cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota palu,
Sulawesi tengah
INDONESIA
Medika Tadulako
Published by Universitas Tadulako
ISSN : 23551933     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmiah Kedokteran FKIK Universitas Tadulako.
Arjuna Subject : -
Articles 124 Documents
EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus PADA MEDIA PEMBENIHAN DIFUSI Rachmawati, Nita; Nursyamsi, Nursyamsi
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang : Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian, karena tingginya insidensi penyakit infeksi terutama di negara-negara berkembang. Infeksi adalah suatu keadaan invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh. Salah satu bakteri yang menimbulkan infeksi yaitu Staphylococcus aureus. Salah satu tumbuhan yang bisa digunakan sebagai antibiotik yaitu buah pare (Momordica charantia). Buah pare yang memiliki beberapa kandungan seperti alkaloid dan flavanoid yang  dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.  Tujuan : Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan juga untuk mengetahui berapa dosis ekstrak etanol buah pare efektif sebagai penghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Bahan & Metode : Buah pare (Momordica charantia), etanol 96%, evaporator berputar, aquadest, Saboround Dextrose Agar, ose steril, dan inkubator. Ekstrak buah pare (Momordica charantia) yang dibuat dengan menggunakan metode maserasi dengan etanol 96%. Pengujian dilakukan pada daya hambat dengan metode difusi agar menggunakan 4 variasi konsentrasi 100%, 75%, 50%, 25%, pada media NA (Nutrient Agar) dan diinkubasi selama 24-48 serta aquades sebagai kontrol negatif dan cifrofloxacin sebagai kontrol positif. Hasil : Hasil penelitian menunjukan bahwa buah pare (Momordica charantia)  memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan berbagai konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100%. Hasil statistik one way ANOVA menunjukkan pengaruh yang berbeda pada berbagai konsentrasi terdapat perbedaan yang signifikan pada perubahan konsentrasi ekstrak buah pare (Momordica charantia)  terhadap Staphylococcus aureus (p<0,05).Kesimpulan : Ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.Kata kunci : Ekstrak buah pare (Momordica charantia), Staphylococcus aureus, antibakteri, zona hambat.
THE KITE FLAP IN THE TREATMENT OF FINGER TIP AMPUTATIONS Case Report Munir, Muh. Ardi
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background. Fingertip injuries are extremely common. Out of the various available reconstructive options, one needs to select an option which achieves a painless fingertip with durable and sensate skin cover. The present analysis was conducted to evaluate the management and outcome of fingertip injuries. In contrast to amputations of a single finger, bone shortening and wound closure usually should not be considered for thumb soft tissue defects. In general, the thumb should never be shortened. The flap has a consistent arterial supply, good sized veins, and terminal branches of the superficial radial nerve.Case report. Male 42 years old with traumatic amputation at the right thumb. Suffered since 5 days before admitted to the hospital due to livestock string roll attraction that happens suddenly. There is thumb tip loss at the level of IP joint, bony expose, swelling, skin and soft tissue defect at the level of mid shaft of the proximal phalanx. Radiographic study shown that there is loss of distal phalanx of thumb.Procedure. The kite flap for thumb tip defect or amputation. Flap is raised from the dorsum of the first phalanx of the index finger, including the metacarpophalangeal (MTP) joint.Conclusion. The treatment needs to be individualized and all possible techniques of reconstruction must be known to achieve optimal recovery. The results showed preservation of finger length and contour, retention of sensation and healing without significant complication. Thumb tip defects should be aggressively treated to preserve thumb length, which is more important to the thumb's overall contribution to hand function than joint flexibility, in contradistinction to the fingers. Accordingly, the rectangular volar advancement is the preferred option for small thumb tip defects as it brings sensate durable skin to the thumb tip. Larger full-thickness defects of the thumb require sensate resurfacing with either the dorsum of the first phalanx of the index finger or kite flap.Keywords: Fingertip injury, thumb tip defect/amputation, kite flap.
ANALYSIS OF FACTORS EFFECTING THE PERFORMANCE OF DRUG SWALLOWING CONTROL (PMO) IN ASSISTING PATIENTS WITH PULMONARY TUBERCULOSIS IN THE WORK AREA OF KAMONJI COMMUNITY HEALTH CENTER PALU YEARS 2012-2013 Nurani, Faramita; Laratu, Andriana Daud
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

LatarBelakang : Tuberkulosis paru (TB paru) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Semenjak tahun 1994 program pengobatan TB di Indonesia sudah mengacu pada program Directly Observed Treatment Short Course Strategy (DOTS) yang didasarkan pada rekomendasi WHO. Dari 5 kunci pokok strategi DOTS, komitmen politik, distribusi obat, deteksi kasus, pencatatan dan pelaporan sudah dilaksanakan. Hanya saja pengawasan oleh PMO yang masih susah dikendalikan akibat kinerja PMO yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja PMO dalam mendampingi penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kamonji tahun 2012-2013.Metode : Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan jumlah subjek yang diteliti sebanyak 30 penderita dan metode pengambilan sampel yang digunakan ialah purposive sampling. Sumber data berasal dari rekam medis dan data yang diperoleh dari wawancara. Kemudian diuji dengan uji chi-square dengan alternatifnya yaitu uji fisher. Hasil : Hasil penelitian menunjukan 2 variabel mempunyai hubungan bermakna yaitu variable pengalaman PMO mendapat informasi mengenai TB dengan p=0,01 dan perilaku PMO dengan p=0,02 serta 5 variabel tidak mempunyai hubungan yaitu tempat tinggal, pendapatan, umur, sikap dan tingkat pendidikan PMO dengan nilai p>0,05. Kesimpulan : Terdapat 2 variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna yaitu pengalaman PMO mendapat informasi dan perilaku PMO serta 5 variabel tidak mempunyai hubungan yaitu tempat tinggal, pendapatan, umur, sikap dan tingkat pendidikan PMO.Kata kunci : PMO, TB paru dan Kinerja.
PERBEDAAN RESPON KARDIOVASKULER SELAMA TES PEMBEBANAN ANTARA INDIVIDU OBES DAN NON OBES Basry, Amirah; Munir, Muh. Ardi
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 2, No 3 (2015)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perbedaan Respon Kardiovaskuler Selama Tes Pembebanan Antara Individu Obes dan Non Obes. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan respon kardiovaskuler selama tes pembebanan antara individu obes dan non obes.Penelitian ini adalah penelitian perbandingan dua kelompok yang dilaksanakan selama 4 minggu. Masing-masing 8 orang kontrol dan 8 orang sebagai kasus. Subyek ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Al-khirat Palu. Tes pembebanan dilakukan dengan metode alat treadmill EKG, yaitu dengan berjalan/berlari di atas treadmill dengan memasang sandapan EKG. Kecepatan dan beban akan bertambah setiap 2 menit dan kemudian pengukuran tekanan darah sistol, tekanan darah diastol, dan heart rate di periksa secara otomatis. Data dianalisa dengan menggunakan SPSS 17 dengan test paired sampel t-test.Penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan tekanan darah sistol dan diastol antara individu obes dan non obes  secara bermakna dengan nilai p<0.05 (sistol 0,002 dan diastol 0,014). Pada heart rate tidak membuktikan perbedaan antara individu obes dan non obes secara bermakna dengan nilai p>0,05 (0,825)Dengan tes pembebanan dapat melihat perbedaan respon kardiovaskuler. Disarankan penelitian selanjutnya bisa melakukan tes pembebanan dengan cara lain selain treadmill EKG untuk melihat respon kardiovaskuler.Kata Kunci: Kardiovaskuler, Obes, Non Obes, Pembebanan
ADJUNCTIVE PYRIDOXINE FOR SEVERE TETANUS : A CASE REPORT WITH LITERATURE REVIEW Handayani, Fitriah; Kaelan, Cahyono
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction : Tetanus is an acute, potentially fatal infectious disease that is characterized by seizure (general motor spasm), lockjaw, opisthotonus, defans muscular, rhisus sardonicus. A high mortality case remains tetanus need special attention. Pyridoxine 100mg orally introduced as adjunctive therapy for spasm, aimed to reduce mortality rate.Case report : A 38-years-old man with lockjaw (< 1cm) accompanied by severe seizures (general motor spasm) that arise many-times caused the patient body arched back (opisthotonus), rhisus sardonices and defans muscular categorized severe tetanus (5 points of Dakar score). Based neuroinfection study grup of Indonesian Neurologist, tetanus patient treated with Human Tetanus Immune Globulin (HTIG) to neutralized toxins, antibiotics penicillin and metronidazole to eradicated causative bacterial, and diazepam (benzodiazepine) to handle seizures (general motor spasm). Pyridoxine (vitamin B6) 100mg used as adjuntive therapy for treated seizure aimed to reduce mortality risk. Patient hospitalized for 18 days and discharged with good condition (free spasm).Conclusion : The role of pyridoxine in the management tetanus may sinergism with diazepam for reduced general motor spasm (seizures), but it should be re-examined in a blind randomised trial. Key word : tetanus, seizures (general motor spasm), lockjaw, pyridoxine, diazepam.
PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TAHUN II DAN TAHUN IV DI SKILLS LABORATORY PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO Kiay Demak, Indah Puspasari
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background. Communication skills are one of important skills for medical students to master, as called anamnesis. Diagnose are mostly concluded by gaining patients information from anamnesis.Objective. This research was conducted to analyze the difference of interpersonal communication skills between second year and fourth year medical students. Method. It was a quantitative study with cross sectional approach. The subjects were second year and fourth year medical students, which were chosen by cluster random sampling. There were 2 groups each from second year and fourth year, as total 43 students. Interpersonal communication skills were measured by checklist from laboratory module. The differences of interpersonal communication skills between 2 groups were analyzed by Students’ t test.Results. The result of Students’ t test was 0.464 (p value) with mean difference 1.196. Conclusion. Fourth year students have better interpersonal communication skills score than second year, although the differences statistically insignificant.  Keywords: clinical skills, interpersonal communication skills, skills laboratory Latar Belakang. Keterampilan komunikasi merupakan cikal bakal dari keterampilan anamnesis, yang harus dikuasai oleh mahasiswa kedokteran. Penegakan diagnosis sebagian besar berdasarkan informasi yang didapatkan dari hasil anamnesis kepada pasienTujuan. Mengetahui perbedaan nilai keterampilan komunikasi interpersonal pada mahasiswa tahun kedua dan tahun keempat Program Studi Kedokteran Untad.Metode. Penelitian ini merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama dan kedua Prodi Kedokteran Untad Palu. Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah cluster random sampling. Peneliti menentukan 2 kelompok mahasiswa tahun kedua dan 2 kelompok mahasiswa tahun keempat sebanyak 43 orang. Instrumen yang digunakan Ceklis keterampilan klinik “komunikasi interpersonal”. Perbandingan kemampuan keterampilan komunikasi interpersonal antara mahasiswa tahun kedua dan keempat Prodi Kedokteran Untad akan diukur menggunakan uji Students’ t test dengan bantuan aplikasi program SPSS.Hasil. Nilai p yang didapatkan pada uji Students’ t perbedaan rata-rata nilai komunikasi interpersonal antara mahasiswa tahun kedua dan keempat adalah 0,463 dengan rerata (mean difference) sebesar 1,196.Kesimpulan. Nilai keterampilan komunikasi interpersonal pada mahasiswa tahun keempat lebih baik daripada tahun kedua, walaupun secara perhitungan statistik perbedaan  tersebut tidak bermakna.Kata kunci: keterampilan medik, komunikasi interpersonal, skills laboratory
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONGGALA KECAMATAN BANAWA KABUPATEN DONGGALA Hermiyanty, Hermiyanty; Nurdiana, Nurdiana
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cadres is a volunteers recruited from , by and for the community , which is assigned to assist the smooth running of health services. Cadres are active in several posyandu there is only one person cadre course , there is even one that does not have a posyandu cadre's . Basically within one (1) posyandu shall have five (5 ) cadres that Posyandu activities run smoothly . This study aimed to identify factors associated with the participation on cadres in Posyandu activities in Clinic Donggala the sub district of Banawa, Donggala. This type of research is survey cross sectional analytic approach. The population in this study were all cadres Posyandu in Clinic Donggala, account of to 161 people with a total sample of 115 people who are determined by random sampling. Data were analyzed using Chi Square test, with a confidence level of 95% (ρ < 0.05). Results showed that was a significant relationship between knowledge, needs cadres, respect, the role of community leaders, and the role of health workers where ρ-value of the these five variable are 0.000 cadres participation Clinic Donggala the subdistrict of Banawa, Donggala. The clinic and the health centers Donggala can develop policies that can increase the participation od cadres in Posyandu activities such as maximizing refreshing cadres, providing the latest infoemation on heath and nutrition additional health workers ini Posyandu activities.Keywords: Award,  Cadres  Needs,  Knowledge  Cadres,  The  Role  of Community Leaders, The Role of Health Personnal Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Kader yang aktif di beberapa posyandu ada hanya memiliki satu orang kader saja, bahkan ada salah satu posyandu yang tidak memiliki kader posyandu. Pada dasarnya dalam 1 (satu) posyandu harus mempunyai 5 (lima) orang kader agar kegiatan posyandu berjalan dengan lancar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala. Jenis penelitian ini adalah Survey Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala yang berjumlah 161 orang dengan jumlah sampel sebanyak 115 orang yang ditentukan dengan random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square, dengan derajat kepercayaan 95% (ρ < 0,05). Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, kebutuhan kader, penghargaan, peran tokoh masyarakat, dan peran petugas kesehatan dimana ρ-value dari kelima variabel tersebut adalah 0,000 dengan partisipasi kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala. Pihak puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala dapat menyusun kebijakan yang dapat meningkatkan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu seperti memaksimalkan refreshing kader, memberikan informasi-informasi terkini mengenai kesehatan dan penambahan tenaga kesehatan gizi dalam kegiatan posyandu.Kata Kunci: Kebutuhan Kader,  Pengetahuan Kader,  Penghargaan,  Peran Tokoh   Masyarakat, Peran Petugas Kesehatan
RELATIONSHIP BETWEEN THE POPULATION DENSITY AND THE OCCURRENCE OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER IN PALU AT 2010-2014 A.R, Rahmi; Sari, Puspita
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Background:  Dengue hemorrhagic fever (DHF) represents one of public health problems in Indonesia and so do the other  countries. Commonly, DHF infections are found in tropics and subtropics  country, specially in urban and sub urban area. The number of sufferer and its distribution increases along with mobility and population density.  Methods: The study used  analytic observational method with cross sectional design. The samples  were number of  DHF cases in Palu City at 2010-2014 that recorded in Health Department of Palu. The data used in form secondary data of DHF cases through Health Department of Palu’s records and population density through Statistic of Palu City. Data processing was done with SPSS program with spearman test. Results: The results showed that r value = 0,502 and p value = 0,000 which means that there is a moderate relationship with positive direction between the population density and the occurrence of dengue hemorrhagic fever  Conclusions: There is a moderate relationship with positive direction between the population density and the occurrence of dengue hemorrhagic fever in Palu City at 2010-2014.   Key words: occurrence of DHF, population density
CORRELATION BETWEEN OF DPT AND MEASLES IMMUNIZATION ON THE INCIDENCE OF PNEUMONIA IN CHILDREN AGED 10 MONTHS-5 YEARS IN THE CITY OF PALU SANGURARA HEALTH CENTERS IN 2015 Vitawati, Vitawati; Sari, Puspita
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Pneumonia is one of the largest contributors to health problems and causes of death of children under five years old. Pneumonia kills approximately 935,000 children under the age of five in 2013, accounting for 15% of all deaths in children under five years of age. Pneumonia in children most commonly found in children with incomplete immunization status. Immunizations are associated with the incidence of pneumonia is the pertussis immunization in DPT, measles, Haemophilus influenza, and pneumococcal.Objective: To determine the correlation of DPT and measles immunization on the incidence of pneumonia in children aged 10 months-5 years in the city of Palu Sangurara health centers in 2015.Methods: This study is a non-experimental study with cross sectional approach. The population is all pediatric patients who came to the Sangurara clinic which were as many as 1,782 children. The sample was 95 children aged 10 months-5 years, obtained by purposive sampling.Results: The results of the data analysis conducted with chi-square test to find out the correlation between DPT immunization towards pneumonia showed p value was 0,011 so that H1 is accepted. The value of phi test showed 0,260 that indicate  negative correlation with the strength of the correlation is weak. Furthermore, the results of data analysis with chi square test about the correlation between measles immunization towards pneumonia found that value of p <0.05 is 0,002 so that H1 is accepted. Phi test values was 0,319 indicates that the negative correlation with the strength of the correlation was intermediate.Conclusion: There is a significant correlation between DPT and measles immunization in reducing the incidence of pneumonia in children aged 10 months-5 years in the city of Palu Sangurara health centers in 2015.  Keywords: Pneumonia, DPT and measles immunizationLatar Belakang : Pneumonia membunuh kira-kira 935.000 anak di bawah usia lima tahun pada tahun 2013, terhitung untuk 15% dari seluruh kematian anak di bawah usia lima tahun. Pneumonia pada anak paling banyak ditemukan pada anak dengan status imunisasi yang belum lengkap. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia adalah imunisasi pertusis dalam DPT, campak, Haemophilus influenza, dan pneumokokus.Tujuan : Untuk mengetahui hubungan pemberian imunisasi DPT dan campak terhadap kejadian pneumonia pada anak usia 10 bulan-5 tahun di puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua pasien anak usia 10 bulan-5 tahun yang datang ke puskesmas Sangurara berjumlah 1.782 anak. Sampel yang digunakan berjumlah 95 anak yang berusia 10 bulan-5 tahun, diperoleh dengan cara  purposive sampling.Hasil : Hasil analisa data uji chi square mengenai hubungan antara pemberian imunisasi DPT terhadap kejadian pneumonia diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,011 sehingga H1 diterima. Nilai uji Phi 0,260 menunjukkan bahwa korelasi negatif dengan kekuatan korelasi lemah. Selanjutnya hasil analisis data uji chi square mengenai hubungan antara pemberian imunisasi campak terhadap kejadian pneumonia diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,002 sehingga H1 diterima. Nilai uji Phi 0,319 menunjukkan bahwa korelasi negatif dengan kekuatan korelasi sedang.Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian imunisasi DPT dan campak dalam menurunkan kejadian pneumonia pada anak usia 10 bulan-5 tahun di puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015.  Kata Kunci : Pneumonia, Imunisasi DPT dan campak
FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI KELURAHAN TAIPA KOTA PALU Fauziah, Lilis; Rahman, Nurdin; Hermiyanti, Hermiyanti
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Underweight is the leading cause of death of 3.5 million children under five years old (toddlers) in the world. Village of Taipa is one of the villages in Palu who have cases with the highest underweight prevalence by 13.5%. The purpose of this study was to determine the risk factors of underweight among children aged 24-59 months in Taipa village of Palu. This research is a case-control study. The sample in this research that toddlers who were in the Taipa Village of Palu totaling 99 toddlers consisting of 33 cases and 66 controls. Data was collected through questionnaires and interviews using a semiquantitative FFQ and weight measurements. Data was analyzed by univariate and bivariate statistical tests. Results showed that energy consumption toddlers who have a high risk of 8.413 times the risk of suffering from underweight compared with toddlers whose energy consumption is low risk (CI: 3.036-23.014), toddlers who consume protein has a high risk of 6.091 times the risk of suffering from underweight compared with toddlers the consumption of protein have a low risk (CI: 2.306-16.094) and toddler parenting eating a high risk 3,200 times the risk of underweight compared with parenting a toddler eating a low risk (CI: 1.293-7.922), whereas toddlers ever an infection risk for underweight 2,250 times compared to toddlers who have never experienced an infectious disease and is not significantly significant (CI: 0.810-6.252). Parents should pay more attention to the food intake of infants and health so that nutrients can be met to support their daily activities so as to avoid underweight. Keyword : Underweight, Toddlers, Energy Intake, Protein Intake, Infection, Eat ParentingGizi kurang merupakan penyebab kematian 3,5 juta anak di bawah usia lima tahun (balita) di dunia. Kelurahan Taipa merupakan salah salah satu kelurahan di Kota Palu yang mempunyai kasus gizi kurang tertinggi dengan prevalensi sebanyak 13,5%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian gizi kurang pada balita usia 24-59 bulan di Kelurahan Taipa Kota Palu. Jenis penelitian ini adalah case-control study. Sampel dalam penelitian ini yaitu balita yang berada di Kelurahan Taipa Kota Palu yang berjumlah 99 balita yang terdiri dari 33 kasus dan 66 kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan FFQ semikuantitatif serta pengukuran berat badan. Analisa data dilakukan dengan uji statistik univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang konsumsi energinya memiliki risiko tinggi berisiko 8,413 kali menderita gizi kurang dibandingkan dengan balita yang konsumsi energinya memiliki risiko rendah (CI: 3,036-23,014), balita yang konsumsi proteinnya memiliki risiko tinggi berisiko 6,091 kali menderita gizi kurang dibandingkan dengan balita yang konsumsi proteinnya memiliki risiko rendah (CI: 2,306-16,094) dan balita dengan pola asuh makan yang memiliki risiko tinggi berisiko 3,200 kali menderita gizi kurang dibandingkan balita dengan pola asuh makan yang berisiko rendah (CI: 1,293-7,922), sedangkan balita yang pernah menderita penyakit infeksi berisiko 2,250 kali menderita gizi kurang dibandingkan balita yang tidak pernah mengalami penyakit infeksi dan tidak bermakna signifikan (CI: 0,810-6,252). Sebaiknya para orangtua lebih memperhatikan asupan makanan balita dan kesehatannya agar zat gizi dapat terpenuhi untuk menunjang aktivitas sehari-hari mereka sehingga dapat terhindar dari gizi kurang. Kata Kunci : Gizi Kurang, Balita, Konsumsi Energi, Konsumsi Protein, Penyakit Infeksi, Pola Asuh Makan

Page 2 of 13 | Total Record : 124