Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Reparameterization of Binary Interaction Parameters for The Gamma-Valerolactone Purification Process Agung Ari Wibowo; Mufid Mufid; Asalil Mustain; Rizqy Romadhona Ginting; Dhoni Hartanto
Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan Vol 6, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/jtkl.v6i1.286

Abstract

Selain produksi biodiesel, bioetanol, biometana dan biohidrogen dari sumber terbarukan, gamma-valerolactone (GVL) muncul sebagai bahan bakar terbarukan potensial lainnya yang dapat diproduksi dari biomassa. GVL menunjukkan karakteristik yang sesuai sebagai sumber energi cair berkelanjutan yang menjanjikan. Dlaam kegiatan produksi GVL murni jumlah besar pastinya melibatkan proses pemisahan/ pemurnian, salah satunya adalah distilasi. Dalam perancangan proses distilasi diperlukan data kesetimbangan Uap – Cair (VLE), dan untuk akurasi perancangan biasanya digunakakan software simulasi proses seperti ChemCAD. Dalam penelitian ini, data VLE yang tersedia akan direparamterisasi sehingga bisa digunakan sebagai parameter model thermodinamika di Software ChemCAD. Pada penelitian ini dilakukan reparemeterisasi parameter interaksi biner (BIP) model NRTL untuk data VLE komponen yang terlibat dalam produksi GVL dari literature yang tersedia. Kemudian BIP hasil reparemterisasi digunakan untuk analisis sensitivitas pada shortcut kolom distilasi. Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa perubahan suhu umpan berpengaruh terhadap konvigurasi kolom, tetapi tidak pada kualitas GVL yang dihasilkan.In addition to producing biodiesel, bioethanol, biomethane, and biohydrogen from renewable sources, gamma-valerolactone (GVL) is emerging as a potential renewable fuel from biomass. As a promising long-term liquid energy source, GVL possesses the necessary characteristics. The production of pure GVL in large quantities involves a separation/purification process, one of which is distillation. In designing the distillation process, Vapor-Liquid equilibrium(VLE) data is needed, and process simulation software such as ChemCAD is usually used for design accuracy. In this study, the available VLE data will be reparameterized to be used as a thermodynamic model parameter in ChemCAD Software. The binary interaction parameter (BIP) NRTL model reparameterization for the VLE data of the components involved in the creation of GVL was carried out in this work using data from the literature. The reparameterized BIP was then applied to the distillation column shortcut for sensitivity analysis. The findings of the sensitivity study reveal that changing the feed temperature changes the column arrangement but not the quality of the GVL produced.
Review: Potensi Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol dengan Metode Fed Batch pada Proses Hidrolisis Christyfani Sindhuwati; Asalil Mustain; Yasinta Octaliya Rosly; Andika Soharmat Aprijaya; Mufid Mufid; Ade Sonya Suryandari; Hardjono Hardjono; Sri Rulianah
Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan Vol 5, No 2 (2021): October 2021
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/jtkl.v5i2.224

Abstract

Peningkatan kebutuhan energi terutama bahan bakar minyak yang tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber energi tak terbarukan akan mengakibatkan kelangkaan energi. Pembuatan bahan bakar terbarukan merupakan solusi untuk mengatasi kelangkaan tersebut, salah satunya bioetanol. Biomassa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan bahan baku yang cocok untuk pembuatan bioetanol karena jumlahnya yang melimpah dan mengandung lignoselulosa. Bioetanol dapat diperoleh melalui proses fermentasi dengan metode yang digunakan adalah Fed Batch Simultaneous Saccharification Fermentation. Pretreatment berupa size reduction dan delignifikasi direkomendasikan sebelum proses hidrolisis enzimatik dan fermentasi secara serentak. Metode pengumpanan Fed Batch pada High Total Solid Loading (HTSL) direkomendasikan sebagai strategi pengumpanan pada proses hidrolisis enzimatik dengan jumlah frekuensi yang tinggi memberikan hasil kadar etanol lebih tinggi.The enhancement of energy needs, especially fuel, that is not complemented by the availability of non-renewable energy sources, would affect the deficient of energy. The production of renewable fuel such as bioethanol is a solution to overcome that deficiency. One of the substrates that are appropriate to be processed into bioethanol is Oil Palm Empty Fruit Bunch (OPEFB) because of abundant and lignocellulosic biomass. Bioethanol can be produced through the fermentation process by Fed-Batch Simultaneous Saccharification Fermentation method. Size reduction and delignification for pretreatment are recommended before the simultaneous enzymatic hydrolysis process and fermentation. Using the fed-batch as a feeding method of High Total Solid Loading (HTSL) is recommended for feeding strategy in hydrolysis enzymatic process with high frequency that can produce a higher yield of ethanol.
Pengaruh Pitch Turbulator Terhadap Ntu Pada Double Pipe Heat Exchanger Mufid Mufid; Arif Rahman Hakim; Bambang Widiono
Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan Vol 3, No 1 (2019): April 2019
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1156.273 KB) | DOI: 10.33795/jtkl.v3i1.101

Abstract

Saat ini kebutuhan akan energi di dunia terus meningkat, sejalan dengan semakin tumbuhnya industri untuk menopang kehidupan manusia. Namun kenaikan kebutuhan energi tersebut tidak diimbangi dengan bertambahnya sumber energi, sehingga harga energi semakin mahal. Untuk meminimalisir kebutuhan energi, maka perlu dicari sumber-sumber energi alternatif baru, terutama sumber energi baru dan terbarukan. Disamping itu perlu dilakukan pengelolaan energi yang lebih baik, sehingga kebutuhan energi dunia bisa dikurangi. Double Pipe Heat exchanger memiliki pipa luar stainless steel dengan diameter dalam (Do) 3,5 inchi, ketebalan pipa (To) 1,5 mm, dan panjang pipa (Lo)  790mm dan pipa dalam (Di) 1 3/8 inchi,   ketebalan(Ti) 0,6 mm, dan panjang pipa (Li) 920mm, dengan air dingin dan air panas yang digunakan sebagai fluida uji di annulus dan pipa dalam. Helical turbulator dari besi (mild steel) dengan dimensi geometris jarak antar elemen (pitch) sebesar 25mm, 50 mm dan 75 mm berdiameter dalam (Di) 5/16 inchi dan diameter luar(Do) 1 5/16 inchi dengan panjang 750mm dimasukkan dalam inner tube dari heat exchanger. Air panas memasuki tabung dengan variasi flowate mulai  400 l/jam sampai 900 l/jam, sedangkan flowrate air dingin konstan 900 l/jam. Hasil penelitian dengan  disisipkannya helical turbulator   sebagai turbulator pada heat exchanger mengakibatkan peningkatan laju perpindahan kalor. Helical turbulator dengan pitch 25mm menimbulkan peningkatan laju perpindahan kalor  paling besar sebesar ±62% dibandingkan plain tube. Helical turbulator mengakibatkan peningkatan NTU heat exchanger terbesar sebesar ±63% dihasilkan oleh helical turbulator dengan pitch 25mm.At present the need for energy in the world continues to increase, in line with the growing industry to sustain human life. However, the increase in energy needs is not offset by the increase in energy sources, so energy prices are increasingly expensive. To minimize energy needs, it is necessary to look for new alternative energy sources, especially new and renewable energy sources. Besides that, better energy management is needed, so that the world's energy needs can be reduced. Double Pipe Heat Exchanger has stainless steel outer pipe with inner diameter (Do) 3.5 inch, pipe thickness (To) 1.5 mm, and pipe length (Lo) 790 mm and pipe inside (Di) 1 3/8 inch, thickness (Ti) 0.6 mm, and the length of pipe (Li) 920 mm, with cold water and hot water used as test fluid in the annulus and inner pipe. Mild steel helical turbulators with geometric dimensions of 25mm, 50mm and 75mm intervals between 5/16 inch in diameter and a 750mm length 5/16 inch outer diameter (Do) are included in the inner tube of heat exchanger. Hot water enters the tube with variations in flowate from 400 l / hour to 900 l / hour, while the cold water flowrate is constant 900 l / hour. The results of the study by inserting a helical turbulator as a turbulator in a heat exchanger resulted in an increase in the heat transfer rate. Helical turbulators with a pitch of 25mm give rise to the highest heat transfer rate of ±62% compared to plain tubes. Helical turbulators cause the largest increase in NTU heat exchanger of ±63% produced by a helical turbulator with a 25mm pitch.
Sintesis Asam Oksalat Dari Limbah Serbuk Kayu Jati (Tectona Grandis L.F.) Dengan Proses Hidrolisis Alkali Mufid Mufid; Agung Ari Wibowo; Ade Sonya Suryandari; An Nisaa’ Fithriasari; Pravianti Anindita Nastiti
Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan Vol 2, No 1 (2018): April 2018
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1111.331 KB) | DOI: 10.33795/jtkl.v2i1.57

Abstract

Selulosa adalah polisakarida rantai panjang penyusun serat pada tumbuhan. Hidrolisis selulosa dengan alkali kuat menghasilkan asam oksalat, asam asetat dan asam formiat. Limbah serbuk kayu jati berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan asam oksalat karena kandungan selulosa yang cukup tinggi. Hidrolisis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan natrium hidroksida (NaOH) sebagai zat penghidrolisis. Purifikasi asam oksalat dilakukan dengan penambahan kalsium klorida dan asam sulfat. Penelitian ini mempelajari pengaruh konsentrasi natrium hidroksida dan waktu reaksi terhadap yield asam oksalat. Produk tertinggi dengan yield 20% dicapai pada penggunaan serbuk kayu jati kasar dengan waktu hidrolisis 60 menit dan konsentrasi NaOH 1 N.Cellulose is a long chain fiber polysaccharide contained in plants. Hydrolysis of cellulose with strong alkali produces oxalic acid, acetic acid and formic acid. Waste from teak wood in powder formhas the potential to be used as raw material for the manufacture of oxalic acid because the content of cellulose is high enough. Sodium hydroxide (NaOH) as a hydrolysis agent was used in this study. Purification of formed oxalic acid was carried out by addition of calcium chloride and sulfuric acid. Our research studied the effect of sodium hydroxide concentration and reaction time on oxalic acid yield. The highest product with a yield of 20% was achieved on the use of coarse powder of teak wood waste with a hydrolysis time of 60 minutes and the concentration of NaOH 1 N.
Produksi Crude Selulase dari Bahan Baku Ampas Tebu Menggunakan Kapang Phanerochaete chrysosporium Sri Rulianah; Zakijah Irfin; Mufid Mufid; Prayitno Prayitno
Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan Vol 1, No 1 (2017): October 2017
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (915.771 KB) | DOI: 10.33795/jtkl.v1i1.24

Abstract

Bagasse mengandung selulosa yang cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai bahan baku produksi crude selulase menggunakan kapang Phanerochaete chrysosporium. Kapang ini memiliki kemampuan untuk memproduksi enzim selulase dari substrat yang mengandung selulosa dan juga menghasilkan enzim yang dapat memecah lignin sehingga tidak perlu dilakukan proses delignifikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan limbah ampas tebu sebagai bahan baku pembuatan crude selulase menggunakan kapang Phanerochaete chrysosporium dan mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi substrat dan waktu fermentasi terhadap aktivitas crude selulase yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengeringkan dan memperkecil ukuran ampas tebu, meremajakan kapang Phanerocheate chrysoporium, membuat inokulum dalam media cair, memfermentasi ampas tebu sesuai dengan variabel, dengan media Nitrogen Limited Media (NLM) menggunakan kapang Phanerocheate chrysoporium. Hasil fermentasi disaring, dan filtratnya dianalisa aktivitasnya sebagai crude selulase. Variabel dalam penelitian ini adalah waktu fermentasi 9, 11, 13, 15 dan 17 hari dan konsentrasi ampas tebu sebagai media: 5, 6, dan 7 % b/v. Ekstrak kasar selulase (crude) yang dihasilkan disaring menggunakan filter vakum, dan aktivitas filtrat (crude cellulase) diuji dengan pereaksi DNS (dinitro salicylic acid) dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas selulase tertinggi diperoleh pada variabel konsentrasi ampas tebu sebesar 7% b/v dan waktu inkubasi selama 17 hari yaitu sebesar 91.304 U/mL.Bagasse contain high cellulose which potentially to be used to raw material for producing cellulase enzyme using fungi Phanerochaete chrysosporium. This fungus has ability to produce cellulase enzymes from substrates which contain cellulose and also produce enzymes that can degrade lignin content so it didn’t need the delignification process. The objective of this study was to convert cellulose in bagasse to be crude cellulase enzymes by using Phanerochaete chrysosporium and determine the effect of substrate concentration and fermentation time to the enzyme activity. This research was conducted by drying and reducing the bagasse particle size, rejuvenating mold Phanerocheate chrysoporium, making inoculum in liquid medium, fermenting bagasse in accordance with the variable, with media NLM (nitrogen limited media) using Phanerocheate chrysoporium. Fermentation results were filtered, and it was analyzed the activity of crude cellulase. The variable in this study was the time of fermentation 9, 11, 13, 15, and 17 days and substrate concentration: 5, 6, and 7 % b/v. Crude cellulose was filtered and was analyzed the enzyme activity by DNS (dinitro salicylic acid) reagent, using UV-Vis spectrophotometer. The best result of this study was the crude cellulase with highest activity 91,304 U/mL for 7 % substrate concentration with fermentation time 17 days.
PERHITUNGAN NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI EVAPORATOR PADA UNIT KILANG PPSDM MIGAS CEPU Siti Iffah Munawaroh; Nofiatul Azizah; Mufid Mufid; Muh Subur
DISTILAT: JURNAL TEKNOLOGI SEPARASI Vol 7, No 1 (2021): Februari 2021
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v7i1.173

Abstract

Evaporator merupakan bagian dari unit pengolahan di kilang Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Migas Cepu, yang berfungsi untuk proses pemisahan uap minyak dengan cairannya atau fraksi berat dengan fraksi ringannya. Untuk mengetahui apakah proses yang berjalan dalam evaporator sudah baik atau belum, dapat dilihat dari efisiensinya, sehingga dilakukan perhitungan neraca massa dan neraca energi pada evaporator itu sendiri. Dari perhitungan neraca massa evaporator didapatkan antara jumlah total masuk tidak sama dengan total keluar, yang berarti terdapat massa yang hilang. Total massa kehilangan yang didapat adalah 419.65 kg/hari. Hal tersebut sudah terbilang relatif kecil dan sudah tergolong baik untuk pengoperasian evaporator (V-1) di unit kilang PPSDM Migas Cepu. Sedangkan, pada perhitungan neraca energi, untuk panas yang hilang di evaporator cukup banyak yaitu 245654961.5 btu/hari, dengan persen efisiensi panas evaporator sebesar 55.01%. Panas yang hilang merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi efisiensi energi proses evaporasi. Hal  tersebut sangat disayangkan mengingat panas yang hilang tergolong relatif besar, dan panas yang hilang seharusnya bisa digunakan untuk pengoperasian di evaporator untuk memisahkan komponen-komponen dengan lebih baik lagi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah besarnya nilai panas yang hilang adalah dengan menambahkan insulator pada evaporator.
PERHITUNGAN NERACA MASSA CONVERTER (30-R-1201) PADA UNIT ASAM SULFAT PABRIK III B PT PETROKIMIA GRESIK Aulia Sari Az Zahra; Mia Narulita; Mufid Mufid; Alex Zainul Fanani
DISTILAT: JURNAL TEKNOLOGI SEPARASI Vol 7, No 2 (2021): August 2021
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v7i2.295

Abstract

PT Petrokimia Gresik merupakan perusahaan penghasil pupuk terlengkap di Indonesia. Total produksi pupuk bahkan mencapai 8,9 ton/hari dimana produk pupuk sebesar 5 juta ton/tahun, dan produk non pupuk sebanyak 3,9 juta ton/tahun. Asam sulfat adalah salah satu produk non pupuk dari PT Petrokimia Gresik yang menggunakan bahan baku utamanya berupa sulfur padat yang dicairkan. Produk asam sulfat di produksi sebanyak 600.000 ton/tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung neraca massa converter proses produksi unit asam sulfat pabrik III B. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah membuat diagram alir proses, menandai variabel aliran, menentukan basis perhitungan, mengonversikan laju alir, menyusun neraca dan menyelesaikan neraca massa. Pada proses produksi asam sulfat terdapat alat yang bernama converter. Converter adalah alat yang berfungsi sebagai tempat konversi gas SO2 menjadi SO3. Pada converter terdapat empat bed dimana alat ini menggunakan proses double contact. Hasil perhitungan neraca massa didapatkan pada bed 1-3 didapatkan neraca massa input = output (balance) sebesar 237703,600 kg/h, dan pada bed empat juga didapatkan neraca massa input = output (balance) sebesar 174808,133 kg/h.
PERHITUNGAN NERACA ENERGI CONVERTER (30-R-1201) PADA UNIT ASAM SULFAT PABRIK III B PT PETROKIMIA GRESIK Mia Narulita; Aulia Sari Az Zahra; Mufid Mufid; Alex Zainul Fanani
DISTILAT: JURNAL TEKNOLOGI SEPARASI Vol 7, No 2 (2021): August 2021
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v7i2.222

Abstract

PT Petrokimia Gresik merupakan perusahaan penghasil pupuk terbesar yang ada di Indonesia. Total produksi PT Petrokimia Gresik bahkan mencapai 8,9 ton/hari. Selain produk pupuk PT Petrokimia juga memproduksi produk non pupuk. Salah satu produk non pupuk adalah asam sulfat. Bahan baku utama pada proses produksi asam sulfat adalah sulfur padat yang dicairkan. Pada proses produksi asam sulfat terdapat proses konversi SO2 menjadi SO3 pada alat bernama converter. Konversi pada converter ini cukup tinggi yaitu mencapai 99,89% dengan jumlah bed sebanyak empat buah. Tujuan dari penelitan ini yaitu untuk menghitung neraca energi dari converter dan heat exchanger sehingga dapat diketahui energi yang hilang pada converter dan heat exchanger. Perhitungan neraca energi dilakukan dengan pengambilan data berupa suhu dari converter maupun heat exchanger. Dari hasil perhitungan neraca energi didapatkan hasil energi yang masuk dan keluar dari bed 1, 2, 3, dan 4 secara berturut turut adalah 95412242 kJ/jam, 102101961 kJ/jam, 95382723 kJ/jam, 70804277 kJ/jam. Energi masuk dan keluar dari heat exchanger 1 dan 2 serta economizer 1 dan 2 secara berturut-turut adalah 145083130 kJ/jam, 119825841 kJ/jam, 107677032 kJ/jam, 74258712 kJ/jam. Sedangkan total energi yang hilang adalah 1147182 kJ/jam.  Hal tersebut menunjukkan bahwa energi yang hilang pada converter dan heat exchanger cukup besar sehingga perlu dilakukan isolasi untuk mencegah hilangnya energi.
STUDI AWAL FED – BATCH HIDROLISIS ENZIMATIK HIGH TOTAL SOLID LOADING Desi Nurisnaeni Saputri; Christyfani Sindhuwati; Hardjono Hardjono; Mufid Mufid; Asalil Mustain; Ade Sonya suryandari
DISTILAT: JURNAL TEKNOLOGI SEPARASI Vol 7, No 2 (2021): August 2021
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v7i2.254

Abstract

Bioetanol merupakan bahan bakar terbarukan yang berasal dari etanol dan bisa didapatkan dari bahan berlignoselulosa seperti limbah kertas. Etanol yang mengandung konsentrasi dibawah 12% tidak ekonomis untuk di distilasi pada saat dijadikan bioetanol, untuk menghasilkan etanol yang memiliki konsentrasi tinggi maka glukosa yang di hasilkan pada percobaan ini juga harus tinggi. Glukosa berkonsentrasi tinggi di hasilkan dari selulosa yang tinggi, hal ini akan menyebabkan beberapa masalah yang terjadi yaitu viskositas yang tinggi akan menghambat proses hidrolisis sehingga dari masalah tersebut dilakukan perancangan Fed-BatchHidrolisis Enzimatik High Total Solid Loadingmenggunakan reaktor putar, dengan mengamati pengaruh waktu dengan berbagai variasi pengumpanan yang disebut dengan konfigurasi terhadap konsentrasi glukosa yang dihasilkan pada proses hidrolisis limbah kertas hvs. Limbah kertas hvs direndam selama 24 jam, dan dilakukan proses penghancuran / blending kemudian dilakukan proses penghilangan tinta, proses selanjutnya analisa kandungan kertas yaitu lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Tahapan selanjutnya dilakukan proses hidrolisis yang menghasilkan glukosa. Glukosa yang dihasilkan akan diuji menggunakan metode DNS. Konsentrasi glukosa tertinggi dihasilkan dari metode fed-batchdengan total solid loading 40% sebesar 321, 784 mg/ml.
ANALISA KEBOCORAN KONDENSOR PADA SIKLUS AIR UAP PT PEMBANGKIT JAWA BALI UBJ O&M PLTU PACITAN JAWA TIMUR Putri Dita Sari; Mufid Mufid
DISTILAT: JURNAL TEKNOLOGI SEPARASI Vol 6, No 2 (2020): August 2020
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v6i2.91

Abstract

Kondensor merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengkondensasikan uap dari LP turbine dengan media pendingin air laut yang dipompakan melalui circulating water pump (CWP). Prinsip kerjanya adalah uap dari LP turbine mengalir diluar pipa-pipa condenser melewati air laut yang mengalir didalam pipa-pipa kondensor. Pipa-pipa tersebut terbuat dari bahan titanium yang sangat efisien untuk mengkondensasikan uap dari LP Turbin. Air pendingin akan dialirkan melalui tube, sementara uap dari LP Turbin akan mengalir di luar tube, dimana nantinya uap ini akan berubah fase menjadi air dan akan diumpankan kembali menuju boiler bersamaan dengan air pengisi boiler. Perawatan pada kondensor pun perlu dilakukan agar tidak terjadi kebocoran. Apabila terdapat kebocoran, maka akan mempengaruhi air pengisi boiler. Kandungan yang ada pada air pendingin akan mengkontaminasi air pengisi menjadi tinggi. Hal ini tentunya akan berakibat pada efisiensi alat yang akan dilewati air pengisi boiler, karena dengan tingginya konduktifitas dan kandungan Cl akan menyebabkan karak pada dinding alat.