cover
Contact Name
Suci tuty putri
Contact Email
Suci.putri@upi.edu
Phone
-
Journal Mail Official
Suci.putri@upi.edu
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA
ISSN : 25410024     EISSN : 24773743     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia(JPKI) merupakan sarana pengembangan dan publikasi karya ilmiah bagi para peneliti, dosen dan praktisi keperawatan dan kesehatan. JPKI adalah jurnal cetak dan elektronik dengan sistem open access journal. JPKI menerbitkan artikel-artikel dalam lingkup keperawatan dan kesehatan secara luas namun terbatas terutama bidang pendidikan keperawatan. Artikel harus merupakan hasil penelitian, studi kasus, hasil studi literatur, konsep keilmuan, pengetahuan dan teknologi yang inovatif dan terbaharu dalam lingkup ilmu keperawatan baik dalam skala nasional dan internasional. Artikel akan ditelaah secara peer review oleh mitra bestari dari berbagai institusi.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2018): Vol 4, No. 1 (2018)" : 10 Documents clear
Spiritual Well-Being Of Post-Stroke Patients In Neurological Polyclinic of Al Ihsan Regional Public Hospital, West Java Province Mulyani, Tita; Widianti, Efri; Mirwanti, Ristina
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 4, No 1 (2018): Vol 4, No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12341

Abstract

ABSTRAK Stroke fase rehabilitasi dapat mengakibatkan perubahan fisik dan psikologis sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien yang kemudian menyebabkan masalah psikosial berupa cemas dan depresi. Cemas dan depresi ini memiliki korelasi terhadap kesejahteraan spiritual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kesejahteraan spiritual  pada pasien pasca stroke di poliklinik RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan instrumen SIWB. Penarikan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria insklusi pasien stroke fase rehabilitasi yang mempunyai nilai Mini Mental State Examination (MMSE) normal 24-30, dan didapatkan 105 responden. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kesejahteraan spiritual tinggi sebanyak 57 responden (54,3%) dan tingkat kesejahteraan spiritual rendah sebanyak 48 responden (45,7%). Karakteristik responden paling banyak pada rentang usia lansia akhir yaitu berjumlah 41 responden (39,0%), dengan lama stroke 12 bulan 58 responden (55,2%), memiliki penyakit penyerta 82 responden (78,1%), dan mengalami serangan stroke 1x sebanyak 54 responden (51,4%). Pada penelitian ini, antara tingkat kesejahteraan spiritual tinggi dan rendah tidak jauh berbeda persentasenya. Sehingga  masih diperlukan upaya untuk meningkatakan kesejahteraan spiritual melalui perbaikan sarana dan prasaran ibadah ,mengoptimalkan spiritual care, mengadakan seminar-seminar dan pelatihan spiritual care, melakukan berdo’a bersama sebelum pemeriksaan dimulai, menciptakan lingkungan yang nyaman, aman, dan damai, serta mengadakan peer group khusus pasien stroke. ABSRTACTStroke rehabilitation phase can lead to physical and psychological changes. It has an impact on the quality of life of patients that later caused psychosocial problems such as anxiety and depression. These anxiety and depression have a correlation to the spiritual well-being. The purpose of this study was to identify the level of spiritual well-being in post-stroke patients in polyclinic RSUD Al Ihsan West Java Province. This research was a quantitative descriptive research using SIWB instruments. It used a purposive sampling method with the inclusion criteria of rehabilitation phase stroke patients who had 24-30 as the normal score of Million Minimum State Examination (MMSE) and obtained 105 respondents. The data presented in the form of the frequency distribution. The results of this study indicated that the respondent’s amount who reached the high level of spiritual well-being was 57 respondents (54.3%) and low level of spiritual well-being was 48 respondents (45.7%). The most respondents’ characteristic were respondents with age range of elderly as of 41 respondents (39.0%), with stroke length more than 12 months as of 58 respondents (55.2%), had comorbid disease as of 82 respondents (78.1%), and suffered once stroke attack as of 54 respondents (51.4%). The research revealed that the percentage level of spiritual well-being between high and low was nearly similar. As the consequences, it is necessary to increase the spiritual well-being through the improvement of religious facilities and infrastructure, optimizing spiritual care, conducting seminars and spiritual care training, praying together before the medical check-up or treatment, creating a comfortable, safe and peaceful environment, and establish the peer group for stroke patients. 
Efektivitas Metode Pembelajaran Cooperative Learning Terhadap Kemampuan Komunikasi pada Mahasiswa Patimah, Iin; Megawati, Sri Wulan; Suryawantie, Tanti
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 4, No 1 (2018): Vol 4, No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12347

Abstract

ABSTRAK Komunikasi  merupakan elemen vital dalam keperawatan, karena komunikasi yang baik dapat menunjang keberhasilan asuhan keperawatan sebaliknya  komunikasi yang buruk dapat menimbulkan kesalahan medis yang berimbas pada injury bahkan kematian pada pasien. Kemampuan komunikasi perawat harus diasah sedini mungkin yaitu dimulai dari pendidikan tahap akademik. Metode pembelajaran Cooperative Learning merupakan metode pembelajaran yang terstruktur, sistematis yang dirancang oleh dosen/pengajar untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas dilakukan pada kelompok kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dimana masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi pembelajaran tertentu dan menjelaskan ke teman lainnya begitupun kelompok anggota lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur  efektivitas metode pembelajaran Cooperative Learning terhadap kemampuan komunikasi pada mahasiswa tingkat satu pada Program Studi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut tahun 2016. Metode pembelajaran dilaksanakan dalam kurun waktu  tujuh kali pertemuan masing-masing pertemuan selama 200 menit. Rancangan metode penelitian menggunakan quasi experiment with control group pre and posttest design dengan perhitungan total sampling selama periode Juni-Agustus 2016. Alat ukur yang digunakan yaitu ICCS (Interpersonal Communication Competence Scale) untuk mengukur kemampuan komunikasi mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti metode pembelajaran Cooperative Learning. Untuk selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji t. Dari hasil penelitian diperoleh nilai p value sebesar 0.571 (p value 0.05) yang artinya H nol ditolak. Hal ini berarti menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan komunikasi antara kelompok perlakuan dan control. Disarankan dalam penelitian ini dlakukan dengan kurun waktu yang lebih panjang.  ABSTRACT Communication is a vital element in nursing.  Good  skill communication can support the success of a nurse  otherwise poor communication can lead medical errors that impact on injury and even death in patients. The nurse's communication skills should be honed as early as possible starting from the academic stage of education. Cooperative Learning is a structured, systematic learning method designed by lecturers/lecturers to solve a problem/case or do a task performed on small groups to achieve certain learning objectives, where each group member is responsible for studying learning materials certain and explain to other friends as well as other group members. The purpose of this study is to measure the effectiveness of Cooperative Learning methods on communication skills in the first-grade students in the Program Study of Nursing S1 STIKes Karsa Husada Garut in 2016. The learning method is conducted within seven meetings of each meeting for 200 minutes. The design of the research method used quasi-experiment with control group pre and posttest design with total sampling calculation during the period of June-August 2016. The measuring instrument used is ICCS (Interpersonal Communication Competence Scale) to measure the communication ability of students before and after following Cooperative Learning learning method. For the next data is analyzed by using t-test. From the research results obtained p-value of 0.571 (p value 0.05) which means that H is rejected. This means that there is no difference in communication skills between the treatment and control groups. It is recommended in this study to be done with a longer period of time
Edukasi Berbasis Nutrisi dan Budaya pada Penderita Luka Kronis Huda, Nurul; Febriyanti, Eka; Laura, Diva de
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 4, No 1 (2018): Vol 4, No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12307

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap responden terhadap nutrisi pada luka kronik menggunakan desain penelitian quasy experiment dengan rancangan non-equivalent control group design. Sampel penelitian adalah 30 responden yangdibagi menjadi 15 responden kelompok eksperimen dan 15 responden kelompok kontrol yang diambil berdasarkan kriteria inklusi menggunakan purposive sampling. Kelompok eksperimen diberikan pendidikan kesehatan berupa edukasi tentang nutrisi pada luka kronik. Alat ukur yang digunakan untuk variabel pengetahuan dan sikap adalah kuesioner tentang pengetahuan dan sikap. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan Independent sample T-test dan dependent sample T-test. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen adalah 84.67 dan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan pendidikan kesehatan adalah 60.00.sedangkan rata-rata sikap responden setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen adalah 47.07 dan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan pendidikan kesehatan adalah 42.33.Hasil statistik diperoleh p value untuk variabel pengetahuan (0.000) lt; alpha (0.05), dan p value untuk variabel sikap (0.001) lt; alpha (0.05) sehingga dapat disimpulkan pendidikan kesehatanberpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap responden dan dapat direkomendasikan sebagai intervensi keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap responden tentang nutrisi pada luka kronik berdasarkan perspektif budaya.ABSTRACT The aim of this research was to identify the effect of health education on respondent knowledge and attitude. Design of this study was a quasy experiment with non-equivalent control group design. The data was conducted by 30 samples which divided into 15 as the experimental group and 15 as a control group based on inclusions criteria using purposive sampling. The experimental group was given health education meanwhile control group was not. Knowledge and attitude were measured by questionnaire. The univariate analysis was conducted to show frequency distribution and bivariate analysis was conducted by an independent sample T-test and dependent sample T-test. The result showed that mean of knowledge after given health education in experiment group was 84.67 and in control group was 60.00, and mean of attitude after given health education in the experimental group was 47.07 and in control group was 42.33. The statistic showed p-value in knowledge variable (0.000) alpha (0.05) and p-value in attitude variable (0.001) alpha (0.05) which means that health education effective for respondent knowledge and attitude and recommended to be applied in nursing intervention to increase knowledge and attitude about nutrition in chronic wound based on cultural perspective.
Emotional Quotient Remaja Kota Bandung Darmawati, Irma; Yuniar, Dwi
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 4, No 1 (2018): Vol 4, No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12343

Abstract

ABSTRAK Kenakalan remaja didorong oleh ketidakstabilan remaja dalam mengelola emosi yang berujung pada perilaku kekerasan kepada teman sebaya maupun komunitas lainnya di sekitar remaja. Kecerdasan emotional menjadi indikator penting bagi remaja untuk bersikap dan berperilaku. Ketidakstabilan emosi dalam menghadapi berbagai masalah saat remaja dapat memicu remaja untuk menutupinya dengan perilaku negatif seperti, berkelahi, keras kepala, melamun, senang menyendiri, menggunakan obat terlarang atau  minum-minuman keras dan tawuran. Penelitian dilaksanakan dengan desain deskriptif kuantitatif dengan penggembangan instrumen kuesioner emotional quotient dari berbagai teori oleh peneliti. Penelitian dilakukan  terhadap 170 siswa SMA dengan teknik multistage sampling dari berbagai cluster wilayah utara, barat, timur dan selatan Kota Bandung untuk mengetahui tingkat emotional quotient (kecerdasan emosional) remaja. Hasil penelitian menunjukan menunjukan kecenderungan nilai yang hampir sama antara kecerdasan emotional tinggi dan rendah. Kecerdasan emosional tinggi sebesar 51.8% dan kecerdasan emosional rendah sebesar 48.2%. Dari ke lima aspek kecerdasan emosional terdapat dua aspek kecerdasan emosional yang dimiliki oleh remaja dalam kategori rendah yaitu dari 170 responden 96 orang (56.5%) diantaranya memiliki  kemampuan mengelola emosi dalam kategori rendah dan dari 170 responden terdapat 101 remaja (59.4%) memiliki motivasi yang rendah. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu dukungan sosial, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, sosio-ekonomi keluarga dan jenis kelamin dari remaja. Hal ini menjadi masukan bagi perawat, keluarga serta pengelola pendidikan remaja untuk meningkatkan kenyamanan secara psikologis pada anak dalam mengenali emosi sendiri untuk meningkatkan kesehatan remaja si masa depan.  ABSTRACTJuvenile delinquency can be driven by adolescents instability in managing emotions that lead to violent behavior to their peers and other communities. Emotional quotient is an important indicator for adolescents attitude and behavior. Emotional instability can trigger adolescents to cover up with negative behaviors such as, fighting, stubbornness, daydreaming, joy alone, using drugs or drinking and fighting. The research was carried out with quantitative descriptive and the questionnaire of emotional quotient is the conduct of the various theories by researcher.The study was conducted on 170 high school students with multistage sampling technique from various cluster of Bandung City to describe emotional quotient level of adolescent. Results showed a similar values between the high and low emotional quotient. the High was 51.8% and the low was 48.2%. Of the five aspects of emotional intelligence emotional intelligence there are two aspects  in the low category of respondents 96 people (56.5%) of them have the ability to manage emotions in categories and low of 101 teens (59.4%) had low motivation.This is due to several factors like social support, family environment, socio-economic environment of the school, family and sex of teens. Nurse, family and school need to increase the comfort of psychologically on recognizing their emotional quotient to improve their health in the future.
Pengaruh Faktor Demografi Terhadap Quality of Nursing Work Life (QNWL) Perawat di Puskesmas Kota Bandung pada Era BPJS Suparto, Tirta Adikusuma; Puspita, Asih Purwandari Wahyoe; Hermayanti, Yanti; Rohaedi, Slamet; Fitriani, Lisna Annisa
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 4, No 1 (2018): Vol 4, No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12338

Abstract

ABSTRAK Sistem jaminan kesehatan nasional di Indonesia baru beroperasi sejak 2014 melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan. Dalam pelaksanaannya, pemberian pelayanan kesehatan pada pasien BPJS menggunakan sistem rujukan berjenjang, dimulai dari Fasilitas Kesehatan (FasKes) tingkat pertama, salah satunya yaitu Puskesmas. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa program BPJS kesehatan ini, teridentifikasi dapat memengaruhi pemberi pelayanan kesehatan, termasuk salah satunya dapat memengaruhi Kualitas Kehidupan Kerja Perawat/Quality of Nursing Work Life (QNWL) perawat di Puskesmas Kota Bandung. Padahal QNWL tersebut, pada akhirnya sangat memengaruhi komitmen dan kinerja perawat (Gray Smelzer, 1990). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran QNWL dan mengetahui gambaran faktor demografi beserta pengaruhnya terhadap QNWL. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan  cross-sectional survey. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017 di 15 Puskesmas Kota Bandung. Data dikumpulkan dengan kuesioner, dan dianalisis menggunakan  uji beda 2 mean independen (uji t) dan uji Anova (α=5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:  1) perawat di Puskesmas Kota Bandung memiliki nilai QNWL secara keseluruhan dan dimensi-dimensi QNWL yang berada dalam kategori baik. Namun demikian terdapat 3 komponen yang masih bermasalah, yaitu: masih banyaknya tugas non keperawatan, alat dan bahan untuk perawatan pasien yang kurang memadai, tempat perawat/tempat istirahat/loker yang kurang memadai; 2) tidak terdapat pengaruh yang signifikan faktor-faktor demografi (umur (p=0.096), jenis kelamin (p=0.776), status pernikahan (p=0.953), tingkat pendidikan (p=0.183), status kepegawaian (p=0.217), lama bekerja sebagai perawat (p=0.162))  terhadap Quality of Nursing Work Life (QNWL) perawat di Puskesmas Kota Bandung. Implikasi penelitian ini adalah perlu adanya upaya perbaikan komponen-komponen dan faktor-faktor QNWL yang masih bermasalah. Selain itu, perlu adanya upaya peningkatan status kepegawaian perawat kontrak BLUD menjadi PNS atau minimal setara dengan PNS ABSTRACT National health insurance system in Indonesia has been operated since 2014 by the Social Insurance Administration Organization (BPJS). Practically, the provision of health services used tiered referral system, from the first-level health facilities (FasKes), such as Health Center. The result of preliminary studies showed that BPJS program may affect health care providers, including one that can affect the Quality of Nursing Work Life (QNWL) nurses at the health center of Bandung. In the end, QNWL affects the commitment and performance of nurses (Gray Smelzer, 1990). This research aimed to describe QNWL and to find out demographic factors and its influence on QNWL.  The method used in this research is quantitative descriptive cross-sectional survey. This research was conducted in 2017 in 15 health centers in Bandung. The data were collected through questionnaire and analyzed using independent sample t Test and Anova. The results of this study showed (1) Nurses at the health center of Bandung were in a good category on both overall scores of QNWL and dimensions. However, there are three components which are still problematic, namely: a huge number of non-nursing tasks, inadequate tools and materials for patients’ care, inadequate nurses’ restrooms/locker rooms; (2) There is no significant effect of demographic factors, age (p=0.096), sex (p=0.776), marital status (p=0162), level of education (p=0.183), employment status (p=0.217), length of nursing experience (p=0.162)  to the Quality of Nursing Work Life (QNWL) nurses in 15 health centers in Bandung. The implications of this research are the need to improve problematic components and factors of QNWL. Moreover, improving the employment status of contract nurses BLUD to civil servants or at least equal to PNS is also needed
Pola Asuh Orang Tua yang Menitipkan Anak Prasekolah di Daycare Kota Bandung Shabarina, Adilla; Mediani, Henny Suzana; Mardiah, Wiwi
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 4, No 1 (2018): Vol 4, No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12344

Abstract

 ABSTRAK Latar belakang : Orang tua sebagai pendidik utama pada anak  harus memberikan pola asuh yang terbaik untuk menunjang proses perkembangan anak. Fenomena yang terjadi saat ini adalah adanya kesenjangan dalam pola asuh yang diberikan oleh orang tua pada anaknya yang dititipkan di daycare, adanya interaksi anak dengan orang yang kurang akrab dan ada masalah komunikasi dua arah yang dapat meningkatkan gangguan perkembangan anak prasekolah  serta kesibukan orang tua yang bekerja sehingga perkembangan anak tidak terpantau secara optimal dan  memilih daycare sebagai pelengkap terhadap asuhan orang tua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola asuh orang tua bekerja yang memiliki anak usia prasekolah yang dititipkan di daycare. Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan jumlah responden 36 orang (salah satu orang tua anak antara ayah atau ibu yang menitipkan anak di daycare). Penelitian ini menggunakan instrumen Pola Asuh Anak Pada Usia Prasekolah yang diadaptasi dari teori Maccoby dan Martin (1983) dan dikembangkan oleh Chadijah (2009). Instrumen ini terdiri dari 2 dimensi dengan 53 item pernyataan yang memiliki nilai validitas 0,768 dan nilai reliabilitas 0,793. Teknik pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner. Data yang terkumpul dianalisa dengan hasil ukur kategorisasi sehingga didapatkan hasil    bentuk pola asuh yang diterapkan. Hasil : Hasil dari penelitian ini adalah penerapan bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua pada anak usia prasekolah di Growing Tree Daycare and Preschool dan Pusat Penitipan Anak (PUSPA) Sehat Universitas Padjadjaran adalah pola asuh authoritative (100%). Simpulan, pola asuh yang diberikan oleh orang tua sudah baik dan perlu dipertahankan karena pola asuh authoritative merupakan predictor dari bentuk pola asuh lainnya sehingga penerapan warmth dan control pada anak seimbang. ABSTRACTBackground : Parents as the main educator in children must certainly provide the best parenting for supporting children developmental process. The phenomenon that occurs at this time is the gap in parenting provided by the parents to their children who are raised in the daycare, the interaction of children with people who are less familiar and there are two-way communication problems that can improve the development disorders of preschoolers and busy working parents so that the child's development is not monitored optimally and choose daycare as a complement to parental care.The purpose of this study is to determine parenting style descriptions of working parents who have children of preschool age entrusted in daycare. Method : The method used in this study is quantitative descriptive with 36 respondents (father or mother who entrust their child in daycare). This study used Pediatric Parenting Instruments at Preschool adapted from Maccoby and Martin theory (1983) and developed by Chadijah (2009). This instrument consists of 2 dimensions with 53 statements that has validity value 0.768 and reliability value 0.793. Data was collected by distributing questionnaires. The collected data were analyzed by using the score value. Then, it will be categorized into the description of parenting style applied. Results : The result of this study showed that the parenting style applied by parents to their toddler at Growing Tree Daycare and Preschool and Pusat Penitipan Anak (PUSPA) Sehat Universitas Padjadjaran were authoritative parenting (100%). Conclusion : The conclusion of this study, the parenting style given by parents is already good and need to be maintained because the authoritative parenting is a predictor of other parenting forms, so that warmth and control that applied on children is balanced.  
Correlation between Nutritional States with Hematological Toxicity in Children with Acute Lymphoblastic Leukemia Puspita, Eka; Mediani, Henny Suzana; Nurhidayah, Ikeu
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 4, No 1 (2018): Vol 4, No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12339

Abstract

ABSTRAKStatus gizi pada anak dengan acute lymphoblastic acute (ALL) diketahui dapat mempengaruhi efek samping yang mungkin timbul setelah dilakukan kemoterapi. Salah satu efek samping yang sering terjadi pada anak dengan ALL pasca kemoterapi adalah hematological toxicity. Hematological toxicity adalah efek toksik yang ditimbulkan dari obat kemoterapi yang menyebabkan gangguan pada sel darah yang bila tidak diatasi dengan baik dapat menimbulkan kematian. Hematological toxicity sering terjadi pada anak ALL pasca kemoterapi namun belum menjadi perhatian tenaga kesehatan terutama perawat. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan antara status gizi dengan hematological toxicity pada anak ALL yang sedang menjalani kemoterapi. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung pada bulan Desember 2016 dengan metode penelitian korelasi dengan pendekatan retrospektif. Penelitian ini dilakukan pada 198 responden yang diambil dari catatan rekam medis bulan Januari-Juli 2016 dengan menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan uji Korelasi Spearman Rank (Rho). Hasil penelitian didapatkan 13 dari 17 responden berstatus gizi sangat kurus mengalami hematological toxicity dan terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan hematological toxicity pada anak ALL (p=0,015) dengan korelasi yang sangat lemah (r=-0,172). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi dengan hematological toxicity pasca kemoterapi pada anak LLA yang menjalani kemoterapi. Oleh karena itu, pentingnya pengkajian status gizi dan monitoring tanda-tanda hematological toxicity untuk mencegah terjadinya efek buruk akibat dari pengobatan kemoterapi pada anak dengan ALL. ABSTRACTAcute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common cancer in children and one of the leading causes of death in children. Many factors affect the prognosis of acute lymphoblastic leukemia, one of which is the nutritional status. Nutrition status in children with acute lymphoblastic acute is known to affect side effects that arise after chemotherapy. One of the side effects which often occur in children with ALL post chemotherapy was hematological toxicity. Hematological toxicity was one of the side effect chemotherapy if not treated properly can caused death. The aimed of this research was to analyze the correlation of nutritional status with hematological toxicity on children with ALL in chemotherapy. This study was done in Hasan Sadikin General Hospital in Bandung in December 2016 with correlational research was performed with retrospective approach. 198 respondents were selected using purposive sampling taken from medical records during January-July in 2016. Data was analyzed using Spearman Rank Correlation Test (Rho). The study showed that 17 children with ALL were categorized in very thin (86,7%) suffered from hematological toxicity thus discovered significant correlation between nutritional status pre chemotherapy and hematological toxicity post chemotherapy in children with ALL (p=0,015) for a very weak correlation (r=-0,172). The conclusion in this study researched was that nutritional stated chemotherapy was correlated with hematological toxicity after chemotherapy in children with ALL. Therefore, assessment of nutritional status in children with acute lymphoblastic leukemia should be done especially when chemotherapy treatment is being taken to minimize the occurrence of hematological toxicity 
Gambaran Persepsi Mahasiswa Terhadap Perilaku Pencegahan Diabetes Mellitus di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Lestari, Ranti Asri; Sari, Citra Windani Mambang; Kurniawan, Titis
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 4, No 1 (2018): Vol 4, No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12345

Abstract

ABSTRAK  Perilaku pencegahan Diabetes Mellitus ditentukan oleh keyakinan dan persepsi seseorang mengenai ancaman kesehatan yang dirasakan. Gaya hidup tidak sehat yang dilakukan oleh mahasiswa cenderung dapat meningkatkan resiko terjadinya Diabetes Mellitus, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan Diabetes Mellitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap perilaku Pencegahan Diabetes Mellitus. Penelitian deskriptif kuantitatif ini melibatkan 242 sampel yang ditentukan menggunakan stratified random sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrumen Health Belief Model (HBM), yang terdiri dari 5 domain yaitu, persepsi kerentanan dan keseriusan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, isyarat melakukan tindakan, dan self-efficacy. Data dianalisis dengan analisis deskriptif (frekuensi dan persentase). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) memiliki persepsi positif terhadap perilaku pencegahan Diabetes Mellitus. Adapun persepsi berdasarkan 5 domain didapatkan seluruh responden (100%) memiliki persepsi positif terhadap manfaat pencegahan Diabetes Mellitus, hampir seluruh responden memiliki persepsi positif terhadap kerentanan dan keseriusan (92,6%), isyarat melakukan pencegahan (98,3%), self-efficacy dalam melakukan pencegahan Diabetes Mellitus (92,6%), dan lebih dari setengah responden memiliki persepsi positif terhadap hambatan melakukan pencegahan Diabetes Mellitus (59,5%). Walaupun demikian, terdapat kurang dari setengah responden (40,5%) yang memiliki persepsi negatif terhadap hambatan, yang berarti bahwa responden tersebut merasakan adanya hambatan dalam melakukan pencegahan Diabetes Mellitus. Dapat disimpulkan bahwa seluruh responden mempersepsikan perlunya melakukan pencegahan Diabetes Mellitus. Namun, adanya hambatan dalam melakukan pencegahan Diabetes Mellitus, perlu diadakannya promosi kesehatan yang memotivasi mahasiswa untuk mengatasi hambatan yang dirasakan dalam melakukan penegahan Diabetes Mellitus.ABSTRACTUnhealthy lifestyle undertaken by students tended to increase the risk of Diabetes Mellitus, so there should be the effort to prevent Diabetes Mellitus. Prevention behaviors are determined by belief and perception about perceived of threats. This study aimed to identify student's perception towards prevention behavior of Diabetes Mellitus. This descriptive quantitative study involved 242 students were taken with stratified random sampling. Data collected by Health Belief Model (HBM) instrument that consisted of 5 domains; perceived susceptibility and severity, perceived benefits, perceived barriers, cues to action, and self-efficacy. Data analyzed with descriptive analysis (frequency and percentage). Result showed that all of respondent (100%) had positive perception towards prevention behavior of Diabetes Mellitus. The results of the perception based on 5 domains showed that all of respondent (100%) had positive perceived benefit, most of responden (92,6%) had positive perceived susceptibility and severity, cues to action (98,3%), self-efficacy (92,6%) and more than half of respondents (59,5%) had positive perceived barriers. However, less than half of respondent (40,5%) had negatively perceived barriers which indicated that respondent felt the barrier of Diabetes Mellitus prevention. To conclude, all of respondent perceived necessary to do Diabetes Mellitus prevention. Whereas, there was a barrier in Diabetes Mellitus prevention so, there should be health promotion to motivate students to overcome their perceived of the barrier to perform Diabetes Mellitus prevention
Pengaruh Stimulasi Motorik Halus Terhadap Tahap Perkembangan Psikososial Anak Usia Pra Sekolah PH, Livana; Armitasari, Dhita; Susanti, Yulia
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 4, No 1 (2018): Vol 4, No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12340

Abstract

ABSTRAKMasa usia prasekolah merupakan masa emas, dimana perkembangan seorang anak akan banyak mengalami perubahan yang sangat berarti. Anak usia prasekolah memiliki potensi yang besar untuk berkembang, potensi tersebut berkembang dengan melakukan kegiatan motorik halus yang dilatih atau digunakan. Besar kecilnya naluri bergerak bagi anak tidak selalu sama. Agar pertumbuhan anak usia prasekolah dapat optimal maka diberikan stimulasi untuk memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan anak. Tahap perkembangan motorik halus anak akan mampu dicapai secara optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh stimulasi motorik halus terhadap tahap perkembangan psikososial anak usia pra sekolah (3-6 tahun) di TK Kecamatan Kota Kendal. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen with control group pre post test design. Sampel anak usia prasekolah yang ada di TK Kecamatan Kota Kendal yaitu TK Muslimat sebanyak 33 responden dan TK Tunas Mekar 33 responden. Hasil uji statistik dengan Independent t-test didapatkan p-value pada dua kelompok sebesar 0,868 (p0,005) dengan kelompok intervensi kategori menyimpang mengalami penurunan sebesar 48,5% dan kelompok kontrol mengalami penurunan 18,2%.Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan sesudah pemberian stimulasi motorik halus terhadap tahap perkembangan anak usia prasekolah pada kelompok intervensi dan kontrol. Saran dalam penelitian ini sebaiknya orang tua memberikan stimulasi kepada anak usia prasekolah, sehingga dengan stimulasi yang diberikan anak akan mempunyai perkembangan psikososial yang normal.ABSTRACTPreschool period is a golden period, where the development of a child will undergo many significant changes. Preschoolers have great potential for growth, the potential is developed by doing fine motor activities that are trained or used. The size of the moving instinct for the child is not always the same. In order for the growth of preschool children can be optimal then given the stimulation to provide stimulus to all aspects of child development. The stage of smooth motor development of the child will be achieved optimally provided the right stimulation.The Aim of the research is to know the influence of smooth motorik stimulation to the stage psychosocial development of preschool children age (3-6 years) in TK city district Kendal. This research design used quasy experiment with control group pre post test design. Sample of preschool children in kindergarten city districts Kendal is at kindergarten Muslimat there are 33 respondent and kindergarten Tunas Mekar there are 33 respondent. Statistical test results with Independent t-test obtained p-value in two groups of 0.868 (p 0.005) with the category of deviant category intervention decreased by 48.5% and the control group decreased 18.2%. The results showed there was a difference after provision of fine motor stimulation to the stage of development of preschool children in the intervention and control group. Suggestions in this study parents should provide stimulation to preschoolers, so with the stimulation provided the child will have normal psychosocial development.     
Gambaran Perubahan Psikososial dan Sistem Pendukung Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Cemara Gegerkalong Bandung Amalia, Rizka; Sumartini, Sri; Sulastri, Afianti
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 4, No 1 (2018): Vol 4, No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12346

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi penderita setelah terinfeksi HIV/AIDS mengalami perubahan fisik dan psikis karena harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru dalam hidupnya. AIDS adalah menurunnya daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh virus HIV. Stigma yang negatif dan diskriminasi oleh masyarakat  membuat ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) mempunyai kondisi yang semakin melemah, bahkan depresi. Motivasi hidup adalah suatu keyakinan dan dorongan bagi diri sendiri yang akan mempengaruhi individu bersikap dalam menghadapi situasi yang beragam.  Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan desain fenomologi deskriptif dan menggunakan sampel teknik purposive sampling. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi gambaran motivasi pada orang dengan HIV/AIDS di Rumah Cemara Geger Kalong Bandung. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, keabsahan data diuji dengan triangulasi. Sejumlah 10 informan (4 ODHA dan 4 anggota keluarga dan 2 pengurus ODHA) berpartisipasi dalam penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan adanya beberapa perubahan terutama pada aspek fisik, psikologis, sosial dan sistem pendukung. Penderita ODHA mempunyai semangat untuk bekerja, semangat untuk bersosialisasi, semangat untuk berkarya dan pikiran yang positif.  ODHA membutuhkan dukungan dari keluarga dan dukungan dari teman sebaya (peer support), dengan adanya stigma dan diskriminasi dari masyarakat seringkali ODHA tidak mau membuka status mereka karena takut dan khawatir. Faktor utama yang mempengaruhi Perubahan psikologi ODHA adalah optimisme hidup yang kuat dalam diri penderita. Dengan Keyakinan positif dalam kehidupan dan sistem pendukung yang dapat baik mampu membawa ODHA untuk memiliki tujuan hidup yang bermakna setelah terinfeksi HIV/AIDS. ABSTRACT Background of the present study is the physical and psychological changes of the individual after infected by HIV/AIDS that s/he has to adjust to the different condition in his/her life. AIDS is the decrease of body immune caused by HIV virus. Negative stigma and society discrimination weaken the condition of PLWHA (People Living with HIV/AIDS), even depression. Life motivation is a self-belief and self-push, which will influence an individual in facing varied situation.The study employs qualitative method with descriptive phenomenological research design and utilizes purposive sampling technique.The aim of the present study is to identify a motivation description of PLWHA at Rumah Cemara, Geger Kalong, Bandung. Data collection is derived from interview technique, while the data validity is tested by triangulation. There are ten respondents (4 PLWHA, 4 family members and 2 PLWHA nurses/social workers) taking part in the study. The result of this research indicated some changes especially in physical aspects, psychological, social and support system.The spirit odha have to work, vigor to socialize, vigor to work and mind positive. PLWHA needs support from family and support from their peers (peer support ), with the stigma and discrimination of people often PLWHA do not want to open their status for worry.The main factors that effecting amendment psychology odha is strong optimism living in patients.With confidence positive in life and the support system that can both be able to take odha to have meaningful goal after infected with HIV / AIDS.

Page 1 of 1 | Total Record : 10