Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kemandirian anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa (SLB) Sehati Koto Tangah Simalanggang, Payakumbuh. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, fokusnya adalah pada pengamatan alamiah terkait kemandirian penyandang disabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian fisik, emosional, sosial, dan intelektual memiliki dimensi yang berbeda pada anak tunagrahita. Melalui analisis data, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita menunjukkan kemajuan dalam kemandirian fisik, dengan beberapa di antaranya mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, seperti makan, berpakaian, dan menggunakan toilet. Dalam aspek emosional, anak-anak menunjukkan kemampuan mengelola emosi, menunggu giliran, dan berinteraksi dengan teman sejawat tanpa menunjukkan reaksi marah yang berlebihan. Di sisi sosial, hubungan yang terjalin antara anak tunagrahita dan teman sebaya serta guru sangat baik, menunjukkan kemampuan adaptasi dan komunikasi yang memadai. Namun, dalam aspek intelektual, terlihat bahwa kemampuan akademik anak-anak masih memerlukan bantuan guru, terutama dalam menulis dan mengenal huruf dan angka. Hasil ini sesuai dengan teori-teori tentang kemandirian, di mana pembentukan kemandirian harus dimulai sejak dini, dan faktor genetik serta lingkungan mempengaruhi perkembangannya. Relevansi hasil penelitian ini juga ditekankan oleh pandangan bahwa kemandirian anak tunagrahita dapat dilihat dari kemampuan mereka merawat diri, berkomunikasi, dan bersosialisasi. Kesimpulannya, penelitian ini menyoroti kemajuan signifikan dalam kemandirian anak tunagrahita, terutama dalam aspek fisik, emosional, dan sosial. Namun, untuk aspek intelektual, mereka masih memerlukan dukungan lebih lanjut untuk meningkatkan kemandirian mereka dalam hal akademik.