Budi Sudarwanto
Program Studi Magister Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Hayam Wuruk 5, Kampus Undip Pleburan, Semarang

Published : 27 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

GREEN CITY HOTEL DI SEMARANG Sasongko, Enggar; Wijayanti, Wijayanti; Sudarwanto, Budi
IMAJI Vol 1, No 3 (2012): IMAJI
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4314.478 KB)

Abstract

Perkembangan sektor ekonomi di Kota Semarang tak lepas dari lokasi Kota Semarang yang berada pada jalur penghubung dua kota besar di Indonesia yaitu Jakarta dan Surabaya. Kota Semarang yang juga merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah juga mempengaruhi perkembangan sektor ekonomi. Dengan berkembangnya sektor perekonomian di Kota Semarang, maka berdampak juga dengan jumlah kunjungan wisatawan baik untuk tujuan bisnis maupun rekreasi. Dengan bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Semarang, maka dibutuhkan bangunan komersial yang dapat mengakomodasi kebutuhan wisatawan khususnya dalam hal hunian sementara yaitu hotel. Hotel yang direncanakan merupakan City Hotel karena berlokasi di pusat kota dan dekat dengan area bisnis maupun tempat wisata.Kajian yang dilakukan adalah dengan mempelajari pengertian tentang hotel, pengertian City Hotel, Karakteristik City Hotel, pengelolaan hotel, kebutuhan dan pengelompokkan ruang hotel, dan studi banding beberapa City Hotel di Semarang. Dilakukan juga pembahasan tentang konsep perancangan hotel dengan penekanan desain Green Arsitektur.Lokasi yang digunakan untuk perancangan “Green City Hotel di Semarang” ini berada di pusat kota dan dekat dengan area bisnis dan tempat wisata di Semarang. Tapak yang dipilih berada di Jalan Imam Bonjol Semarang karena berada di pusat kota dan dapat dengan mudah dicapai. Selain itu, tapak ini juga berada di BWK I yang difokuskan untuk perkantoran, perdagangan dan jasa (Perda Kota Semarang No. 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031).Penekanan desain yang diterapkan adalah Green Arsitektur. Prinsip-prinsip dan sifat-sifat bangunan berkonsep Green Arsitektur diterapkan dalam perancangan City Hotel agar dapat mengurangi penggunaan sumber daya yang tidak terbarukan.
SOLO CONVENTION HALL Lestari, Ayudia Kanthi; Sudarwanto, Budi; Setyowati, Erni
IMAJI Vol 1, No 2 (2012): IMAJI
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1405.079 KB)

Abstract

Jawa Tengah memiliki daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan tujuan dari agenda MICE (meeting,incentive, convention, exhibition) tetapi hal tersebut tidak didukung dengan fasilitas konvensi yangberkapasitas ribuan orang. Kota Solo berpotensi dalam sektor bisnis, perdagangan, dan potensi seni budayalokal. Hal ini dapat mendukung potensi Kota Solo sebagai kota tujuan MICE. Akhir-akhir ini juga bisnisperhotelan di Kota Solo mengalami penurunan, karena sedikitnya pertemuan-pertemuan akbar yang digelar diKota Solo. Hal ini yerjadi karena di Kota Solo belum terdapat fasilitas gedung konvensi yang berkapasitasribuan orang, sehingga saat pemilihan tuang rumah kegiatan konvensi, Kota Solo pasti dikesampingkan.Sekarang sedang dilakukan pengembangan potensi Kota Solo, saat ini merupakan saat yang tepat untukmerealisasikan dibangunnya sebuah bangunan konvensi yang berstandar internasional di Kota Solo. Kajian diawali dengan mempelajari pengertiandan hal-hal mendasar tentang gedung konvensi,standar-standar mengenai tata ruang di dalam gedung konensi, studi banding beberapa gedung konvensi diIndonesia. Dilakukan juga tinjauan mengenai lokasi gedung Solo Convention Hall dan pembahasan konsepperancangan dengan penekanan desain Arsitektur Neo-Vernakular. Selain itu juga dibahas mengenai tataruang bangunan, penampilan bangunan, struktur, serta utilitas yang dipakai dalam perancangan “SoloConvention Hall”. Konsep perancangan ditekankan Arsitektur Neo-Vernakular, yaitu konsep transformasi identitas KotaSurakarta ke dalam konsep modern, karena bangunan konvensi merupakan bangunan umum yang digunakanoleh berbagai kalangan dan unutk aktivitas modern. Konsep ini sesuai dengan spirit Kota Surakarta “Solo’s Pastas Solo’s Future”, yaitu spirit pembangunan Kota Surakarta yang tidak meninggalkan identitas masa lampaudan menjadikan karakter budaya lokal sebagai dasar pengembangan modernitas Kota Surakarta. Padabangunan ini mengambil konsep dari pendapa yang fungsinya juga sebagai tempat pertemuan bagi orangJawa. Pendapa yang berbentuk joglo merupakan bangunan dengan dominasi atap, hal tersebut menyiratkanbahwa orang Jawa mementingkan bagian kepala yaitu akal dan pikiran. Karena dengan akal dan pikiran,manusia dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum bertemu Tuhan (mati).
GALERI SENI PERTUNJUKAN JAWA DI SURAKARTA hidayah al amin, miftahul; Sudarwanto, Budi; wijayanti, wijayanti
IMAJI Vol 3, No 1 (2014): jurnal IMAJI - Januari 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1466.691 KB)

Abstract

Kota Surakarta memiliki dua keraton yakni Kasunanan dan Mangkunegaran, di masa lampau kota ini tidak hanya menjadi pusat pemerintahan tetapi juga berfungsi sebagai pusat perkembangan seni dan budaya di wilayah propinsi Jawa Tengah. Posisi kota Surakarta yang demikian sentral itulah yang kemudian melahirkan ekspresi seni, terutama seni pertunjukan seperti; seni teater, musik, karawitan, tari, pendalangan, dan seni rupa baik yang bersifat modern, kontemporer maupun tradisional. Frekuensi kegiatan seni pertunjukan di Surakarta memang cukup baik, namun informasi, publikasi, dan promosi kegiatannya kurang terkoordinasi dan kurang terlihat. Oleh karena itu, tidak cukup banyak menjaring pengunjung dan konsumen, baik dari masyarakat maupun wisatawan. salah satu penyebabnya adalah kurangnya tempat mengekspresikan seni pertunjukan jawa di Surakarta. Sehingga dibutuhkan tempat/wadah yang dapat menampung para pecinta seni pertunjukan untuk mengekspresikan seni dan melestarikannya sebagai budaya daerah kota Surakarta.Kajian diawali dengan mempelajari pengertian mendasar mengenai Seni Pertunjukan Jawa, standar-standar mengenai tata ruang dalam panggung pertunjukan, studi banding beberapa tempat yang berkaitan dengan seni pertunjukan di Surakarta dan Galeri Seni Pertunjukan melalui website. Dilakukan juga tinjauan mengenai lokasi tapak yang akan digunakan dan pembahasan konsep perancangan dengan penekanan desain Arsitektur Neovernakular. Tapak yang digunakan berada di pusat kota Surakarta tepatnya di jalan Mayjen Sunaryo. Selain itu juga dibahas mengenai tata massa dan ruang bangunan, penampilan bangunan, struktur, serta utilitas yang dipakai dalam perancangan “Galeri Seni Pertunjukan Jawa Di Surakarta”.Konsep perancangan ditekankan pada desain Arsitektur Neovernakular, sebagai wujud penyesuaian bangunan di sekitar tapak. Konsep dan filosofi massa bangunan Galeri ini mengadopsi tatanan massa bangunan pada Keraton Surakarta, dengan vocal point pada atrium pertunjukan terbuka yang berada di tengah-tengah massa bangunan pendukung kegiatan utama. Bentuk massa bangunannya mengikuti pola dasar bentuk site yakni kombinasi bentuk lingkaran dan persegi panjang. Arsitektur neovernakular Galeri ini muncul pada bentuk atap dan elemen-elemen yang dipakai pada setiap massa bangunanya.
KAJI EKSPERIMENTAL MOTOR BAKAR BENSIN 2 LANGKAH DENGAN SISTEM PENYEMPROTAN LANGSUNG BAHAN BAKAR MEKANIS PADA RUANG BAKAR Reksowardojo, Iman Kartolaksono; Setyawan, Aan; Sudarwanto, Budi; Syaharuddin, Ibrahim
Mesin Vol 18, No 1 (2003)
Publisher : Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3246.198 KB)

Abstract

In this study, a mechanical fuel direct injection system is used in a two-stroke 70 cc gasoline engine. The injection system is using a high pressure pump (injection pump) and an injector (Nozzle) from a 5 hp diesel engine that mechanically is operated by a cam. The modifications on the two stroke gasoline engine are unthrottle intake system, additional hole in the cylinder head for the injector and a camshaft system. The camshaft is connected to the crankshaft. Theperformance of the engine is tested and the result is compared with the performance of the carburetor system engine in the same testing condition. The performance of the direct injectionsystem engine is better than the carburetor system engine in 1600-1750 rpm range. The power of the engine increases in about 143%, the specific fuel consumption decreases in about 35%, the thermal efficiency increases in about 59%, the air intake increases in about 244%, the scavenging efficiency increases in about 110% and the air-fuel ratio increases in about 116%. The improvement of the performance is caused by the increase of the air-fuel ratio also causing a lean combustion and an unthrottle intake process. But in other operation condition the mechanical fuel direct injection system cannot operate with good performance because the system cannot full fill the need of a complex system control.
PENGARUH ALIH FUNGSI BANGUNAN CAGAR BUDAYA LAWANG SEWU SEMARANG DALAM PERSEPSI MASYARAKAT UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN REVITALISASI Maryati, Iin; Rukayah, Siti; Sudarwanto, Budi
TEKNIK Vol 36, No 1 (2015): (Juli 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (720.78 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i1.8395

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi karena Lawang Sewu merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Kota Semarang yang layak untuk direvitalisasi dalam upaya melestarikannya dan agar tetap fungsional. Telah banyak berbagai usulan alih fungsi Lawang Sewu, diantaranya adalah menjadi hotel, pusat perbelanjaan dan menjadi perkantoran. Pada tahun 2009 diputuskan untuk direvitalisasi menjadi galeri, temporary exhibition room dan menjadi objek wisata heritage. Kemudian dari hal-hal tersebut muncul sebuah tujuan penelitian yaitu mengetahui adanya pengaruh alih fungsi menjadi temporary exhibition room, gallery, dan tetap menjadi objek wisata heritage dalam persepsi masyarakat untuk mewujudkan tujuan revitalisasi. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif rasionalistik. Melakukan pengumpulan data salah satunya menggunakan kuesioner yang disebar pada responden. Kemudian diuji menggunakan beberapa langkah uji statistik, salah satunya dengan uji path analysis yang digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh alih fungsi sebagai variabel mediator dalam persepsi masyarakat untuk mewujudkan tujuan revitalisasi. Pemaknaan hasil temuan menunjukan adanya pengaruh alih fungsi dalam persepsi masyarakat untuk mewujudkan tujuan revitalisasi yang dijelaskan berdasarkan teori yang telah dipaparkan dalam kajian pustaka serta kondisi di lapangan. Kesimpulan yang dapat diperoleh dengan adanya pengaruh alih fungsi dalam persepsi masyarakat untuk mewujudkan tujuan revitalisasi adalah aspek-aspek alih fungsi harus diperhatikan dengan serius bagi berbagai pihak yang akan melakukan kegiatan revitalisasi.[The Influences of Revitalization Heritage Building Lawang Sewu Semarang in Public Opinion to Realize Revitalization Purpose] Lawang Sewu is one of heritage building in Semarang which suitable to have a conservation, especially revitalization to keep the existency of the building. There are a lot of opinions to revitalize Lawang Sewu. Between 2004-2006 this site is going to be used as a hotel, shopping center and full office. Finally in 2009 there was a conclution that Lawang Sewu would be revitalized into gallery, temporary exhibition room and heritage tourist destination. One of the purpose of revitalization is the type of function could give benefits for public, and the heritage building doesn’t become an exclusive place. So the new function that selected has to be a support for the revitalization purpose (Priatmojo, 2009). Thats all the background of this research.The research method that be used is quantitative method. From collecting data’s and using questionnaire for the respondences. The next step is testing those data’s with several test which one of them is path analysis or called Sobel test. Path analysis is an analytic system to see whether the influence of the new function in a heritage building exist as a mediator variable in public opinion to realize revitalization purpose.The result shows that there is influences of a new function in public opinion to realize revitalization purpose. It is explained and based the theory which has been explained in review of the literature and the real situation. It comes to the conclusion that influences is the aspect which need to be taken seriously by who does the revitalization.
PASAR DI LINGKUNGAN PERMUKIMAN Sardjono, Agung Budi; Sudarwanto, Budi
MODUL Volume 11, Nomer 2, Tahun 2011
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.558 KB) | DOI: 10.14710/mdl.11.2.2011.%p

Abstract

Pasar tradisional mulai banyak digantikan dengan pasar modern yang lebih megah, nyaman dan bergensi. Pasar tradisional dianggap biang dari kekumuhan, kemacetan dan kesemrawutan. Benarkah pasar tradisional lebih banyak merugikan daripada menguntungkan?. Tulisan ini bertujuan untuk melihat peran dan nilai-nilai yang terkandung pada pasar tradisional pada skala yang paling kecil, pasar lingkungan. Bahasan dilakukan dengan mengkaji dua pasar lingkungan di Pedurungan. Dibalik tampilan wadah yang kurang menguntungkan, pasar tradisional menyimpan banyak nilai-nilai positif. Keterbukaan, kebersamaan, kesetaraan dan keperdulian menjadi ciri pasar tradisional yang penting dalam membangun lingkungan hidup yang nyaman dan manusiawi. Selain sebagai ajang transaksi penjual pembeli, pasar tradisional berperanan dalam menjalin interaksi dan komuniasi para pelakunya. Membangun toleransi dan fleksibel dalam pemakaian dan bentukan keruangannya.
REKAYASA MEMBANGUN RUMAH TINGGAL (KAJIAN PENGALAMAN EMPIRIK) Sudarwanto, Budi
MODUL Volume 11, Nomer 1, Tahun 2011
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.443 KB) | DOI: 10.14710/mdl.11.1.2011.%p

Abstract

Rumah Tinggal adalah salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan dan sandang. Menurut teori Maslow A adalah bagian dasar kebutuhan hidup manusia. Rumah Tinggal memiliki dimensi yang sangat luas. Satu dimensi adalah aspek teknis dan teknologi mewujudkan fisik bangunan rumah tinggal. Metoda kualitatif naturalistik dalam pembahasan rekayasa membangunan didasarkan atas pengalaman empirik kegiatan konstruksi pada 6 rumah tinggal. Ada beberapa 4 tema penting dalam rekayasa membangun rumah tinggal, 1) Merancang rumah tinggal yang siap bangun, 2) Tahapan kritis pelaksanaan kegiatan membangun rumah tinggal, 3) Dukungan kualitas material bahan bangunan, dan 4) Pengelolaan pragmatis membangun rumah tinggal. Seseorang yang ingin membangun harus memahami ke empat hal tersebut untuk dapat mencapai kualitas pelaksanaan konstruksi rumah tinggal yang optimal, dari sisi waktu, biaya, dan tenaga. Kata kunci : Rumah Tinggal, Rekayasa Konstruksi, Pengalaman Membangun, Kualitatif Study.
Pencapaian Perumahan Berkelanjutan ‘Pemilihan Indikator Dalam Penyusunan Kerangka Kerja Berkelanjutan’ Sudarwanto, Budi; Pandelaki, Edward E; Soetomo, Sugiono
MODUL Vol 14, No 2 (2014): MODUL Volume 14 No.2 Tahun 2014
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.03 KB) | DOI: 10.14710/mdl.14.2.2014.105-112

Abstract

Keberlanjutan merupakan issue sentral dalam konteks pembangunan abad 21. Pembangunan perumahan berkelanjutan adalah kegiatan membangun lingkungan perumahan yang mendasarkan pada prinsip-prinsip berkelanjutan. Ada kesenjangan cara pandang dalam pembangunan perumahan dan pembangunan perkotaan, khususnya tidak adanya konsep keberlanjutan yang dirujuk secara bersama dalam program kegiatan pembangunan. Tulisan ini menyusun indikator perumahan berkelanjutan yang dapat digunakan sebagai arahan pengembangan perkotaan yang didorong oleh pembangunan perumahan yang berkelanjutan. Hasil pengembangan perkotaan menjadi efektif bila pembangunan perumahan menunjukan konteks berkelanjutan. Sehingga penurunan kualitas lingkungan perkotaan khususnya sub-perkotaan dapat terjaga dan bahkan keseimbangan lingkungannya membaik. Hal ini akan mendorong tercapainya pembangunan kota berkelanjutan.
PERAN GAMBAR SKETSA ARSITEKTUR UNTUK MENGGALI KARAKTER DISAIN BANGUNAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PELESTARIAN KAWASAN wahyuningrum, sri hartuti; sudarwanto, budi
MODUL Vol 17, No 1 (2017): MODUL vol 17 nomor 1 tahun 2017 (8 articles)
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.344 KB) | DOI: 10.14710/mdl.17.1.2017.36-41

Abstract

Hambatan struktural dan hambatan fungsional merupakan hambatan utama dalam pengembanganpelestarian KL Semarang. Masalah harmonisasi peran-peran yang terlibat mendukung besarnya hambatan yangada. Terjadi fakta dilapangan melalui kajian gambar sketsa pada even ISSW bahwa KL menunjukan objektifitas dankarakter potensial untuk pengembangan penguatan pelestarian sebagai kawasan historis. Bangunan dan koridorjalan di lingkungan KL, bangunan terevitalisasi dan bangunan kumuh, fakta lingkungan KL adalah spot-spot yangmemberikan fakta upaya pelestarian KL Semarang memiliki nilai signifikan yang perlu ditingkatkan, terutamakarakter bangunan arsitektur kolonial. Hasil temuan kajian atas gambar sketsa dalam ISSW 2016 bahwa gambarsketsa menunjukan nilai positif atas fakta dan kejadian lapangan upaya pelestarian KL Semarang. Upayadiversifikasi kegaiatan kreatif sangat dibutuhkan untuk mengembangkan KL sebagai kawasan bernilai ekonomi.
BUSTAMAN, A CULTURAL URBAN KAMPONG BASED ON CULINARY GULE AS RESPONSE TO URBAN CHANGES Budi Sudarwanto; Gagoek Hardiman; Agung Budi Sardjono
TATALOKA Vol 21, No 3 (2019): Volume 21 No. 3, August 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.781 KB) | DOI: 10.14710/tataloka.21.3.558-565

Abstract

This research aims to deepen the culture of urban kampong. The concept of knowledge of Bustaman peoples in making needs to survive and adapt. This research used is grounded theory which kind of qualitative paradigm. The research procedure is empirical-inductive research process. Urban kampong is a burden in development activities. The character of urban spaces shows a chaotic and complex environment. There is a learning process by its citizens associated with the resilience of the kampong. It has a meaning related to culture of people and the physical environment. That kampong  shows all the things about urban kampong problems. The culture of kampong shows defensive and adaptation. Bustaman kampong is widely known as gule village. The finding of a local knowledge concept are about how the people to sustain of their daily live. First, it was defined as the culture of citizens working hard to survive. The second is an effort to build social capital to adapt. The third is characterizes of kampong that has openness and friendly. Bustaman have been mention as a kininanti cage.