Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Keperawatan Indonesia

Penyusunan Studi Kasus Sri Yona
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 10 No 2 (2006): September
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v10i2.177

Abstract

AbstrakStudi kasus merupakan metode yang semakin dikenal dan berharga serta menjadi unik, khususnya pada penelitian di bidang keperawatan. Hal ini erat kaitannya dengan filosofi keperawatan yang melihat manusia secara menyeluruh. Studi kasus merupakan penelitian yang menekankan pada pemahaman yang lebih mendalam akan fenomena tertentu terhadap individu. Studi kasus juga berguna dalam mengekspolorasi masalah yang belum atau pun masih sedikit yang diketahui tentang fenomena tertentu. Peneliti dapat menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data, seperti wawancara mendalam/ depth interview dan kuesioner. Beberapa tahapan dalam membuat suatu studi kasus diawali dengan menentukan masalah, membuat disain dan instrumen, mengumpulkan data, membuat analisis data, dan mempersiapkan laporan penelitian. Hasil akhir studi kasus adalah pemahaman yang mendalam akan suatu fenomena. Penulisan artikel ini bertujuan sebagai masukan bagi peneliti pemula agar dapat mendisain suatu studi kasus yang baik. AbstractCase study, as one methodology research, is increasing recognized and value and become unique in nursing research. This related to the nursing philosophy which emphasizes whole aspect of human. Case study emphasizes on understanding of phenomenon, based on the human experiences. Case study is also useful as exploratory phase in research, in particularly when the researchers have little knowledge about particularly phenomenon. In collecting data, there are several ways, such as questionnaires, in depth-interview. There are several procedures in case study, namely determining problem, deciding design and instrument, collecting data, analyzing data and preparing outcomes research. The final outcome of case study is the understanding of phenomenon and holistic aspect of phenomenon. The aim of this article is to provide some input for beginner in order to achieve good research design.
Correlation between Disclosure Status and Stress in Men who Have Sex with Men with HIV Edianto Edianto; Agung Waluyo; Sri Yona; Ina Martiana
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 23, No 3 (2020): November
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v23i3.1101

Abstract

Men who have sex with men living with HIV (MSM-LWH) experience psychological and social issues, including depression, anxiety, fear of infecting others, frustration, and social isolation. They may also experience problems in their relationships due to a fear of social stigma, such as marital issues, family conflicts, a lack of family support, economic difficulties, and social rejection by the family. This research aimed to assess the relationship between HIV status disclosure and stress in MSM-LWH in Medan, Indonesia. Here, a cross-sectional design and the convenience sampling technique were used. A total of 176 respondents who were MSM, HIV positive, and residents of Medan City were included in this work. Data were collected by means of HIV Status Disclosure questionnaires and a Perceived Stress Scale (PSS). Overall, 70.9% respondents reported disclosing their status to others and approximately half revealed experiencing stress. Moreover, HIV status disclosure was significantly associated with stress (p= 0.025). This study reveals that HIV status disclosure may result in negative effects on MSMLWH, represent a barrier to medical treatment, and increase internal stress. Abstrak Hubungan antara Status Disclosure dengan Stres pada Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki dengan HIV. Lelaki yang berhubungan Seks dengan lelaki (LSL) yang hidup dengan HIV mengalami masalah psikologis dan sosial termasuk depresi, kecemasan, ketakutan menulari orang lain, frustasi dan isolasi sosial. Selain itu juga mengalami masalah dalam hubungan sosial karena takut akan stigma, konflik dalam keluarga, kurangnya dukungan keluarga, kesulitan ekonomi dan penolakan oleh keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status disclosure HIV dengan stress pada LSL yang hidup dengan HIV di Medan, Indonesia. Metode yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan teknik convenience sampling. Sebanyak 176 responden LSL dengan HIV positif dan tinggal di wilayah kota Medan. Data dikumpulkan dengan menggunakan HIV Status Disclosure Questionare dan Perceived Stress Scale (PSS). Hasil penelitian menemukan bahwa sebanyak 70,9% responden memiliki status disclosure HIV rendah, sementara itu sebanyak 55,1% resonden mengalami stress yang tinggi. Status disclosure HIV secara ber-makna dikaitkan dengan stress (p= 0,025). Penelitian ini mengungkapkan bahwa status disclosure HIV dapat mem-berikan efek negatif pada LSL yang hidup dengan HIV dan menjadi penghalang untuk perawatan medis dan mening-katkan stress internal.Kata Kunci: HIV, lelaki yeng berhubungan seks dengan lelaki, status disclosure, stres
Analisis Fenomenologi Tantang Pengalaman Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Avian Influenza Sri Yona; Astuti Yuni Nursasi
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 12 No 1 (2008): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v12i1.192

Abstract

AbstrakPerawat adalah tenaga kesehatan yang paling sering kontak dengan pasien. Ketakutan akan tertular penyakit dalam merawat pasien dengan penyakit yang mudah menular, dapat melahirkan sikap dan perilaku perawat yang tidak profesional dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Penelitian fenomenologi ini bertujuan mengidentifikasi pengalaman perawat selama merawat pasien dengan Avian Influenza. Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam pada tujuh perawat di sebuah rumah sakit di Jakarta. Hasil penelitian menemukan empat tema utama yaitu pengetahuan tentang AI yang minimal, profesionalisme yang tinggi, perasaan merawat pasien, serta upaya mencegah penularan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa perlunya pelatihan mengenai Avian Influenza dengan menggunakan pendekatan keperawatan. AbstractNurse is the only health team member in the hospital who always contact intensively with the patient. Fear of getting infection from patient can create negative perception and attitude which will influence the way nurse perform nursing care to the patient. This is important to assess what nurse perception in caring for infectious patiens, such as Avian Influenza (AI) patients. A Phenomenology study was carried out to identify the experience of nurses in taking care patient with Avian Influenza. The purpose of the study was to identify the experience of nurses in taking care patients with Avian Influenza. The participants were seven nurses who work at a hospital in Jakarta. Data was collected by the in-depth interview. The major themes revealed in this study were: inadequate knowledge about Avian Influeza, highly prefessional nurses, feeling when caring for patient, way in preventing AI transmission. In conclusion, there is a need to conduct additional training about Avian Influenza in the context of nursing care approach.
Correlation between Disclosure Status and Stress in Men who Have Sex with Men with HIV Edianto Edianto; Agung Waluyo; Sri Yona; Ina Martiana
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 23 No 3 (2020): November
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v23i3.1101

Abstract

Men who have Sex with Men Living with HIV (MSM-LWH) experience psychological and social problems including depression, anxiety, fear of infecting others, frustration, and social isolation. In addition there are also problems in relationships due to fear of social stigma such as problems in marriage, conflict in the family, lack of family support, economic difficulties, and social rejection by the family. This research aims to assess the relationship between HIV status disclosure with stress in Men who have Sex with Men (MSM) living with HIV in Medan, Indonesia. This a cross-sectional study with convenience sampling technique were used. 176 respondents were MSM, HIV positive, and live in Medan city area. Data was collected by means of HIV Status Disclosure Questionnaires, and Perceived Stress Scale (PSS). In this research find that few 70.9% respondents had disclosed their status and about half reported stress. The disclosure of HIV status was significantly associated with Stress (P= 0,025). This study conclusions were HIV status disclosure can give negative effect for MSM living with HIV and becomes barrier to medical treatment and grow toward internal stress. Abstrak Hubungan antara Status Disclosure dengan Stres pada Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki dengan HIV di Medan, Indonesia. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL) yang hidup dengan HIV mengalami masalah psikologis dan sosial termasuk depresi, kecemasan, ketakutan menulari orang lain, frustasi dan isolasi sosial. Selain itu juga mengalami masalah dalam hubungan sosial karena takut akan stigma, konflik dalam keluarga, kurangnya dukungan keluarga, kesulitan ekonomi dan penolakan oleh keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status disclosure HIV dengan stress pada LSL yang hidup dengan HIV di Medan, Indonesia. Metode yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan teknik convenience sampling. Sebanyak 176 responden LSL dengan HIV positif dan tinggal di wilayah kota Medan. Data dikumpulkan dengan menggunakan HIV Status Disclosure Questionare dan Perceived Stress Scale (PSS). Hasil penelitian menemukan bahwa sebanyak 70,9% responden memiliki status disclosure HIV rendah, sementara itu sebanyak 55,1% resonden mengalami stress yang tinggi. Status disclosure HIV secara bermakna dikaitkan dengan stress (p= 0,025; α= 0,05). Dapat disimpulkan bahwa status disclosure HIV dapat memberikan efek negatif pada LSL yang hidup dengan HIV dan menjadi penghalang untuk perawatan medis dan meningkatkan stress internal. Kata Kunci: HIV, status disclosure, lelaki yeng berhubungan seks dengan lelaki, stres
A Secondary Analysis of Peer Support and Family Acceptance Among Homosexual Living with HIV and Antiretroviral Therapy: Quality of Life Perspectives Ina Martiana; Agung Waluyo; Sri Yona; Edianto Edianto
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 24 No 1 (2021): March
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v24i1.1095

Abstract

Men who have sex with men (MSM) comprise a population at risk for HIV infection. Assessing the Quality of Life (QOL) in MSM might be different than other populations. This study showed a secondary analysis from our previous research. It was needed to understand whether peer support and family acceptance had an impact on QOL of MSM living with HIV and ART (Antiretroviral Therapy). A total of 175 respondents were involved in this cross-sectional study that was carried out with purposive sampling. The questionnaires were translated to Bahasa and tested for validity and reliability. Data questionnaires completed were analyzed. Results showed that peer support was positively correlated with QOL (p= 0.023; OR= 2.070), and also, family acceptance was significantly related to QOL (p= 0.001; OR= 2.766). Thus, peer support and family acceptance are important factors affecting the well-being and QOL of MSM living with HIV and ART. This finding can be used for the improvement of QOL in people living with HIV. Abstrak Dukungan Sebaya dan Penerimaan Keluarga terhadap Kualitas Hidup Homoseksual dengan HIV dan Terapi Antiretroviral. Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) merupakan populasi yang berisiko terinfeksi HIV. Menilai kualitas hidup (QOL) pada LSL mungkin berbeda dari populasi lainnya. Penelitian ini merupakan analisis sekunder dari penelitian sebelumnya. Kami menguji apakah dukungan sebaya dan penerimaan keluarga berdampak pada kualitas hidup pada LSL dengan HIV dan ART (terapi antiretroviral). Sebanyak 175 responden dilibatkan dalam studi cross-sectional yang dilakukan melalui purposive sampling. Data kuesioner yang sudah terisi komplit, akan dilakukan analisa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sebaya berhubungan positif dengan kualitas hidup (p= 0,023; OR= 2,070) dan juga penerimaan keluarga secara signifikan berhubungan dengan kualitas hidup (p= 0,001; OR= 2,766). Dengan demikian, dukungan sebaya dan penerimaan keluarga merupakan variabel penting yang mempengaruhi kesejahteraan dan kualitas hidup LSL yang hidup dengan HIV dan ART. Temuan ini dapat digunakan untuk peningkatan QOL pada orang dengan HIV. Kata Kunci: dukungan sebaya, HIV, kualitas hidup, penerimaan keluarga