Dwi Haryo Ismunarti
Departemen Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Pengujian Reliabilitas Instrumen Terhadap Variabel Kontinu Untuk Pengukuran Konsentrasi Klorofil- A Perairan Dwi Haryo Ismunarti; Muhammad Zainuri; Denny Nugroho Sugianto; Suradi Widjaya Saputra
Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 1 (2020): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1219.093 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v9i1.23924

Abstract

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan secara sistematis untuk mengumpulkan data penelitian. Hasil penelitian yang baik diperoleh jika instrumen yang digunakan valid dan reliabel. Reliabilitas instrumen menunjukkan ketepatan atau sejauh mana hasil pengukuran instrumen dapat direplikasi. Reliabilitas menjadi salah satu parameter penting dalam menentukan kualitas suatu instrumen. Penelitian ini bertujuan untuk memilih statistik uji yang paling tepat terhadap pengujian reliabilitas terhadap instrumen untuk konsentrasi klorofil-a perairan. Data konsentrasi klorofil-a perairan diperoleh dari dua instrumen yaitu : metode spektrofotometri dari 14 stasiun pengamatan di Teluk Semarang Jawa Tengah dan penginderaan jauh. Statistik uji yang paling tepat digunakan adalah Intraclass Correlation Coefficients (ICC). Nilai  ICC adalah rasio antara varians objek terhadap varians total. Hasil penelitian diperoleh nilai ICC = 0,83 artinya 83 % keragaman data disebabkan keragaman objek dalam hal ini stasiun penelitian. Tidak terdapat bias pengukuran konsentrasi klorofil-a dari kedua instrumen, karena reliabilitas kedua instrumen mendekati sempurna. A research instrument is a measuring tool used systematically to collect the data. A good result of the research is obtained if the instrument is reliable. The reliability of the instrument showed accuracy on instrument measurement could be replicated. Reliability is one of the important parameters in determining the quality of the device. This study is aimed at selecting the most appropriate test of statistics in the reliability of the instrument for chlorophyll-a water concentrations. The data of chlorophyll-a waters concentration is gained from two instruments called spectrophotometric method from 14 observation stations in Semarang Bay, Central Java, and remote sensing. The best test statistic is the Intraclass Correlation Coefficients (ICC). The value on ICC is the ratio between the variance of the object at total variance. The results showed that ICC = 0.83, meaning that 83% of a variety of data is due to the diversity of objects in these research stations. There is no bias in measuring the chlorofil-a concentration using the two instruments because the reliability of the two devices is closely perfect.
Model Arus Permukaan Teluk Lampung pada Musim Peralihan II dengan Pendekatan Hidrodinamika Ayuk Milasari; Dwi Haryo Ismunarti; Elis Indrayanti; Farid Muldiyatno; Aris Ismanto; Aziz Rifai
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i3.38293

Abstract

Lokasi geografis Teluk Lampung yang terletak di Pulau Sumatra bagian Selatan dan dipisahkan dari Pulau Jawa melalui Selat Sunda mempunyai akses langsung dengan perairan lepas dari Samudera Hindia. Hal ini akan berpengaruh terhadap pola sirkulasi arus permukaan yang terbentuk. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan arus permukaan di Teluk Lampung dengan menggunakan pendekatan model hidrodinamika khususnya pada musim peralihan II (Oktober – November 2020). Verifikasi model dilakukan dengan cara membandingkan hasil model arus dengan hasil pengukuran arus lapangan menggunakan currentmeter valeport yang dilaksanakan dari tanggal 12 Oktober sampai 9 November 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus permukaan dominan dibangkitkan oleh pasang surut dengan prosentase arus pasang surut sebesar 89,09 %. Tipe pasang surut adalah tipe campuran condong harian ganda dengan nilai Formzahl 0,4. Kecepatan arus maksimum 0,168 m/s ke arah 352° dan arus minimum 0,017 ke arah 33°, sehingga arah pergerakan cenderung bolak balik. Pada kondisi pasang, arus bergerak ke utara yaitu dari Selat Sunda masuk ke perairan Teluk Lampung, dan sebaliknya pada saat surut arus bergerak ke arah selatan keluar dari perairan Teluk Lampung menuju Selat Sunda. The geographical location of Lampung Bay, which is located in the southern part of Sumatra Island and separated from Java Island by the Sunda Strait, has direct access to the waters off the Indian Ocean. This will affect the surface current circulation pattern that is formed. This research aims to model surface currents in Lampung Bay using a hydrodynamic model approach, especially in 2nd transitional monsoon (October - November 2020). Model verification is carried out by comparing the results of the current model with the results of field current measurements using a valeport current meter which was carried out from 12 October to 9 November 2020. The results showed that the dominant surface current was generated by tides with a tidal current percentage of 89.09%. The tidal type is a mixed type of mixed tide prevailing semidiurnal with a Formzahl value of 0.4. The maximum current speed is 0.168 m/s in the direction of 352° and the minimum current is 0.017 in the direction of 33°, so that the direction of movement tends to be back and forth. At high tide, the current moves northward from the Sunda Strait into the waters of Lampung Bay, and vice versa at low tide the current moves southward out of the waters of the Lampung Bay towards the Sunda Strait.
Pola Arus Perairan Kemujan, Karimunjawa Pada Musim Peralihan II Dengan Menggunakan Model Delft3D Rahmat Yolansyah Putra; Elis Indrayanti; Dwi Haryo Ismunarti; Gentur Handoyo; Aris Ismanto
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 3 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1098.865 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i3.12141

Abstract

Pulau Kemujan adalah salah satu dari 27 gugusan pulau pada Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara yang ditetapkan sebagai zona pemanfaatan pengelolaan masyarakat sebagai kawasan budidaya. Arus adalah gerakan massa air umum yang terjadi di seluruh lautan, pola dari arus laut akan sangat mempengaruhi pola distribusi unsur hara , padatan tersuspensi dan parameter fisika dan kimia. Pemahaman mengenai pola arus penting bagi suatu perairan sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola arus Perairan Kemujan, Karimunjawa pada musim peralihan II dengan menggunakan model Delft3D. Modul  hydrodynamic flow digunakan untuk memodelkan arah dan kecepatan arus laut, selanjutnya hasil dari model diverifikasi dengan data hasil pengukuran lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergerakan arus Perairan Kemujan, Karimunjawa pada musim peralihan II cenderung  memiliki pola arus yang bergerak ke dua arah (bi-directional) dengan arah arus dominan yakni pada saat pasang mengarah ke timur dan pada saat surut mengarah ke barat. Kecepatan maksimum rata-rata pada kondisi pasang purnama (spring tide) pada bulan September memiliki nilai 0.0505 m/s, bulan Oktober 0.0526 m/s dan bulan November 0.0564 m/s, dimana memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi pasang perbani (neap tide) yakni pada bulan September memiliki nilai 0.0475 m/s, bulan Oktober 0.0498 m/s dan bulan November 0.0523 m/s. Arus yang terdapat pada perairan pulau Kemujan cenderung didominasi oleh arus pasang surut.
Analisa Laju Sedimentasi di Laguna Perairan Pamayangsari, Kabupaten Tasikmalaya Jannisa Raska; Petrus Subardjo; Gentur Handoyo; Dwi Haryo Ismunarti; Sugeng Widada
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 3 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.095 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i3.8122

Abstract

Pantai Pamayangsari terletak di Kabupaten Tasikmalaya pada 108°6'16,09" Bujur Timur - 108°6'44,40" Bujur Timur dan 7°46'23,47" Lintang Selatan - 7°46'32,73" Lintang Selatan. Wilayah Pantai Pamayangsari di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Garut, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ciamis, sebelah utara berbatasan dengan Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis, serta di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Pantai Pamayangsari memiliki laguna yang airnya berasal dari air tawar Sungai Cilangla dan air asin dari laut. Air tersebut membawa material sedimen yang kemudian masuk ke daerah laguna. Kondisi di sekitar laguna dikelilingi oleh hutan rawa mangrove dan daerahnya bersubstrat pasir, sehingga di laguna tersebut mengalami sedimentasi yang cukup tinggi. Proses sedimentasi yang terjadi akan menimbulkan pendangkalan yang dapat menghambat aliran sungai ke laut dan menyebabkan banjir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai laju sedimentasi di laguna Pantai Pamayangsari, Kabupaten Tasikmalaya. Penetian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian lapangan pada tanggal 2 - 16 Juli 2019 dan analisa laboratorium pada tanggal 18 September hingga 3 Oktober 2019. Data utama pada penelitian ini adalah sampel sedimen di sediment trap. Data pendukung pada penelitian ini meliputi debit sungai dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tasikmalaya tahun 2019, data angin dari European Centre for Medium-Range Weather Forecast bulan Januari 2014 – Juli 2019, dan Peta Database of Global Administrative Areas (GADM). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata – rata laju sedimentasi di setiap stasiun berkisar antara 10,494 – 12,496 gr/m2 /hari. Total nilai laju sedimentasi dari setiap stasiun pada pengambilan pertama 7,237 gr/m2 /hari dan pengambilan kedua 16,354 gr/m2 /hari. Jenis sedimen di laguna Perairan Pamayangsari yaitu pasir (sand), lanau (silt) dan lempung (clay).
Sebaran Material Padatan Tersuspensi Secara Horizontal dan Vertikal di Muara Sungai Jajar Julia Pernando Manalu; Petrus Subardjo; Jarot Marwoto; Heryoso Setiyono; Dwi Haryo Ismunarti
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 3 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1014.771 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i3.11808

Abstract

Kabupaten Demak adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki permasalahan kompleks pada pesisirnya dikarenakan banyak aktivitas masyarakat di sekitar pesisir pantai Demak. Salah satu permasalahan yang timbul adalah kualitas air yang keruh dan pendangkalan muara sungai. Kekeruhan pada muara sungai disebabkan adanya material padatan tersuspensi (MPT) yang dibawa oleh aliran sungai dari daratan menuju laut. Proses pengankutan (transportasi) MPT itu dipengaruhi langsung oleh arus laut maupun pasang surut. Kekeruhan tersebut terjadi karena adanya pengadukan material sedimen dasar pada muara sungai. Pengadukan sedimen dasar yang terjadi secara terus menerus menyebabkan tingginya konsentrasi MPT yang menjadi penyebab kekeruhan air sungai. Daerah muara sungai yang aktif dengan kegiatan nelayan yang melitas lalu lalang juga menjadi salah satu penyabab tingginya konsentrasi material padatan tersuspensi di sungai jajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi serta konsentrasi material padatan tersuspensi di muara sungai Jajar. Pengambilan data lapangan dilakukan pada tanggal 25 September 2020 pada 9 titik sampel dengan metode purposive sampling. Analisis konsentrasi muatan padatan tersuspensi di muara sungai pada bulan september 2020 memiliki pola menyebar dari muara sungai menuju arah laut dan distribusi secara vertikal lebih besar pada kedalaman 0.8D terletak pada stasiun 4. Pada saat surut konsentrasi tertinggi MPT sekitar 0,433 – 0,435g/l. Pola distribusi material padatan tersuspensi menunjukan adanya hubungan faktor oseanografi yaitu arus pasang surut dan pasang surut untuk menentukan arah pergerakan dan tingkat konsentrasi MPT yang ada di perairan.
Studi Karakteristik dan Distribusi Co-range Pasang Surut Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Sukabumi Muhamad Azhar Fathurahman; Gentur Handoyo; Alfi Satriadi; Agus Anugroho Dwi Suryoputro; Dwi Haryo Ismunarti
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 1 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1027.244 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i1.9701

Abstract

Negara kepulauan Indonesia memiliki wilayah dengan sebagian besar yaitu perairan. Posisinya yang strategis Indonesia menjadi salah satu yang memiliki potensi untuk pelayaran skala kecil antar pulau maupun nasional bahkan internasional. Umumnya dalam mendukung kegiatan pelayaran seperti aktivitas transportasi dalam perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kondisi pasang surut dan membuat peta co-range pasang surut di Teluk Pelabuhan Ratu guna pengembangan pelabuhan yang nantinya akan berfungsi sebagai akses penyaluran barang ke Jakarta. Materi yang digunakan meliputi data primer berupa data analisis konstanta harmonik pasang surut air laut di perairan Teluk Pelabuhan Ratu dari Aviso Altimetry menggunakan data timeseries FES2014 (Finite Element Solution 2014). Sedangkan untuk data sekunder digunakan adalah data elevasi pasang surut air laut pengamatan real time dari iPASOET BIG periode 30 hari di Teluk Pelabuhan Ratu sebagai komparasi terhadap data model yang digunakan Pada penelitian ini mengolah 9 konstanta harmonik pasang surut yaitu K1, O1, P1, K2, M2, S2, N2, M4 dan MS4, dalam pembuatan peta co-range pasang surut. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuantitatif. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode sampling purposive yaitu berdasarkan pada pertimbangan lokasi yang dapat mewakili kondisi daerah penelitian sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Model yang digunakan yaitu software bahasa pemrograman menggunakan script yang telah dibuat untuk membuat peta co-range dan ArcGIS untuk komparasi peta. Hasil penelitian menunjukan perairan Teluk Pelabuhan Ratu yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia memiliki tipe pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide Prevailling Semidiurnal). Tipe pasang surut ditunjukkan dengan perhitungan nilai bilangan Formzhal (F) sebesar 0,5 dengan nilai HHWL 346 cm; MSL 300 cm; LLWL 264 cm dan peta co-range memperlihatkan Teluk Pelabuhan Ratu memiliki tinggi amplitudo gelombang pasang surut yang berbeda saat purnama dan perbani. Amplitudo pasang surut di Teluk Pelabuhan Ratu saat pasang tertinggi mencapai 36 cm pada saat purnama dan 0,22 cm pada saat perbani. Saat surut terendah amplitudo pasang surut mencapai -34,75 cm pada saat purnama dan -0,18 cm pada saat perbani.
Studi Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut Menggunakan Citra Landsat 8 TIRS di Perairan PLTU Banten 3 Lontar, Tangerang Gita Praspa Ramdhani; Kunarso Kunarso; Azis Rifai; Alfi Satriadi; Dwi Haryo Ismunarti
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 4 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (844.638 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i4.12415

Abstract

PLTU Banten 3 Lontar merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan utama tenaga listrik di Jakarta dan sekitarnya. Adanya aktivitas PLTU di wilayah pesisir berpengaruh terhadap dinamika parameter hidro-oseanografi. Limbah panas yang dihasilkan PLTU memberikan dampak pada lingkungan pesisir salah satunya adalah meningkatkan suhu permukaan air laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran spasial suhu permukaan laut secara horizontal serta luas wilayah terdampak limbah air panas di Perairan PLTU Banten 3 Lontar, Tangerang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data yang meliputi Citra Landsat 8 TIRS, suhu permukaan laut lapangan dan data pendukung yakni data angin dari NOAA , data batimetri publikasi BATNAS dan data pasang surut serta peta RBI publikasi BIG. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif  dengan metode pengolahan data citra dilakukan menggunakan Google Earth Engine (GEE), sedangkan untuk metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah terdampak limbah panas memiliki rentang nilai suhu permukaan laut yaitu 29.01 oC - 33.00 oC. Penyebaran limbah air panas pada tahun 2019 memiliki total rata- rata luasan mencapai 367.58 ha dan mencapai jarak 1.76 km dari outfall sedangkan pada tahun 2020 memiliki total rata- rata luasan penyebaran 81.9 ha dan mencapai jarak 1.38 km dari outfall PLTU Banten 3, Lontar. Pola sebaran suhu permukaan laut dipengaruhi oleh arus pasang surut yang bergerak dengan kecepatan 0.014 - 0.519 m/det dengan dominasi arah sebaran ke Timur Laut.    
Studi Pengaruh Longshore Current terhadap Abrasi di Pantai Moro, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Wita Melisa; Hariyadi Hariyadi; Sugeng Widada; Elis Indrayanti; Denny Nugroho Sugianto; Dwi Haryo Ismunarti; Muh Yusuf
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 4 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2597.128 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i4.8530

Abstract

Gelombang yang berasal dari laut dalam akan merambat menuju perairan dangkal dan mengalami perubahan, salah satunya membentuk gelombang pecah yang dipengaruhi oleh berkurangnya kedalaman. Gelombang pecah yang membentuk sudut terhadap garis pantai akan menimbulkan longshore current (arus sejajar pantai). Longshore current akan mengakibatkan tertranspornya sedimen di sepanjang pantai yang dapat menyebabkan terjadinya abrasi atau sedimentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui pengaruh longshore current terhadap  abrasi yang terjadi di Pantai Moro. Materi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan yaitu tinggi dan periode gelombang lapangan dan sedimen dasar. Sedangkan data sekunder menggunakan data angin ECMWF selama 10 tahun, Citra Landsat 7 dan 8, data debit sungai dan data pasang surut. Penentuan pengukuran gelombang lapangan dan lokasi sampel sedimen menggunakan metode purposive sampling. Untuk meramalkan tinggi dan periode gelombang pada setiap musimnya menggunkan metode SMB (Svendrup Munk Metode Bretchheider), dan untuk menghitung laju abrasi menggunakan metode DSAS. (Digital Shoreline Analysis System). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan  kecepatan longshore current pada musim barat sebesar 1,25038 m/s, pada musim peralihan 1 sebesar 0.71639 m/s, pada musim timur sebesar 1,08519 m/s, dan pada musim peralihan 2 sebesar 1,00732 m/s, yang menyebabkan abrasi dari tahun 2015-2016 seluas 7,29 ha. The waves which moves from deep sea into shallow water then changed into breaking waves that affected by decrease of the depth. The angel made from breaking waves towards coastline will be formed into longshore current. Longshore current caused sediment transported along the coast, this situation caused abration or sedimentation. The aim of this research was to determine the effect of longshore current towards abration in Pantai Moro. This research using both of primary and secondary data. In primary data, using wave height, period weight, and bed sediment. In secondary data, using ECMWF for wind data among 10 years, Landsat Imagery 7 and 8, river discharged, also tidal data. This research using purpose sampling method. Svendrup Munk Metode Bretchheider (SMB) method used to predict wave height and waves periode in every season, and Digital Shoreline Analysis System (DSAS) used to calculate the abration rate. The result showed the speed of longshore current in the west season was 1,25038 m/s, in the transition season 1 was 0.71639 m/s, in the east season was 1,08519 m/s, and in the transition season 2 was 1,00732 m/s, which causes abrasion from 2015-2016 an area of 7,92 ha. 
Peramalan Daerah Fishing Ground di Perairan Pulau Weh, Kota Sabang Menggunakan Indikator Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Serta Hubungannya Dengan Kelimpahan Ikan Tongkol Teuku Fauzan Zul Aufar; Kunarso Kunarso; Lilik Maslukah; Dwi Haryo Ismunarti; Anindya Wirasatriya
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 2 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1480.437 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i2.11221

Abstract

Fishing ground atau zona penangkapan ikan adalah suatu kawasan perairan yang menjadi sasaran penangkapan ikan. Prediksi zona tangkapan ikan dapat dilakukan dengan cara mendeteksi sebaran klorofil-a dan sebaran suhu permukaan laut (SPL) dari citra Aqua MODIS. Penelitian ini bertujuan mempelajari perkiraan potensi daerah fishing ground pada variasi monsun di perairan  Pulau Weh Kota Sabang dan hubungannya dengan kelimpahan ikan tongkol. Data SPL dan klorofil-a yang digunakan didapatkan dari citra MODIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada monsun Barat-Peralihan I yang terjadi pada Bulan Desember, Januari, Februari, Maret, April, dan Mei merupakan musim dengan jumlah tangkapan ikan tinggi. Bulan Februari merupakan puncak tertinggi hasil tangkapan, dengan luas area tangkapan diprediksi mencapai 455,89 km2. Jumlah hasil tangkapan tongkol tertinggi ditemukan pada musim Barat dan kondisi ini bersamaan dengan tingginya konsentrasi klorofil-a dan rendahnya nilai SPL. Musim Timur-peralihan II yang terjadi pada Bulan Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, dan November merupakan musim dengan tangkapan tongkol rendah. Bulan Juni memiliki hasil tangkapan ikan tongkol paling rendah, dan dari hasil prediksi penentuan daerah potensi fishing ground diperkirakan hanya mencapai 190,19 km2.. Lokasi prediksi fishing ground pada musim Barat-peralihan I dominan disebelah timur Pulau Weh, Provinsi Aceh dan sebaliknya pada musim Timur sampai peralihan II, lokasi fishing ground dominan di sebelah Barat Pulau Weh.
Pengaruh Fenomena IOD (Indian Ocean Dipole) Terhadap Sebaran Temperatur dan Salinitas di Perairan Barat Sumatera Fannia Wahyu Ramadhanty; Muslim Muslim; Kunarso Kunarso; Baskoro Rochaddi; Dwi Haryo Ismunarti
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 1 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v3i1.10494

Abstract

Perairan Barat Sumatera dan sekitarnya mendapatkan pengaruh signifikan dari massa air Samudera Hindia, massa air tersebut memberikan perubahan terhadap kondisi oseanografi seperti temperatur dan salinitas. Fenomena IOD (Indian Ocean Dipole) merupakan fenomena antara lautan-atmosfer yang terjadi di daerah ekuator Samudera Hindia, yang memberikan dampak kekeringan ataupun peningkatan intensitas curah hujan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fenomena IOD terhadap perubahan nilai temperatur dan salinitas, secara vetikal maupun horizontal yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan karakteristik massa air dengan melakukan perhitungan diagram T-S. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan deskriptif. Data temperatur, salinitas, dan kedalaman didapat dari instrumen Argo Float tahun 2014 – 2020. Kemudian untuk mendapatkan sebaran vertikal, horizontal, dan Diagram T-S menggunakan software Ocean Data View (ODV). Beradasarkan hasil olahan tersebut didapatkan sebaran temperatur secara vertikal menunjukkan temperatur di lapisan Mixed Layer (0-25 m) yaitu 27,86-31,4 ̊C, lapisan termoklin (26-180 m) yaitu 14,78-26,05 ̊C, dan lapisan dalam (181-2000 m) 2,63-13,03 ̊C. Sebaran salinitas secara verikal di lapisan Mixed Layer (0-24 m) yaitu 32,5-33,62 psu, lapisan haloklin (25-123 m) 33,7-34,63 psu, lapisan dalam (125-2000 m) 34,8-35,2 psu. Sebaran temperatur dan salinitas secara horizontal dipengaruhi oleh musim, dimana temperatur permukaan tertinggi (31,39 ̊C) terjadi pada musim Peralihan I, sedangkan salinitas permukaan tertinggi (35,6 psu) terjadi pada Peralihan II. Berdasarkan Diagram T-S massa air yang teridentifikasi pada Perairan Barat Sumatera yaitu massa air BBW (Bengal Bay Water), SLW (Subtropical Lower Water), SICW (South Indian Central Water), IEW (Indian Equatorial Water), NSM (Northern Salinity Minimum), dan ASW (Arabian Sea Water). Pada saat IOD positif tertinggi (2019) mengakibatkan penurunan temperatur dan kenaikan rerata salinitas, ketika IOD negatif (2016) mengakibatkan kenaikan temperatur dan penurunan rerata salinitas.