Guru sebagai tenaga pendidik diharapkan untuk terus-menerus meningkatkan kemampuan profesionalnya, terutama dalam bidang pengajaran, tidak terkecuali guru SD. Namun masih ada guru SD yang menggunakan pembelajaran konvensional dalam menyampaikan materi pembelajaran ke peserta didik. Akibatnya, peserta didik kurang dapat mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Salah satu pembelajaran yang dapat mengatasi hal tersebut adalah pembelajaran metakognitif berbasis APOS. Metakognitif merupakan pembelajaran yang menanamkan kesadaran terkait bagaimana merancang, memonitor, serta mengontrol tentang apa yang mereka ketahui serta apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana melakukannya sedangkan APOS merupakan jenis pembelajaran yang berdasarkan teori APOS. Teori APOS adalah suatu teori konstruktivisme tentang bagaimana peserta didik mengkonstruksi konsep melalui 4 hal, yaitu Aksi (Actions), Proses (Processes), Objek (Objects), dan Skema (Schema). Dalam mengimplementasikan pembelajaran tersebut, ke-4 hal tersebut dilakukan melalui siklus ACE, yaitu aktivitas (Activities), diskusi kelas (Class discussion), dan latihan soal (Exercises). Pada saat proses konstruksi, permasalahan yang disajikan haruslah berdasarkan kehidupan nyata. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dapat dengan mudah memahami konsep tersebut karena mereka dapat membayangkan bendanya atau peristiwanya. Benda atau peristiwa yang dipilih alangkah baiknya jika berdasarkan budaya dimana peserta didik tinggal. Hal ini bertujuan agar pembelajaran yang dikembangkan dapat mendukung kearifan lokal di samping dapat mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Adapun hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah ternyata kegiatan ini mampu memberikan solusi alternatif untuk mengembangkan kemampuan dan disposisi peserta didik di tingkat SD melalui implementasi pembelajaran metakognitif berbasis APOS.