Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology

EFEK PERBEDAAN LUAS FREE SURFACE MUATAN CAIR TERHADAP GERAKAN ROLLING MODEL KAPAL (Influence of free surface area of liquid cargo towards rolling motion of a ship model) Yopi Novita; Ariestio Dwi Ramadhan; Mohammad Imron
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 8, No 2 (2013): Jurnal Saintek Perikanan
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (857.497 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.8.2.44-51

Abstract

Kapal pengangkut ikan hidup adalah merupakan kapal pengangkut yang khusus digunakan untuk mengangkut ikan-ikan dalam kondisi hidup. Oleh karena itu, muatan utamanya adalah air dan ikan. Ditinjau dari jenis muatannya, maka muatan kapal pengangkut ikan hidup dikategorikan sebagai jenis muatan (cair) liquid. Sifat muatan cair adalah akan selalu berubah bentuk mengikuti bentuk wadah yang ditempatinya, sehingga titik berat muatan cair akan selalu bergeser. Kondisi ini dikarenakan muatan cair memiliki permukaan bebas (free surface). Free surface memiliki efek yang dapat mempengaruhi stabilitas kapal pengangkut muatan cair. Pergeseran titik berat muatan itulah yang menyebabkan kapal bermuatan cair menjadi berkurang kestabilannya jika dibandingkan dengan kapal yang bermuatan padat. Oleh karena itu perlu upaya untuk mengurangi efek free surface terhadap stabilitas kapal.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh luasan free surface terhadap kualitas gerakan rolling model kapal. Metode penelitian dilakukan dengan cara mengamati gerakan rolling model kapal sebagai efek dari keberadaan palka dengan beberapa perlakuan berbeda dan pergerakan free surface-nya. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa nilai rata-rata rolling period model kapal dengan luas free surface yang berbeda adalah berbeda.  Rolling period terbesar dihasilkan oleh model palka yang memiliki free surface terluas. Kata kunci : free surface, stabilitas, rolling periodLife fish carrier is one kind of ship that designed for transporting life fish.  This kind of ship bring most water in its hold tank beside life fishes, so that the cargo can be categorized as liquid cargo. As it is known that shape of liquid cargo is always folllow the shape of the container where it is laden, consequently the centre of gravity (CG) is always shifted due to free surface effect.  The shifted of CG may decrease stability, so it is needed some effort to ovecome the free surface effect in this kind of ship. The objective of this research was to know the influence of free surface area towards quality of rolling motion of  ship models.  The research was carried out in a laboratory and direct observation to roling motion of  some ship models were observed with variation of treatments. The result showed that average of rolling period was influenced by area of free surface, the higher rolling period was produced by the ship  model with widest free surface area. Key words : Free surface, stability, rolling period
KETERSEDIAAN AREA KERJA PADA EKS-KAPAL CANTRANG UNTUK MENGOPERASIKAN JARING INSANG OSEANIK (The Availability of working areas on the Ex-Cantrang Vessels to operate the Oceanic Gills Net) Muhammad Najib Islam; Yopi Novita; Budhi Hascaryo Iskandar
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 16, No 1 (2020): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.16.1.1-7

Abstract

Pelarangan cantrang menyebabkan kapal-kapal yang selama ini mengoperasikan cantrang harus melakukan penggantian alat penangkapan ikan. Alat penangkapan ikan pengganti yang dominan dipilih oleh para pemilik eks-kapal cantrang adalah jaring insang oseanik. Penggantian cantrang dengan jaring insang oseanik pada eks-kapal cantrang dikhawatirkan akan berdampak terhadap keselamatan kerja nelayan di laut. Salah satu faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja nelayan di laut adalah ketersediaan area kerja di atas dek. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ketersediaan area kerja pengoperasian jaring insang oseanik pada kapal jaring insang oseanik dan menilai kesesuaian area kerja pengoperasian jaring insang oseanik pada eks-kapal cantrang. Analisis data menggunakan metode deskriptif komparatif dan numerik komparatif antara area kerja pengoperasian jaring insang oseanik pada eks-kapal cantrang dan kapal jaring insang oseanik. Parameter yang dibandingkan adalah ketersediaan area kerja di atas dek dan area kerja bagi setiap ABK saat mengoperasikan jaring insang oseanik, baik pada tahapan setting, hauling, maupun handling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan area kerja pengoperasian jaring insang oseanik pada kapal jaring insang oseanik sebesar 33,27 – 35,77 m2 saat setting, 43,20 – 45,55 m2 saat hauling, dan 14,93 – 15,70 m2 saat handling. Ketersediaan area kerja bagi ABK untuk mengoperasikan jaring insang oseanik pada pada kapal jaring insang oseanik untuk tahapan setting sebesar 1,79 – 1,89 m2/orang, untuk tahapan hauling sebesar 1,18 – 1,23 m2/orang, dan untuk tahapan handling sebesar 1,44 – 1,51 m2/orang. Ketersediaan area kerja pada eks-kapal cantrang mencukupi untuk mengoperasikan jaring insang oseanik, kecuali eks-kapal cantrang yang memiliki bangunan tambahan pada area dek kerja utama.  Prohibition of cantrang causes the vessels operate cantrang should do a replacement fishing gear. Replacement fishing gear chosen by the owners of the vessels is oceanic gill nets. The replacement of cantrang to the oceanic gill nets on ex-cantrang vessels feared would affect the safety of fishermen at sea. One of the factors that affect the safety of fishermen at sea is the availability of working areas on deck. This research aimed to identify  the availability of working areas to operate oceanic gill nets on the oceanic gill nets vessels and assess the suitability of working areas on ex-cantrang vessels to operate oceanic gill nets. Data analysis used the comparative descriptive and numerical comparisons methods between the working areas of ex-cantrang vessels and oceanic gill nets vessels. Parameters compared was the availability of a working areas on deck  and working areas for crews when operating oceanic gill nets, both when setting, hauling, and handling catches. The results showed that the the availability of a working areas to operate an oceanic gill nets on the oceanic gill nets vessels is 33.27 - 35.77 m2 during setting, 43.04 - 43.55 m2 during hauling, and 14.93 - 15,70 m2 during handling.  The availability of a working areas for crew members to operate oceanic gill nets while setting was 1.79 – 1.89 m2/person, when hauling was 1.18 – 1.23 m2/person, and when handling was 1.44 – 1.51 m2/person. The availability of working areas on the ex-cantrang vessels is sufficient to operate oceanic gill nets, except for the the ex-cantrang vessels that has additional buildings on the main working deck area.
KERAGAMAN BENTUK KAPAL PENANGKAP IKAN YANG BERBASIS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG (The Diversity of Fishing Vessels Shape in Brondong Fisheries Port Area) Pringgo Kusuma Dwi Noor Yadi Putra; Yopi Novita; Budhi Hascaryo Iskandar
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 16, No 4 (2020): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.16.4.235-242

Abstract

Program bantuan kapal penangkap ikan yang diberikan oleh pemerintah kepada nelayan memiliki banyak kendala sehingga banyak kapal bantuan tersebut tidak digunakan secara optimal. Salah satu faktor kapal tersebut tidak digunakan adalah tidak sesuainya antara bentuk kapal dengan karakteristik dan kebiasaan nelayan setempat, seperti yang terjadi di daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong. Oleh karena itu, perlu dilakukannya kajian terlebih dahulu untuk mengetahui keragaman bentuk kapal penangkap ikan di daerah tersebut. Kajian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi dan menentukan jumlah keragaman bentuk kapal penangkap ikan di daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong. Data parameter bentuk kapal yang dibutuhkan adalah bentuk linggi haluan, linggi buritan, bentuk penampang membujur kasko, bentuk midship dan jenis kemudi. Data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan metode survei dan dikelompokkan dengan menggunakan metode hierarchical clustering. Hasil kajian menghasilkan dua kelompok bentuk kapal tradisional yang berbeda satu sama lain. Kelompok pertama beranggotakan kapal yang menggunakan linggi haluan berbentuk spoon bow, linggi buritan yang berbentuk elliptical stern dan kasko kapal dengan penampang membujur berbentuk double pointed. Kelompok kedua beranggotakan kapal yang menggunakan linggi haluan berbentuk raked bow, linggi buritan berbentuk transom dan kasko kapal dengan penampang membujur berbentuk transom. Fishing vessel assistance program provided by the government has a lot of obstacles, causing many ships are not being used optimally by fishermen. The incompativility between the forms of the ships with the characteristics and habits of local fishermen, such as in the Brondong Fisheries Port area. Therefore, a study to determine the diversity forms of fishing vessels in the area needs to be done. The purpose of this study was to identify and determine the diversity forms of fishing vessels in the Brondong Fisheries Port area. The required vessel shape parameter data is the shape of bow, stern, steering type, cross section and midship of hull. The data is collected using survey methods and grouped by hierarchical clustering method. The results showed that there were two traditinoal ship design groups. The first group consists of ships that have a spoon-shaped bow, elliptical stern and a double pointed cross hull. The second group consists ships that have raked bow, transom stern and transom hull.