p-Index From 2019 - 2024
6.111
P-Index
Claim Missing Document
Check
Articles

PT Pelindo Marine Service: An Alternative Strategy for Maintenance of the Indonesian Navy’s Warships Sarjito, Aris
Mediterranean Journal of Social Sciences Vol. 11 No. 4 (2020): July 2020
Publisher : Richtmann Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36941/mjss-2020-0038

Abstract

The sea defense strategy, and concepts related to maritime strategy, relating to the overall strategy for achieving victory at sea. In securing the sea, the navy is very dependent on the main weapons system, especially warships. The Indonesian Navy in carrying out its duties rests on the strength of the IFWS (Integrated Fleet Weapons System): Warship, Aircraft, Marines, and Base. The four components of the IFWS are always maintained in combat readiness. One of the ship maintenance facilities in Surabaya that has the potential to be able to carry out maintenance of Navy ships is PT Pelindo Marine Service in Surabaya. This research uses descriptive qualitative approach. Logistics management theory and SWOT analysis are used by researchers as an analysis tool. The results of this study are the logistics management of PT PMS has ability to maintain Navy ships to support sea defense. Constraints faced by PT PMS include: (1) High sedimentation; (2) Inlet flow is crowded, narrow and shallow; and (4) Small dock capacity. The strategies developed by PT PMS to overcome obstacles in the maintenance of the navy’s ships: (1) Implement efficiency in HR, methods, budgets, and infrastructure to maximize profits; (2) Cooperation with similar companies; (3) Investing: dredging, increasing the capacity of the dockyard, and firefighting equipment, and damage control (controlling losses) so it does not get worse than expected.
Analisis Pembinaan Narapidana Terhadap Kesadaran Bela Negara di Rumah Tahanan Kelas II B Cilodong Depok Roringkon, Deyvie Laudya; Saputro , Guntur Eko; Sarjito, Aris
Jurnal Sosial dan Teknologi Vol. 1 No. 5 (2021): Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Publisher : Green Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/jurnalsostech.v1i5.99

Abstract

Konsep bela negara sebenarnya tidak hanya dimiliki oleh Indonesia. Negara lain menerapkan pertahanan negara dalam berbagai bentuk misalnya dinas militer, dinas sipil atau gabungan keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk.menganalisis kegiatan pembinaan narapidana terhadap kesadaran bela negara di rumah tahanan kelas II B Cilodong Depok. Kesadaran bela negara terhadap para narapidana perlu ditumbuhkan melalui kegiatan pembinaan narapidana. Penelitian ini menggunakan metode field research atau penelitian lapangan yang merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini juga menggunakan metode wawancara sebagai teknik pengumpulan data. Penelitian dilakukan di Rumah Tahanan kelas II B Cilodong Depok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pembinaan narapidana melalui kegiatan keagamaan dan kegiatan lainnya yang selama ini dilakukan hendaklah dimaknai sebagai upaya pemulihan kesadaran mental narapidana yang menumbuhkan kembali kesadaran bela negara dan cinta tanah air untuk kemudian siap kembali ke tengah-tengah masyarakat sebagai warga negara yang baik. Kegiatan pembinaan narapidana melalui kegiatan keagamaan dan kegiatan lainnya yang selama ini dilakukan hendaklah dimaknai sebagai upaya pemulihan kesadaran mental narapidana yang menumbuhkan kembali kesadaran bela negara dan cinta tanah air untuk kemudian siap kembali ke tengah-tengah masyarakat sebagai warga negara yang baik. Kegiatan pembinaan keagamaan juga memberikan kontribusi penuh dalam rangka meningkatkan kesadaran bela negara. Hal itu dikarenakan dengan munculnya kesadaran mental dalam diri narapidana maka secara tidak langsung akan memunculkan kesadaran untuk menjadi warga negara yang baik. Upaya untuk menjadi warga negara yang baik dan taat adalah salah satu bentuk kesadaran bela negara .
Pemberdayaan Kaum Milenial Sebagai Kader Bela Negara Roringkon, Deyvie Laudya; Sarjito, Aris
Jurnal Sosial dan Teknologi Vol. 1 No. 7 (2021): Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Publisher : Green Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/jurnalsostech.v1i7.132

Abstract

Indonesia di tahun 2020-2035 diperkirakan berada dalam masa bonus demografi. Salah satunya yaitu dengan menanamkan jiwa kewirausahaan pada kaum milenial. Tujuan penelitian ini, untuk menganalisis dan memahami bagaimana pemberdayaan kaum milenial sebagai kader bela negara, dengan menggunakan konsep pemberdayaan. Metode penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik penelitian studi literatur. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pemberdayaan kaum milenial sebagai kader bela negara adalah mewujudkan kemandirian secara ekonomi oleh kaum milenials Indonesia. Kemandirian ekonomi ini ditunjukkan dalam keikutsertaan kaum milenial dalam program Pendanaan Startup Inovasi Indonesia. Program ini merupakan program Pemerintah dari Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional yang ditujukan bagi pemuda usia produktif, yang mana pemuda usia produktif termasuk dalam generasi milenial, sebagai bagian dari pengembangan jiwa kewirausahaan. Adapun program yang diprioritaskan untuk mendapatkan Program Pendanaan Startup mampu mendorong peningkatan ekonomi suatu negara.
Strategi Komunikasi Antar Budaya Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Papua Eka Prabawa; Joni Widjayanto; Yusuf Ali; Herlina Saragih; Aris Sarjito; Siska Armawati Sufa
Jurnal Riset Komunikasi Vol 5 No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komuniasi (ASPIKOM) Wilayah Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38194/jurkom.v5i1.479

Abstract

Pluralism is an excellent wealth and social capital. On the other hand, pluralism has the potential for latent conflicts that can threaten security and peace in society. As one of the provinces in Indonesia that has a complex level of pluralism, Papua is inhabited by various indigenous Papuan tribes and tribes originating from outside the Papua Province. In this article, the researcher describes the communication strategy carried out by the Cenderawasih Military Command XVII and Jayapura X Lantamal. The two institutions which are the institutions of the Indonesian National Armed Forces (TNI) are responsible for creating a conducive situation in society. This research is a qualitative research. Data were collected by interview and literature study. The results of the study indicate that the application of intercultural communication strategies by the TNI as a form of its unity with the people, namely: smart-power, which consists of soft power is applied to non-armed parties, while hard power is applied to armed civilian groups. The strategy of intercultural communication is carried out with a religious, cultural, and equality approach. This research is expected to be an evaluation material for Kodam XVII Cendrawasih and Lantamal X Jayapura.
Belajar dari Kemenangan Jepang pada Perang Tsushima: Pembangunan Kekuatan Militer Melalui Industri Strategis Dede Rusdiana; Amarulla Octavian; Yusuf Ali; Suryono Thamrin; Aris Sarjito
Jurnal Sejarah Citra Lekha Vol 6, No 1 (2021): Artefak, Etnografi, dan Strategi Pertahanan
Publisher : Department of History, Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jscl.v6i1.37678

Abstract

The various wars that have been passed have had implications for the development of Japanese combat conditions. One of the wars that sparked the rise of Japanese combat technology was the Tsushima War of 1905, marked by the use of new weaponry such as torpedoes and telegraphs. Japan's victory in the Tsushima War has proven that Japan has advanced weapons technology and has proven to be able to compete with Russia. This study provides a very important lesson and can be a reflection for Indonesia in the development of a naval military force. By using historical methods and defense economic theory approaches, this study discusses efforts to increase the strength of the main weapon system of the Japanese special navy. The results of the study show that the efforts made by Japan put a lot of emphasis on the strategy of developing the defense industry. The rise of the defense industry has become an integral part of military power building. In that context, Japan does not only involve the military, but also develops human resource capacity and increases research in the field of technology. The existence of good cooperation between the government, industry players, and academia is also the main pillar in the effort to build a naval military force.
SINKRONISASI RENCANA UMUM TATA RUANG WILAYAH PERTAHANAN DENGAN PETA ZONA RUANG RAWAN BENCANA DI KOTA PALU, SIGI, DAN DONGGALA Yusuf Ali; Aris Sarjito; Susanto Susanto; Lukman Setiawan
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 21 No. 1 (2021): ECOSYSTEM Vol. 21 No 1, Januari - April Tahun 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v21i1.694

Abstract

Bencana alam merupakan salah satu ancaman nyata bagi pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga perlu dipertimbangkan dalam segala aspek pembangunan fasilitas pertahanan negara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang sinkronisasi rencana umum tata ruang wilayah pertahanan dengan peta zona ruang rawan bencana di Kota Palu, Sigi, Donggala dalam rangka mendukung pertahanan dan keamanan negara. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan melalui kegiatan observasi langsung dan wawancara terhadap beberapa narasumber terkait, serta studi pustaka terhadap dokumen pendukung yang relevan dengan fokus penelitian. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan model analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh hasil bahwa Peta Zona Ruang Rawan Bencana untuk wilayah Kota Palu dan sekitarnya telah di buat untuk di pedomani dalam pembangunan di wilayah tersebut. Pada peta tersebut, fasilitas militer termasuk dalam kelas resiko sangat tinggi, sehingga dalam pembuatan rencana tata ruang wilayah pertahanan di wilayah Palu, Sigi, dan Donggala, baik itu perbaikan fasilitas/pangkalan militer yang mengalami kerusakan akibat bencana gempa dan tsunami, maupun pembangunan fasilitas/pangkalan militer yang baru, harus didasarkan pada Peta Zona Ruang Rawan Bencana. Hal ini perlu dilaksanakan sebagai upaya sinkronisasi antara Peta Zona Ruang Rawan Bencana dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Pertahanan di wilayah Palu, Sigi, dan Donggala agar kejadian kerusakan terhadap fasilitas militer strategis, seperti dermaga kapal selam dan kapal perang di Lanal Palu, akibat bencana gempa bumi dan tsunami tidak terulang kembali di masa depan. Peneliti merekomendasikan kepada pemerintah dan instansi terkait agar senantiasa meningkatkan sinergitas antara TNI dan pemerintah daerah, serta organisasi lainnya dalam proses penanggulangan bencana dan pembangunan kembali fasilitas yang rusak akibat bencana. Proses perencanaan dan pembangunan fasilitas/pangkalan militer tersebut juga harus di sinkronkan dengan peta ruang rawan bencana, sehingga dapat mencegah terganggunya kesiapan Alutsista dalam rangka Pertahanan Negara di masa depan.
The Destruction of Maritime Civilization Due to the Punik I War between Kartago and Roman (264 - 241 BC) Asep Darmawan; Arif Badrudin; Syaiful Anwar; Yusuf Ali; Aris Sarjito
Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Vol 5, No 2 (2022): Budapest International Research and Critics Institute May
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v5i2.4937

Abstract

Punik's war or war is a series of wars between Cartago and Rome which occurred between 264sm-146sm and is the largest war in the ancient world. In this modern era, we often find various literature that discusses the importance of controlling the sea to control the world. History also gives us a lesson in how a developed and strong maritime state will be destroyed and even disappear from history, due to reluctance to maintain that power. Based on the foregoing, this study discussed the destruction of maritime civilizations due to the Punik I war between Kartago and Rome (264 - 241 BC). This study uses a descriptive-explicant research approach with a qualitative approach. The research paradigm used is constructivist with researchers as the main research tool. This study uses content analysis techniques and literature research. The results of the study obtained this war had caused the two empires to run out of their wealth. The battles that occurred in the war Punik I became an important milestone that determined the results of the battle in Punik III War. The biggest maritime power in the world has turned down to be continental, while continental power has unfurled its screen to become a strong maritime country. For Indonesia, Punik's war gave Lessons Learned which is very valuable to be a reflection that as a maritime country, we need a visionary statesman to restore the glory of the archipelago.
Kogabwilhan's Determination Strategy in Keeping the Security of the Border Areas In South China Sea Defense Management Perspective Yanto Manurung; Herlina Saragih; Aris Sarjito
JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan) Vol. 7 No. 2 (2022): JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
Publisher : Graduate Program Magister Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/jmksp.v7i2.7958

Abstract

This study discussed Kogabwilhan's deterrence strategy in maintaining the security of the border area in South China Sea from a defense management perspective. To anticipate the emergence of threats that can interfere with national interests, the establishment of the Kogabwilhan is primarily aimed at preparing for handling crises in the territory of Indonesia. This study belongs to library research. The results showed that management function, there are five main functions which are further elaborated as follows. First, the leader or manager does the planning, and what will be done. Then, organize to implement the plan, and then assemble the organization's personnel with the necessary resources to implement the plan. Indonesia needs to strengthen its military strength in the Natuna area. To overcome potential conflicts in the South China Sea, it needs conducting a series of exercises in the Natuna Sea.
11 LEADERSHIP PRINCIPLES OF INDONESIAN NATIONAL ARMED FORCES IN NATURAL DISASTER MANAGEMENT Yusuf Ali; Aris Sarjito; Susanto Susanto
Journal of Leadership in Organizations Vol 3, No 2 (2021): Journal of Leadership in Organizations
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.513 KB) | DOI: 10.22146/jlo.64849

Abstract

Introduction: Natural disasters is one of the real threats which cause the loss of life, property, and refugees. Background Problems: The role of the Indonesian National Armed Forces (TNI) in natural disaster management becomes an interesting thing to study when natural disasters occur in Indonesia. Novelty: This article reveals the analysis result of the implementation of TNI’s principles in disaster management, especially in the following regions: Palu, Sigi and Donggala (Pasigala), Central Sulawesi Province. Research Methods: The research was conducted using qualitative research methods. The collected data was analyzed using qualitative data analysis techniques. Finding/Results: Based on the results of the study, it was concluded that the role of TNI’s leadership style was very prominent to fill the vacancies of Regional Leaders in certain areas experiencing disaster. The support of TNI personnel in natural disaster management cannot be separated from the implementation of 11 TNI leadership principles, which consist of: Takwa, Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, Waspada Purba Wisesa, Ambeg Parama Arta, Prasaja, Satya, Gemi Nastiti, Belaka, and Legawa. The application of these principles can be seen in emergency response situations, where TNI plays an important role, in which their instructions were conformed by the community. In disaster mitigations, they evacuated victims, rebuilt worship places, looked around for logistical sources for the community, were incharged for possible criminal actions, such as eradicated looting acts, arrested the perpetrators and handed them to the local Police. Thus, it can be said that the leadership of TNI has succeeded in handling natural disasters in Pasigala, Central Sulawesi. It can be then recommended that the Indonesian Government and stakeholders should improve the quality of training and education for leadership and disaster management by implementing the leadership principles of TNI, as well as synergizing with TNI in disaster management
PENERAPAN NILAI NILAI PANCASILA SILA PERTAMA TERHADAP KEHIDUPAN BERAGAMA Jedra Sudirman; Aris Sarjito
Al-Muaddib : Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial & Keislaman Vol 6, No 2 (2021): AL-MUADDIB : JURNAL ILMU-ILMU SOSIAL DAN KEISLAMAN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/muaddib.v6i2.284-291

Abstract

Pancasila merupakan iedologi sekaligus menjadi dasar negara Indonesia. Ketika kita cermati lagi, Pancaila mengandung nilai yang sangat dalam dan luas untuk di uraikan dalam kehidupan bernegara begitu juga dalam kehidupan beragama. Namun saat ini, apakah nilai nilai pancasila tersbut sudah diterapkan dengan baik sesuai isi dan makna dari pancasila itu sendiri? Nilai-nilai pancasila tersebut belum dapat diterapkan sesuai dengan yang diharapkan pendiri pancasila itu sendiri, baik dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan beragama maupun dalam ehidupan bernegara. Untuk kehidupan beragama, pancasila mengatur sendiri sebagaimana tercantum pada sila pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Sudah jelas salah satu makna dari sila pertama ini adalah kebebasan dan keadilan dalam menjalankan agamanya masing-masing sesuai dengan agama yang telah diakui di Indonesia. Oleh sebab itu, penerapan nilai-nilai pancasila itu perlu dicermati lagi dan perlu digali lagi serta dipelajari kembali dengan baik, agar kebebasan hidup beragama itu benar benar tercerminkan pada pancasila dalam sila pertama dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tulisan ini bertujuan untuk mengintrospeksi diri masing-masing warga negara Indonesia danmengetahui bagaimana penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada sila pertama. Dengan cara menggali kembali makna dari pancasila itu sendiri agar betul-betul mendapatkan kebebasan dalam menjalankan agamanya masing-masing. Penelitian ini menggunaan metode penelitian Kepustakaan dengan pendekatan kulitatif.