Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Hipoalbuminemia pada Pasien Usia Lanjut dengan Pneumonia Komunitas: Prevalensi dan Pengaruhnya Terhadap Kesintasan Kurniawan, Wawan; Rumende, C. Martin; Harimurti, Kuntjoro
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan. Hipoalbuminemia merupakan salah satu penanda risiko mortalitas, tetapi belum banyak yang mempertimbangkan faktor waktu (seberapa cepat terjadinya mortalitas). Penelitian ini mengevaluasi pengaruh hipoalbuminemia terhadap kecepatan terjadinya mortalitas pada pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hipoalbuminemia dan pengaruhnya terhadap kesintasan pasien usia lanjut yang dirawat dengan pneumonia komunitas. Metode. Penelitian dengan disain kohort retrospektif dilakukan terhadap 142 pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas yang dirawat di RSCM pada kurun waktu Januari-Oktober 2010. Data klinis dan laboratoris diambil dalam 24 jam pertama kedatangan (data sekunder) dan kemudian diikuti dalam 30 hari untuk melihat status mortalitasnya. Perbedaan kesintasan hipoalbuminemia ditampilkan dalam kurva Kaplan Meier dan perbedaan kesintasan diantara dua atau lebih kelompok akan diuji dengan Log-rank test, dengan batas kemaknaan Hasil. Prevalensi hipoalbuminemia pada pasien usila dengan pneumonia komunitas sebesar 71,1% (IK95% 0,64-0,78). Rerata kesintasan pada kelompok dengan kadar albumin normal adalah 27 hari (IK95% 24,35-30,98), sedangkan pada kelompok albumin 2,5-3,4 g/dL rerata kesintasannya adalah 22 hari (IK95% 19,66-25,13) dan pada kelompok albumin kurang dari 2,5 g/dL rerata kesintasannya adalah 19 hari (IK95% 13,07-26,23). Crude hazard ratio (HR) pasien dengan kadar albumin antara 2,5-3,4 g/dL adalah 4,49 (IK95% 1,05-19,20) dan pada pasien dengan kadar albumin kurang dari 2,5 g/dL adalah 7,26 (IK95% 1,46-36,09) bila dibandingkan dengan pasien dengan kadar albumin normal (≥3,5 g/dL). Setelah penambahan variabel perancu, didapatkan fully adjusted hazard ratio sebesar 3,81 (IK95% 0,86-16,95) untuk kelompok albumin antara 2,5-3,4 g/dL dan 11,09 (IK95% 1,79-68,65) untuk kelompok albumin kurang dari 2,5 g/dL. Simpulan. Prevalensi hipoalbuminemia pada usia lanjut dengan pneumonia komunitas adalah 71,1%. Terdapat perbedaan kesintasan 30 hari pasien pneumonia usia lanjut yang mengalami hipoalbuminemia dibanding dengan yang normoalbuminemia (≥3,5 g/dL). Kesintasan pada pasien dengan keadaan hipoalbuminemia yang berat lebih buruk dibandingkan pada keadaan hipoalbuminemia ringan.
Analisis pengetahuan dasar merdeka belajar guru SMA/SMK berdasarkan pandangan filosofi Ki Hajar Dewantara Kurniawan, Wawan; Anwar, Syafri
JPGI (Jurnal Penelitian Guru Indonesia) Vol 7, No 3 (2022): JPGI
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/022330jpgi0005

Abstract

Penelitian ini didasari dari masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan guru tentang merdeka belajar disebagian besar SMA/SMK Kota Batam yang mengakibatkan guru menerjemahkan merdeka belajar sebagai proses belajar sesuka siswa dan sesuka guru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengetahuan dasar merdeka belajar guru SMA/SMK. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Data penelitian ini diperoleh dengan observasi partisipasi pada 4 sekolah swasta dan 2 sekolah negeri, sedangkan metode observasi non partisipasi dilaksanakan pada 2 sekolah swasta dan 4 sekolah negeri. Data yang diperoleh adalah data primer dari hasil observasi, sedangkan data sekunder didapat dari data dinas pendidikan terkait pelaksanaan platform merdeka mengajar yang ada di sekolah menengah di Kota Batam. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada kesalahan pemahaman guru pada prinsip terpenting merdeka belajar, yang mengakibatkan gagalnya memaknai dan menjalankan merdeka belajar secara utuh, adapun prinsip yang belum tersentuh dengan baik tersebut adalah pertama gagal memaknai tujuan dan posisi guru dalam pandangan filosofi ki hajar dewantara, kedua belum duduknya konsep tentang kesepakatan kelas yang menyebabkan kesepakatan hanya sebagai seremonial biasa, ketiga belum memaknainya diferensiasi belajar secara utuh mengakibatkan guru semakin bingung, terakhir belum adanya pengetahuan menyeluruh tentang batasan merdeka belajar.