cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. ponorogo,
Jawa timur
INDONESIA
ETTISAL Journal of Communication
ISSN : 25031880     EISSN : 25993240     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
ETTISAL Journal of Communication is published by University of Darussalam Gontor in coorporated with ASPIKOM, APJIKI and ISKI. It is published twice in a year every June and December. At March 2016 ETTISAL Journal of Communication registered with P-ISSN serial number 2503-1880, and at December 2017 also registered with E-ISSN serial number 2503-1880.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2020): ETTISAL: Journal of Communication" : 10 Documents clear
Media Literacy of Communication Students in Using Facebook Fadhil Pahlevi Hidayat; Rahmanita Ginting
ETTISAL : Journal of Communication Vol 5, No 1 (2020): ETTISAL: Journal of Communication
Publisher : Universitas Darussalam Gontor collaboration with ISKI (Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/ejoc.v5i1.3947

Abstract

Media baru merupakan media berbasis internet, dengan menggunakan teknologi. Salah satu yang menjadi perkembangan dari internet adalah media sosial. Saat ini, kita berada di era saturasi media yakni era dimana keberadaan informasi sangat banyak atau kita tengah mengalami kebanjiran informasi karena kehadiran media sosial. Literasi media sebagai suatu kemampuan yang penting agar kesadaran tentang konten dan dampak media serta individu memiliki kontrol dalam menggunakan media sehingga pemilihan konten media dapat sesuai kepentingan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kemampuan Literasi media pada mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam menggunakan media sosial facebook. Keberadaan literasi media sangat dibutuhkan untuk membuat mahasiswa menjadi lebih cerdas lagi di dalam menerima dan membuat informasi di  tengah era saturasi media ini. Teori yang digunakan literasi media, framework new media literacy, dan media baru. Metode penelitian ini deskriptif kuantitatif dengan jumlah populasi 1887 dan sampel 95 mahasiswa serta menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator functional consuming facebook dikategorikan sangat mampu, critical consuming facebook dikategorikan mampu, functional prosuming facebook dikategorikan mampu, dan kategori critical prosuming facebook dikategorikan mampu.Abstract  New media is internet-based media, using technology. One of the developments of the internet is social media. At present, we are in the era of media saturation, which is an era where there is so much information or we are experiencing a flood of information due to the presence of social media. Media literacy as an important ability so that awareness about the content and impact of the media and individuals have control in using the media so that the selection of media content can be of interest. The purpose of this study is to describe the ability of media literacy in Communication Science students in using social media Facebook. The existence of media literacy is needed to make students smarter in receiving and making information in this media saturation eraThe theory used media literacy, framework new media literacy, and new media. This research method is descriptive quantitative with total population 1887 and sample 95 students by using purposive sampling technique. The existence of media literacy is needed to make students to  any smarter in accept and make the information in the middle of the saturation media era. The results of research indicate that the functional consuming indicator of facebook is categorized very capable, Critical consuming of facebook is categorized capable, functional prosuming of facebook is categorized capable, critical prosuming of facebook is categorized capable.
Kebijakan Siaran Lokal Televisi Berjaring Kompas TV Mochamad Taufiq Kolil; Harliantara Harliantara; Daniel Susilo
ETTISAL : Journal of Communication Vol 5, No 1 (2020): ETTISAL: Journal of Communication
Publisher : Universitas Darussalam Gontor collaboration with ISKI (Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/ejoc.v5i1.4353

Abstract

Amanat Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran adalah setiap media penyiaran diharuskan untuk diversity of content dan diversity of ownership, dengan memberlakukan kebijakan berupa sistem stasiun jaringan. Sebagai bentuk implementasi dari UU Penyiaran tersebut, dibentuklah Kompas TV Kediri yang merupakan televisi berjaringan dari salah satu anak jaringan dari Kompas TV di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kebijakan siaran lokal televisi berjaringan Kompas TV Kediri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode penelitian studi kasus untuk menemukan jawaban atas rumusan masalah yang diajukan. Penelitian ini menemukan bahwa Kompas TV Kediri ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kebijakan Kompas TV di Jakarta sebagai induk jaringan. Kompas TV di Jakarta sebagai induk jaringan dari Kompas TV Kediri ini ikut mengatur dan memberikan kebijakan-kebijakan tertentu dalam semua aspek, mulai dari kepemilikan, organisasi, program acara, pemasaran, sumber daya manusia serta teknologi yang digunakan oleh Kompas TV Kediri, sehingga amanat pelaksanaan UU Penyiaran tersebut belumlah sempurna.
Refleksi Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Hindu Bali Dalam Pengelolaan Lingkungan AA. Ngr. Eddy Supriyadinata Gorda; Devi Kalfika Anggria Wardani
ETTISAL : Journal of Communication Vol 5, No 1 (2020): ETTISAL: Journal of Communication
Publisher : Universitas Darussalam Gontor collaboration with ISKI (Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/ejoc.v5i1.3998

Abstract

Bali telah berkembang demikian pesat dalam beberapa puluh tahun terakhir. Sektor pariwisata memainkan peranan yang besar dalam mengakselerasi pertumbuhan tersebut. Seiring dengan pesatnya perkembangan tersebut Bali kini tengah “dihantui” oleh berbagai masalah, salah satunya berkaitan dengan lingkungan. Di sisi lain Bali sebenarnya memiliki kekayaan potensi kearifan lokal mengenai etika lingkungan yang mengajarkan bagaimana seharusnya manusia hidup berdampingan dan menjaga kelestarian alamnya. Sayangnya, saat ini nilai-nilai kearifan lokal tersebut menghadapi tantangan terhadap eksistensinya. Merujuk pada kondisi tersebut mengomunikasikan kembali nilai-nilai kearifan lokal menjadi sebuah hal yang sangat penting untuk memberikan pengetahuan mengenai cara hidup berdampingan dengan alam. Melalui pendekatan kualitatif dengan metode tinjauan pustaka penulis mengeksplorasi kembali potensi kekayaan intelektual dalam kearifan lokal masyarakat Hindu Bali untuk menghadapi masalah lingkungan yang kini tengah terjadi di Bali. Berdasarkan kajian yang dilakukan dalam kearifan lokal Bali terefleksi sudut pandang ekosentrisme yang kuat dalam memandang lingkungan. Etika  ini tidak hanya menghargai aspek manusiawi, tetapi juga aspek non-manusiawi (tumbuhan, hewan, dan lingkungan supernatural). Manusia dipandang sebagai satu untai jaring yang saling terkait dengan sistem alam. Melalui konsep Tri Hita Karana, kehidupan manusia disatukan dan diidentifikasi dengan alam. Lingkungan yang lestari mencerminkan manusia yang hidup di dalamnya harmonis, begitu pula sebaliknya. Berbagai ritualpun dihadirkan dalam usaha untuk menimbulkan keadaan yang harmonis dan seimbang antara kehidupan manusia dan alam. Nilai-nilai tersebut perlu dikomunikasikan kembali kepadan masyarakat dengan mempertimbangan perubahan landskap komunikasi masyarakat ke arah media digital.AbstractBali has experienced very rapid development in the last few periods. The tourism sector plays a major role in accelerating the growth. Bali is now being "haunted" by complex environmental problems,as a result of tourism development, in addition increasing public awareness and concern for environmental sustainability. On the other hand Bali actually has a wealth of potential local wisdom about environmental ethics, which discusses how humans live side by side and preserve their nature. Unfortunately, todays the values of local wisdom oppose the challenge of its existence. Referring to these conditions re-communicating the values of local wisdom becomes a very important thing to provide knowledge about how to live side by side with nature. Through qualitative approach and literature study, author explores the potential of intellectual property in the local wisdom of the Balinese Hindu community to discuss environmental problems that are currently happening in Bali. In Balinese local wisdom, a strong ecocentric perspective in the environment is reflected. This ethics does not only concern human aspects, but also non-human aspects (plants, animals, and the supernatural environment). Humans are interconnected with natural environment systems. Through the concept of Tri Hita Karana, human life is united and understood with nature. An environment reflects humans who live in harmony, and vice versa. Various rituals were also presented in an effort to present a harmonious and balanced state between human life and nature. These values need to be communicated back to the community by considering changes in the landscape of public communication towards digital media.
Konstruksi Realitas Pada Pesan Politik Calon Walikota Pekanbaru di Riau Pos Muhd Ar Imam Riauan; Eka Fitri Kurniawati; Cutra Aslinda; Abdul Aziz
ETTISAL : Journal of Communication Vol 5, No 1 (2020): ETTISAL: Journal of Communication
Publisher : Universitas Darussalam Gontor collaboration with ISKI (Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/ejoc.v5i1.4013

Abstract

Pemilihan kepala daerah secara serentak menjadi konten di media massa. Di tengah persaingan media digital, surat kabar tetap eksis sebagai media informasi dalam menyampaikan pesan politik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi realitas pada pesan politik calon walikota Pekanbaru di surat kabar Riau Pos. Lima pasang calon secara aktif menyampaikan pesan politik dalam aktivitas kampanye melalui media surat kabar Riau Pos. Meskipun mengalami penurunan pembaca, surat kabar tidak ditinggalkan oleh pembacanya untuk mencari informasi. Teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann digunakan untuk memahami interaksi yang tercipta dari individu menjadi realitas bersama dalam kehidupan sosial. Metode penelitian ini menggunakan model analisis isi kualitatif Robert N. Entman yang terdiri dari define problems, diagnose causes, make moral judgement, and treatment recommendation. Berita yang dianalisis adalah berita yang mengandung pesan politik dari tiga tahapan utama aktivitas kampanye yang berupa: Penetapan calon, debat calon, dan aktivitas kampanye calon Walikota Pekanbaru selama masa kampanye. Berita yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 5 berita. Realitas pesan politik yang terkonstruk dalam surat kabar Riau Pos terdiri dari 5 kategori yaitu: 1) Terciptanya Masyarakat Religius; 2) Simbol Kota Maju; 3) Simbol Kota Maju; dan 4) Simbol Kota Agamis. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa realitas yang terbangun dalam pesan politik calon Walikota Pekanbaru merupakan refleksi dari keyakinan calon walikota Pekanbaru terhadap agama Islam yang mereka Imani.
Representasi Budaya Indonesia dan Vietnam Dalam Iklan Go-Internasional 2018 Geni Pratama; Indah Wenerda
ETTISAL : Journal of Communication Vol 5, No 1 (2020): ETTISAL: Journal of Communication
Publisher : Universitas Darussalam Gontor collaboration with ISKI (Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/ejoc.v5i1.3646

Abstract

Pada iklan Go-Jek Indonesia versi Go-Internasional tidak hanya berfokus pada seberapa luasnya ekspansi Go-Jek di Asia Tenggara, melainkan juga fokus pada interaksi dan komunikasi yang terjadi antar manusia memiliki perbedaan latar belakang dan kebudayaan. Pada penelitian ini berisi tentang representasi budaya Indonesia dan Vietnam yang ditampilkan secara baik dan jelas. Unsur-unsur kebudayaan yang menjadi komponen penelitian diteliti melalui tanda-tanda dalam iklan tersebut mencakup unsur audio dan visual. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan representasi John Fiske yang dalam prosesnya representasi ada tiga hal yang harus diamati yaitu realitas, representasi, dan ideologi.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam video iklan Go-Jek Indonesia versi Go-Internasional mengandung unsur budaya yang direpresentasikan melalui budaya Indonesia dan budaya Vietnam. Iklan ini menunjukkan bentuk promosi dari keberhasilan ekspansi yang dilakukan oleh Go-Jek Indonesia ke Vietnam, melalui konteks komunikasi lintas budaya yang terjadi saat ada interaksi dan komunikasi antara driver Indonesia dan Vietnam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur-unsur budaya yaitu, sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem kemasyarakatan, sistem peralatan hidup, sistem teknologi, sistem mata pencaharian dan sistem agama menjadi representasi budaya pada iklan Go-Jek Indonesia versi Go-Internasional. Unsur-unsur tersebut disampaikan melalui beberapa adegan antara driver Go-Jek Indonesia dan Vietnam. AbstractThe Go-Jek Indonesian version of Go International's advertising not only focuses on the extent of Go-Jek's expansion in Southeast Asia, but also focuses on the interaction and communication that occurs between people with different backgrounds and cultures. In this study contains the representation of Indonesian and Vietnamese culture that is displayed properly and clearly. The cultural elements that are the components of the study are examined through the signs in the advertisement including the audio and visual elements. The research method used is qualitative research with John Fiske's (2001) representation approach that in the process of representation there are three things that must be done, namely reality, representation, and ideology. The results of this study indicate that in the Go-Jek Indonesian version of the Go International video advertisement it contains cultural elements represented through Indonesian culture and Vietnamese culture. This ad shows the form of promotion of the successful expansion carried out by Go-Jek Indonesia to Vietnam, through the context of cross-cultural communication that occurs when there is interaction and communication between Indonesian and Vietnamese drivers. The results showed that cultural elements namely, language systems, knowledge systems, social systems, living equipment systems, technology systems, livelihood systems and religious systems became cultural representations of Go-Jek Indonesia Go-International version of advertisements. These elements are conveyed through several scenes between Go-Jek Indonesian and Vietnamese drivers
Motif Penggunaan Media Informasi Politik oleh Anak Muda Tionghoa di Media Sosial Hasbullah Azis; Pawito Pawito; Agung Setyawan
ETTISAL : Journal of Communication Vol 5, No 1 (2020): ETTISAL: Journal of Communication
Publisher : Universitas Darussalam Gontor collaboration with ISKI (Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/ejoc.v5i1.3886

Abstract

Sejak diluncurkan ke publik Indonesia, internet terus mengalami perkembangan yang signifikan dalam konteks penggunaannya mulai dari sistem komunikasi satu arah melalui Web 1.0 hingga sistem komunikasi interaktif yang dimediasi oleh Web 2.0 (media sosial). Media sosial tidak hanya berfungsi sebagai instrumen penunjang komunikasi, membangun relasi sosial, ataupun membentuk komunitas, namun juga sudah menjadi sumber pengetahuan dan ruang publik bagi terciptanya pertukaran dan pertarungan wacana politik yang demokratis dan partisipatif. Berfokus pada pendekatan kualitatif dengan menggunakan teori uses and gratifications, studi ini ingin meneliti dalam konteks akses informasi politik dimana sebuah studi mengungkapkan 4 (empat) motif utama untuk terkoneksi ke politik online: pengawasan, panduan, hiburan, dan manfaat sosial. Dengan melakukan survey terhadap 125 anak muda Tionghoa Kota Singkawang, penelitian ini mendapati bahwa motif manfaat sosial adalah motif yang paling berpengaruh terhadap penggunaan media sosial untuk informasi politik oleh anak muda Tionghoa Kota Singkawang dibandingkan dengan motif pengawasan, panduan, dan motif hiburan.AbstractSince it was launched to the Indonesian public, the internet has continued to experience significant developments in the context of its use ranging from one-way communication systems via Web 1.0 to interactive communication systems mediated by Web 2.0 (social media). Social media not only functions as an instrument to support communication, build social relations, or form communities, but also has become a source of knowledge and public space for the creation of exchanges and battles for democratic and participatory political discourse. Focusing on the uses and gratifications approach, this study wants to examine it in the context of access to political information where a study reveals 4 main motives for connecting to online politics: surveillance, guidance, entertainment, and social utility. By surveying 125 Singkawang City Chinese youths, this study found that the social utility motive was the most influential motives for the use of social media for political information by Singkawang City's Chinese youth compared to surveillance, guidance, and entertainment motives.
Analisis Empiris Akun Jasa Gesek Tunai pada Instagram Rifardhi Reza Saputra; Helmi Muharram; Diajeng Ciptaning Ayu; Astian Afif; Juan Jan; Nur Aini Rakhmawati
ETTISAL : Journal of Communication Vol 5, No 1 (2020): ETTISAL: Journal of Communication
Publisher : Universitas Darussalam Gontor collaboration with ISKI (Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/ejoc.v5i1.3692

Abstract

Abstrak Gesek tunai adalah aksi menarik sejumlah uang tunai menggunakan kartu kredit yang dimilikinya dengan cara berpura-pura membeli suatu barang. Namun, yang didapatkan adalah uang tunai. Banyak pelaku gesek tunai melakukan promosi aksinya di akun media sosial. Penelitian ini mengumpulkan akun Instagram yang melakukan promosi jasa gesek tunai. Setelah itu, dilakukan analisis akun jasa gesek tunai untuk mengetahui bagaimana kata-kata yang digunakan dalam promosi, bagaimana interaksi unggahan mereka dan pengikut akun mereka di Instagram. Setelah dilakukan analisis terhadap akun-akun media sosial, dapat disimpulkan bahwa akun jasa gesek tunai umumnya memiliki pengikut cukup banyak  dengan followers aktif dengan presentase pengikut aktif tidak terlalu tinggi (rata-rata 50%). Rata-rata jumlah post terbilang banyak, yaitu 344 namun engagement rate yang sangat rendah yaitu rata-rata 1.82%. Sebagai tambahan, kata kunci yang sering digunakan adalah ‘limit’, dan tagar yang sering digunakan adalah ‘#gesektunai’.Abstract Cash swipe is the act of retrieving some cash using a credit card that is owned by pretending to buy an item. Many cash swipe actors do their promotion on social media accounts. In this study, we collect Instagram accounts that promote cash swipe services. After that, we analyze the cash swipe service account to find out what the most frequently used words are in the promotion, how their posting interacts and the number of followers of their account on Instagram. After an analysis of social media accounts, it can be concluded that cash swipe service accounts generally have quite a large number of follower, where the number of active followers is  not too high (about 50%). The average number of posts is high (344 posts). However, the engagement rate is very low, about 1.82%. Also, the most frequently used keyword is ‘limit’, and the hashtag that is often used is  ‘#gesektunai’.
Etika Pemberitaan Aksi Penolakan Penghitungan Suara Pada Pilpres 2019 Fathul Qorib; Muchammad Abdul Ghofur; Akhirul Aminulloh; Herru Prasetya Widodo
ETTISAL : Journal of Communication Vol 5, No 1 (2020): ETTISAL: Journal of Communication
Publisher : Universitas Darussalam Gontor collaboration with ISKI (Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/ejoc.v5i1.4291

Abstract

Kebebasan pers di Indonesia tidak menjamin pertanggungjawaban secara menyeluruh terhadap produk berita media massa. Banyak penelitian yang mengindikasikan berita media massa secara tidak proporsional membela kepentingannya sendiri. Media massa sebagai institusi yang memiliki akses terhadap informasi publik harus memiliki tanggung jawab untuk memberitakan peristiwa dengan benar dan cara-cara yang digunakannya juga benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui etika jurnalistik di Detik.com dan Republika.co.id pada pemberitaan Aksi 22 Mei 2019 yang memprotes hasil penghitungan suara yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI pada Pemilihan Presiden 2019. Ditemukan 35 berita dari tanggal 21 Mei sampai 31 Mei yang kemudian dianalisis menggunakan Kode Etik Jurnalistik dengan indikator : menguji informasi, keberimbangan berita, tidak mencampuradukkan fakta dan opini yang menghakimi, dan asas parduga tidak bersalah. Hasilnya terdapat inkonsistensi pada kedua media dalam pemberitaan Aksi 22 Mei, terutama dalam keberimbangan berita. Detik melanggar hampir di semua indikator, sedangkan Republika melanggar pada poin menguji informasi dan keberimbangan berita. Pelanggaran yang dilakukan Detik dan Republika dapat memengaruhi persepsi publik terhadap peristiwa penolakan penghitungan suara pada Pilpres 2019. Jika persepsi masyarakat dibentuk oleh media massa berdasarkan kepentingan politik maka dikhawatirkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan berkurang. Penelitian ini sekaligus memberi tambahan data dan informasi bahwa media di Indonesia masih belum menerapkan kode etik jurnalistik secara menyeluruh pada pemberitaannya. Journalism freedom does not always relate to accountability for mass media products in Indonesia. Many studies indicate that mass media have tendencies to defend their benefits. The mass media that has access to public information must have the responsibility to preach the news correctly, and the methods it uses are also correct. This study aims to identify the journalism ethics in Detik.com and Republika.co.id toward their news related to ‘22 Mei 2019 Movement’. The movement itself aimed to protest the results of the election conducted by Indonesian General Election Commission (KPU) in the 2019 Presidential Election. This study found 35 news from 21st May to May 31st, which was then analyzed using Journalistic Code of Ethics by following indicators: testing information, balancing news, not mixing up facts and judgmental opinions, and the principle of presumption of innocence. The result showed the two media inconsistencies in reporting the 22 Mei 2019 Movement, especially in the sake of news balance. Detik.com violated almost all indicators, while Republika violated the points of testing information and the balance of news. Detik and Republika's violations could affect public perceptions of the rejection of vote counting events in the 2019 Presidential Election. If the mass media form public perceptions based on political interests, public trust in the government will decrease. This research also provides additional data and information that the media in Indonesia has not yet applied the journalistic code of ethics as a whole in its reporting.
Jaringan Komunikasi Politik yang Dipilih Kepala Daerah dalam Proses Perumusan RAPBD Kota Banjarbaru Tahun 2019 Muhammad Ramadhani Muthahhari
ETTISAL : Journal of Communication Vol 5, No 1 (2020): ETTISAL: Journal of Communication
Publisher : Universitas Darussalam Gontor collaboration with ISKI (Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/ejoc.v5i1.3948

Abstract

Abstrak Kepala daerah pemenang kontestasi pilkada dari jalur independen yang sebenarnya tidak memiliki basis pendukung partai politik merupakan representasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai lembaga politik. Hal tersebut berimpliasi pada perbedaan pandangan antara pihak eksekutif yakni Kepala Daerah dengan pihak legislatif yakni anggota DPRD dalam berbagai pandangan politik dan kepentingan dalam proses perumusan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus deskriptif. Fokus penelitian ini adalah mengenai jaringan komunikasi politik seorang Kepala Daerah ketika dihadapkan pada konstelasi “Pemerintahan Terbelah” dalam perumusan RAPBD di Kota Banjarbaru tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi politik Walikota sebagai pihak eksekutif dengan DPRD sebagai pihak legislatif dalam rangka pembahasan APBD cenderung lebih menampilkan pola komunikasi informal. Hal-hal yang berkaitan dengan negosiasi dan lobi praktis dilakukan secara informal antara Tim Anggaran Pemerintah Daerah sebagai “perwakilan pemerintah daerah” dengan anggota dewan yang menangani anggaran. Walikota hanya melakukan komunikasi formal dengan anggota dewan ketika rapat paripurna pembahasan rancangan anggaran. Jaringan komunikasi informal yang digunakan oleh Walikota dapat dinyatakan berhasil karena mampu menghindari ‘konflik terbuka’ dengan anggota dewan yang memiliki berbagai kepentingan politik yang berbeda dan bisa mengganggu proses perumusan rancangan APBD. AbstractThe regional head, which is in fact an independent party who won the regional election without the supports of political parties, represents the Regional House of Representatives (DPRD) as a political institution. This leads to differences in political views and concerns between the executive, i.e. the regional head, and the legislative, i.e. the house, in designing the regional budget. This study used qualitative method with descriptive case study approach. The focus was the political communication network of the regional head, particularly when he encountered “Split Governance” in designing the 2019 RAPBD of  Banjarbaru. The results showed that the political communication of the mayor as the executive and the house as the legislative in designing the budget tended to be informal. The budgeting teams as “the representatives of regional government” practically conducted negotiations and lobies informally. The mayor only communicated formally with the house during the plenary sessions of budget design. It can be said that the informal communication network of the mayor works since it can avoid him from opening a conflict with the budgeting team of the house, who has different political interests, that can lead to the disruption of budget designing.
Strategi Komunikasi dalam Program Bekasi Smart City Aan Widodo; Diah Ayu Permatasari
ETTISAL : Journal of Communication Vol 5, No 1 (2020): ETTISAL: Journal of Communication
Publisher : Universitas Darussalam Gontor collaboration with ISKI (Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/ejoc.v5i1.3454

Abstract

Smart City di susun Walikota Bekasi sebagai konsep kota cerdas yang bisa membantu masyarakat setempat mengelola sumber daya yang secara efektif dan efisien meningkatkan kualitas hidup orang-orang yang tinggal di Wilayah Bekasi. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan strategi komunikasi pemerintah kota Bekasi dalam upaya menyukseskan Program Bekasi Smart City di Kota Bekasi. Konsep yang digunakan ialah program komunikasi dan strategi komunikasi. Metode yang digunakan yakni deskriptif kualitatif, dengan melakukan wawancara pada 5 informan, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa strategi komunikasi pemerintah kota Bekasi menyukseskan program ialah melalui sosialisasi. Secara umum sosialisasi dilakukan (1) Pihak pemerintah kepada tim pelaksana, (2) Tim pelaksana kepada dinas terkait, (3) Dinas terkait kepada masyarakat. Meski upaya melalui strategi komunikasi sudah dilakukan, namun implementasi Program dinilai belum optimal. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman pihak terkait mengenai program Bekasi Smart City.

Page 1 of 1 | Total Record : 10