Susan Fitriyana
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Bandung

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

The Source of Stress of Students During Pandemic COVID-19: a Qualitative Study Susan Fitriyana; Titik Respati; Dewi Sartika
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 9, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.472 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v9i1.6938

Abstract

The COVID-19 pandemic can lead to students' mental health problems, such as anxiety, depression, and stress. The government's policy for study from home exacerbates mental health problems. This study aimed to determine the source of student stress during the study from home during the COVID-19 pandemic. The study design used qualitative research. The sampling technique uses consecutive sampling. This research involved 36 students from the faculty of psychology and the faculty of medicine in Bandung city who underwent study from home (SFH). Data were collected by interviewing participants in May 2020. This study's results are the dominant thing that participants feel during the study from home is boredom, relaxed, and complicated; the things they missed during learning at home were friends, playing, and chatting; and they feel fear, sadness, and anxiety when heard the news about COVID-19. This study concludes that the source of student stress was being far from friends, limited communication and face-to-face contact with friends and lecturers, and did not get direct attention from friends or lecturers. SUMBER STRES MAHASISWA SELAMA MASA PANDEMIK COVID-19: PENELITIAN KUALITATIFPandemik COVID-19 dapat mengakibatkan masalah kesehatan mental untuk mahasiswa seperti kecemasan, depresi, dan stress. Kebijakan pemerintah untuk melakukan pendidikan jarak jauh (PJJ) telah memperburuk masalah kesehatan mental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan sumber stres mahasiswa selama menjalani PJJ di masa pandemik COVID-19. Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode pengambilan sampel adalah consecutive sampling dengan melibatkan 36 mahasiswa dari fakultas psikologi dan fakultas kedokteran di Kota Bandung yang menjalani PJJ. Data diambil dengan melakukan wawancara kepada partisipan pada bulan Mei 2020. Hasil dari penelitian ini adalah perasaan dominan yang dirasakan partisipan selama PJJ adalah bosan, santai dan tidak praktis; hal yang dirindukan selama masa kuliah di rumah adalah teman, bermain dan mengobrol; dan hal yang terlintas ketika mendengar berita tentang COVID-19 adalah takut, sedih dan cemas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sumber stres mahasiswa adalah merasa jauh dengan teman, komunikasi dan kontak tatap muka dengan teman dan dosen yang terbatas serta tidak mendapatkan perhatian langsung dari teman dan dosen.
Implementation of Environmental Health Management to Achieve Open Defecation Free in Tamansari Village in Bandung Raden Ganang Ibnusantosa; Susan Fitriyana; Nurul Romadhona; Titik Respati
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 9, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1151.128 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v9i3.8328

Abstract

Proper sanitation will ensure the community is healthy and reduce most infectious diseases' transmission, especially water-borne diseases. Open defecation has a significant effect on public health. Sanitation coverage data from the Ministry of Health Republic of Indonesia in 2018 shows that open defecation is still high, including in Bandung city. This study aims to analyze the implementation of environmental health management programs that have been implemented in Tamansari village in Bandung city. This research is a qualitative research conducted in Tamansari village in Bandung city. The data were collected from May to August 2021 through Focus Group Discussion with cadres and in-depth interviews with informants from the village head, a representative from a non-governmental group, and cadres. The results of this study indicate that the process of planning, organizing, mobilizing, and controlling has been running according to the theory. Obstacles faced by the village in achieving open defecation free include funds, land, community understanding, and sub-optimal supervision. PENERAPAN MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KELURAHAN TAMANSARI BANDUNGSanitasi yang layak akan memastikan masyarakat berada dalam lingkungan yang sehat dan mengurangi sebagian besar penularan penyakit infeksi terutama penyakit yang ditularkan melalui air. Buang air besar (BAB) sembarangan memiliki efek yang sangat besar bagi kesehatan masyarakat. Data cakupan sanitasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018 menunjukkan bahwa perilaku BAB sembarangan masih tinggi termasuk di Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan menganalisis penerapan program manajemen kesehatan lingkungan yang telah dilaksanakan di Kelurahan Tamansari Kota Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan di Kelurahan Tamansari Kota Bandung. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei hingga Agustus 2021 melalui Focus Group Discussion dengan kader dan wawancara mendalam dengan lurah, perwakilan kelompok swadaya masyarakat, dan kader. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan sudah berjalan sesuai dengan teori. Kendala yang dihadapi oleh kelurahan dalam mencapai bebas BAB sembarangan antara lain dana, lahan, pemahaman masyarakat, dan pengawasan yang belum optimal.
The Need for Adolescent Mental Health Intervention in Primary Health Care Susan Fitriyana; Hilmi Sulaiman Rathomi; Sara Shafira
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.454 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v8i2.6376

Abstract

Mental health problems in adolescents became a global concern. About 10–20% of children and adolescents worldwide experience mental health problems, but only about 10% get medical attention. This study aims to perform an initial screening of adolescent mental health in Bandung, especially adolescents at school age, to get the magnitude of the problem of mental health in adolescents. This research was a cross-sectional study conducted in Bandung. Data collected in December 2018. The study used consecutive sampling to recruit 140 students from junior and senior high schools. The instrument used was the strength and difficulties questionnaire (SDQ) YR1 version, which was filled independently by respondents. Data were analyzed using STATA 13. The results of this study were that the prevalence of mental health problems in adolescents was 21%. The highest aspect was emotional (28%) and conducted problems (21%). There was a significant different male versus female in emotional and conduction problems. In conclusion, the magnitude of the adolescent's mental health problems in Bandung was enormous; thus, interventions at the primary care level and partnership with another sector needed. PERLU INTERVENSI KESEHATAN MENTAL REMAJA DI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERMasalah kesehatan mental pada remaja telah menjadi perhatian dunia. Sekitar 10–20% anak dan remaja di seluruh dunia mengalami masalah kesehatan mental, tetapi hanya 10% yang mendapatkan pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini melakukan penapisan awal besaran masalah kesehatan mental pada remaja usia sekolah di Kabupaten Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di Kabupaten Bandung. Data dikumpulkan pada bulan Desember 2018 menggunakan consecutive sampling dengan melibatkan 140 siswa SMP dan SMA. Instrumen yang digunakan adalah strength and difficulties questionaire (SDQ) YR1 version yang diisi oleh responden. Data dianalisis menggunakan STATA 13. Hasil penelitian didapatkan prevalensi masalah kesehatan mental pada remaja adalah 21%. Aspek penilaian tertinggi berada pada masalah emosional (28%) dan conducting problem (21%). Terdapat perbedaan nilai yang siginifikan untuk aspek emosinal dan conduct problem antara kelompok laki-laki dan perempuan. Simpulan, masalah kesehatan mental remaja di Kabupaten Bandung sangat besar sehingga dibutuhkan penanganan kesehatan mental remaja di tingkat pelayanan kesehatan primer dan kerja sama dengan sektor lain.
Level of Depression, Anxiety, and Stress of College Students in Indonesia during the Pandemic COVID-19 Nurul Romadhona; Susan Fitriyana; Raden Ganang Ibnusantosa; Titik Respati
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 9, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.287 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v9i3.8337

Abstract

The COVID-19 pandemic has caused a shift in learning methods to online. The obstacles felt by college students can have an impact on mental health. However, data on student mental health in Indonesia during the pandemic is still limited. This study describes the depression, anxiety, and stress of college students in Indonesia during the COVID-19 pandemic. This research method is descriptive, conducted on college students in Indonesia from July to August 2021. Sampling is done by voluntary sampling collection, with 258 respondents. The research instrument is a questionnaire of characteristics and depression, anxiety, stress scale (DASS) 42 in the form of Google Form. Data analysis using Microsoft Excel. The results of the research on the characteristics of the most respondents, namely, age in the range of 20–24 years (85.3%), female (64.7%), from Java (60.8), third grade (66.7%), living with parents (74.8%), and from the faculty of medicine (23.3%). More college students are not depressed (55.0%) or not stressed (57.4%) than those who are depressed or stressed. However, more college students experience anxiety than those who are not anxious, 60.1%. Based on the level, most college students experienced moderate depression (12.8%), very severe anxiety (20.9%), and severe stress (13.6%). This study concludes that most college students experience moderate depression, very severe anxiety, and severe stress. The success of online education depends on several factors, such as basic technical skills and the ability to access hardware and software, good self-motivation, and the availability of a conducive learning environment. This problem can have an impact on the mental health of college students. TINGKAT DEPRESI, KECEMASAN, DAN STRES PADA MAHASISWA DI INDONESIA SELAMA MASA PANDEMI COVID-19Pandemi COVID-19 menyebabkan peralihan metode pembelajaran menjadi daring. Terdapat manfaat dan kendala pada pembelajaran daring. Kendala yang dirasakan mahasiswa dapat berdampak pada kesehatan mental. Data kesehatan mental mahasiswa di Indonesia selama pandemik masih terbatas. Penelitian ini bertujuan menggambarkan depresi, kecemasan, dan stres pada mahasiswa di Indonesia selama masa pandemi COVID-19. Metode penelitian adalah deskriptif yang dilakukan pada mahasiswa di Indonesia pada Juli hingga Agustus 2021. Pengambilan sampel dengan cara sampling sukarela dengan jumlah responden 258 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner karakteristik dan depression, anxiety, stress scale (DASS) 42 dalam bentuk Google Form. Analisis data menggunakan Microsoft Excel. Hasil penelitian karakteristik responden yang terbanyak, yaitu usia pada rentang 20–24 tahun (85,3%), perempuan (64,7%), berasal dari Pulau Jawa (60,8), tingkat tiga (66,7%), tinggal bersama orangtua (74,8%), dan dari fakultas kedokteran (23,3%). Lebih banyak mahasiswa yang tidak depresi (55,0%) atau tidak stres (57,4%) daripada yang depresi atau stres. Namun, lebih banyak mahasiswa yang mengalami kecemasan daripada yang tidak cemas, yaitu 60,1%. Berdasar atas tingkatannya, mahasiswa paling banyak mengalami depresi sedang (12,8%), kecemasan sangat berat (20,9%), dan stres berat (13,6%). Simpulan penelitian ini adalah sebagian besar mahasiswa mengalami depresi sedang, kecemasan sangat berat, dan stres berat. Keberhasilan pendidikan daring bergantung pada beberapa faktor seperti keterampilan teknis dasar dan kemampuan mengakses perangkat keras dan lunak, motivasi diri yang baik, serta ketersediaan lingkungan belajar yang kondusif. Terkendalanya hal ini dapat berdampak pada kesehatan mental mahasiswa.
Measuring Envy Level among Students of Faculty of Medicine Eka Nurhayati; Susan Fitriyana; Eva Rianti Indrasari
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.736 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v8i2.6185

Abstract

Envy is a negative emotion that painful and unpleasant, caused by feelings of inferiority when someone compared themselves to others. Envy is divided into benign and malicious envy. Benign envy could be leverage to motivate someone to improve themselves until they reach or even exceed the envied person’s level. In contrast, malicious is destructive that someone could do anything to pull the envied person down to the same level as themselves or even lower. This study aimed to measure benign and malicious envy among the students of the Faculty of Medicine Universitas Islam Bandung. It was a descriptive study involving 152 students. Measurement made using the Benign and Malicious Envy Scale (BeMaS), which uses 6 points Likert scale during November 2019. Data analysis using Microsoft Excel. The study results showed envy among the students dominated by positive or productive envy, the mean value for benign envy (4.57), and malicious envy (1.92). It showed that benign envy push students to be more competitive rather than destructive envy. The conclusion of this study that the level of envy students of the Faculty of Medicine Universitas Islam Bandung dominated by benign envy. The faculty is responsible for developing strategies to increase the benign envy level and control the malicious envy level. PENGUKURAN TINGKAT IRI PADA MAHASISWA SEBUAH FAKULTAS KEDOKTERANIri adalah emosi negatif menyakitkan dan tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh perasaan inferior ketika membandingkan diri dengan orang lain. Iri terbagi atas benign envy dan malicious envy. Benign envy bersifat memotivasi seseorang untuk terus memperbaiki diri sampai mencapai bahkan melebihi apa yang dimiliki kompetitornya. Sebaliknya, malicious envy bersifat destruktif ketika seseorang berupaya untuk menarik kompetitornya ke level yang sama dengan dirinya atau bahkan lebih rendah. Penelitian ini bertujuan mengukur tingkat benign dan malicious envy pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan melibatkan 152 mahasiswa sebagai subjek penelitian. Pengukuran dilakukan menggunakan Benign and Malicious Envy Scale (BeMaS) selama November 2019  menggunakan 6 poin Skala Likert dan analisis data menggunakan Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata benign envy (4,57) lebih tinggi dibanding dengan malicious envy (1,92). Hal ini menunjukkan bahwa iri yang bersifat positif atau produktif jauh lebih tinggi dibanding dengan nilai iri yang bersifat destruktif. Simpulan penelitian ini adalah bahwa tingkat iri pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung lebih dominan pada benign envy dibanding dengan malicious envy. Tugas fakultas adalah mengembangkan strategi agar dapat meningkatkan nilai benign envy serta berupaya mengendalikan tingkat malicious envy.
Klasifikasi Morfologi Leukemia Limfoblastik Akut Berhubungan dengan Kejadian Relaps pada Pasien Anak Clara Juniasari; Susan Fitriyana; Apen Afgani; Lelly Yuniarti; Yani Triyani
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.4338

Abstract

Leukemia yang paling banyak ditemukan pada anak adalah jenis leukemia limfoblastik akut (LLA). Pasien yang mengalami respons lambat setelah pemberian kemoterapi memiliki risiko relaps lebih besar. Terdapat faktor risiko yang dapat memengaruhi relaps, seperti usia, jenis kelamin, jumlah leukosit, dan klasifikasi morfologi LLA. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan karakteristik pasien dengan kejadian relaps pada anak LLA. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 111 anak di RS Al-Islam Bandung periode Maret—Juli 2018. Hubungan karakteristik pasien dengan kejadian relaps dianalisis menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan anak yang mengalami relaps: 46,7% anak laki-laki dengan rasio prevalensi 1,14 (p=0,781); usia 5—9 tahun sebanyak 50% dengan rasio prevalensi 1,33 (p=0,664); anak dengan jumlah leukosit >50.000/µL sebanyak 64,2% dengan rasio prevalensi 1,74 (p=0,077), dan anak dengan klasifikasi morfologi LLA-L2 sebanyak 56,7% dengan rasio prevalensi 4,25 (p=0,004). Simpulan penelitian tidak terdapat hubungan jenis kelamin, usia, dan jumlah leukosit dengan kejadian relaps, namun terdapat hubungan antara klasifikasi morfologi dan kejadian relaps. MORPHOLOGICAL CLASSIFICATION OF ACUTE LIMPHOBLASTIC LEUKEMIA RELATED TO RELAPSE IN PEDIATRIC PATIENTSThe most commonly leukemia occurred in children is a type of acute lymphoblastic leukemia (ALL). Patients who responded slowly after receiving chemotherapy, have a greater risk of relaps. There are risk factors that could affect the occurrence of relaps, such as age, sex, leukocyte count, and morphology of ALL classification. This study purposed to determine the relationship between the patient characteristics and the occurrence of relaps in children with ALL. This study used cross sectional analytic observational method with a number of sample were 111 children in Al-Islam Hospital Bandung during March-July 2018. Relationship between patient characteristics and occurrence of relapse was analyzed using chi-square method with 95% confidence level. This study showed that children who relapsed 46.7% of boys with a prevalence ratio of 1.14 (p=0.781); 50% of 5—9 years old with a prevalence ratio of 1.33 (p=0.664); 64.2% of children with leukocyte counts was >50,000/μL with a prevalence ratio of 1.74 (p=0.077) and 56.7% of children with ALL-L2 morphology classification with a prevalence ratio of 4.25 (p=0,004). Conclusions of the study there is no correlation between gender, age and number of leukocytes with the incidence of relapse but there is a relationship between morphological classification and the incidence of relapse.
Motivasi Kerja Berpengaruh terhadap Kedisiplinan Tindakan Pemasangan Infus yang Sesuai dengan Standard Operating Procedure pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Susan Fitriyana; Dadang Kusnadi; Tasya Aspiranti
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.5748

Abstract

Keselamatan pasien di rumah sakit merupakan isu global yang sangat penting. Salah satu cara untuk mencegah cidera pada pasien adalah melakukan prosedur tindakan invasif seperti pemasangan infus sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP). Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran motivasi kerja dan kedisiplinan dalam pemasangan infus yang sesuai dengan SOP serta pengaruh motivasi terhadap kedisiplinan tindakan pemasangan infus yang sesuai dengan SOP pada perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X di Kota Bandung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif verifikatif menggunakan metode penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini adalah perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X yang berjumlah 108 orang, sedangkan jumlah sampel yang diteliti adalah 103 orang, dengan teknik propotional stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April–Juli tahun 2014 dengan cara pengisian kuesioner tervalidasi, wawancara, serta observasi terhadap responden penelitian yang melibatkan kepala ruangan dan clinical instructure. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan tabulasi data untuk menjawab identifikasi masalah deskriptif dan analisis regresi untuk menguji hipotesis. Dari hasil penelitian didapatkan motivasi kerja perawat pelaksana berada dalam kategori baik dan kedisiplinan pemasangan infus yang sesuai dengan SOP dalam kategori sangat baik. Berdasar atas hasil pengujian regresi linear didapatkan bahwa variabel motivasi kerja memiliki pengaruh positif terhadap kedisiplinan perawat pelaksana dalam melakukan tindakan pemasangan infus yang sesuai dengan SOP. Pengaruh yang dihasilkan motivasi kerja dapat meningkatkan kedisiplinan pemasangan infus sesuai dengan SOP. INPATIENT WARDS NURSES WORK MOTIVATION AND THE DISCIPLINE OF INTRAVENOUS FLUID INSTALLATION BASED ON THE STANDARD OPERATING PROCEDURE Patient safety in hospitals is a significant global issue. One of the ways to prevent injury to patients is to perform an invasive procedure such as infusion following the Standard Operating Procedure (SOP). The purpose of the research was to describe the work motivation and discipline infusion following Standard Operating Procedure (SOP) and the influence of motivation towards discipline in infusion following SOP on nurse’s inpatient wards X Hospital Bandung. The type of research was descriptive verification using a cross-sectional study. The population in this study were nurses inpatient wards X Hospital Bandung, amounting to 108 people, while the number of samples were 103 people, with a proportional stratified random sampling technique. Data collection was carried out from April to July 2014 by filling out validated questionnaires, interviews, and observations of research respondents involving the head of the room and clinical instructure. The analytical method used descriptive analysis by tabulating the data to answer the identification of problems of descriptive and regression analysis to test the hypothesis. From the results, the motivation of nurses was in a good category and discipline infusion following SOP in the excellent category. Based on the results of the linear regression test showed that the variables of work motivation had a positive influence on the discipline nurses in action infusion following the SOP. The effect of work motivation can increase the discipline of infusion, according to SOP.
Gambaran Postur Kerja dan Keluhan Muskuloskeletal pada Pegawai Tata Laksana di Universitas Islam Bandung Luthfianisa Rayyani; Yuniarti Yuniarti; Caecielia Wagiono; Susan Fitriyana; Budiman Budiman
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.4342

Abstract

Ketidaksesuaian faktor ergonomi akan mengakibatkan kesalahan dalam postur kerja dan umumnya disertai gejala kelainan/keluhan musculoskeletal yang merupakan gangguan pada sendi, otot, tendon, kerangka, tulang rawan, ligamen, dan saraf yang umumnya berupa rasa nyeri. Tujuan penelitian mengetahui gambaran postur kerja dan keluhan muskuloskeletal pada pegawai tata laksana di Universitas Islam Bandung. Jenis penelitian merupakan observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian sebanyak 50 orang pegawai tata laksana di Universitas Islam Bandung yang berada di bawah naungan Kopsyakardos dan sudah bekerja lebih dari 1 tahun. Sampel penelitian diambil dengan cara melakukan observasi mengggunakan employee rapid entire body assessment (REBA) working sheet untuk menilai postur kerja, kemudian melakukan pengisian kuesioner dengan menggunakan nordic body map (NBM) untuk menilai keluhan muskuloskeletal. Penelitian dilakukan Maret–Mei 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar postur kerja responden berada pada kelompok risiko sedang sebanyak 39 orang (78%), kelompok risiko tinggi sebanyak 6 orang (12%), dan kelompok risiko rendah sebanyak 5 orang (10%). Keluhan muskuloskeletal paling banyak mengeluh sakit pada bahu kanan, bahu kiri, dan pinggang. Kesalahan postur kerja yang tidak sesuai dengan kaidah ergonomi, dilakukan secara berulang-ulang, dan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan keluhan muskuloskeletal. DESCRIPTION OF WORK POSTURE AND MUSCULOSKELETAL COMPLAINT ON THE CLEANING SERVICE IN UNIVERSITY OF ISLAM BANDUNGErgonomic factor incompatibility will lead to errors in the work posture and generally accompanied by symptoms of musculoskeletal disorder which is a disorder of the joints, muscles, tendons, skeletons, cartilage, ligaments, and nerves are generally a pain. The purpose of this study was to know the description of work posture and musculoskeletal complaints on the cleaning service in University of Islam Bandung. This method in research type is descriptive observational by using cross sectional. Research subjects as many as 50 cleaning service personnel in University of Islam Bandung under the Kopsyakardos and has worked for more than 1 year. Research sample was taken by observation using Employee Rapid Entire Body Assessment (REBA) working sheet to assess work posture, then fill out questionnaires using Nordic Body Map (NBM) to assess musculoskeletal complaints. The study was held during March–April 2018. The results showed that most of respondent’s work posture was in moderate risk group as much as 39 people (78%), in high risk group as many as 6 people (12%), and in low risk group as many as 5 people (10%). Musculoskeletal complaints most often complain of pain in the right shoulder, left shoulder, and waist. Work posture errors that are not in accordance with ergonomic rules, carried out repeatedly, and in the long term will cause musculoskeletal complaints.
Determinan Kesehatan dalam Perspektif Islam: Studi Pendahuluan Eka Nurhayati; Susan Fitriyana
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.5865

Abstract

Ajaran Islam meyakini bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan anugerah kedua terbesar dari Allah setelah keimanan. Dalam upaya menjaga kesehatan, dibutuhkan keseimbangan antara berbagai determinan kesehatan yang merupakan perpaduan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesehatan baik individu maupun masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mendeskripsikan determinan kesehatan dalam perspektif Islam. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif etnografis yang dilakukan di Kota Bandung. Pengambilan data dilakukan pada bulan April–Oktober 2019. Penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam kepada 6 orang ulama yang memiliki pendidikan minimal strata dua dalam bidang agama Islam. Analisis data dilakukan dengan cara reduksi, transkripsi, koding, dan tema. Validitas data dilakukan dengan cara triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinan kesehatan dalam perspektif Islam terdiri atas: (i) iman dan ibadah (ii) perilaku, (iii) lingkungan, (iv) sosial, (v) genetik, dan (vi) pelayanan kesehatan. Simpulan penelitian adalah determinan kesehatan dalam Islam yang paling utama adalah keimanan dan ibadah, ditunjang pula oleh determinan lainnya, yaitu perilaku, lingkungan, sosial, genetika, dan pelayanan kesehatan. Keseimbangan seluruh determinan kesehatan akan menciptakan kesehatan spiritual yang akan memengaruhi pencapaian kesehatan jiwa, fisik dan sosial. DETERMINANTS OF HEALTH IN ISLAMIC PERSPECTIVE: A PILOT STUDY Islamic teachings believe that health is a human right and the second main gift from God after the faith. In an effort to preserve health, a balance is needed between determinants of health which is a combination of factors that can affect the health of both individuals and society. This study aims to identify and describe health determinants in an Islamic perspective. This research is an ethnographic qualitative study conducted in Bandung. Data collection was held in April–October 2019. The study was conducted with in-depth interviews to 6 Islamic religion leader who have a minimum of master education in Islamic religion. Data analysis was done by reduction, transcription, coding and themes. Data validity was done by triangulation. The results showed that health determinants in Islamic perspective consisted of: (i) faith and worship (ii) health behavior, (iii) environment, (iv) social, (v) genetic, and (vi) health services. The conclusion from the research showed that the most important determinants of health in Islam is faith and worship, also supported by other determinants such as behavior, environment, social, genetics and health services. The balance of all health determinants will create spiritual health that will support the achievement of mental, physical and social health.
Hubungan Kepatuhan Penggunaan Earplug terhadap Keluhan Gangguan Pendengaran pada Pekerja PT Anugrah Bungo Lestari Fitria Hazmi Sholihah; Tety H. Rahim; Susan Fitriyana
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7392

Abstract

Paparan kebisingan di tempat kerja merupakan salah satu bahaya yang paling sering terjadi. Diperkirakan 22,4 juta pekerja di seluruh dunia terpapar kebisingan yang berpotensi menyebabkan gangguan pendengaran akibat bising. Gangguan pendengaran akibat bising dapat dicegah dengan memakai earplug. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kepatuhan penggunaan earplug dengan keluhan gangguan pendengaran pada karyawan PT Anugrah Bungo Lestari. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan metode cross-sectional. Variabel kepatuhan dan keluhan gangguan pendengaran diukur menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden. Sampel yang diteliti adalah pekerja bagian mesin dengan sampel sebanyak 100 responden yang dipilih secara total sampling dan dilakukan uji chi-square sebagai uji hipotesis. Penelitian dilakukan pada bulan September–Desember 2020 di PT Anugrah Bungo Lestari, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 80% pekerja PT Anugrah Bungo Lestari sudah patuh dalam menggunakan earplug. Terdapat 46% pekerja mengeluhkan gangguan pendengaran yang tidak mengganggu aktivitas, 16% pekerja mengalami keluhan gangguan pendengaran yang mengganggu aktivitas, sedangkan sisanya tidak mengeluhkan gangguan pendengaran (38%). Hasil uji pada pekerja yang tidak patuh menggunakan earplug terdapat keluhan gangguan pendengaran (p<0,001). Simpulan, terdapat hubungan penggunaan earplug dengan keluhan gangguan pendengaran.THE COMPLIANCE RELATIONSHIP OF USING EARPLUGS TO COMPLAINTS OF HEARING LOSS AMONG EMPLOYEES PT ANUGRAH BUNGO LESTARINoise exposure in the workplace is one of the most frequent hazards. An estimated 22.4 million workers worldwide are exposed to noise that potential to cause noise-induced hearing loss. Noise-induced hearing loss can prevent by wearing earplugs. This study aims to determine the relationship of compliance with the use of earplugs to complaints of hearing loss among employees of PT Anugrah Bungo Lestari. This research is descriptive-analytic with a cross-sectional design. The compliance and hearing loss complaints variables were measured using a questionnaire filled out by the respondents. The sample studied was 100 workers in the machine part chosen by total sampling and performed chi-square test as a hypothesis test. This research has conducted in September–December 2020 at PT Anugrah Bungo Lestari, Bungo regency, Jambi province. The results show that 80% of PT Anugrah Bungo Lestari's workers are obedient in using earplugs. There are 46% of workers complaining of hearing loss that does not interfere with activities, 16% of workers have complained of hearing loss that interferes with activities, while the rest do not complain of hearing loss (38%). The test results in workers who did not comply with using earplugs had complaints of hearing loss (p<0.001). In conclusion, there is a relationship between the use of earplugs and complaints of hearing loss.