Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

LIMBAH RANTING, DAUN, DAN BUNGA KERING SEBAGAI MATERIAL PENCIPTAAN KARYA RUSTIC WOOD SLICE Swastika Dhesti Anggriani; Lisa Sidyawati; Abdul Rahman Prasetyo; Elvira Kurnia Ramadhani
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 10, No 1 (2021): MEI 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/corak.v10i1.4347

Abstract

The purpose of designing this rustic wood slice artwork with the basic material of waste branches, leaves, and dried flowers is to create new artwork and develope the skills of productive communities in Watu Gong, Malang City, East Java. This rustic wood slice is a artwork that can be used as decorative objects, used objects, and souvenirs for visitors of The Watu Gong.  The method used in this study is method of craft creation which consist of 3 stages including exploration, design, and realization of actualization. The exploration phase starts from observing natural resources, such as wood, branches, leaves, and flowers which can be processed into basic materials for making rustic wood slice artwork. At the design stage, several sketches were made as an alternative design. From these alternative, one design sketch was chosen which was turned into an actual artwork. The realization or actualization stage is carried out by several processes, including preparation of tools and materials, exploration main materials and supporting materials placement, and actualization of the actual artwork. The results of this creation are 2 types of rustic wood slice artwork, namely rustic wood slice jar and rustic wood slice mirrorTujuan perancangan karya rustic wood slice dengan bahan dasar limbah ranting, daun, dan bunga kering ini adalah menciptakan karya baru dan mengembangkan keterampilan masyarakat produktif di daerah Watu Gong, Kota Malang, Jawa Timur. Karya rustic wood Slice ini merupakan salah satu karya yang dapat dijadikan sebagai benda hias, benda pakai, dan souvenir bagi pengunjung objek wisata Watu Gong yang ada di daerah ini. Metode penciptaan yang digunakan adalah metode penciptaan seni kriya yang mencakup 3 tahapan, yaitu eksplorasi, perancangan, dan pewujudan. Tahap eksplorasi dimulai dari pengamatan sumber daya alam, seperti kayu, ranting, daun, dan bunga yang dapat diolah menjadi bahan dasar pembuatan karya rustic wood slice. Pada tahap perancangan, dibuat beberapa gambar sketsa desain sebagai alternatif desain. Dari beberapa alternatif desain tersebut dipilih 1 gambar sketsa yang akan diwujudkan menjadi karya sebenarnya. Tahap pewujudan dilakukan melalui beberapa proses, yaitu persiapan alat dan bahan, eksplorasi peletakan material utama dan material pendukung, serta pewujudan karya sebenarnya. Hasil penciptaan berupa dua jenis karya rustic wood slice, yaitu toples rustic wood slice dan kaca cermin  rustic wood slice. 
STUDI KOMPARASI INTERIOR RUMAH TINGGAL TRADISIONAL SUKU SASAK PESISIR DAN SUKU SASAK PEDALAMAN LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT swastika dhesti anggriani
Saraswati Jurnal Mahasiswa Desain Interior
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/srs.v0i0.410

Abstract

Suku Sasak merupakan suku yang mendiami Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Salah satu hasil kebudayaan Suku Sasak dapat dilihat pada rumah tradisionalnya baik pada bangunan maupun interiornya. Perbedaan lokasi yaitu di pesisir dan pedalaman mengakibatkan adanya perbedaan budaya, pola hidup, dan rumah tinggalnya.Penelitian ini bertujuan untuk mengkomparasikan dan mengetahui perbedaan dan persamaan dari rumah tinggal Suku Sasak di pesisir dan pedalaman serta makna pada rumah tradisionalnya. Sampel di daerah pesisir meliputi rumah di Desa Repuq Gapuq, Desa Tanjung Luar, dan Desa Mandar, sedangkan di pedalaman diambil dari rumah di Desa Rembitan, Desa Segenter, dan Desa Sembalun Bumbung.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan cara penelitian deskripsi yang mengambil jenis kegiatan komparasi rumah tinggal di pesisir dan pedalaman Pulau Lombok. Data sampel diperoleh dari observasi langsung ke lapangan, wawancara kepada narasumber terkait yaitu pemilik rumah, kepala desa dan budayawan, serta mengambil dokumentasi dari setiap sampel rumah berupa foto, gambar layout, dan potongan.Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan dan persamaan antara rumah di pesisir dan pedalaman. Rumah di pesisir menggunakan sistem panggung yang berfungsi untuk menghindari pasang air laut dan banjir dari dataran tinggi sedangkan rumah di pedalaman dibangun langsung di tanah. Ruang-ruang pada rumah di pesisir dibangun dalam satu massa bangunan, sedangkan ruang-ruang pada rumah di pedalaman dibangun dalam beberapa massa bangunan. Rumah di pesisir menggunakan konstruksi plafon dan jendela sedangkan rumah di pedalaman tidak menggunakan konstruksi plafon dan jendela, sehingga udara dan cahaya masuk melalui anyaman bambu yang dibuat renggang. Persamaan rumah di pesisir dan pedalaman adalah material diambil dari alam sekitar. Rumah di pesisir tidak memiliki banyak makna karena merupakan hasil proses peniruan sedangkan di pedalaman terdapat banyak makna pada rumah tinggalnya sesuai dengan aturan adat yang berlaku di daerah pedalaman.Kata Kunci : Interior Rumah Tinggal, Suku Sasak, Pesisir, Pedalaman, Komparasi
Batik Modular Interloc sebagai Inspirasi Wirausaha Souvenir Kampung Cempluk Malang Dhara Alim Cendekia; Lisa Sidyawati; Swastika Dhesti Anggriani
Jurnal KARINOV Vol 3, No 2 (2020): Mei
Publisher : Institute for Research and Community Service (LP2M), Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um045v3i2p%p

Abstract

Tujuan dari kegiatan Pelatihan yang dilakukan menggunakan pendekatan intruksional agar memudahkan peserta yang masih awam dalam membuat produk. Namun peserta tetap dibebaskan untuk membentuk motif yang mereka sukai untuk membangun kreativitas mereka. Agar pelatihan dapat terus langsung berjalan menjadi bentuk wirausaha, dibuatlah grup media social Whatsapp post-event yang menjadi wadah untuk berdiskusi tentang pembuatan Batik Modular Interloc. Dan hal ini berhasil menjadikan peserta pelatihan untuk berwirausaha membuat souvenir Batik Modular Interloc dan dijual di Festival Kampung Cempluk 2019. Hasil penjualannya pun juga dapat menarik minat wisatawan untuk membelinya. Selain itu, peserta juga diberikan kuisioner post-event kepuasan pelatihan. Hasil dari kuisioner pelatihan menunjukkan bahwa peserta puas dengan instruktur dan cara pelatihannya namun mereka kesulitan untuk merapikan aksesoris Batik Modular Interlock.  Kata kunci— Kampung Cempluk, Souvenir, Batik Modular Interloc, Kawung Ceplokan, pengabdian, masyarakat Abstract The purpose of the activity the training is carried out using an instructional approach to facilitate participants who are still lay in making products. But participants are still free to form the motives they like to build their creativity. So that the training can continue to run immediately into a form of entrepreneurship, a post-event Whatsapp social media group was created as a forum for discussion about the making of Modular Interloc Batik. And this has succeeded in making the trainees to become entrepreneurs in making Interloc Modular Batik souvenirs and for sale at the Cempluk Village Festival 2019. The proceeds from the sale can also attract tourists to buy them. In addition, participants were also given a post-event satisfaction training questionnaire. The results of the training questionnaire showed that the participants were satisfied with the instructor and the way the training was, but they had difficulty tidying the Batik Modular Interlock accessories. Keywords— Cempluk Village, Souvenir, Modular Interloc Batik, Kawung Ceplokan, service, community
SOUVENIR BATIK MOTIF BANGUNAN KAMPUNG HERITAGE DENGAN TEKNIK SMOK SEBAGAI MODAL KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA MASYARAKAT KAYUTANGAN MALANG Lisa Sidyawati; Ponimin Ponimin; Swastika Dhesti Anggriani
Jurnal KARINOV Vol 2, No 3 (2019): September
Publisher : Institute for Research and Community Service (LP2M), Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (26.807 KB) | DOI: 10.17977/um045v2i3p161-166

Abstract

Sejarah kota Malang tidak bisa lepas dari keberadaan Kayutangan. Pada era kolonial Belanda, kawasan ini menjadi pusat bisnis, yang hingga sekarang masih bertahan, bahkan telah ditetapkan sebagai  bangunan Heritage ke perwakilan pengelola 32 bangunan di Kota Malang 10 diantaranya berada dalam kawasan Kayutangan. Diantara bangunan-bangunan heritage terdapat gang yang juga dipenuhi rumah-rumah heritage, disanalah terdapat Kampung Heritage Kayutangan. Kampung Heritage Kayutangan sekarang ini menjadi salah satu destinasi wisata, dimana warganya sangat membuka diri dan menyiapkan rumah mereka sebagai titik swafoto. Namun ketika berkunjung ke Kampung Heritage Kayutangam, baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing kesulitan mencari souvenir yang khas. Pengebdian ini bertujuan mengajak warga untuk dapat menumbuh kembangkan kemampuan berwirausaha yang selanjutnya mampu mengangkat potensi daerah melalui Pelatihan Pembuatan Souvenir Batik Motif Bangunan Kampung Heritage Kayutangan Malang dengan Teknik Smok. metode yang digunakan adalah Participatory Rural Appraisal. Hasil kegiatan ini terdapat pengembangan Kemampuan Berwirausaha Masyarakat dengan produk unggulan membuat Souvenir Wisatawan terutama bagi wisatawan asing berupa t-shirt dan goodie bag.Kata kunci—Heritage Malang, Kayu Tangan, Teknik SMOK AbstractThe history of Malang cannot be separated from the existence of Kayutangan. In the Dutch colonial era, this area became a business center, which until now still survives, even has been designated as a Heritage building to the representative of the management of 32 buildings in Malang. 10 of them are in the Kayutangan area. Among the heritage buildings there are alleys which are also filled with heritage houses, there is Heritage Kayutangan Village. Kayutangan Heritage Village is now one of the tourist destinations, where the residents are very open and preparing their homes as a selfie point. But when visiting the Kayutangam Heritage Village, both local and foreign tourists have difficulty finding distinctive souvenirs. This service aims to invite citizens to be able to develop and develop entrepreneurial skills which are then able to raise the potential of the region through the Training of Making Batik Motifs in Malang Kayutangan Heritage Village Building with Smok Technique. The method used is Participatory Rural Appraisal. The result of this activity is the development of Community Entrepreneurial Ability with superior products making Tourist Souvenirs especially for foreign tourists in the form of t-shirts and goodie bags.Keywords—Heritage Malang, Hand Wood, SMOK Engineering.
KREATIVITAS MERANCANG LOGO BATIK MELAYU “ASIMILASI INDOLAYSIA” MELALUI PENGGABUNGAN BUDAYA DUA NEGARA Pujiyanto Pujiyanto; Robby Hidajat; Nurul Aini; Swastika Dhesti Anggriani; Nazlina Shaari
ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia Vol 6, No 02 (2020): AUGUST 2020
Publisher : Dian Nuswantoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/andharupa.v6i02.3634

Abstract

AbstrakKlaim-mengklaim batik pernah terjadi antara Indonesia dengan Malaysia. Hal ini menyebabkan hubungan kedua negara kurang harmonis. Berdasarkan pengalaman ini, penulis Universitas Negeri Malang dan Universitas Putera Malaysia melakukan penelitian dan penciptaan motif batik serumpun Malayu yang dapat dimiliki bersama dan dapat dikembangkan bersama. Motif batik yang diciptakan tersebut hingga saat ini belum memiliki logo merek sebagai identitas diri. Maka dari itu perlu diciptakan logo merek yang didekatkan dengan budaya di kedua negara serumpun Melayu. Nilai-nilai budaya Melayu dan keIslaman sangat mendominasi pada logo tersebut secara visual maupun verbal. Sebelum menciptakan logo diperlukan penelitian lapangan dengan menggunakan metode deskripstif kualitatif yang datanya diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumen, dan kepustakaan. Agar data valid lebih bermakna maka dilakukan proses triangulasi kemudian dianalisis yang hasilnya sebagai dasar untuk mendesain logo dengan menggunakan teori kreativitas dari Bryan Lawson bahwa dalam proses mendesain dapat dilakukan melalui first insight, preparation, incubation, illumination, dan verification. Melalui tahapan proses kreatif inilah tercipta logo merek batik “Asimilasi Indolaysia” sebagai hasil penggabungan artefak budaya Indonesia dengan Malaysia. Terciptanya logo ini diharapkan dapat peningkatan keharmonisan dua negara yang saling menghormati, memiliki, serta mengembangkan hasil budaya serumpun Melayu. Kata kunci: artefak Melayu, asimilasi budaya, deformasi bentuk, logo merek AbstractThe claim of batik has occurred between Indonesia and Malaysia. It causes the relations between the two countries to be less harmonious. Based on this experience, authors of Universitas Negeri Malang and Universitas Putera Malaysia conducted research and created a Malay cognate batik pattern that can be shared and developed together. The batik pattern created so far does not have a brand logo as their identity. Therefore, it is necessary to create a brand logo that is closer to the culture in the two countries of Malay cognate. Malay cultural values and Islamic values dominate the logo visually and verbally. Before creating a logo, field research needed by using a qualitative descriptive method, in which data obtained through observation, interviews, documents, and literature. To gain more meaningful valid data a triangulation process is analyzed. The results of which used as the basis for designing a logo using Bryan Lawson's theory of creativity that the process of designing can be done through first insight, preparation, incubation, illumination, and verification. Through the stages of this creative process, the batik brand logo "Asimilasi Indolaysia" was created as a result of the merging of Indonesian cultural artifacts with Malaysia. The creation of this logo expected to increase harmony between the two countries that respect each other, possess, and develop the Malay cognate's cultural output. Keywords: brand logo, cultural assimilation, deformation of forms, malay artifacts
PELATIHAN PEMBUATAN AKSESORI FASHION BATIK SHIBORI MIX LIONTIN RESIN BAGI MASYARAKAT KAMPOENG HERITAGE KAJOETANGAN SEBAGAI SOUVENIR IKONIK DESA WISATA Lisa Sidyawati; Swastika Dhesti Anggriani; Abdul Rahman Prasetyo
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2021): Volume 2 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v2i2.1988

Abstract

Menurut data situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, wisatawan yang berkunjung ke Kota Malang tahun 2019 melonjak hingga lebih dari 100 % di bandingkan tahun 2018. Wisatawan asing dan lokal yang berkunjung selalu menyusuri bangunan Heritage yang ada di Kota Malang. Diantara bangunan Heritage tersebut, terdapat sebuah kampung yang terletak di dalam sebuah gang di Jl. Jend. Basuki Rachmat Gg. IV dan VI, Kota Malang, Jawa Timur bernama Kampoeng Heritage Kajoetangan. Tercatat wisatawan yang berkunjung disana sejumlah 4000 per tahun. Pengunjung melakukan perjalanan wisata dari rumah satu ke rumah lain yang bergaya kolonial Belanda dan masih ditempati pemiliknya. Namun wisatawan kesulitan mencari souvenir khas Kampoeng Heritage Kajoetangan, seharusnya sebuah tempat wisata selain menyediakan objek wisata juga souvenir yang dapat dibeli oleh wisatawan. Fungsi souvenir tidak hanya menyimpan kenangan tentang perjalanan yang dilakukan, melainkan juga sebagai ikon dari daerah tujuan wisata sekaligus memberi andil dalam mendukung pariwisata. Pengabdi membantu masyarakat disana untuk mengoptimalkan wilayah dengan menumbuh kembangkan kemampuan berwirausaha souvenir ikonik desa wisata. Selain menghasilkan uang, souvenir juga berfungsi sebagai sarana promosi. Untuk mendukung program tersebut maka pengabdi melakukan pelatihan pembuatan aksesori fashion batik shibori mix liontin resin. Pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) digunakan sebagai prosedur pengabdian kepada masyarakat.
Pelatihan Pembuatan Dolanan Jadoel dan Infografis Filosofi Dolanan dengan Teknik Batik Kayu Lisa Sidyawati; Joko Sayono; Swastika Dhesti Anggriani; Mochammad Nurfahrul Lukmanul Khakim
CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2021): Agustus
Publisher : Ilin Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31960/caradde.v4i1.720

Abstract

Tujuan pengabdi ini adalah mengadakan pelatihan pembuatan dolanan jadoel dan infografis filosofi dolanan dengan teknik batik kayu, menggunakan metode pelatihan ceramah dan praktek dengan pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan. Prosedur pengabdian ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (1). Tahap identifikasi produk dan Sosialisasi, (2) Praktek dan Pendampingan, (3) Monitoring dan Evaluasi. Hasil produk pelatihan ini adalah dolanan jadoel yang sering dimainkan oleh anak-anak pada masa Belanda seperti dakon, gangsing, yoyo, katapel dan bakiak tandem. Pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) dipilih sebagai prosedur pengabdian kepada masyarakat ini.  
Kerajinan Kayu Ornamen Cukli dengan Teknik Mozaik untuk Menambah Nilai Estetik Swastika Dhesti Anggriani; Lisa Sidyawati; Abdul Rahman Prasetyo
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 6, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/invensi.v6i1.4441

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menambah nilai fungsi (multifungsi) pada produk kerajinan kayu dengan menambahkan ornamen kerang cukli. Produk kerajinan yang digunakan adalah nampan dan sendok-garpu dari material kayu. Ornamen ditambahkan pada permukaan kayu dengan mengaplikasikan material kerang cukli. Pemilihan produk nampan dan sendok-garpu kayu didasari dari melimpahnya material kayu di Indonesia dan produk kayu dinilai relatif mudah untuk dikombinasikan dengan material lain dengan menggunakan teknik mozaik. Metode yang digunakan adalah metode perancangan yang meliputi tahap eksplorasi, perancangan, dan perwujudan. Hasil yang diproleh adalah karya kerajinan kayu nampan dan sendok-garpu yang telah diberi ornamen dari kerang cukli. Hasil karya kerajinan memiliki banyak fungsi/multifungsi setelah diberi ornamen dari kerang cukli. Cukli Ornament Wood Craft with Mosaic Techniques to Add Value to the Function ABSTRACTThis article aims to add value to the function (multifunction) of wooden handicraft products by adding ornament from cukli shells material. Craft products used are wooden trays and cutlery. Ornaments are added to the surface of the wood by applying cukli shell material. The selection of wooden trays and cutlery is based on the abundance of wood materials in Indonesia and wood products are considered relatively easy to combine with other materials using mosaic techniques. The method used is the design method which includes the exploration, design, and embodiment stages. The results obtained are the work of woodcraft trays and cutlery that have been given ornaments from cukli shells material. The handicraft works have many functions (multifunction) after being given ornamentation from cukli shells material.
Elemen Visual dan Respon Pengunjung Terhadap Interior Noch Kafe di Kota Malang Achmad Ari Fathoni; Swastika Dhesti Anggriani; Lilik Indrawati
Jurnal Kajian Seni Vol 8, No 2 (2022): Jurnal Kajian Seni Vol 8 No 2 April 2022
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jksks.73636

Abstract

Ngopi culture of the Indonesian people today will proliferate services that provide various types of coffee drinks and comfortable and aesthetically pleasing seats. One of the cafes that provide this service is Noch Kafe, located in Malang City. This study aims to determine the visual elements of the interior at Noch Kafe and to determine the visitor's response to the visual elements of the interior. The study was conducted using qualitative methods to analyze descriptive data and images, and quantitative methods of percentages to analyze visitor response data. Descriptive data were obtained through interviews, documentation, and observation, while the response data were obtained through questionnaires. The results showed that the visual elements of the interior have a Scandinavian style with a blend of modern styles and are adapted to the climatic conditions and Indonesian culture. Space-forming elements are made simple and function properly. These can be seen through application of wood materials and the choice of white color on the walls. In addition, the form adapts to climatic conditions, as seen in glass ceilings and walls. Furniture is also made of wood and is simple in shape and according to its function. The results of visitors' responses to visual elements influenced by personal experience show a good/excellent response to most of the visual elements. However, the survey results also concludes that visitors are disfavored with the shape of the table, the shape of the shelves, the night lighting on the terrace area, and the photo/picture decoration.
IDENTIFIKASI DESAIN INTERIOR KAFE BERGAYA RETRO RUMAH AKASHA DI JALAN HASSANUDIN NO. 35F KLOJEN MALANG Shendy Mandasari; Sumarwahyudi Sumarwahyudi; Swastika Dhesti Anggriani
JADECS (Journal of Art, Design, Art Education & Cultural Studies) Vol 8, No 1 (2023)
Publisher : Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um037v8i12023p43-55

Abstract

Kafe Rumah Akasha merupakan salah satu kafe di kota Malang mengangkat tema retro. Gaya yang Populer pada tahun 1980-an. Penataan desain interior ruangan serta aksesoris yang berkaitan dengan tema menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi desain interior yang sesuai dengan fungsi dan kebutuhan, serta mengetahui visualisasi interior bergaya retro Rumah Akasha di jalan Hassanudin No.35F Klojen Malang. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif yang mana peneliti menjelaskan fenomena yang diteliti, dan disajikan dalam bentuk narasi mengenai penataan interior ruangan dan aksesoris yang menonjolkan gaya retro pada kafe Rumah Akasha. Hasil penelitian ini ditemukan ada beberapa elemen pembentuk ruang, furniture, serta aksesoris yang bertema retro, yang terlihat pada meja, kursi dan aksesoris pada lampu, lukisan mobil tua, televisi. Dan ada beberapa bagian furniture dan aksesoris yang tidak termasuk kedalam gaya retro.