Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Infektivitas parasit Ichtyophthirius multifiliis yang disimpan pada suhu rendah , Rahman; , Sukenda; Sri Nuryati; Dendi Hidayatullah
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 2 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3250.442 KB) | DOI: 10.19027/jai.15.93-98

Abstract

ABSTRACT The aim of this study was to evaluate infectivity of Ichtyophthirius multifiliis which caused white spot disease maintained at low temperature without its host. Briefly, the trophont stage of parasites were subjected at control (28 °C) and lower temperature (9 °C) for 14 consecutive days of observation. The rate of survival, and excystment of descendants were examined descriptively at the last day of observation. Here, the infectivity of parasite then performed by means infecting the model fish Poecilia sphenops (black moly) with escaping theronts. The results revealed that the survival rate and excystment  rate of parasite were decreased as maintaining period increased. The final rate of survival, and excystment of parasite were 35% and 33,3% respectively. Additionally, the descendants came out with high abnormality which recognized by weak mobility and lower infectivity (50%) compared to the control (80%). Then, it is concluded that, maintaining I. multifiliis at low temperature without its host for 14 consecutive days will decreased the infectivity. Keywords: white spot, obligat parasite, excystment, infectivity  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi infektivitas parasit Ichtyophthirius multifiliis penyebab penyakit bintik putih (white spot) yang dipelihara tanpa inang pada suhu rendah. Parasit dengan stadia trophont dipelihara pada suhu ruang (28 °C) dan suhu rendah (9 °C) selama 14 hari. Selama masa pemeliharaan tersebut tingkat kelulusan hidup, dan tingkat eksismen parasit diukur dan dibandingkan secara deskriptif. Hari terakhir pemeliharaan dilakukan uji tantang pada ikan black moly Poecilia sphenops untuk menilai infektivitas parasit. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat kelulusan hidup dan eksismen parasit semakin menurun dengan bertambahnya masa pemeliharaan. Akhir pengamatan  kelangsungan hidup, dan nilai eksismen tersebut berturut-turut adalah 35% dan 33%. Parasit yang disimpan pada suhu rendah selama 14 hari memperlihatkan infektivitas yang lebih rendah (50%) dibandingkan dengan perlakuan kontrol (80%). Kesimpulannya, penyimpanan parasit I. multifiliis pada suhu rendah selama 14 hari dapat menurunkan infektivitas parasit pada inang. Kata kunci: bintik putih, parasit obligat, eksismen, infektivitas
ANALISIS BIAYA PENGGUNA JALAN DI WILAYAH JABODETABEK Sri Nuryati
Jurnal Teknik Vol 4, No 1 (2015): Januari-Juni 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31000/jt.v4i1.357

Abstract

Jabodetabek adalah wilayah yang padat lalu lintasnya terutama pada jam-jam sibuk pagi dan sore hari, jumlah kendaraan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Keadaan ini menyebabkan terjadinya penurunan pada tingkat pelayanan jalan dan biaya bagi penggunan jalan terutama (Road User Cost, RUC ) dalam hal pemborosan bahan bakar dan waktu perjalanan menjadi lebih lama. RUC terdiri dari biaya operasi kendaraan (Vehicle Operating Cost, VOC) dan nilai waktu perjalanan (Value Of Time, VOT). Pengembangan beberapa metode telah dilakukan untuk menghitung besarnya RUC.Analisis BOK di wilayah Jabodetabek pada penelitian ini dihitung  dengan metode PCI ((Pacific Consultant International, Inc), yaitu  pada kecepatan kendaraan antara 25-30 km/jam untuk jenis kendaraan Heavy Truck sebesar Rp. 6.464.542,-/1000 km, dan untuk mobil penumpang  sebesar Rp. 1.973.585,- /1000km. Sedangkan  pada kecepatan kendaraan antara 55-70 km/jam untuk jenis kendaraan Heavy Truck sebesar Rp. 5.393.038,-/1000 km, dan untuk mobil penumpang  sebesar Rp. 1.483.424,-/1000-km.Hasil analisis VOT diwilayah Jabodetabek pada kecepatan 10 km/jam dengan pendapatan per bulan yang berbeda-beda, di wilayah Jakarta sebesar Rp. 5.553,-/km/orang/bulan, Tangerang sebesar Rp. 4.904,-/km/orang/bulan, Bogor sebesar Rp. 4.510,-/km/orang/bulan, Depok sebesar Rp. 4.132,-/km/orang/bulan dan Bekasi sebesar Rp. 3.906,-/km/orang/bulan. Kata Kunci : Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan Nilai Waktu (VOT)
ANALISIS BIAYA OPERASI KENDARAAN DI WILAYAH TANGERANG DENGAN METODE PACIFIC CONSULTANT INTERNATIONAL Sri Nuryati
Jurnal Teknik Vol 3, No 2 (2014): Juli-Desember 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31000/jt.v3i2.1382

Abstract

Kota Tangerang merupakan salah satu wilayah perkotaan di Jabodetabek yang padat lalu lintasnya dimana jumlah kendaraan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal ini  akan menyebabkan terjadinya penurunan tingkat pelayanan jalan yang disebabkan oleh kemacetan lalu lintas terutama pada jamjam sibuk. Penurunan tingkat pelayanan jalan berpengaruh terhadap besarnya biaya operasional kendaraan (BOK), terutama dalam hal pemborosan bahan bakar dan waktu perjalanan menjadi lebih lama. Pengembangan beberapa metode telah dilakukan untuk menghitung besarnya BOK, analisis model HDM-4 RUE mempunyai parameter yang lebih banyak di bandingkan metode lainnya, tetapi kecepatan kendaraan  lebih signifikan dalam perhitumgan BOK.  Pada penelitian ini analisis BOK dihitung  menggunakan metode PCI (( Pacific Consultant International, Inc ). Hasil analisis BOK di wilayah Kota Tangerang pada kecepatan rata-rata kendaraan 25 km/jam untuk jenis kendaraan mobil penumpang ( Car ) sebesar Rp. 1.973.585,-/1000km, kendaraan Utility sebesar Rp. 1.359.127,-/1000km, S m a al B u s sebesar Rp. 4.07.054, L a r g e B u s sebesar Rp. 5.076.54,-/1000km, Light Truck sebesar Rp. 3.815.392,-/1000km dan Heavy Truck adalah sebesar Rp. 6.464.542,-/1000 km.
Benih Keturunan Induk Ikan Nila yang Divaksinasi pada Tingkat Kematangan Gonad-2 Lebih Tahan Terhadap Infeksi Streptococcus agalactiae (RESISTANCE OF TILAPIA (OREOCHRIMIS NILOTICUS) FRY VACCINATED AT DIFFERENT GONADAL DEVELOPMENTAL STAGES TOWARD STREPTOCO Khairun Nissa; Sukenda Sukenda; Muhammad Zairin Junior; Angela Mariana Lusiastuti; Sri Nuryati
Jurnal Veteriner Vol 17 No 3 (2016)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.666 KB)

Abstract

The aim of this study was to evaluate the effectiveness of vaccination based on gonad maturationstages on tilapia brood stocks in which the released antibodies was able to be transferred to the seed.Vaccine composed with whole cells and extracellular product (ECP) was injected at stage 2 and stage 3 ofthe gonad development stages at concentration of 109 CFU mL1 as much as 4 mL to 1 kg of brood fish.Control fish was unvaccinated treatment. Challenge study at seed was conducted by immersing S. agalactiaefor 30 minutes at 7, 14, 21, and 28 days post hatching (DPH) in 107 CFU/mL. Antibody levels on broodstocks, eggs, and body fluids of seed, and relative percentage survival (RPS) of seed post challenge studywere evaluated. The results showed that stage 2 of gonad developmental stages was found on 7 days postinitial spawning and stage 3 found on 14 days post initial spawning of brood fish. Vaccinated done in stage 2 of gonad developmental stages gave immunoglobulin serum in brood (0,166±0,001), egg (0,165±0,002),and seed aged 7, 14, 21, and 28 days post hatching (0,164±0,002, 0,162±0,005, 0,155±0,006, and 0,14±0,008respectively) were significantly higher (P<0,05) compared to other treatment. Challenged test that doneby immersing with S. agalactiae suspension on larval aged 7, 14, 21, and 28 days had highest RPS(95,24%, 83,33%, 72,22%, and 56,02% respectively) formed on seed from brood stock vaccination in gonaddevelopment stage 2. Vaccination in tilapia brood stocks at stage 2 of gonad developmental stages gavehighest protection by maternal immunity to the seed against S. agalactiae.
RESISTANCE AGAINST Aeromonas hydrophila INFECTION AND GROWTH OF SECOND GENERATION (F2) AFRICAN CATFISH [Clarias gariepinus] USING SELECTED MOLECULAR MARKERS Alimuddin Alimuddin; Fadhila Maharani Putri; Dinamella Wahjuningrum; Dian Hardiantho; Ade Sunarma; Sri Nuryati
BIOTROPIA - The Southeast Asian Journal of Tropical Biology Vol. 25 No. 2 (2018)
Publisher : SEAMEO BIOTROP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1246.846 KB) | DOI: 10.11598/btb.2018.25.2.742

Abstract

Aeromonas hydrophila is a pathogenic bacteria that causes mass mortality in catfish. In previous studies, specific pathogen resistant (SPR), A. hydrophila-resistant African catfish first generation (F1) has been cultivated by marker assisted selection using the major histocompatibility complex (MHC) 1 as a molecular marker. In this study, growth performance, inheritance of the MHC DNA marker in the second generation (F2) of catfish and disease resistance against A. hydrophila infection were observed.  The F2 progenies were produced by crossing F1 fish between themselves. Nursery was performed in 80-L glass aquaria, 4 replications for each cross, at the same initial density, for 2 months of rearing. The results showed that daily growth rate of F2 progenies from the SPR broods was significantly higher than those from broods without the marker.  Results of the PCR analysis showed that average number of F2 progenies from SPR broods carrying the MHC marker was about 91% higher than that of control.  After the fish reached about 12 cm body length, they were challenged by intramuscularly injecting of 0.1 mL A. hydrophila (LD50: 106 CFU ml-1) for 7 days. Results of challenge test showed that survival of F2 offspring from the crosses of SPR broods (77.2%) was about two times higher than those from brood without MHC marker (38.3%).  Differential leukocyte count supported the high resistance of F2 progenies from F1 broods having MHC I marker against A. hydrophila infection. In conclusion, African catfish farming carrying MHC marker potentially have higher productivity and reduces fish lose due to infection by A. hydrophila.
Faktor Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia 7 – 12 Tahun Di SDN Paku Alam Desa Paku Alam Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan sri nuryati
Jurnal Skala Kesehatan Vol 9 No 2 (2018): JURNAL SKALA KESEHATAN
Publisher : Politeknik Kementerian Kesehatan Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (646.669 KB) | DOI: 10.31964/jsk.v9i2.163

Abstract

Background : From Banjar district data showed 7.80 DF-T number, meaning that on average everyone in the Banjar district had almost 8 teeth with dental caries. Children of Elementary School age, i.e. 7-12 years, are of age who are susceptible to the occurrence of dental caries. Report on the screening of school-age children SD/MI conducted by the Sungai Tabuk 2 society health center (Puskesmas) in 2016 and 2017, the results of the screening on Paku Alam Elementary School’s students showed that during the last two years the number of students experiencing caries had increased. The percentage of students who experienced caries in 2016 was 79.2% and increased to 100% in 2017. Aim : This research wants to find out the behavioral factors related with the incidence of dental caries in children aged 7-12 years in the natural nails of Banjar Regency, South Kalimantan Province. Method : The study design was descriptive analytic that is cross sectional. The population and sample of the study were all children aged 7-12 years at the Paku Alam Elementary School Banjar distirct, South Kalimantan Province. The data will be analyzed analytically using Chi Square. Result : Descriptive results showed that most respondents experienced high dental caries (94.9%), had poor tooth brushing behavior (82.3%), poor cariogenic food consumption (62%), and no dental check-ups once every 6 month (98.7%). Analytically, there are no behavioral factors related to the incidence of dental caries. Conclusion : No behavioral factors that are significantly related with the incidence of dental caries in children. Keywords : Behavior, Children’s dental caries
MHC-II MARKER POTENTIAL LINKED TO MOTILE AEROMONAD SEPTICAEMIA DISEASE RESISTANCE IN AFRICAN CATFISH (Clarias gariepinus) Rommy Suprapto; Alimuddin Alimudddin; Sri Nuryati; Imron Imron; Huria Marnis; Bambang Iswanto
Indonesian Aquaculture Journal Vol 12, No 1 (2017): (June 2017)
Publisher : Center for Fisheries Research, Agency for Marine and Fisheries Research and Human Resource

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.4 KB) | DOI: 10.15578/iaj.12.1.2017.21-28

Abstract

One of the important issues in catfish farming is motile aeromonad septicaemia (MAS) disease caused by the bacterium Aeromonas hydrophila. This study aimed to find the MHC-II marker potential for marker-based selection to generate MAS disease resistance of African catfish. PCR method was applied to identify catfish (body length: 7-8 cm) population that have MHC-II marker. Fish with and without the marker were then challenged by intraperitonially injecting of 0.1 mL/fish with A. hydrophila (105 cfu/mL). The results showed that the survival of fish having MHC-II marker (77.50 ± 4.00%) was higher than that of fish without the marker (53.33 ± 4.77%). Fish carrying MHC-II marker fish has also higher total erythrocytes, total leukocytes, phagocytic activity, and hematocrit levels than that of fish without the marker. The PCR results using specific primer for MHC-II showed a specific DNA band of 426 bp in fish having the marker, while there were no DNA bands in fish without the marker. Results of the PCR analyses showed that the percentage of progenies carrying MHC-II marker was 80%, while progenies from broodstock without the marker was 0%; this indicated that MHC-II marker could be inherited to the offsprings. Thus, the MHC-II marker could be used as a molecular marker of MAS disease resistance catfish.
SISTEM GANJIL GENAP PADA PINTU TOL TAMBUN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI TOL JAKARTA-CIKAMPEK Muhamad Fauzi Rakhman; Sri Nuryati; Anita Setyowati Srie Gunarti
FROPIL (Forum Profesional Teknik Sipil) Vol 8 No 1 (2020): FROPIL (Forum Profesional Teknik Sipil)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.639 KB) | DOI: 10.33019/fropil.v8i1.1704

Abstract

Kemacetan tol Jakarta-Cikampek semakin parah karena banyaknya proyek pembangunan di sekitar jalan tol Jakarta-Cikampek. Untuk menekan angka kemacetan lalu lintas di jalan tol Jakarta-Cikampek Menteri Perhubungan Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan dengan membuat Peraturan Menteri Nomor PM 18 Tahun 2018 Tentang Pengaturan Lalu Lintas Selama Masa Pembangunan Proyek Infrastruktur Strategis Nasional Di Ruas Jalan Tol Jakarta Cikampek. Pemberlakuan sistem ganjil genap pelat kendaraan di Gerbang Tol Tambun mulai diberlakukan pada tanggal 03 Desember 2018 bagi kendaraan dari arah Bekasi menuju Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar efektifitas dari penerapan sistem ganjil genap pada Gerbang Tol Tambun terhadap penurunan jumlah volume lalu lintas dan kenaikan kecepatan kendaraan di tol Jakarta-Cikampek. Penelitian dilakukan selama 5 hari kerja yaitu hari Senin-Jum’at jam 06.00-09.00 WIB. Metode yang digunakan untuk menghitung jumlah volume lalu lintas yaitu dengan cara survei langsung di lapangan. Sedangkan untuk mengetahui kecepatan kendaraan pada ruas tol Cibitung-Bekasi Timur dilakukan dengan metode survei individu (individual speed). Hasil penelitian menunjukkan penerapan sistem ganjil genap pelat kendaraan pada Gerbang Tol Tambun dapat mengurangi volume kendaraan sebesar 43,09%. Hasil penelitian dengan metode survei individual speed menunjukkan kenaikan kecepatan kendaraan pada ruas tol Cibitung-Bekasi Timur sebesar 7,62%.
PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN DAN NILAI WAKTU PERJALANAN DI WILAYAH KOTA BEKASI Sri Nuryati
Bentang : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Vol 5 No 1 (2017): BENTANG Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil (Januari 2017)
Publisher : Universitas Islam 45

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33558/bentang.v5i1.151

Abstract

Pertambahan penduduk di wilayah perkotaan berpengaruh besar terhadapperkembangan diberbagai sektor terutama di sektor transportasi khususnya wilayah KotaBekasi. Tingkat pelayanan jalan pada persimpangan ruas jalan Ahmad Yani – jln. M.Hasibuan – jln. KH Noer Ali dan persimpangan jalan Chairil Anwar – jalan H. JoyoMartono di kota Bekasi pada jam-jam sibuk mengalami penurunan yang cukup tinggi.Tingkat pendapatan per kapita seseorang berpengaruh terhadap nilai waktu perjalanan(value of travel time, VOT), dimana semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang makasemakin tinggi pula nilai waktu perjalanannya. VOT juga dipengaruhi oleh jenis kendaraan,usia dan tujuan perjalanan.Analisis konsumsi bahan bakar minyak (BBM) terhadap tingkat kecepatankendaraan dalam km/jam pada penelitian ini menggunakan perbandingan metode BinaMarga dan metode PCI , sedangkan nilai waktu perjalanan (VOT) di hitung berdasarkantingkat pendapatan rata-rata per orang per bulan dan tingkat kesejahteraan (welfaremaximation) yang menggunakan kendaraan pribadi di wilayah Kota Bekasi tahun 2016.Hasil perhitungan biaya konsumsi bahan bakar (BBM) berdasarkan variasikecepatan kendaraan metode PCI menunjukan bahwa pada kecepatan rata-rata 40 km/jamdengan jenis kendaraan mobil penumpang sebesar Rp. 435,431, /1000 km, bus besar sebesarRp. 1.031.458,/1000 km dan truk besar sebesar Rp. 890.288,/1000 km. Sedangkan denganmetode Bina Marga, mobil penumpang sebesar Rp. 1.750,- / km, bus sebesar Rp. 4.381,-/kmdan truk sebesar Rp. 6.986,- /km. Hal ini disebabkan karena metode Bina Margamemasukkan beberapa parameter dalam perhitungan. Hasil analisis nilai waktu (VOT) diwilayah Kota bekasi dengan tingkat pendapatan per kapita per bulan pada kecepatan 10km/jam sebesar Rp. 3.906,-/km/orang/bulan lebih tinggi jika dibandingkan pada kecepatan70 km/jam yaitu sebesar Rp. Rp. 558,-/km/orang/bulan.
KAJIAN SINYAL DAN GEOMETRIK JALAN PERSIMPANGAN JALAN MT. JOYOMARTONO DENGAN JALAN TARUM BARAT – JALAN CHAIRIL ANWAR DI KOTA BEKASI Rudik Hartono; Rika Sylviana; Sri Nuryati
Bentang : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Vol 5 No 1 (2017): BENTANG Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil (Januari 2017)
Publisher : Universitas Islam 45

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33558/bentang.v5i1.152

Abstract

Kemacetan yang terjadi pada persimpangan Jalan MT. Joyomartono dengan JalanTarum Barat – Jalan Chairil Anwardiakibatkan oleh bertambahnya jumlah kendaraanyang terus meningkat setiap tahunnya yang tidak diimbangi dengan peningkatanpembangunan jalan raya, pengoperasian fasilitas lalu lintas belum optimal dan perilakukurang disiplin pengguna jalan. Berdasarkan tinjauan operasional (kondisi awal) kelakuanpengemudi kendaraan bermotor sering menyebabkan waktu tundaan (delay), waktu hilang(lost time), panjang antrian (queue lenght), dan kendaraan terhenti (stop rate) yang relatiftinggi, sehingga hal ini patut ditinjau kembali mengenai kapasitas persimpangan yang adasaat ini.Perolehan data pada penelitian ini adalah mengunakan metode survai yaitu meliputisurvai volume lalu lintas, survai kecepatan lalu lintas, survai geometrik simpang dan survaiwaktu sinyal lalu lintas selama 3 (tiga) hari; hari kerja dan hari libur, yaitu tanggal 9,11,15Agustus 2004. Analisa data yang dilakukan mencakup analisa operasional dan analisaperencanaan dengan program KAJI (Kapasitas Jalan Indonesia) ver 1.10x.Hasil analisis operasional 3 fase pada kondisi awal menunjukkan bahwa tingkatpelayanan simpang pada hari kerja dan hari libur adalah macet total atau dengan tingkatpelayanan pada level F analisis. Dari analisa beberapa alternatif 3 (tiga) yang menghasilkanpelayanan simpang pada hari kerja pada “B“. Tingkat pelayanan simpang pada hari liburpada level B. Sehingga dari hasil analisa perencanaan ini dapat diartikan kondisi kapasitassimpang pada analisa ini termasuk katagori kapasitas yang ideal dan optimal.