIL AREA DYEING DAN NON-DYEING Ika Luthfiah; Arlita Leniseptaria Antari; Purnomo Hadi; Eva Annisaa; Awal Prasetyo
Biomedika Vol 14, No 2 (2022): Biomedika Agustus 2022
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v14i2.19129

Abstract

ABSTRAK Di Indonesia, penyakit sistem respirasi adalah kasus terbanyak penyakit akibat kerja, yang khususnya diakibatkan paparan volatile organic compound (VOC) selama bekerja di pabrik tekstil. Pengaruh  paparan VOC terhadap kadar immunoglobulin A (IgA) dan waktu transpor mukosiliar hidung (TMSH) belum diketahui. Studi ini bertujuan mengetahui perbedaan kadar IgA dan waktu TMSH  pekerja pabrik tekstil di area dyeing (pencelupan warna) dan non-dyeing. Studi observasional analitik dengan metode cross sectional di PT Apac Inti Corpora Bawen Semarang, melibatkan masing-masing 11 pekerja laki-laki di area dyeing dan non-dyeing yang telah bekerja lebih 5 tahun. Pengukuran kadar Ig A dengan ELISA dari sampel nasal wash, dan waktu TMSH diukur dengan menggunakan uji sakarin. Normalitas data diuji dengan Saphiro-Wilk. Data dianalisis dengan uji Mann-Whitney. Rata-rata kadar IgA di area dyeing dan non-dyeing adalah 59,58±0,91 dan 58,87±0,57, atau tidak berbeda bermakna (P=0,557). Rata-rata waktu TMSH di area dyeing dan non-dyeing adalah 1141,45±368,08 dan 1004,64±717,28 detik, juga tidak berbeda bermakna (P=0.148). Studi ini menyimpulkan bahwa kadar IgA dan waktu TMSH pada pekerja pabrik tekstil di area dyeing dan nondyeing tidak berbeda.Kata Kunci : Pekerja Pabrik Tekstil, Kadar Iga, Waktu TMSH ABSTRACT In Indonesia, respiratory system diseases are the most common occupational diseases, which are mainly caused by exposure to volatile organic compounds (VOCs) while working in textile factories. The effect of VOC exposure on immunoglobulin A and Nasal Mucociliary Clearance Times (NMCT) is unknown. The purpose of this study was knowing the difference in IgA levels and NMCT in the dyeing and non-dyeing areas of textile factory workers. This is an observational study with cross sectional design, conducted at PT. Apac Inti Corpora, Bawen, Semarang. Each 11 workers in dyeing and  non-dyeing areas were measured their NMCT using saccharin test, as well as IgA by ELISA method of their nasal wash. Normality of the data was tested by the Shapiro-Wilk. Data were analyzed with the Mann-Whitney test. The mean IgA level on dyeing and non-dyeing workers were 59.58±0.91 dan 58.87±0.57, whereas there no significant difference (P=0.557). The mean NMCT on dyeing and non-dyeing workers were 1141.45±368.08 and 1004.64±717.28, whereas there no significant difference (P=0.148). It would be concluded that there was no difference of IgA level and NMCT on dyeing and non-dyeing workers.Keywords: Textile Workers, Iga Level, NMCT
AKTIVITAS ANTIFUNGI CUKA NANAS (Ananas comosus) PADA PERTUMBUHAN JAMUR Malassezia furfur Maya Dian Rakhmawatie; Tefia Riswanda Lumban Gaol; Ika Dyah Kurniati
Biomedika Vol 14, No 2 (2022): Biomedika Agustus 2022
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v14i2.18564

Abstract

ABSTRAK Malassezia furfur merupakan flora normal yang terdapat pada kulit manusia, namun dapat menjadi patogen pada pasien imunosupresi. Di Indonesia, penyakit kulit pityriasis versicolor (hampir 50% penyakit kulit) disebabkan oleh M. furfur. Ketokonazol merupakan obat yang paling umum digunakan untuk pengobatan infeksi M. furfur, namun diketahui memiliki efek samping kerusakan hati. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengembangan antijamur yang lebih aman. Cuka nanas mempunyai potensi sebagai antijamur karena mengandung senyawa saponin dan tanin. Penelitian ini melakukan uji kadar hambat minimal (KHM) cuka nanas dengan metode two-fold dilution pewarnaan Resazurin Microplate Assay (REMA). Konsentrasi cuka nanas yang digunakan berada pada rentang 62.5- 4000 µg/mL. Analisis regresi digunakan untuk menilai hubungan antara konsentrasi cuka nanas dengan pertumbuhan jamur M. furfur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi cuka nanas 4000 µg/mL belum dapat menghambat pertumbuhan jamur M. furfur. Namun, berdasarkan hasil uji regresi linier sederhana, diketahui terdapat hubungan antara peningkatan konsentrasi cuka nanas terhadap pertumbuhan jamur dengan persamaan garis y = -0,000097x + 5,88 dan nilai korelasi determinasi (R2) 0,729 = 72,9 % (p=0,000). Peningkatan dosis uji cuka nanas mungkin dapat bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan jamur M. furfur.Kata Kunci: Antijamur, Cuka Nanas, Malassezia Furfur, Resazurin Microplate Assay. ABSTRACT Malassezia furfur is normal flora found on human skin, but can be pathogenic in immunosuppressed patients. In tropical areas such as Indonesia, pityriasis versicolor skin disease (almost 50% of skin diseases) is caused by M. furfur.). Ketoconazole is commonly drug for the treatment of M. furfur infection, but it’s known to have hepatotoxic effects. Therefore, it’s necessary to develop safer antifungals. Pineapple vinegar has potential as an antifungal because it contains saponins and tannins. Minimum inhibitory concentration (MIC) of pineapple vinegar was carried out using two-fold dilution method and Resazurin Microplate Assay (REMA) staining. The concentration range of pineapple vinegar used is 62.5- 4000 g/mL. Regression analysis was used to assess the relationship between pineapple vinegar concentration and the growth of the M. furfur. The concentration of pineapple vinegar 4000 g/mL could not inhibit the growth of the M. furfur. However, based on a linear regression test, there is a relationship between increasing the concentration of pineapple vinegar on the growth of M. furfur, with regression line equation y = -0.000097x + 5.88 and (R2) 0.729 = 72.9% (p = 0.000). Increasing the dose of pineapple vinegar may be useful for inhibiting the growth of the M. furfur.Keywords: Antifungal, Malassezia furfur, pineapple vinegar, pytiriasis versicolor, resazurin microplate assay 
IMMEDIATE SURGICAL TREATMENT IN NEGLECTED OPEN LEFT SUPRACONDYLAR HUMERAL FRACTURE: A CASE REPORT Tito Sumarwoto; Seti Aji Hadinoto; Hillan Akbar
Biomedika Vol 14, No 2 (2022): Biomedika Agustus 2022
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v14i2.15186

Abstract

ABSTRACT Supracondylar humeral fractures are the most common paediatric elbow fractures. However, open supracondylar humeral fractures are rarely found in children. In developing countries, delayed treatment is common, and patient can present to hospital as neglected case. The aim of this article is to report immediate surgical treatment in neglected case of open supracondylar humeral fracture. A case of 16-year-old boy who suffered from neglected open left supracondylar humeral fracture was reported. He had history of traffic accident 10 days before admission, and was treated by traditional bone setter. He has already undergone surgery by debridement and followed by an open reduction with cross K-wire internal fixation, and external support post operatively. The fracture has already reduced and fixated well postoperatively. Immediate surgical treatment of neglected open supracondylar humeral fractures is recommended to achieve the best reduction of the fractures and prevent the infection.Key words: Surgical Treatment; Neglected Case, Open Fracture, Supracondylar Humeral ABSTRAK Fraktur humerus suprakondiler merupakan fraktur yang paling sering pada siku anak-anak. Namun, fraktur terbuka humerus suprakondiler jarang ditemukan pada anak-anak. Di negara berkembang, sering dijumpai penanganan yang tertunda, dan pasien bisa datang ke rumah sakit dalam keadaan sebagai kasus yang terabaikan. Tujuan dari artikel ini adalah untuk melaporkan penanganan pembedahan segera pada kasus fraktur terbuka humerus suprakondiler yang terabaikan.Dilaporkan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang menderita fraktur humerus suprakondiler kiri yang terabaikan. Dia memiliki riwayat kecelakaan lalu lintas 10 hari sebelum datang ke rumah sakit, dan awalnya ditangani oleh dukun sangkal putung tradisional. Dia telah menjalani operasi dengan debridemen dan diikuti oleh reduksi terbuka dan pemasangan fiksasi internal menggunakan k-wire silang, dan pemasangan slab gips eksternal pasca operasi. Hasil pasca operasi menunjukkan bahwa fraktur tereduksi dan terfiksasi dengan baik. Penanganan pembedahan segera untuk fraktur terbuka humerus suprakondiler yang terabaikan direkomendasikan untuk mendapatkan reduksi terbaik dari fraktur dan mencegah infeksi.Kata kunci: Penanganan Pembedahan; Kasus Terabaikan, Fraktur Terbuka, Humerus Suprakondiler  

Filter by Year

2009 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 14, No 2 (2022): Biomedika Agustus 2022 Vol 14, No 1 (2022): Biomedika Februari 2022 Vol 13, No 2 (2021): Biomedika Agustus 2021 Vol 13, No 1 (2021): Biomedika Februari 2021 Vol 12, No 2 (2020): Biomedika Agustus 2020 Vol 12, No 1 (2020): Biomedika Februari 2020 Vol 11, No 2 (2019): Biomedika Agustus 2019 Vol 11, No 1 (2019): Biomedika Februari 2019 Vol 11, No 1 (2019): Biomedika Februari 2019 Vol 10, No 2 (2018): Biomedika Agustus 2018 Vol 10, No 2 (2018): Biomedika Agustus 2018 Vol 10, No 1 (2018): Biomedika Februari 2018 Vol 10, No 1 (2018): Biomedika Februari 2018 Vol 9, No 2 (2017): Biomedika Agustus 2017 Vol 9, No 2 (2017): Biomedika Agustus 2017 Vol 9, No 1 (2017): Biomedika Februari 2017 Vol 9, No 1 (2017): Biomedika Februari 2017 Vol 8, No 2 (2016): Biomedika Agustus 2016 Vol 8, No 2 (2016): Biomedika Agustus 2016 Vol 8, No 1 (2016): Biomedika Februari 2016 Vol 8, No 1 (2016): Biomedika Februari 2016 Vol 7, No 2 (2015): Biomedika Agustus 2015 Vol 7, No 2 (2015): Biomedika Agustus 2015 Vol 7, No 1 (2015): Biomedika Februari 2015 Vol 7, No 1 (2015): Biomedika Februari 2015 Vol 6, No 2 (2014): Biomedika Agustus 2014 Vol 6, No 2 (2014): Biomedika Agustus 2014 Vol 6, No 1 (2014): Biomedika Februari 2014 Vol 6, No 1 (2014): Biomedika Februari 2014 Vol 5, No 2 (2013): Biomedika Agustus 2013 Vol 5, No 2 (2013): Biomedika Agustus 2013 Vol 5, No 1 (2013): Biomedika Februari 2013 Vol 5, No 1 (2013): Biomedika Februari 2013 Vol 4, No 2 (2012): Biomedika Agustus 2012 Vol 4, No 2 (2012): Biomedika Agustus 2012 Vol 4, No 1 (2012): Biomedika Februari 2012 Vol 4, No 1 (2012): Biomedika Februari 2012 Vol 3, No 2 (2011): Biomedika Agustus 2011 Vol 3, No 2 (2011): Biomedika Agustus 2011 Vol 1, No 1 (2009): Biomedika Februari 2009 Vol 1, No 1 (2009): Biomedika Februari 2009 Online First More Issue