cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota palu,
Sulawesi tengah
INDONESIA
Medika Tadulako
Published by Universitas Tadulako
ISSN : 23551933     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmiah Kedokteran FKIK Universitas Tadulako.
Arjuna Subject : -
Articles 124 Documents
ANTIHIPERGLIKEMI PATI GEMBILI (DIOSCOREA ESCULENTA) DAN EUBACTERIUM RECTALE PADA MODEL TIKUS DIABETES YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN DAN NIKOTINAMID Tri Setyawati; Neni Oktiyani; Rio Jati Kusuma; Tony Adi Setiawan; Sunarti Sunarti
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang. Diabetes merupakan salah satu penyakit degenaratif dengan prevalesi cukup tinggi di Indonesia. Diabetes tipe 2 memiliki prevalensi paling tinggi diantara jenis diabetes yang lain. Diabetes tipe 2 merupakan kondisi hiperglemia kronis yang umumnya disebabkan oleh resistensi insulin. Diet dengan resistant starch berpotensi untuk meningkatkan sensitivitas insulin pada penderita diabetes melalui butirat yang dihasilkan pada saat fermentasi di usus besar. Salah satu bahan pangan yang berpotensi dalam penanganan diabetes adalah gembili (Dioscorea esculenta). Eubcaterium rectale (e. rectale) merupakan bakteri butirogenik yang dapat meningkatkan produk butirat di dalam kolon.Tujuan. Tujuan penellitian ini adalah untuk mengetahui penurunan glukosa darah pada tikus Wistar yang diinduksi nikotinamide dan streptozotosin setelah pemberian diet gembili dan eubacterium rectale.Metode. Penelitian ini menggunakan desain pre dan posttest kontrol. Tikus jantan Wistar 3 bulan, dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol sehat (K1), kelompok yang diinduksi Streptozotocin (STZ) dan nikotinamide(NA) tanpa terapi (K2), kelompok yang diinduksi STZ dan NA dengan pemberian e. ractale (K3), kelompok induksi ditambah pati gembili (K4), dan kelompok induksi dengan sinbio pati gembili dan e. rectale (K5). Dengan lama intervensi 4 minggu.Hasil. Terjadi penurunan kadar glukosa darah setelah intervensi 4 minggu yaitu antara kelompok K2 dan K3, K4 dan K5 dengan nilai signifikansi p < 0,05.Kata kunci: diabetes tipe 2, Dioscorea esculenta, resistant starch, butirat, resistensi insulin, sensitivitas insulin.
INHIBITION OF BETEL LEAF EXTRACT (Piper Betle Linn) AGAINST Candida Albicans Chairunnisa, Siti; Setyawati, Tri; Nursyamsi, Nursyamsi
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 2, No 3 (2015)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Candida albicans adalah jamur yang dapat menyebabkan infeksi pada bagian superfisial tubuh kita. Beberapa faktor dapat memicu kearah  patogen yang lebih serius. Umumnya, jamur ini merupakan flora normal. Pada kebanyakan individu justru kurang menguntungkan. Salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal adalah daun sirih (Piper betle linn) yang dapat dijumpai di daerah tropis. Daun sirih diyakini memiliki khasiat karminatif, afdrodisiak, antioksidan, tonik, laksatif, dan meningkatkan nafsu makan. Kandungan minyak atsirinya juga dapat bekerja sebagai antikuman dan antijamur.Tujuan : Untuk mengetahui efek antijamur ekstrak daun sirih (Piper betle linn) terhadap jamur Candida albicansMetode : Jenis penelitian ini adalah eksperimental posttest control group only design dengan pengujian aktivitas antijamur menggunakan metode difusi agar dengan mengukur zona hambat yang terbentuk. Konsentrasi ekstrak daun sirih yang diuji adalah 10%, 20%, 40%, dan 100% dengan Ketokonazole sebagai kontrol positif dan akuades kontrol negatif. Masing-masing perlakuan direplikasi sebanyak enam kali.Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih (Piper betle linn) dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans pada semua konsentrasi yang di ujikan. Dari hasil ini diperoleh nilai kadar hambat minimal (KHM) adalah 10%. Hasil uji statistik dengan menggunakan one-way ANOVA didapatkan nilai signifikasi p < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan signifikan pengaruh ekstrak daun sirih yang diberikan kepada jamur Candida albicans.Kesimpulan : Ekstrak daun sirih ( Piper betle linn ) memilki efek antijamur terhadap jamur Candida albicansKata kunci : Candida albicans, ekstrak daun sirih, Piper betle linn, antijamur, Kadar hambat minimal (KHM).
HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN MASUK 2012 Ekoparman, Baso; Widajadnja, I Nyoman
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 2, No 3 (2015)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan. Kebugaran jasmani di Indonesia dapat dikatakan masih sangat rendah sedangkan prevalensi obesitas meningkat pada tahun-tahun terakhir. Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang salah satunya adalah timbunan lemak yang berlebihan. Di Indonesia belum banyak penelitian yang menghubungkan tingkat kebugaran jasmani dengan indeks massa tubuh (IMT) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.Metode Penelitian : Desain penelitian adalah deskriptif-analitik dengan pendekatan cross sectional, metode pengumpulan sampel secara pusposive, didapatkan 116 sampel dari mahasiswa Prograram Studi Pendidikan Dokter Universitas Tadulako tahun masuk 2012 terdiri dari 40 laki-laki dan 76 perempuan. Pengukuran antorpometri dengan indeks massa tubuh, sedangkan tingkat kebugaran dengan harvard step test. Hubungan antara indeks massa tubuh dengan tingkat kebugaran jasmani dianalisis dengan uji korelasi spearman.Hasil Penelitian  : Pada subjek laki-laki, didapatkan hubungan korelasi negatif yang lemah antara indeks massa tubuh dengan tingkat kebugaran jasmani. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT semakin rendah tingkat kebugaran jasmani. p <  0,05 (p=0,041) sangat bermakna pada interval kepercayaan 95% dan nilai kofisien korelasi  r = -0,324. Pada subjek perempuan, didapatkan hubungan korelasi negatif yang lemah antara indeks massa tubuh dengan tingkat kebugaran jasmani. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT semakin rendah tingkat kebugaran jasmani. p <  0,05 (p=0,02) sangat bermakna pada interval kepercayaan 95% dan nilai kofisien korelasi  r = -0,267. Pada subjek secara keseluruhan, didapatkan hubungan korelasi negatif yang lemah antara indeks massa tubuh dengan tingkat kebugaran jasmani. Hal ini  menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT semakin rendah tingkat kebugaran jasmani, p <  0,05 (p=0,003) sangat bermakna pada interval kepercayaan 95% dan nilai kofisien korelasi  r =  -0,275.Kesimpulan : Terdapat hubungan negatif  yang lemah antara indeks massa tubuh dengan tingkat kebugaran jasmani mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Tadulako tahun masuk 2012. Kata Kunci : Indeks Massa Tubuh (IMT), Tingkat Kebugaran Jasmani
HUBUNGAN SUHU DAN KELEMBAPAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PALU TAHUN 2010-2014 Bangkele, Elli Yane; Safriyanti, Nur
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue melalui vektor nyamuk masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Faktor iklim seperti suhu dan kelembapan memiliki peranan penting dalam proses perkembangbiakan vektor nyamuk penyebar penyakit DBD. Saat terjadi perubahan suhu dan kelembapan dapat mempengaruhi kepadatan vektor dan potensi transmisi penyakit dimana nyamuk Ae. Aegypti memerlukan lingkungan yang baik untuk berkembangbiak.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan suhu dan kelembapan dengan kejadian DBD di Kota Palu tahun 2010-2014.Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional. Jenis data penelitian menggunakan data sekunder. Data jumlah kejadian DBD berasal dari laporan Dinas Kesehatan Kota Palu. Data suhu dan kelembapan berasal dari Stasiun Meteorologi Mutiara Palu. Metode analisis data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat (uji korelasi Spearman). Hasil uji analisis Spearman menunjukkan kekuatan hubungan, pola hubungan dan kemaknaan hubungan antara suhu dan kelembapan dengan kejadian DBD.Hasil Penelitian: Hasil uji statistik korelasi Spearman menunjukkan bahwa kekuatan hubungan suhu dengan kejadian DBD lemah (r = 0,145), berpola positif dan tidak terdapat hubungan yang bermakna (p = 0,270). Sedangkan kekuatan korelasi kelembapan dengan kejadian DBD lemah (-0,81), berpola negatif dan tidak terdapat hubungan yang bermakna (p= 0,538).Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang bermakna antara suhu dengan kejadian DBD dan tidak ada hubungan yang bermakna antara kelembapan dengan kejadian DBD. Kata kunci : DBD, Suhu, Kelembapan
CORRELATION BETWEEN HEMATOCRITE AND HEMOGLOBIN COUNT WITH HOSPITALISAZION DURATION OF ACUTE DIARRHEAL CHILDREN PATIENTS IN UNDATA GENERAL HOSPITAL YEAR 2014 Sari, Puspita; B.P, Herman
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Diarrhea is one of major causes of morbidity and mortality in almost geographic regions of the world. All age groups can be infected with gastroenteritis. World Health Organization (WHO) reported that diarrhea  cause 3.5 millions deaths for one year in children under 5 years with  incidence of diarrhea is about 80%. Duration of hospitalization is a parameter commonly used to measure one episode of the hospitalization duration. In the Eradication Guidelines of Diarrhea 5th Edition, the former hospitalization target in acute diarrhea patients according to Department of Health Republic Indonesia is about 4 days or 96 hours.Methods: This study is an analytic observational, by using cross-sectional design and purposive sampling for data’s retrieval. Data’s retrieval using secondary data which was medical records of patients who are hospitalized due to acute diarrhea i Undata hospital Palu from 1 January to 31 December 2014, which includes hemoglobin, hematocrit count and duration of hospitalization. Data analyzing conducted with Chi Square test.Results: There were 97 samples of this research.  SPSS correlation test using chi-square test for hematocrit levels showed that there is no correlation between hematocrit count with hospitalization duration of acute diarrhea children patients. Based on the value of p> value of α is p = 0.097. Hemoglobin based on the test results measured by chi-square test showed that there is correlation between hemoglobin and hospitalization duration of patients with diarrhea. It is based on the value of p <α value ie, p = 0.003Conclusions: There was no correlation between hematocrit levels with hospitalization duration of acute diarrhea patients on children and there is correlation between hemoglobin levels and longer hospitalization duration of acute diarrhea children patients. Keywords: acute diarrhea, hospitalization duration, Hemoglobin, Hematocrit count.Latar Belakang: Diare  hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di  dunia dan semua kelompok usia bisa terinfeksi gastroenteritis. World Health Orginazation (WHO) melaporkan bahwa dalam satu tahun diare dapat menyebabkan 3,5 juta kematian, dimana pada anak-anak dengan umur dibawah 5 tahun angka kejadian diare mencapai 80%. Lama rawat inap adalah istilah yang umum digunakan untuk mengukur durasi satu episode rawat inap. Dalam Pedoman Pemberantasan Diare Edisi ke 5, target lama rawat inap pasien Diare Akut menurut Depkes RI adalah 4 hari atau 96 jam.Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Teknik pengambilan data ialah purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan data sekunder yaitu data rekam medis pasien Diare  Akut  yang dirawat inap di RSUD Undata Palu periode 01 Januari - 31 Desember 2014, yang mencakup Kadar  Hemoglobin, Kadar  Hematokrit   dan lama rawat inap. Analisis data menggunakan statistik uji Chi Square.Hasil Penelitian: Terdapat 97 sampel, Dari  hasil analisis data program komputer SPSS menggunakan uji korelasi  chi-square untuk  kadar  hematokrit  diperoleh  bahwa  tidak  ada  hubungan  antara  kadar  hematokrit  dengan  lama  rawat  inap  pasien diare  akut  pada  anak. Hal ini didasarkan pada nilai p > nilai α yaitu p = 0,097. Pada  Kadar  Hemoglobin  hasil analisis data program komputer SPSS menggunakan uji statistik chi-square maka diperoleh bahwa terdapat hubungan antara Kadar  Hemoglobin  dengan lama rawat inap pasien Diare. Hal ini didasarkan pada nilai p < nilai α yaitu p =0,003.Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara  kadar hematokrit dengan lama  rawat  inap  pasien  diare  akut  pada  anak  dan  terdapat  hubungan  antara  kadar  hemoglobin  dan  lama  rawat  inap  pasien  diare  akut  pada  anak. Kata kunci: Diare  Akut, lama rawat inap, Kadar  Hemoglobin, Kadar Hematokrit.
THE CORRELATION BETWEEN VISCERAL FAT LEVELS AND LIPID PROFILE IN OBESE ADULTS Sumarni, Sumarni
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to find out the correlation between visceral fat levels and lipid profile in obese adults. The research was conducted by using the cross-sectional design with 67 samples, including 34 obese adults and 33 nonobese adults aged 25-50 years old. The visceral fat levels were measured by using Body Impedance Analysis; while the lipid profile was examined through a standardized test. The results reveal that in terms of visceral fat parameter, there is a significant difference between obese adults and non-obese adults groups (p<0.000); while in terms of lipid profile, there is no any significant difference (p>0.05). The bivariate correlation analysis shows that there is a significant positive correlation between visceral fat levels and total cholesterol (r = 0.392; p = 0.001), LDL cholesterol (r = 0.286; p = 0.019), triglycerides (r = 0.475; p = 0.000) and the ratio of TG / HDL (r = 0.463; p = 0.000). The linear regression multivariate analysis shows that only total cholesterol and triglyceride have big contribution to the change of visceral fat levels (27.2%). Keywords: visceral fat level, lipid profile, obese adults Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara derajat lemak viseral dengan profil lipid pada dewasa obes. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan sampel 67 orang, terdiri dari 34 dewasa obes dan 33 dewasa nonobes, berumur 25-50 tahun. Derajat lemak viseral diukur dengan Body Impedance Analysis dan profil lipid diperiksa dengan pengukuran yang terstandarisasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan derajat lemak viseral yang bermakna pada kelompok dewasa obes dan nonobes (p=0,001). Adapun pada profil lipid tidak berbeda bermakna antara dua kelompok (p>0,05). Analisis korelasi bivariat menunjukkan adanya korelasi positif yang bermakna antara derajat lemak viseral dengan kolesterol total (r = 0,392 ; p = 0,001), kolesterol LDL (r = 0,286 ; p = 0,019), trigliserida (r =0,475 ; p = 0,000) dan  rasio TG/HDL (r = 0,463 ; p = 0,000). Sedangkan antara derajat lemak viseral dengan kolestrol LDL tidak terdapat korelasi yang bermakna. Analisis multivariat regresi linear menunjukkan bahwa hanya kolesterol total dan trigliserida yang berkonstribusi besar pada perubahan derajat lemak viseral sebesar 27,2%. Kata kunci : derajat lemak viseral, profil lipid, dewasa obes
KNOWLEDGE LEVEL AND ATTITUDE OF PATIENTS FRACTURE THAT CHOOSE TRADITIONAL TREATMENT (Bone Setter) BEFORE TREATING TO POLYCLINIC ORTHOPAEDIC AND TRAUMATOLOGIC AT UNDATA GENERAL REGION HOSPITAL PALU PERIOD OF NOVEMBER-DECEMBER 2016 Wulandari, Hanif Iga; Munir, Muhammad Ardi; Hutasoit, Gina Andyka
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: In most cases neglected fracture occurs in people who are educated and under socioeconomic status. In addition to using health centers by medical personnel, not a few people are more confident in traditional medicine, so a few patients with fractures who came to the hospital are already experiencing complications due to first treatment is not appropriate, in accordance with the principles of correct bone treatment. The classic reason that delays patients with fracture was to the hospital is an economic factor.Methods: This study design is carried out by using an observational study design. The sampling technique in this research is intentional sampling consisting of 64 respondents. Data collection through questionnaires.Result: From the 64 samples studied, the results of the level of knowledge about bone fractures in the good categories 11 respondents, enough category 41 respondents, less category 12 respondents, and the attitude of the patient fracture for the treatment of the fractures in good category 41 respondents, enough category 7 respondents, and less category 16 respondentsConclusion: Based on the level of knowledge and attitude of fractures in traditional medical research carried out by the patient before treatment in the clinical orthopedic surgery hospital Undata has the result of the level of knowledge (know) enough and a Positive attitude towards an initial treatment of fractures. Keywords: Knowledge level, Attitude, Fracture Latar Belakang: Pada umumnya neglected fracture terjadi pada orang yang berpendidikan dan berstatus sosio-ekonomi rendah. Selain memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan oleh tenaga medis, tidak sedikit masyarakat yang lebih percaya kepada pengobatan tradisional, sehingga tidak sedikit pula pasien patah tulang yang berobat ke Rumah Sakit pada saat datang sudah mengalami komplikasi akibat penanganan pertamanya yang tidak baik atau tidak sesuai dengan prinsip penanganan patah tulang yang benar. Adapun alasan klasik pasien patah tulang yang terlambat berobat ke Rumah Sakit adalah faktor ekonomi.Metode: Jenis rancangan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian observasional deskriptif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yang terdiri dari 64 orang responden. Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner.Hasil: Berdasarkan 64 sampel yang diteliti, hasil tingkat pengetahuan responden tentang patah tulang pada kategori baik 11 responden, cukup 41 responden, kurang 12 responden, dan sikap pasien fraktur terhadap penanganan patah tulang kategori baik 41 responden, cukup 7 responden, dan kurang 16 responden.  Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang dilakukan tingkat pengetahuan dan sikap pasien fraktur yang berobat di pengobatan tradisional sebelum berobat di poliklinik bedah tulang RSUD Undata memiliki hasil tingkat pengetahuan (Know) cukup dan sikap yang positif terhadap penanganan awal patah tulang. Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Sikap, Fraktur
DESCRIPTION OF SMOKING BEHAVIOR IN PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS AT THE PUBLIC HEALTH CENTER LAANTULA JAYA 2014-2015 Ahmad, Tasrif; Kiay Demak, Indah Puspitasari
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background : It is estimated that around one third of the world's population has been infected by Mycobacterium tuberculosis. In developing countries TB cases estimated to be around 95% and 98% of TB deaths worldwide occur in developing countries. Cigarettes and tobacco consumption is one of the major risk factor for the occurrence of various diseases. Data showed the world tobacco epidemic tobacco kills more than 5 million people each year.Methods : descriptive study with retrospective approach to determine the smoking behavior in patients with tuberculosis. The population in this study are patients with pulmonary TB who went to public health centers Laantula Jaya period January 2014 - September 2016 with a sample of 33 people. Sample selection method is purposive sampling.Results : The statistical results processed by SPSS 21.0. Results showed 33 samples obtained from 20 (60.6%) of smokers and 13 people (39.4%) non-smokers. Of overall smokers based on the frequency of smoking 16 people (80%) smoked every day, and 4 (20%) smoked occasionally. Based on the long smoking 3 people (15%) 5-10 years of smoking, 8 (40%) of 10-20 years, and 9 (45%)> 20 years of smoking. Based on the number of cigarettes consumed 2 (10%)> 5 stems, 4 (20%) of 5-10 stems, 14 (70%) of 10-20 stems. Based on the type of cigarettes consumed 16 (80%) cigarette filters and 4 (20%) nonfiter cigarettes. Based on the first cigarette consumption in the morning after waking up 2 people (10%)> 5 minutes, 1 (5%) 6-30 minutes. 14 people (70%) 31-60 minutes and 3 (15%).> 60 minutes. Keywords: Tuberculosis, M. Tuberculosis, Cigarettes, Smoking Latar Belakang: Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium Tuberculosis. Di negara-negara berkembang kasus Tuberkulosis diperkirakan sekitar 95% dan 98% kematian akibat TB di dunia terjadi di negara-negara berkembang. Konsumsi rokok dan tembakau merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya berbagai penyakit. Data epidemi tembakau dunia menunjukkan tembakau telah membunuh lebih dari 5 juta orang setiap tahunnya.Metode:  Jenis Penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif untuk mengetahui perilaku merokok pada pasien Tuberkulosis. Populasi pada penelitian ini adalah pasien Tuberkulosis Paru yang berobat ke Puskemas Laantula Jaya Periode Januari 2014 – September 2016 dengan jumlah sampel 33 orang. Metode pemilihan sampel adalah purposive sampling.Hasil: Hasil statistik diolah dengan SPSS 21.0. Hasil menunjukkan dari 33 sampel didapatkan 20 orang (60,6%) perokok dan 13 orang (39,4%) bukan perokok. Dari keseluruhan perokok berdasarkan frekuensi merokok 16 orang (80%) merokok setiap hari dan 4 orang (20%) merokok kadang-kadang. Berdasarkan lama merokok 3 orang (15%) 5-10 tahun merokok, 8 orang (40%) 10-20 tahun dan 9 orang (45%) >20 tahun merokok. Berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi 2 orang (10%) >5 batang, 4 orang (20%) 5-10 batang, 14 orang (70%) 10-20 batang. Berdasarkan jenis rokok yang dikonsumsi 16 orang (80%) rokok filter dan 4 orang (20%) rokok nonfiter. Berdasarkan konsumsi rokok pertama di pagi hari setelah bangun tidur 2 orang (10%) >5 menit, 1 orang (5%) 6-30 menit. 14 orang (70%) 31-60 menit dan 3 orang (15%) .>60 menit. Kata Kunci : Tuberkulosis Paru, M. Tuberkulosis, Rokok, Merokok
HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015 Sari, Puspita; Vitawati, Vitawati
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Pneumonia membunuh kira-kira 935.000 anak di bawah usia lima tahun pada tahun 2013, terhitung untuk 15% dari seluruh kematian anak di bawah usia lima tahun. Pneumonia pada anak paling banyak ditemukan pada anak dengan status imunisasi yang belum lengkap. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia adalah imunisasi pertusis dalam DPT, campak, Haemophilus influenza, dan pneumokokus.Tujuan : Untuk mengetahui hubungan pemberian imunisasi DPT dan campak terhadap kejadian pneumonia pada anak usia 10 bulan-5 tahun di puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua pasien anak usia 10 bulan-5 tahun yang datang ke puskesmas Sangurara berjumlah 1.782 anak. Sampel yang digunakan berjumlah 95 anak yang berusia 10 bulan-5 tahun, diperoleh dengan cara  purposive sampling.Hasil : Hasil analisa data uji chi square mengenai hubungan antara pemberian imunisasi DPT terhadap kejadian pneumonia diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,011 sehingga H1 diterima. Nilai uji Phi 0,260 menunjukkan bahwa korelasi negatif dengan kekuatan korelasi lemah. Selanjutnya hasil analisis data uji chi square mengenai hubungan antara pemberian imunisasi campak terhadap kejadian pneumonia diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,002 sehingga H1 diterima. Nilai uji Phi 0,319 menunjukkan bahwa korelasi negatif dengan kekuatan korelasi sedang.Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian imunisasi DPT dan campak dalam menurunkan kejadian pneumonia pada anak usia 10 bulan-5 tahun di puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015.Kata Kunci : Pneumonia, Imunisasi DPT dan campak
PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN HALUS PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN (TODDLER) DI KELURAHAN MAMBORO BARAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAMBORO Jurana, Jurana
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT To anticipate the delay in motor development, there needs to be a comprehensive assessment or early detection to find the growth aberrations and to know and recognize risk factors for children under five year old, so that efforts to prevent, stimulate, heal and recovery can be given with  indication in the future. the critical period of the growth process. The purpose of this research is to know the development of gross motor and fine motor in children 1-3 years old (Toddler) in Mamboro Barat Village.The type of this research is quantitative with observational approach where the population is all children 1-3 years old (Toddler) located in Village West Mamboro which amounted to 98 children. Calculation of the number of samples based on Slovin formula obtained by 79 children by using purposive sampling method that is sampling based on criteria desired by the researcher.The results of the study were children who had normal gross motor development as much as 96, 2% while children with suspected (suspicious) as much as 3.8%. Children with fine motor development or normal as much as 92.4% while children with suspected development (suspicious) as much as 7.6%.Conclusion: Gross and fine motor development of children 1-3 years old (Toddler) in West Mamboro Subdistrict Mamboro health center work area is mostly good (normal), although there are still children whose motor development is rough and smooth is still suspicious. Suggestion for health center of mother and child (KIA) Puskesmas give socialization about motor development of children toddler 1-3 year to society in order to increase knowledge in giving stimulation of good growth in child and importance of putting child in conducive environment supporting optimal child development such as children cared for by parents and should be included in PAUD schools. Keywords: Children 1-3 years old (Toddler), Gross Motoric, Fine Motoric.Antisipasi adanya keterlambatan perkembangan motorik, perlu adanya penilaian atau deteksi dini yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa–masa kritis proses tumbuh kembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui  perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada anak Usia 1-3 tahun (Toddler) di Kelurahan Mamboro Barat.Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan observasional dimana yang menjadi populasi adalah seluruh anak Usia 1-3 tahun (Toddler) yang berada di Kelurahan Mamboro Barat yang berjumlah 98 anak. Perhitungan jumlah sampel berdasarkan rumus Slovin diperoleh sebanyak 79 anak dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang diinginkan oleh peneliti.Hasil penelitian yaitu anak yang memiliki perkembangan motorik kasar yang normal sebanyak 96, 2 % sedangkan anak dengan suspected (mencurigakan) sebanyak 3,8%. Anak dengan perkembangan motorik halus yang baik atau normal sebanyak 92,4% sedangkan anak dengan perkembangan suspected (mencurigakan) sebanyak 7,6 %. Kesimpulan: Perkembangan motorik kasar dan halus anak Usia 1-3 tahun (Toddler) di Kelurahan Mamboro Barat wilayah kerja Puskesmas Mamboro sebagian besar adalah baik (normal), walaupun masih ada anak yang perkembangan motorik kasar dan halusnya masih mencurigakan. Saran bagi petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas memberikan sosialisasi tentang perkembangan motorik anak toddler 1-3 tahun pada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan dalam memberikan stimulasi tumbuh kembang yang baik pada anak serta pentingnya menempatkan anak dalam lingkungan yang kondusif yang mendukung perkembangan anak yang optimal misalnya anak dirawat oleh orang tua dan sebaiknya diikutkan dalam sekolah PAUD. Kata kunci       : Anak usia 1-3 tahun (Toddler), Motorik Kasar, Motorik Halus.

Page 5 of 13 | Total Record : 124