Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

SLOGAN LINGKUNGAN: REPRESENTASI KEARIFAN DAN HARAPAN (Environmental Slogan: A Representation of Wisdom and Expectation) Sudartomo Macaryus; Novi Anoegrajekti; Asrumi Asrumi
SAWERIGADING Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1086.36 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v26i2.751

Abstract

Slogans are short speeches function to influence and suggest. The research problem is how the strategy of conveying messages and environmental slogans. This research aims to explain the strategy of sharing environmental conservation messages in Pantai Cemara mangrove forest, Muncar District, Banyuwangi Regency. This textual and ethnolinguistic research starts with the data from library sources. Library data were be equipped by field data through observations of slogans in the Pantai Cemara mangrove forests. Depth-interviews were conducted with informants, i.e., the chairman of Kelompok Usaha Bersama (KUB) “Mina Sero Laut.” Mangrove forest covering around 80 ha is arranged as a recreation area guarded every day by safety, ticket, and parking officers. Many tourists attend on Sundays, holidays, Eid, and New Year. Data analysis was conducted continuously from the data supply by identifying, classifying, and interpreting the lingual units displayed along the bridge path and pine forests on land locations. Data interpretation is made textually, contextually, and intertextually by exploring the community’s spirit in managing mangrove forests. The analysis results show that the wisdom of the people put mangrove forests to support each other. The slogan also represents the expectation that visitors will preserve the environment by conveying knowledge and invitations to behave and act. AbstrakSlogan merupakan tuturan pendek untuk memengaruhi dan menyugesti. Masalah dalam artikel ini adalah bagaimana strategi penyampaian pesan dan slogan lingkungan. Artikel ini bertujuan menjelaskan strategi penyampaian pesan konservasi lingkungan di hutan mangrove Pantai Cemara, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Penelitian tekstual dan etnolinguistik ini diawali penyediaan data dari sumber pustaka. Data pustaka dilengkapi data lapangan melalui observasi terhadap slogan di hutan mangrove Pantai Cemara. Wawancara mendalam dilakukan dengan informan, yaitu ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) “Mina Sero Laut”. Hutan mangrove seluas sekitar 80 ha ditata menjadi tempat rekreasi yang setiap hari dijaga petugas keselamatan, tiket, dan parkir. Banyak pengunjung hadir pada hari Minggu, hari libur, lebaran, dan tahun baru. Analisis data dilakukan terus-menerus sejak tahap penyediaan data dengan melakukan identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi terhadap satuan-satuan lingual wacana yang terpampang di sepanjang jalur jembatan dan di hutan cemara di lokasi darat. Interpretasi data dilakukan secara tekstual, kontekstual, dan intertekstual dengan menggali semangat masyarakat pengelola hutan mangrove. Hasil analisis menunjukkan kearifan masyarakat yang menempatkan hutan mangrove untuk saling menghidupi. Slogan sekaligus merepresentasikan harapan agar pengunjung ikut melestarikan lingkungan dengan menyampaikan pengetahuan serta ajakan untuk bersikap dan bertindak.
Penyuluhan Peran Pola Pikir (Mindset) Orang Tua Muda di Desa Panti Jember dalam Pencegahan Gizi Buruk dan Stunting Asrumi Asrumi; Hanny Rasni; Asri Sundari
Warta Pengabdian Vol 16 No 2 (2022): Warta Pengabdian
Publisher : LP2M Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/wrtp.v16i2.31895

Abstract

WHO menargetkan angka stunting tahun 2020 maksimal 20%. Untuk mencapai itu masih belum ditemukan model penyelesaian yang efektif dan berkelanjutan.. Pola pikir (mindset) merupakan salah satu wujud bahasa yang masih dalam otak atau pikiran manusia dapat bersama-sama dengan bahasa yang diujarkan menjalankan aksi. Pola pikir tersebut dapat berpengaruh dan mencegah terjadinya stunting. Permasalahannya adalah Pola piker akan kepemilikan anak sebagai asset, beban, dan titipan. Angsupan makanan para ibu hamil dan menyusui masih pola piker lama, yakni makan seadanya harusnya pola piker yang mementingkan angsupan, yakni makanan yang berprotein tinggi, pola makan yang masih mementingkan makanan suami, dan bagaimana mencari solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi para ibu kasus gizi buruk dan stunting, yakni anak tidak napsu makan, gatal-gatal, bisul-bisul, kurus, dan pola asuh yang salah. Solusinya dilakukan penyuluhan, diskusi, dan wawancara terkait pencegahan gizi buruk dan stunting secara mandiri. Hasilnya menunjukkan bahwa bahasa dalam pola piker dan tuturan dipengaruhi oleh perasaan dalam menjalankan aksinya sehingga terjadi ketidaksinkronan antara pikiran, tuturan, dan aksinya. Pola piker para ibu kasus gizi buruk dan stunting menganggap bahsa kepemikan anak itu penting, namun realisasinya tidak maksimal sehingga anak bukan sebagai asset, tetapisebagai titipan dan beban. Para orang tua masih mementingkan makanan bergizi pada suami. Faktor penyebab gizi buruk dan stunting adalah rendahnya pendapatan para suami dan belum berdayanya para ibu. Peserta penyuluhan sangat antusias dalam mencegah gizi buruk dan stunting melalui perubahan pola piker.. Para orang tua dapat memahami pentingnya perubahan pola piker anggapan kepelimikan anak itu sebagai asset orang tua dan negara bukan sebagai beban dan titipan.
Dialect Identification on Kangean Island and Madurese Island: Dialectology Study Mochammad Minladun Hakim; Agus Sariono; Asrumi
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa Vol. 8 No. 2 (2022)
Publisher : Magister of Linguistic, Postgraduated Program, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.097 KB) | DOI: 10.55637/jr.8.2.5756.129-143

Abstract

Madurese language is one of the regional languages ​​in Indonesia which has various dialect variations, namely Bangkalan dialect, Pamekasan, Sumenep, and Kangean. However, the Kangean dialect is considered a separate language by the Madurese in general. This study aims to reveal and identify the isolect status of the language used on Kangean Island and Madurese Island. This study uses the dialectometric method. Data was collected using a list of 845 questions taken from 3 informants at each observation point (OP). Data analysis used the dialectometric method with the formula proposed by Guiter. The results of this study showed 4 categories, namely, no difference (<20%), different speech (21%-30%), different sub-dialect (31%-50%), and different dialect (51%-80%). This study shows there are 2 OP with no difference in status, 2 OP with speech differences, 7 OP in subdialect on Kangean Island. And if all OPs on Kangean Island were compared with OPs on Madurese Island, each has the status of a dialect.
The Design of Building The Creative Characters on Literation Based on Youth Locality: A Case Study in Panti Village, Jember Regency Asrumi Asrumi; Agus Sariono; Budi Suyanto; Didik S
Pancaran Pendidikan Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : The Faculty of Teacher Training and Education The University of Jember Jember, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (954.466 KB) | DOI: 10.25037/pancaran.v8i2.234

Abstract

This research aimed to describe the relationship between women and nature in maintaining and preserving the natural environment. The relationship was illustrated in problems 1) the existence of patriarchal power on women of Lou Dempar, which causing sexual violence in the "Fire Cloud Smoke/Api Awan Asap" novel; 2) women's intelligence due to the knowledge they had in maintaining the biodiversity of Lou Dempar in the "Fire Cloud Smoke/Api Awan Asap" novel; 3) women's intelligence in preserving the traditions of the ancestors of Lou Dempar in the "Fire Cloud Smoke/Api Awan Asap" novel. This research used descriptive qualitative research with an ecofeminism approach. There were 2 kinds of data in this research, they were primary data consisting of words, phrases and sentences quoted from the "Fire Cloud Smoke/Api Awan Asap" novel written by Korrie Layun Rampan, while the secondary data were in the form of other data obtained from the reading of journals, books, newspapers that had a relation with primary data. The research data were collected by using the documentation technique. Data analysis techniques used were identification, classification, analysis, and triangulation. The results and discussion stated that patriarchal power penetrated nature and women became the victims, but Nori appeared as a representation of a woman who had the knowledge and also thought in advancing the village by taking care of nature or biodiversity. The Lou Dempar community rose up in terms of agriculture, animal husbandry, mastery of modern technology, and marketing of agricultural products. Women's knowledge was able to preserve nature, including preserving the hereditary traditions of Lou Dempar cultural community. Vandana sHiva's ecofeminism showed the relationship between women's knowledge, protecting culture and biodiversity.
NAGA DINA, NAGA SASI, NAGA TAHUN SEBUAH IDENTITAS, PETUNGAN DAN PANTANGAN DALAM KEARIFAN LOKAL KEPERCAYAAN MASYARAKAT JAWA DI TENGAH GLOBALISASI Asri Sundar; Asrumi; Ita Rahmania Kusumawati
ENGGANG: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya Vol. 3 No. 1 (2022): Desember : Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya
Publisher : FKIP, Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37304/enggang.v3i1.7810

Abstract

Penelitian ini menitikberatkan pada suatu bentuk petungan yang disebut Naga dina, Naga sasi, Naga tahun dan telah menjadi petungan dan pantangan masyarakat Jawa dalam melaksanakan ritual hajatan. Kepercayaan dalam petungan ini suatu identitas masyarakat Jawa dan merupakan ciri khas, gambaran perilaku nilai-nilai simbol-simbol budaya yang sangat berfungsi dalam suatu ritual seperti ritual perkawinan, ritual mendirikan rumah,yang mana bentuk ritual tersebut harus memperhatikan petungan yakni Naga Dina (perhitungan hari), Naga Sasi (perhitungan bulan), Naga Tahun (perhitungan tahun). Bentuk tersebut dari masa ke masa sangat komunikatif dan sangat dipercaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan subyek penelitian ditentukan secara purposive. Peneliti menetapkan sumber informasi kunci (Key Informan) yakni para masyarakat tradisional dan sumber informasi penunjang (supportive informan) yang terdiri para masyarakat modern. Penelitian ini dilakukan karena pada kenyataan di lapangan, masyarakat tetap memegang teguh petungan dalam melaksanakan hajatan dan suatu pantangan yang harus dihindari, walaupun mereka banyak beralih ke teknologi modernisasi. Pada kenyataannya dalam era globalisasi ini masyarakat Jawa tetap mempertahankannya oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meninjau kembali dan menginfentarisasi dan selanjutnya untuk melestarikan agar bentuk kearifan lokal tersebut tetap berkembang.Penelitian ini menitikberatkan pada suatu bentuk petungan yang disebut Naga dina, Naga sasi, Naga tahun dan telah menjadi petungan dan pantangan masyarakat Jawa dalam melaksanakan ritual hajatan. Kepercayaan dalam petungan ini suatu identitas masyarakat Jawa dan merupakan ciri khas, gambaran perilaku nilai-nilai simbol-simbol budaya yang sangat berfungsi dalam suatu ritual seperti ritual perkawinan, ritual mendirikan rumah,yang mana bentuk ritual tersebut harus memperhatikan petungan yakni Naga Dina (perhitungan hari), Naga Sasi (perhitungan bulan), Naga Tahun (perhitungan tahun). Bentuk tersebut dari masa ke masa sangat komunikatif dan sangat dipercaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan subyek penelitian ditentukan secara purposive. Peneliti menetapkan sumber informasi kunci (Key Informan) yakni para masyarakat tradisional dan sumber informasi penunjang (supportive informan) yang terdiri para masyarakat modern. Penelitian ini dilakukan karena pada kenyataan di lapangan, masyarakat tetap memegang teguh petungan dalam melaksanakan hajatan dan suatu pantangan yang harus dihindari, walaupun mereka banyak beralih ke teknologi modernisasi. Pada kenyataannya dalam era globalisasi ini masyarakat Jawa tetap mempertahankannya oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meninjau kembali dan menginfentarisasi dan selanjutnya untuk melestarikan agar bentuk kearifan lokal tersebut tetap berkembang.
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MASYARAKAT OSING DI KABUPATEN BANYUWANGI Dwi Astutik; Akhmad Sofyan; Asrumi Asrumi; Bambang Wibisono; Ali Badrudin
SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik Vol 24 No 1 (2023): SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik
Publisher : Diterbitkan oleh Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember bekerja sama dengan Himpunan Sarjana - Kesusastraan Indonesia (HISKI), Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) dan Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/semiotika.v24i1.36423

Abstract

The use of the Osing language in this area is still quite strong, and the pronunciation could be more precise. Even so, the people of this village still apply politeness in language when interacting with each other. This study aimed to find out the forms and language politeness strategies used by the Osing community in Macan Putih Village. This research method uses a qualitative research method with three stages: the stage of providing data, the stage of data analysis, and the stage of providing the results of data analysis. The research data is in utterances by speech participants associated with a context. The study results show that most of the Osing people in Macan Putih Village are polite in speaking, although some still violate it. The form of politeness in the language of the Osing community is based on markers of politeness verbally through speech and nonverbally through accompanying body gestures, as well as the politeness scale. There are two strategies namely positive politeness strategies such as (1) paying attention, (2) exaggerating in giving comments or praise, (3) using markers as members of the same group, (4) using jokes, and (5) giving questions or asking for reasons. The second strategy is the negative politeness strategy, namely (1) using indirect speech, (2) being pessimistic, and (3) minimizing coercion/pressure.
THE MEDICAL TRADITIONS OF INDONESIAN- OSING- ETHNIC: TYPES OF LEXICAL MEANING OF TREAT VERB IN OSING LANGUAGES: TRADISI PENGOBATAN ETNIK OSING-INDONESIA: TIPE-TIPE MAKNA LEKSIKAL VERBA MENGOBATI DALAM BAHASA OSING Asrumi Asrumi; Agus Sariono; Anastasia Erna Rochiati Sudarmaningtyas; Edy Hariyadi; Agustina Dewi Setyari
Jurnal Kata Vol. 6 No. 2 (2022): Jurnal Kata : Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.142 KB) | DOI: 10.22216/kata.v6i2.1556

Abstract

The purpose of this study is to reveal the types of lexical verbs that mean "to cure" and the forms of their distinguishing components in the Osing language in Banyuwangi Regency. The research data is in the form of a verb which means 'to cure', which is obtained through observation, interviews, and documentation methods, using note-taking and snowball techniques. The classified data were analyzed using the meaning component analysis method with lexical distinguishing characteristics in the form of actors, objects, ways, places, directions, frequency of activities, goals, focus, time, and tools with binary techniques (using the plus sign (₊) means having characteristics; a minus sign ( -) means uncharacteristically, and a plus-minus sign ((± ) means both characterized and uncharacterized, to find out the steps for treating medical, vein, and non-medical diseases. The results show that based on the method component, verb There are 25 types of treating in the Osing language.
Variasi Kata Sapaan di Lingkungan Sekolah Tahfizh Plus Khoiru Ummah Jember: Kajian Sosiodialektologi Santuso Santuso; Agus Sariono; Asrumi Asrumi
SOSMANIORA: Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 2 No. 2 (2023): Juni 2023
Publisher : Yayasan Literasi Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55123/sosmaniora.v2i2.2129

Abstract

In Indonesian society, individuals use specific forms of address when communicating with each other. The choice of address is influenced by various social factors. This research aims to describe the variations of address used within the community of STP Khoiru Ummah Jember, as well as identify the social factors that influence them. This study employs a qualitative descriptive research design. The data sources for this research are the teachers, staff, and students of STP Khoiru Ummah Jember. The data collected consists of words, phrases, clauses, and sentences containing address terms. Data collection is conducted through face-to-face interviews, while the data analysis employs an extralingual equivalence method. The results of this research indicate that the address terms used by the members of STP Khoiru Ummah Jember consist of the following categories: (a) personal names, (b) second-person pronouns, (c) kinship terms, (d) educational titles, (e) other forms of address, and (f) figurative meanings. The variation in address terms is influenced by several social factors, namely: (a) the conversational situation, (b) ethnic or tribal background, (c) age, (d) familiarity or intimacy, (e) social status, (f) gender, and (g) the origin or background of the interlocutor.
Penyuluhan Pentingnya Lauk Amis-amis untuk Ibu Hamil, Menyusui, dan Balita dalam Pencegahan Gizi Buruk dan Stunting di Desa Kalisat Kabupaten Jember Jawa Timur Asrumi Asrumi; Anastasia Erna Rochiyati Sudarmaningtyas; Asri Sundari; I Gede Krisnadi
Warta Pengabdian Vol 17 No 2 (2023): Warta Pengabdian
Publisher : LP2M Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/wrtp.v17i2.37097

Abstract

Kabupaten Jember menjadi 8 besar peringkat kasus bayi gizi buruk dan stunting di Jawa Timur dan termasuk peringkat ke-11 se-Kabupaten se-Indonesia. Kecamatan Panti, Silo, Balung, dan Kalisat termasuk 5 besar kasus bayi stunting di Jember. Akar persoalannya diprediksi bukan hanya karena ekonomi warga, akan tetapi pemahaman diksi “kata gizi” bagi masyarakat masih belum terefleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, penyuluhan tentang pemahaman kata gizi yang diganti dengan kata “amis-amis atau mis-amis” untuk variasi lauk-pauk yang berprotein tinggi dan refleksinya penting dilakukan. Hal ini sesuai dengan hasil riset terdahulu (2021) ditemukan bahwa pemahaman kata gizi para ibu muda kasus gizi buruk dan stunting di Jember tergolong kurang dan sangat rendah refleksinya, sebagai salah satu permasalahan di Desa Kalisat, Kecamatan Kalisat Jember. Solusinya adalah dilakukan penyuluhan dan praktik tentang pentingnya pemahaman diksi “lauk yang amis-amis” yang berprotein hewani tinggi untuk ibu hamil dan menyusui dalam meningkatkan pertumbuhan otak dan fisik (janin) supaya terhindar dari gizi buruk dan stunting. Metode pelaksanaan pengabdian adalah observasi, wawancara (dalam FGD), penyuluhan, dan praktik di Desa Kalisat Jember Hasilnya menunjukkan bahwa pengabdian kepada masyarakat tentang penyuluhan atau sosialisasi pemahaman kata gizi yang implementatif melalui penggantian diksi lauk amis-amis ini dilakukan lebih efektif dengan cara FGD, penyuluhan, dan praktik memasak serta makan bersama dengan menggunakan lauk amis-amis. Lauk amis-amis mengandung protein hewani yang tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak saat dalam kandungan (saat ibu hamil), setelah lahir (saat ibu menyusui), dan saat pembesaran (enam bulan hingga balita) untuk pencegahan gizi buruk dan stunting.
CIRI FONOLOGI BAHASA ANAK TUNAGRAHITA (STUDI KASUS DUA SISWA SMP YIMA ISLAMIC SCHOOL BONDOWOSO) Ufinatus Sabdaniyah; Bambang Wibisono; Asrumi Asrumi
Jurnal Bahasa Lingua Scientia Vol 12 No 1 (2020)
Publisher : Unit Pengembangan Bahasa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/ls.2020.12.1.1-30

Abstract

This research examines the phonological characteristics of mild mental retardation children from a psycho-language perspective. The approach used in this study is a qualitative approach, because the object under study is a phenomenon of human language and the data used are descriptive data. This research was conducted at Yima Islamic Middle School, located in Bondowoso Regency, East Java. This study involved two students who were mentally retarded at the school. Data collection was carried out by listening methods, interview techniques, and field techniques. Data analysis is performed through categorization, data presentation, data description, and interpretation. From the results of the study, it was found that there were some sounds that could not be pronounced perfectly by the research object, and the object of the study had an error in articulating the sounds of the vocal and consonant sound groups. The conclusion of this study is that errors in the language phonological articulation of mentally retarded children are caused by several factors, namely genetic factors, physical symptoms when infants and toddlers, mistakes in assuming food intake by the mother, and lack of stimulus from parents in stimulating the communicative side of children.