cover
Contact Name
Suci tuty putri
Contact Email
Suci.putri@upi.edu
Phone
-
Journal Mail Official
Suci.putri@upi.edu
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA
ISSN : 25410024     EISSN : 24773743     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia(JPKI) merupakan sarana pengembangan dan publikasi karya ilmiah bagi para peneliti, dosen dan praktisi keperawatan dan kesehatan. JPKI adalah jurnal cetak dan elektronik dengan sistem open access journal. JPKI menerbitkan artikel-artikel dalam lingkup keperawatan dan kesehatan secara luas namun terbatas terutama bidang pendidikan keperawatan. Artikel harus merupakan hasil penelitian, studi kasus, hasil studi literatur, konsep keilmuan, pengetahuan dan teknologi yang inovatif dan terbaharu dalam lingkup ilmu keperawatan baik dalam skala nasional dan internasional. Artikel akan ditelaah secara peer review oleh mitra bestari dari berbagai institusi.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 2 (2016): Vol 2, No.2 (2016)" : 10 Documents clear
GRIEF OF CHILDREN AT PRESCHOOL AGE Anina, Heni Nur
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 2 (2016): Vol 2, No.2 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i2.4748

Abstract

ABSTRAK Berkabung adalah respon seseorang terhadap kehilangan. Pada anak-anak, efek dari kehilangan sama dengan pada dewasa, tapi anak-anak mengekspresiakan rasa duka mereka dengan yang cara berbeda dan hal ini sulit difahami oleh orang dewasa. Pemahaman anak-anak pada kematian tergantung pada usia dan tahap perkembangan mereka. Artikel ini membahas tentang berkabung (grief) pada anak usia prasekolah (2-5 tahun) mencakup perbedaan antara ‘normal grief’ dan ‘complicated grief’, gejala dari ‘complicated grief’, dan penatalaksanaan berkabung pada anak usia di kelompok usia ini. Pembahasan mengenai hal ini penting untuk meminimalisir efek dari berkabung. Efek berkabung pada anak di usia ini dapat berlanjut pada tahap perkembangan selanjutnya. Anak-anak yang berkabung dapat mengalami gejala emosi dan perilaku tertentu. Gejala-gejala tersebut dapat bertahan sampai remaja dan dewasa. Metode pencarian literatur secara komprehensif telah dilakukan dengan menggunakan piranti pencarian berbasis elektronik, yaitu: MEDLINE (EBSCO), CINAHL, Joanna Briggs Institute (Ovid), Proquest (Nursing and Allied Health Source), Pubmed, find@flinders, and Google Scholar. Perbedaan antara ‘normal grief’ and ‘complicated grief’ berkaitan dengan intensitas dan durasi berkabung. Penatalaksanaan berkabung pada anak usia prasekolah dapat menggunakan tehnik storytelling, creative arts, musik, dance/movement therapy, bermain, berinteraksi dengan anak menggunakan mainan dan games, melukis, melihat foto-foto, and memorabilia. Konsep ‘kekekalan’ dari kematian sangat sulit difahami oleh anak usia prasekolah. Mereka mungkin berpikir bahwa mendiang akan kembali. Selain itu, walaupun sesama anak usia prasekolah, namun setiap anak adalah unik. Maka, keefektifan dari penatalaksaan tergantung pada pilihan intervensi yang sesuai dengan anak tersebut. Memberikan kenyamanan secara fisik, memberikan dukungan emosional, komunikasi dan meyakinkan bahwa mereka disayangi dan tidak sendiri adalah poin-poin penting dalam penatalaksanaan berkabung pada anak usia prasekolah. Kata kunci : Anak-anak, Berkabung, Usia prasekolah  ABSTRACT Grief is someone’s response to loss. In children, the effect of loss is identical with adults, but they express the grief differently and this is hard to be understood by adults. Children’s understanding of death depends on their age and stage of development. This paper will discuss about grief of children at preschool age (2-5 years old) including the differences between ‘normal grief’ and ‘complicated grief’, the symptoms ‘complicated grief’, and the management. It is important to discuss grief of children at this age because the effect may progress to the next stage of development. Grieving children could suffer from certain emotional and behavioral symptoms that could persist into adolescent and adulthood.  Method: a comprehensive literature search was conducted using electronic searching tools and databases: MEDLINE (EBSCO), CINAHL, Joanna Briggs Institute (Ovid), Proquest (Nursing and Allied Health Source), Pubmed, find@flinders, and Google Scholar. Discussion: The distinction between normal and complicated grief was related to the intensity and duration of the grief, and to the reactions having a negative functional impact on the child. Managing grief of preschool age children could be by storytelling, arts, music, dance/movement therapy, play, interact with the child by using toys and games, painting, old photos, and memorabilia. Conclusion: The permanency of death is a very difficult concept to grasp for children at preschool age. They may still think that the deceased will return. The effectiveness of the treatment is depending on the choice of interventions which appropriate for the child as each child is unique. Providing physical comfort, emotional support, communication and reassurance that they are cherished and not alone are the critical points in assessing grieving children at preschool age. Keywords: Children, Grief, Preschool age
GAMBARAN TINGKAT SELF-EFFICACY IBU POST SEKSIO SESAREA SAAT MENYUSUI DI RSKIA KOTA BANDUNG Komalasari, Masriyah; Solehati, Tetti; Widianti, Efri
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 2 (2016): Vol 2, No.2 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i2.4744

Abstract

ABSTRAK Rendahnya cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis ibu. Faktor fisik yang dapat menghambat ibu untuk menyusui dapat disebabkan oleh metode persalinan salah satunya seksio sesarea. Sedangkan faktor psikologis yang berpengaruh terhadap menyusui adalah self-efficacy ibu. Self-efficacy dalam menyusui dapat berpengaruh pada komitmen dalam menyusui, daya tahan ibu dalam mengatasi hambatan yang muncul saat menyusu dan fokus ibu pada aspek positif atau negatif dalam menyusui. Dengan diketahuinya self-effiacy ibu, petugas kesehatan dapat memberikan intervensi berupa motivasi dan pendidikan kesehatan dengan segera agar ibu tetap berkomitmen untuk menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat self efficacy ibu dalam menyusui pada ibu post seksio sesarea di ruang nifas RSKIA Kota Bandung. Rancangan penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Penelitian melibatkan 77 responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada teori self-efficacy dalam menyusui Bandura (1997) dan Dennis (2003) serta teori menyusui Murray McKinney (2014). Analisa data menggunakan mean.. Berdasarkan dimensi teknik lebih dari setengah responden memiliki tingkat self-efficacy rendah (54.5%) dan pada dimensi kepercayaan intrapersonal juga didapatkan lebih dari setengah responden memiliki tingkat self-efficacy rendah (53.2%). Kondisi tersebut menggambarkan bahwa masih rendahnya keyakinan ibu akan pemahamannya dalam menyusui dan rendahnya keyakinan ibu untuk melaksanakan tugas menyusui sebagaimana melaksanakan tugas lainnya. Sedangkan berdasarkan dimensi dukungan, lebih dari setengah responden memiliki tingkat self efficacy tinggi (50.6%). Kondisi tersebut menggambarkan bahwa dukungan untuk menyusui yang ibu dapatkan dirasa telah optimal. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan rendahnya tingkat self-efficacy ibu dalam menyusui. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa masih rendahnya komitmen dalam menyusui, rendahnya daya tahan ibu dalam mengatasi hambatan yang muncul saat menyusu dan fokus ibu pada aspek negatif dalam menyusui. Oleh karena itu, petugas kesehatan sebaiknya memberikan psikoedukasi mengenai menyusui pada satu persatu ibu secara lebih optimal. Kata kunci: Menyusui, Seksio sesarea, Self-efficacy.  ABSTRACT The low rate of exclusive breastfeeding in Indonesia are caused by mother's physical and psychological factors. Physical factors that may inhibit mothers to breastfeed can be caused by the delivery  methods. One of them was cesarean section method. Psychological factors that influenced breastfeeding mother was self-efficacy. Breastfeeding self-efficacy would determine the success of breastfeeding. This studied aims to described the level of breastfeeding self-efficacy on post caesarean section mothers in RSKIA Bandung. The design of this studied used descriptive quantitative. Sampling technique of this studied used purposive sampling. The studied involved 77 respondents. The instrument used was an instrument made by researchers with Cronbach alpha value is 0.97 and a validity value in the range of 0.516-0.911. Data was analyzed used mean. The results showed that more than half of respondents (51.9%) had a low level of self-efficacy, while less than half of respondents (48.1%) had higher levels of self-efficacy. Based on techniques dimensions, more than half of respondents had a low level of self-efficacy (54.5%). Based on intrapersonal trust dimensions, more than half of respondents had a low level of self-efficacy (53.2%). While based on the support dimensions, more than half of respondents had a high level of self-efficacy (50.6%). The conclusions of this studied showed that low breastfeeding self-efficacy level can lead to breastfeed failure. Therefore, health professionals should provide psycho-education about breastfeeding at one by one mother optimally. Keywords: breastfeeding, caesarean section, self-efficacy
STUDI KOMPARATIF: KUALITAS HIDUP KLIEN HIV(+) YANG MENGGUNAKAN DAN TIDAK MENGGUNAKAN ANTIRETROVIRAL THERAPY DI BANDUNG Lindayani, Linlin
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 2 (2016): Vol 2, No.2 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i2.4749

Abstract

ABSTRAK HIV merupakan masalah kesehatan global dan penyebab kematian terbesar didunia. Sampai saat ini tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya, yang baru muncul yaitu terapi dengan pemberian antiretroviral yang dapat menurunkan angka kematian dan meningkatkan umur harapan hidup. Klien HIV (+) yang menggunakan ART akan merasakan dampak dari penggunaan ART sedangkan pada klien HIV (+) yang tidak menggunakan ART akan merasakan dampak dari penurunan kondisi kesehatannya akibat HIV yang akan menyertainya sepanjang hidup. Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dimensi kualitas hidup klien HIV (+) yang menggunakan dan tidak menggunakan ART. Penelitian ini bersifat deskriptif komparatif. Teknik sampling menggunakan Convenience Sampling. Sampel yang diteliti terdiri dari  klien HIV (+) yang mengggunakan ART sebanyak 42 orang dan klien HIV (+) yang tidak menggunakan ART sebanyak 41 orang. Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dengan tabel ditribusi frekuensi, mean dan standar deviasiny, dilanjutkan dengan perhitungan statistik menggunakan Uji F, dan dilanjutkan dengan uji beda menggunakan Uji t. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dimensi kesehatan fisik, dimensi hubungan sosial dan dimensi lingkungan klien HIV (+) yang menggunakan ART lebih baik dibandingkan klien HIV (+) yang tidak menggunakan ART. Sedangkan untuk dimensi psikologisnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan.  Dengan mengetahui perbedaan kualitas hidup klien HIV (+) yang menggunakan dan tidak menggunakan ART,  diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perawat dan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam pencegahan dan penangggulangan HIV dalam meningkatkan mutu pelayanannya sehingga mampu membantu mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup Klien HIV (+) baik yang menggunakan ataupun tidak menggunakan ART seoptimal mungkin. Kata kunci: Antiretroviral Therapy, HIV, Kualitas Hidup  ABSTRACT HIV is a global public health issues and caused large number of death. There is no cure that can treat or kill the disease, but only antiretroviral drugs are available to reduce mortality and improve their life expectancy. HIV-infected persons who receiving antiretroviral therapy (ART) will have impact on their quality of life as well as those who are not receiving such treatment yet. The purpose of this study was to compare domain of quality of life of people who receiving ART with those without ART. This is a comparative cross sectional study with convenience sampling. A total of 84 people living with HIV, including 42 who receiving ART and 42 were not under ART yet. Quality of life was measure using WHOQOL-HIV in brief version. Data were analyzed using independent t test and F test. The results of this study showed that people who receiving ART had significantly higher score of physical, social, and environmental domains of quality of life as compare to those without ART. However, we did not found statistically significant for psychological dimension between two groups. The results of this study can be considered for health care professional to improve quality of care for people living with HIV in Indonesia. Keywords: Antiretroviral therapy, HIV Quality of life.
HAMBATAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT DENGAN KELUARGA PASIEN DALAM PERSPEKTIF PERAWAT Arumsari, Dinda Piranti; Emaliyawati, Etika; Sriati, Aat
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 2 (2016): Vol 2, No.2 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i2.4745

Abstract

ABSTRAK Komunikasi merupakan sebuah proses yang sangat penting dalam hubungan antar manusia. Di dalam memberikan pelayanan keperawatan, perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi yang baik sebagai awal terciptanya sebuah hubungan perawat dengan pasien dan keluarga. perawat yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik dalam berkomunikasi akan mudah menjalin hubungan dengan pasien maupun keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hambatan komunikasi efektif perawat dengan keluarga pasien dalam perspektif perawat di Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Al Islam Bandung. Penelitian deskriptif exploratif ini melibatkan 10 orang perawat yang diambil menggunakan accidental sampling. Data diambil dengan melakukan wawancara dan observasi, kemudian dianalisis menggunakan content analysis. Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat lima tema yang menjadi hambatan komunikasi efektif perawat dengan keluarga pasien dalam perspektif perawat di Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Al Islam Bandung yaitu konflik peran, faktor demografi keluarga, kesalahpahaman, lingkungan dan situasi di ICU, dan kondisi psikologis keluarga.  Dengan demikian, pelatihan terkait komunikasi perawat dengan keluarga pasien menjadi penting untuk dilaksanakan dalam upaya meningkatkan kemampuan perawat seperti kemampuan berbahasa asing dan kesabaran dalam menghadapi situasi dan kondisi di ICU khususnya berhubungan dengan keluarga pasien. Hal ini dikarenakan perawat adalah ujung tombak dalam pemberian pelayanan di Rumah Sakit. Kata Kunci : Hambatan, ICU, Keluarga pasien, Komunikasi efektif Perawat  ABSTRACT Communication is a very important process in human relationship. In providing nursing care, nurses should have a good knowledge and communication skill as the beginning of a good relationship between nurses, patients, and their families. Nurses with good communication skill had an easier opportunity to make a good relationship with the patient and their families. This study aimed to identify effective communication barriers among nurses in developing communication with patients’ family according to nurses’ perspective in Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Al Islam Bandung. This descriptive explorative study involved 10 nurses were taken with accidental sampling. Data were gathered using interview and observation. Data analyzed with the content analysis. Result showed that there were at least five topic of effective communication barriers among nurses in developing communication with patients’ family according to nurses’ perspective in Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Al Islam Bandung; role conflict, family demographic factors, misunderstanding, environment and situation in the ICU, and family psychological condition.  So, training related to communication between nurses and patients’ family were necessary to undertake in order to improve the ability of nurses such as foreign language skills and patience in dealing with the situation in the ICU especially in relation to the patient's family. This is because nurses are the spearhead of health care service in hospital. Keywords: Barriers, ICU, the patient’s family, effective communication, nurse
GAMBARAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT SARININGSIH BANDUNG Rutiani, Clara Ega Ayu; Fitriana, Lisna Anisa
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 2 (2016): Vol 2, No.2 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i2.4750

Abstract

ABSTRAK Bendungan ASI merupakan salah satu masalah pada masa nifas. Bendungan ASI adalah penyempitan pada saluran ASI yang disebabkan karena air susu mengental sehingga menyumbat lumen saluran. Masa pemulihan pada ibu post seksio sesarea berangsur lebih lambat, beberapa hari setelah tindakan ibu masih merasakan nyeri. Kondisi tersebut menyebabkan ibu merasa cemas, bila ibu merasa tertekan (stress) maka akan terjadi pelepasan adrenalin yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pada alveoli. Akibatnya terjadi hambatan let-down reflex sehingga air susu tidak mengalir dan menalami bendungan ASI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran bendungan ASI pada ibu nifas dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Sariningsih Bandung. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif, rancangan penelitian cross sectional, pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Jumlah sampel sebanyak 26 orang ibu nifas dengan seksio sesarea. Alat ukur penelitian ini menggunakan kuesioner six point engorgement scale (SPES). Hasil penelitian menunjukan 19 orang (73,1%) ibu nifas terdapat bendungan ASI. Berdasarkan kelompok usia ibu nifas yang terdapat bendungan ASI terbanyak adalah kelompok usia 20-35 tahun sebanyak 18 orang (69,2%). Berdasarkan kelompok pendidikan ibu nifas yang terdapat bendungan ASI terbanyak adalah kelompok pendidikan SMA yaitu sebesar 13 orang (50%). Berdasarkan kelompok pekerjaan ibu nifas yang terdapat bendungan ASI terbanyak adalah kelompok ibu yang bekerja sebesar 10 orang (38,5%). Berdasarkan kelompok paritas yang terdapat bendungan ASI terbanyak yaitu kelompok primipara sebanyak 11 orang (42,3%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu nifas dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Sariningsih Bandung terdapat bendungan ASI. Dengan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dilakukannya perawatan payudara dan penyuluhan mengenai bendungan ASI secara rutin di Rumah Sakit Sariningsih Bandung. Kata kunci: Bendungan ASI,  ibu nifas, seksio sesaria ABSTRACT Breast engorgement is one of a problem in postpartum period. A few days after getting the act of seksio caesarea, mother are usually pain and will being anxious.  If mothers feel stress, there will be the release of the adrenaline causing vasoconstriction veins at alveoli and causing breast engorgement.  The aim of this study is to identify the breast engorgement in mothers with seksio caesarea in Sariningsih Hospital in Bandung. The methods used the quantitative descriptive. The sample used accidental sampling. The number of samples are 26 people of mothers with seksio caesarea. The instrument used Six-point Engorgement Scale. The results showed that 19 people (73,1%) mothers is breast engorgement. Based on age groups, mother with breast engorgement were age groups 20-35 year (69,2%) . Based on the education, the most were the group of education high school is as much as 13 people (50 %) . Based on the capital work, the most were group of mothers who works as much as 10 people ( 38,5 % ) . Based on the parity that is most dam breastfeeding groups primipara about 11 people (42,3%). We can conclude that the majority of mothers with seksio caesarea in Sariningsih Hospital are breast engorgement. With the result of research is expected did care breast and information about the breast engorgement routinely in Sariningsih hospital in Bandung.Keywords: Breast engorgement, Mother parturition,  Seksio caesarea
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUD INDRAMAYU Wayunah, Wayunah; Saefulloh, Muhammad
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 2 (2016): Vol 2, No.2 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i2.4741

Abstract

ABSTRAKStroke merupakan penyakit neurologik yeng terjadi karena gangguan suplai darah menuju suatu bagian otak. Angka kejadian stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia, semakin tinggi usia seseorang semakin tinggi kemungkinan terjadi stroke. Menurut penyebabnya stroke dibagi dua yaitu stroke hemoragik akibat pecahnya pembuluh darah otak dan stroke iskemik (stroke non hemoragik) akibat adanya trombus atau embolus pada pembuluh darah otak. Banyak faktor yang menyebabkan stroke, yang terdiri dari faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Tujuan  penelitian untuk mengidentifikasi dan menjelaskan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stroke. Penelitian ini merupakan penelitian observasonal analitik dengan rancangan cross sectional study. Sampel sebanyak 103 responden yang diambil dengan tehnik consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara hipertensi (p = 0,035) dan aktivitas fisik (p = 0,011) dengan jenis stroke. Aktivitas fisik merupakan faktor risiko paling dominan yang berhubungan dengan jenis stroke dengan OR = 5,8. Penelitian ini menyimpulkan riwayat hipertensi dan aktivitas fisik merupakan faktor risiko independen yang berhubungan dengan jenis stroke. Rekomendasi dari penelitian ini ditujukan kepada rumah sakit untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan untuk mencegah faktor risiko terjadinya stroke. Selain itu meningkatkan peran perawat dalam  pemberian pelayanan keperawatan, dimana perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan pasien secara holistik.ABSTRACT Stroke is a neurological disease that occurs due to disruption of the blood supply to a part of the brain. The incidence of stroke increases with age, that the older the person the possibility of stroke. According to the cause of stroke divided into two hemorrhagic stroke due to rupture of blood vessels of the brain and ischemic stroke (stroke non hemoragik) due to thrombus or embolus in the blood vessels of the brain. Many factors cause a stroke, which consists of factors that can not be changed and the factors that can be changed. The aim of research to identify and explain the risk factors associated with the occurrence of stroke.This research is an analytic observational study with cross sectional study. The sample of this study as many as 103 respondents is taken with consecutive sampling technique. The results showed significant relationship between hypertension (p = 0,035) and physical activity (p = 0.011) with the type of stroke. Physical activity is the predominant risk factor associated with this type of stroke with OR = 5.8. The study concluded a history of hypertension and physical inactivity is an independent risk factor associated with this type of stroke. Recommendations from this study aimed to hospitals to improve education activities to prevent risk factors for stroke. Besides increasing the role of nurses in the delivery of nursing services, where nurses care focuses on the health needs of patients holistically.
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13 -15 TAHUN) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG Andriyani, Septian; Sumartini, Sri; Afifah, Vevi Nur
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 2 (2016): Vol 2, No.2 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i2.4746

Abstract

ABSTRAK Dysmenorrhea  umum dirasakan oleh perempuan pada hari – hari pertama menstruasi. Tidak banyak yang menyadari bahwa dysmenorrhea yang  tidak biasa bisa menjadi salah  satu awal dari suatu penyakit misalnya endometriosis, sehingga perlu diberikan edukasi tentang dysmenorrhea sebagai upaya deteksi dini terjadinya kasus endometriosis. Angka Kejadian dysmenorrhea di Indonesia sendiri cukup tinggi mencapai  64,25 % yang terdiri dari 54,89% dysmenorrhea primer dan 9,36 % dysmenorrhea  sekunder tidak jauh berbeda dengan angka kejadian dysmenorrhea di Jawa Barat yaitu sebanyak 54,9 % wanita mengalami dysmenorrhea, terdiri dari 24,5%  mengalami dysmenorrhea ringan, 21,28% mengalami dysmenorrhea sedang dan 9,36% mengalami dysmenorrhea berat. Penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja madya usia 13 - 15 tahun tentang dysmenorrhea. Jumlah keseluruhan populasi dalam penelitian ini sebanyak 423 siswi yang terdiri atas siswi kelas VII sebanyak 256 orang dan  siswi kelas  VIII sebanyak 167orang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan melibatkan 206 sampel siswi yang diambil menggunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar berada pada kategori berpengetahuan baik, dengan hasil sebanyak 115 siswi (55,8%). Namun, masih ditemukan sebagian kecil siswi dalam kategori berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 22 siswi (10,7%) dan hampir setengahnya berpengetahuan kurang  yaitu sebanyak 69 siswi (33,5%). Dari hasil tersebut kategori berpengetahuan kurang masih hampir setengah jumlah responden. Oleh karena itu, diharapkan  pihak sekolah dapat bekerja sama dengan Puskesmas ataupun petugas kesehatan terkait dalam pemberian pendidikan kesehatan khususnya tentang  dysmenorrhea secara berkala kepada siswi SMPN 29 Kota Bandung. Kata kunci: Dysmenorrhea, Pengetahuan, Remaja Madya,  ABSTRACT Dysmenorrhea is commonly experienced by women at the beginning of the menstruation period. There are only few who realize that unusual dysmenorrhea can be an initial symptom of certain diseases, such as endometriosis, so that they should be educated about dysmenorrhea as an early warning effort to detect endometriosis cases. The number of dysmenorrhea in Indonesia is relatively high, in which it achieved 64.25 %. It consisted of 54.89% primary dysmenorrhea and 9.36 % secondary dysmenorrhea. Similar case was also found in West Java in which around 54.9 % women experienced dysmenorrhea. The figure consisted of 24.5% women experienced light dysmenorrhea, 21.28% women experienced moderate dysmenorrhea, and 9.36% of them experienced severe dysmenorrhea. The current research aims to discover the understanding of 13-15 years old adolescents on dysmenorrhea. There were total 423 female students involved in this research, which consisted of 256 seventh grade female students and 167 eighth grade female students. This research was categorized as descriptive quantitative research, which involved 206 female students as the research sample that were selected by employing Proportionate Stratified Random Sampling. The research result revealed that most of the students (115 students or 55.8%) were categorized to have good understanding on dysmenorrhea. However, it was also discovered that there were minority of the students (22 students or 10.7%) who were considered to have adequate understanding, while almost the half of the students (69 students or 33.5%) had limited understanding on dysmenorrhea. Based on the aforementioned result, it is found that almost half of the population still had limited understanding on the matter. Therefore, it is expected that the school administrators can cooperate with community health centers or medical practitioners in order to regularly educate the female students at SMPN 29 in Bandung mainly about dysmenorrhea. Keywords: Adolescents, Dysmenorrhea, Knowledge
PENGETAHUAN SISWA KELAS X DAN XI TENTANG PENGGUNAAN EARPHONE DI SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG Rahmi, Upik; Achmad, Bayu Fandhi; Marliah, Napisatul
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 2 (2016): Vol 2, No.2 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i2.4742

Abstract

ABSTRAK Pemakaian earphone berlebihan dalam kurun waktu yang lama dapat menimbulkan ketulian permanen. Pada telinga yang terpapar bising dalam waktu yang lama dapat terjadi kerusakan sel-sel rambut di koklea saraf pendengaran yang memperburuk proses degenerasi saraf pendengaran. Remaja merupakan salah satu tingkat penggunaan earphone yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa kelas X dan XI tentang penggunaan earphone di SMA Pasundan 8 Kota Bandung. Penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif dan rancangan penelitian cross sectional dengan instrumen kuesioner. Sampel yang diteliti adalah siswa kelas X dan XI pada usia 15-18 tahun dengan melibatkan 72 orang siswa kelas X dan 111 orang siswa kelas XI yang diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling dan dianalisis secara deskriptif dengan perhitungan distribusi frekuensi. Temuan penelitian ini menunjukkan yang berpengetahuan cukup sebanyak 41,5%, berpengetahuan baik sebanyak 38,8%, dan berpengetahuan kurang sebanyak 19,7%. Dapat disimpulkan, sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penggunaan earphone. Adapun rekomendasi dari penelitian ini adalah melakukan kegiatan penyuluhan oleh petugas kesehatan mengenai dampak dari alatalat elektronik atau audiovisual khusunya earphone yang di dalamnya mempelajari kesehatan pendengaran. Kata Kunci: Earphone, Gangguan pendengaran, Pengetahuan dan Remaja  ABSTRACT Excessively using earphone in a long period can cause permanent deafness. When ears are exposed to noise in a long time, it can damage hair cells in the cochlea of auditory nerves that worsen its degeneration process. The adolescence is considered using earphone in a long period. This study is intended to investigate X and XI grade students’ knowledge about the use of earphone, and was conducted in Pasundan 8 Senior High School Bandung. It is a descriptive quantitative study, employs cross sectional design and used questionnaire as the instrument. Specifically, this study involved 72 students of X grade and 111 students of XI grade, aged 15-18 years old, which were chosen using stratified random sampling technique. The obtained data were analyzed descriptively by using frequency distribution formula. The findings show that there were 41.5% students who have adequate knowledge, 38.8% students who have good knowledge, and 19.7% students who have lack knowledge about the use of earphone. To conclude most of the respondents have adequate knowledge about the use of earphone. Hence, the health professional is recommended to conduct more counseling on the impacts of electronic or audiovisual gadgets, especially earphone, in its relation to the health of hearing system.  Keywords: Adolescence, Earphone, Hearing Problem and Knowledge
INTEGRATION COORDINATED SCHOOL HEALTH MODEL (CSH) AND FAMILY CENTERED NURSING (FCN) TO REDUCE AND PREVENT CHILDHOOD OBESITY Darmawati, Irma
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 2 (2016): Vol 2, No.2 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i2.4747

Abstract

ABSTRAK Literatur review ini membahas integrasi beberapa model yang dapat digunakan untuk mengelola masalah obesitas pada anak usia sekolah. Obesitas bukan hanya masalah bagi kalangan dewasa, namun sekarang sudah menjadi masalah serius pada kalangan anak usia sekolah. Setiap tahun selalu terjadi peningkatan prevalensi yang dapat memicu masalah serius lainnya seperti diabetes dan hipertensi. Tulisan ini memberikan beberapa solusi dengan mengkombinasikan model  coordinated school health dan model family centered nursing. Berdasarkan hasil temuan, diketahui bahwa baiknya program kesehatan di sekolah dapat meningkatkan motivasi siswa dalam berperilaku sehat. Model Coordinated school health menawarkan konsep promosi kesehatan yang berfokus pada pembangunan kesehatan dan perubahan perilaku. Jika model ini digabungkan dengan model family centered in nursing yang diterapkan di rumah anak, maka diharapkan dapat menjadi sebuah konsep yang lengkap dan dapat meningkatkan motivasi anak untuk merubah perilaku kesehatannya. Literatur review ini mendiskusikan penjabaran gabungan kedua model tersebut dalam sebuah program yang dinamakan ABCD sebagai alternatif solusi mengelola masalah obesitas pada anak usia sekolah. Pada bagian akhir, tulisan ini menawarkan rekomendasi bagi puskesmas untuk menerapkannya dalam program UKS di Indonesia. Keywords: Anak Usia Sekolah, Model Coordinated school health, Obesitas, Sekolah ABSTRACT This paper literature reviewing about integration model which can use in manage children with obesity problem. Obesity not just a problem for an adult, now this is a serious problem in school age children too. Every year the prevalence always increasing, this can be trigger for another serious problem such as diabetes and hypertention. This paper suggest some solution with combine coordinated school health model and family centered nursing. Based on findings the good program in school will increasing student motivation in health behaviour. Coordinated school health model offering intervention for children based on the principle of promotion that sees improvements in health development and changing in health behaviour. If this model combine with the family centered in nursing in their home, it will be completed and it must be can increasing student motivation to change their behaviour. This literature review also discuss about the ABCD programe as alternative for obesity children in elementary school. The final section of this paper offers recommendations for possible way forward for the puskesmas in implementing UKS program in Indonesia. Keywords: Coordinated school health , Obesity children , School, School age children  
TINGKAT ODOR PASIEN KANKER SERVIKS MENURUT PETUGAS KESEHATAN DI RSHS BANDUNG Mardiah, Wiwi; Iskawati, Melda; Sutini, Titin
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 2 (2016): Vol 2, No.2 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i2.4743

Abstract

ABSTRAK Karakteristik luka kanker serviks adalah nyeri, odor, pendarahan, eksudat yang banyak, gatal, dan infeksi pada luka. Bau atau odor terjadi ketika luka sudah mengalami nekrotik akibat hilangnya vaskularisasi atau terjadi infeksi oleh mikroorganisme. Odor merupakan hal yang mengganggu petugas kesehatan saat merawat luka kanker serviks. Odor yang ditimbulkan bisa sampai tidak sadarkan diri pada petugas kesehatan, sehingga perlu dilakukan penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat odor menurut petugas kesehatan saat merawat luka kanker serviks. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara sampling jenuh dengan sampel sebanyak 41 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa odor scale dari Sucker dengan rentang 0-6 yang akan dipersepsikan oleh petugas kesehatan yakni perawat dan bidan. Analisis dalam penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden memilih skala odor 4 bau kuat (51,22 %), hampir setengah respoden memilih skala odor 5 bau sangat kuat (29,27 %), sebagian kecil memilih skala odor 3 bau sedang (17,07 %), dan sebagian kecil memilih skala odor 2 bau lemah (2,44 %), dan tidak ada satupun responden yang memilih skala odor sangat lemah dan sangat-sangat kuat. Tingkat odor menurut petugas kesehatan sebagian besar pada skala 4 yaitu bau kuat. Berdasarkan hasil penelitian berbagai variasi tingkat odor pada pasien kanker serviks karena adanya nekrosik pada area genitalia ekternal maupun interna yang berbeda beda. Petugas kesehatan dapat melakukan manajemen odor dengan membersihkan area yang terkena nekrosis pada luka kanker dan pengelolaan lingkungan di sekitar pasien. Kata kunci : Bau, Luka kanker serviks, Odor  ABSTRACT The characteristics of the cervical cancer injuries are pain, odor, bleeding, many exudates, itching, and infection in the wound. Smell or odor occurs when the wound had been necrotic due to loss of vascularization or infection by microorganisms. The presence of malodor can disturb health professionals when they are caring for patients with cervical cancer wounds. This situation may cause discomfort leads to unconsciousness among those practitioners. This study aimed to describe the odor level based on health practitioners’ perspectives when they treated cervical cancer wounds. This research used descriptive quantitative research methods. Sampling was conducted using total sample that recruited 41 respondents. The instrument used an odor scale from Sucker (2007) which ranged from 0-6 as perceived by health workers that nurses and midwives. Data was analysed using a single descriptive statistics with frequency distribution. Findings demonsrated that more than half respondents have chosen scale 4 with strong odor (51.22%). Half of them chose scale 5 with very strong odor (29.27%), a fraction opt scale 3 with distinct odor (17.07%), and a small pick scale 2 with weak odor (2.44%), and none of the respondents who chose a very weak odor scale and extremely odor. The odor level was largely classified on scale 4 with strong odor. Based on the results of odor level was variation in cervical cancer patients for their necrotic the external genitalia or internal area that was different. Suggestions of research is health workers can do the management of odor by cleaning the wound area affected by cancer and manage the environment around the patient. Keyword:  Cervical cancer wounds, Odor Smell

Page 1 of 1 | Total Record : 10