Ari Sapto
Universitas Negeri Malang

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENGEMBANGAN KAJIAN SEJARAH TEMATIK SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR SEJARAH TINGKAT MENENGAH ATAS DI BLITAR Ari Sapto; Lutfiah Ayundasari; Ronal Ridhoi; Mochamad Nurfahrul Lukmanul Khakim
Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial (JPDS) Vol. 2, No. 1, April 2019
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (678.013 KB) | DOI: 10.17977/um032v0i0p13-18

Abstract

Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan pendampingan kepada guru sejarah di Blitar dalam rangka pengembangan bahan ajar sjarah tematik dengan materi sejarah lokal Blitar. Metode pengembangan yang dilakukan meliputi analisis kebutuhan, pelaksanaan workshop, dan pendampingan pengembangan bahan ajar. Mitra yang terlibat dalam kegiatan ini adalah guru-guru sejarah di Blitar yang tertarik dalam pengembangan bahan ajar sejarah tematik. Hasil dari kegiatan ini adalah kumpulan tulisan dari kelompok guru yang dikombinasikan dengan artikel pemateri workshop untuk dipublikasikan dalam bentuk e-book  sebagai bahan ajar sejarah tematik di Blitar.
Incivility and disrespectfulness in online political discussion Angga Prawadika Aji; Ari Sapto
Masyarakat, Kebudayaan dan Politik Vol. 33 No. 3 (2020): Masyarakat, Kebudayaan dan Politik
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.617 KB) | DOI: 10.20473/mkp.V33I32020.278-285

Abstract

Reader’s comment columns on online political news pages are locations where political discussions between citizens can emerge and develop. The reader comment column is a standard feature of almost all media sites because of its ability to initiate discussion and promote a particular article or issues within the news site. Unfortunately, in its development, the online comment column’s discussion process is often filled by incivility and disrespectful expressions, such as sentences containing insults, condemnation, or expressions full of anger. Such sentences have the potential to undermine the discussion process and encourage pointless arguments, especially in articles that discuss political polarity. This study aims to determine the extent to which incivility and disrespectful expressions appear in readers’ comments columns of online news sites, especially on polarized political issues. This study uses content analysis techniques on 403 comments in political news on Detik.com, one of Indonesia’s main news portals. The results show that although the incivility expression shows a small number, the form of disrespectful shows a high number in the readers’ comments. The highest form of the expression of disrespectful is the expression tat contains name-calling (23%), followed by hyperbole (15.6%) and the use of sarcasm (6.2%). The high number of disrespectful expressions seems to be related to the comment column service feature that allows users to use anonymous identities.
Dampak reformasi terhadap elektabilitas Partai Golkar pada pemilu 1999 di Kabupaten Malang Ahmad Hibatullah Al Asari; Ari Sapto
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 3, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um081v3i12023p97-113

Abstract

The Golkar Party had considerable influence in Indonesia during the New Order era, not least in Malang Regency. This high enough electability was enough to make Golkar's power firmly entrenched, at least until the 1997 elections. This study focuses on the discussion on the electability of the Golkar party in Malang Regency in the 1999 election and its comparison with the 1997 election which is quite contradictory, as well as its relationship to reform events in 1998. Research It uses a historical method that involves in-depth reading of sources from archives, articles, books, interviews, photographs and news articles in newspapers. This study shows that as a result of the reform event, the electability of the Golkar party in Malang Regency fell drastically, in contrast to the 1997 election, however, of the 48 parties that participated in the 1999 election, the Golkar party was still able to occupy the third position for the Malang Regency legislative election.Partai Golkar memiliki pengaruh cukup besar di Indonesia pada masa Orde Baru, tak terkecuali di Kabupaten Malang. Elektabilitas yang cukup tinggi cukup untuk membuat kekuasaan Golkar melekat kuat, setidaknya sampai pemilu 1997.  Studi ini memfokuskan pembahasan pada elektabilitas partai Golkar di Kabupaten Malang pada pemilu 1999 dan perbandingannya dengan pemilu 1997 yang cukup bertolak belakang, serta hubungannya dengan peristiwa reformasi pada 1998. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang melibatkan pembacaan yang mendalam terhadap sumber dari arsip, artikel, buku, wawancara, foto dan berita di koran. Penelitian ini menunjukkan bahwa akibat peristiwa reformasi, elektabilitas partai Golkar di Kabupaten Malang menjadi turun drastis, berbanding balik dengan pemilu 1997, meskipun demikian dari 48 partai yang mengikuti pemilu 1999 partai Golkar masih dapat menduduki posisi ke tiga untuk pemilihan legislatif Kabupaten Malang.
APLIKASI JOURNEY GUERILLA OF REVOLUTION (JAGUAR) SEBAGAI INOVASI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS UNITY Maudy Amalia; Ari Sapto; Ulfatun Nafi'ah
Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um0330v5i1p87-99

Abstract

The basis for doing research is motivation to solve the needs and problems in history learning. Some of the needs and problems that become the focus of the study are the unavailability of interactive history learning media, teaching materials that have not ac-commodated local historical studies, and students' lack of wisdom in using gadgets. To overcome the needs and problems studied, the researcher then developed material about Tatsuo Ichiki's struggle to defend Indonesia's independence in South Malang in 1948–1949. The material is included in an application called Journey Guerilla of Revolution (JAGUAR) as an interactive history learning based on Unity. Thus, the purpose of research and development ‘JAGUAR’ is: (1) to produce the 'JAGUAR' application with material about Tatsuo Ichiki's struggle to maintain Indonesian independence in Southern Malang in 1948–1949 and (2) to test its effectiveness as a historical learning for learning history in class XI MIPA 3 SMAN 1 Turen. To help achieve this goal, researcher used method of the ADDIE (analyze, design, development, implementation, and evalua-tion) model belonging to Nunuk Suryani, Achmad Setiawan, and Aditin Putria in conducting this research and development. Then this research and development result are the 'JAGUAR' application can be used as a media of history learning because it is considered very valid and very effective. This is based on the percentage of material validity of 91.3 percent, media validity of 98.7 percent, effectiveness test in small group trial of 90.9 percent, and effectiveness test in field trial of 94.4 percent. Dasar dilakukannya penelitian adalah motivasi untuk memecahkan kebutuhan dan permasalahan dalam pembelajaran sejarah. Beberapa kebutuhan dan permasalahan yang menjadi fokus kajian adalah belum tersedianya media pembelajaran sejarah yang interaktif, bahan ajar yang belum mengakomodir kajian sejarah lokal, dan kurangnya kearifan siswa dalam menggunakan gadget. Untuk mengatasi kebutuhan dan permasalahan yang diteliti, peneliti kemudian mengembangkan materi tentang perjuangan Tatsuo Ichiki dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Malang Selatan pada tahun 1948–1949. Materi tersebut dituangkan dalam sebuah aplikasi bernama Journey Guerilla of Revolution (JAGUAR) sebagai pembelajaran sejarah interaktif berbasis Unity. Dengan demikian, tujuan penelitian dan pengembangan 'JAGUAR' adalah: (1) menghasilkan aplikasi 'JAGUAR' dengan materi tentang perjuangan Tatsuo Ichiki dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Malang Selatan pada tahun 1948–1949 dan (2) untuk menguji efektivitasnya sebagai pembelajaran sejarah untuk pembelajaran sejarah pada siswa kelas XI MIPA 3 SMAN 1 Turen. Untuk membantu mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan metode model ADDIE. Kemudian hasil penelitian dan pengembangan ini adalah aplikasi JAGUAR dapat digunakan sebagai media pembelajaran sejarah karena dinilai sangat valid dan sangat efektif. Hal ini didasarkan pada persentase validitas materi sebesar 91,3 persen, validitas media sebesar 98,7 persen, uji keefektifan pada uji coba kelompok kecil sebesar 90,9 persen , dan uji keefektifan pada uji coba lapangan sebesar 94,4 persen.
Relief Candi Kidal Sebagai Inspirasi Pengembangan Motif Batik Khas Desa Kidal Untuk Pemberdayaan Masyarakat Indah Wahyu Puji Utami; Slamet Sujud Purnawan Jati; Ari Sapto; Lutfiya Ayundasari; Joko Sayono
Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial (JPDS) Vol. 1, No. 1, April 2018
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.726 KB) | DOI: 10.17977/um032v0i0p30-39

Abstract

Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk mengembangkan motif batik khas Desa Kidal untuk pemberdayaan masyarakat. Metode pengembangan yang dilakukan meliputi observasi, eksplorasi ide, perancangan dan perwujudan karya. Mitra yang terlibat dalam kegiatan ini adalah pemerintah Desa Kidal, PKK Desa Kidal, Karang Taruna Garudeya, dan Koperasi Wanita (Kopwan) Melati.. Hasil dari kegiatan ini adalah adanya lima motif batik khas Desa Kidal yaitu Garudeya, ayam, pelipit kakaktua, tumpal, dan lidah api.  Motif tersebut diaplikasikan dalam bentuk canting cap batik. Adanya motif dan canting cap batik memberdayakan 28 perempuan Desa Kidal yang merupakan bagian dari kelompok mitra sehingga mereka bisa mengembangkan produksi batik yang bernilai ekonomi. 
Pasang surut industri batik di Ponorogo tahun 1980-2006 Muchammad Zainudin; Ari Sapto; Ulfatun Nafi'ah
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.617 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i32022p375-386

Abstract

The Ponorogo batik has been created since 1921, which has been proved by the existence of batik cooperatives and mori cloth factories. In the early 1980s the Ponorogo batik industry has been experienced a decline and in the 1990-2000s the Ponorogo batik industry began to show up its existence. The purpose of this paper is to explain the condition of the batik industry in Ponorogo, which has been success in the 1960s and began to fade in the 1980s, and rise up in the 2000s. The method that used in this paper is historical method which consists of four stages, heuritics, critics, interpretation, and historiography. The results of this study show the ups and downs of the batik industry in Ponorogo that occurred from 1960-2006. The ups and downs are influenced by capital, marketing, quality of fabrics, motifs, the times, and also the regeneration of batik craftsmen.Batik Ponorogo sudah ada sejak tahun 1921, dibuktikan dengan adanya koperasi batik dan pabrik kain mori. Pada awal tahun 1980 industri batik Ponorogo mengalami kemunduran dan di tahun 1990-2000-an industri batik Ponorogo mulai menunjukan eksistensinya. Tujuan dari penulisan ini untuk menarasikan kondisi industri batik di Ponorogo yang pernah mengalami kejayaan di tahun 1960 dan mulai meredup di tahun 1980, berkembang lagi di tahun 2000-an. Metode yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil dari penelitian ini menunjukan pasang-surutnya industri batik di ponorogo yang terjadi sejak tahun 1960-2006. Pasang surutnya di pengaruhi oleh permodalan, pemasaran, kualitas kain, motif, perkembangan zaman, hingga regenerasi perajin batik. 
Madoera Stoomtram Maatschappij: fungsi perkeretaapian sebagai pengangkutan garam hingga transportasi umum di Madura tahun 1897-1987 Faniesa Ardianti Mahdiyar; Naning Siregar Pribumi; Sopia Nabila; Ari Sapto
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1462.662 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i12022p1-12

Abstract

Who would have thought that Madura Island, which was surrounded by the expanse of the Java Sea, used to have access to modern transportation, namely trains. The railway line in Madura had been built during the Dutch Colonial Government and its use developed over time. The use of trains during the Dutch colonial administration is known to have first functioned as transportation of local commodities, especially salt commodities, which was centered in Sumenep, then changed to public transportation that can be used by the surrounding community. As for the formulation of the problem to be discussed, the first is to find out the background of the founding of Madoera Stoomtram Maatschappij. Second, to find out the function of the train run by Madoera Stoomtram Maatschappij in salt transportation activities to become a means of public transportation in Madura. Then, the third, to find out the reason for Madoera Stoomtram Maatschappij's cessation of operations. The research method used is the historical research method. Siapa sangka jika Pulau Madura yang dikelilingi hamparan Laut Jawa dulunya memiliki akses transportasi modern, yakni kereta api. Jalur kereta api di Madura telah dibangun pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda dan penggunaannya berkembang seiring berjalannya waktu. Penggunaan kereta api pada masa pemerintahan kolonial Belanda diketahui pertama kali berfungsi sebagai pengangkutan komoditas lokal, khususnya komoditas garam yang berpusat di Sumenep, kemudian berganti menjadi alat transportasi umum yang sudah bisa digunakan oleh masyarakat sekitar. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu pertama untuk mengetahui bagaimana latar belakang berdirinya Madoera Stoomtram Maatschappij. Kedua, untuk mengetahui fungsi kereta api yang dijalankan oleh Madoera Stoomtram Maatschappij dalam kegiatan pengangkutan garam hingga menjadi alat transportasi umum di Madura. Kemudian, yang ketiga, untuk mengetahui alasan berhenti operasinya Madoera Stoomtram Maatschappij. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah.
Eksistensi bangunan gaya kolonial Belanda di kawasan Kayutangan, Kota Malang pada tahun 1900-2021 Khamaliyah Nur Erine; Sakafitri Rimasari; Ari Sapto
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 4 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (997.798 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i42022p588-602

Abstract

The history of the city of Malang has a long journey until the presence of the city of Malang is rapidly as it is today. Judging from its history, in 1914 the Kayutangan area to the Malang city square was used as the center of Malang city at that time. This is because the geographical location of Kayutangan is very strategic for trade and service routes and is used as a connecting route between Malang and Surabaya. The pattern of settlements is formed around the square with the pattern following the grouping of a plural society. Most of the colonial buildings in Malang adhere to Dutch architecture. Colonial buildings built before the 1920s have an "Indische Empire" architectural style which is an old European model building. In the years after the 1920s the colonial building had an architectural style of "Nieuwe Bouwen" which had been adapted to the climate and building techniques of the Dutch East Indies. The existence of the Dutch colonial style building at this time can still be enjoyed by the facade of the building. Contextual buildings are designed based on the existing environmental and climate systems to realize buildings that adopt Dutch colonial architecture and the system of structuring the routes prioritizes users' comfort and safety when passing through these routes. The author uses the historical method which has four stages including heuristics, source criticism, interpretation and historiography. The purpose of writing this article is to find out the historical background of the architectural development of the Kayutangan area, Malang and to analyze the existence of Dutch colonial buildings in the Kayutangan area, Malang in 1900-2021.Sejarah kota Malang memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga hadirnya kota Malang yang pesat seperti saat ini. Ditinjau dari sejarahnya, pada tahun 1914 kawasan Kayutangan hingga alun-alun kota Malang dijadikan sebagai pusat kota Malang pada saat itu. Hal ini dikarenakan letak geografis Kayutangan sangat strategis untuk jalur perdagangan dan jasa serta dijadikan sebagai jalur penghubung antara Malang dengan Surabaya. Pola pemukiman terbentuk di sekeliling alun-alun dengan polanya mengikuti pengelompokan masyarakat majemuk. Sebagian besar bangunan kolonial di Malang menganut arsitektur Belanda. Bangunan kolonial yang dibangun sebelum tahun 1920-an memiliki gaya arsitektur “Indische Empire” yang merupakan bangunan model Eropa lama. Pada tahun setelah 1920-an bangunan kolonial memiliki gaya arsitektur “Nieuwe Bouwen” yang telah disesuaikan dengan iklim dan teknik bangunan Hindia Belanda. Eksistensi bangunan gaya kolonial Belanda pada masa kini masih bisa dinikmati fasade bangunannya. Bangunan kontekstual yang dirancang berdasarkan sistem lingkungan dan iklim yang ada untuk mewujudkan bangunan yang mengadopsi arsitektur kolonial Belanda dan sistem penataan jalur-jalur lebih memprioritaskan para penggunanya nyaman dan aman ketika melewati jalur tersebut. Penulis menggunakan metode sejarah yang memiliki empat tahap diantaranya heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui latar historis perkembangan arsitektur kawasan Kayutangan, Malang serta untuk menganalisis eksistensi bangunan kolonial Belanda di kawasan Kayutangan, Malang pada tahun 1900-2021.
DINAMIKA LODDROK RUKUN FAMILI, 1943-2020: SEJARAH, ALUR CERITA, DAN HEGEMONI SETIAP REZIM Muhammad Jibril Bachtiar; Ari Sapto; Ronal Ridhoi
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 16, No 2 (2022): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v16i22022p286-303

Abstract

Loddrok Rukun Famili is a performing arts group that has a long history of experience since the Japanese occupation and is one of the many ludruk groups that still exist today. This article tries to examine how the history of the ludruk Rukun Famili, as well as the dynamics of the storylines presented to describe the pattern of transitions in performances in each period, and how the influence of hegemony on the changes in the play brought about by the ludruk Rukun Famili resulted in a storyline that could not be separated from regime intervention. This study applies the historical method by utilizing various sources such as written archives, interviews and other sources. This study shows that the dynamic process of the storyline in the Rukun Famili is not only caused by a single factor but several factors such as modernization, changes in public interest and the political direction of each regime, based on these findings it is concluded that non-art factors then become considerations that influence the direction of change storyline of the Rukun FamiliLoddrok Rukun Famili merupakan kelompok seni pertunjukan yang memiliki pengalaman sejarah cukup panjang terhitung sejak masa pendudukan Jepang dan merupakan salah satu di antara banyak kelompok ludruk yang masih eksis hingga saat ini. Artikel ini mencoba menelaah bagaimana kesejarahan ludruk Rukun Famili, serta dinamika alur cerita yang disuguhkan hingga menggambarkan pola transisi dalam pementasan di setiap periode, dan bagaimana pengaruh hegemoni terhadap perubahan lakon yang dibawakan oleh ludruk Rukun Famili berakibat pada alur cerita yang tak bisa lepas dari intervensi rezim. Penelitian ini menerapkan metode sejarah dengan memanfaatkan berbagai sumber seperti arsip tertulis, wawancara dan sumber lainnya. Kajian ini menunjukkan bahwa proses dinamika alur cerita pada Rukun Famili tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tunggal melainkan beberapa faktor seperti modernisasi, perubahan minat masyarakat dan arah politik setiap rezim, berdasarkan temuan tersebut disimpulkan bahwa faktor-faktor non kesenian kemudian menjadi pertimbangan yang mempengaruhi arah perubahan alur cerita dari Rukun Famili.
Kehidupan buruh perkebunan kopi di Dampit tahun 1870-1930 Muhammad Bahtiar Syarifudin; Ari Sapto; Reza Hudiyanto
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um081v3i22023p174-185

Abstract

The end of the cultuurstelseel policy and the emergence of the Agrarian Law of 1870 led to the development of plantations on a large scale, because this system gave private parties the right to develop their business in the field of export commodities by leasing native land. This has caused many people to migrate from villages to plantation areas to work as plantation labourers. This study attempts to describe the development of plantations which have begun to expand into inland areas on the island of Java, especially in Malang. Besides that, how is the life of plantation workers as plantation workers, where plantation workers occupy the lowest strata in stratification. This paper is reviewed using the historical method with sources that have been collected in the form of photo archives and documents, as well as several written sources in the form of books and articles. The policies implemented by the Dutch East Indies government greatly influenced the life of the indigenous people, especially from a social and economic point of view of the community itself. Berakhirnya kebijakan cultuurstelsel dan munculnya UU Agraria tahun 1870 menyebabkan perkembangan perkebunan secara besar besaran, karena sistem tersebut memberikan hak kepada pihak swasta untuk mengembangkan bisnisnya dibidang komoditas ekspor dengan cara menyewa tanah bumiputera. Hal itu menyebabkan banyaknya migrasi masyarakat dari desa menuju ke kawasan perkebunan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan. Kajian ini berusaha menggambarkan perkembangan perkebunan yang mulai meluas ke area pedalaman di pulau Jawa terutama di Malang. Selain itu bagaimana kehidupan buruh perkebunan sebagai tenaga kerja yang menempati strata paling bawah dalam stratifikasi. Tulisan ini dikaji menggunakan metode sejarah dengan sumber yang sudah dikumpulkan berupa arsip foto maupun dokumen, serta beberapa sumber tertulis berupa buku dan artikel. Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Hindia-Belanda sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat bumiputera, terutama dari segi sosial maupun ekonomi masyarakat itu sendiri.