Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia

Hubungan Antenatal Care terhadap Kejadian Stunting pada Balita Usia 0-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang Tahun 2019 Nurul Ramadhini; Delmi Sulastri; Dolly Irfandi
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 1 No 3 (2020): November 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1393.785 KB) | DOI: 10.25077/jikesi.v1i3.62

Abstract

Latar Belakang. Stunting atau disebut juga dengan kerdil adalah keadaan dimana tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya dikarenakan kekurangan asupan gizi pada saat didalam kandungan dan awal kehidupan. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting pada anak adalah riwayat antenatal care ibu selama hamil. Objektif. Mengetahui hubungan antenatal care terhadap kejadian stunting pada balita berusia 0 – 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang tahun 2019. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional pada 79 anak usia 0-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang yang dipilih melalui simple random sampling. Analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil. Penelitian dilakukan dengan wawancara dan observasi buku KIA serta hasil pengukuran panjang badan anak menggunakan infantometer. Prevalensi stunting (13,9%), sebagian besar ibu memiliki kunjungan antenatal care lengkap (19,4%) dan mendapatkan kualitas antenatal care yang baik (15,8%). Nilai signifikansi kunjungan antenatal care 0,325 dan kualitas antenatal care 0,720. Simpulan. Antenatal care tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian stunting karena p>0,05. Kata kunci : pemeriksaan rutin selama hamil, kerdil, puskesmas, balita 0-24 bulan. Background. Stunting or also called dwarf is a condition where the height of the child does not match his age due to lack of nutritional intake at the time during pregnancies and early life. One of the factors that influence stunting in children is a history of maternal antenatal care during pregnancy. Objective. To determine the relationship of antenatal care to the incidence of stunting in infants aged 0-24 months in the working area of ​​ Seberang Padang Primary Health Center Care in 2019. Methods. This research was an observational analytic study with cross sectional design in 79 children aged 0-24 months in the working area of ​​Seberang Padang Primary Health Care which was selected through simple random sampling. Data analysis was performed with the chi square test. Results. The research was conducted by interviews and observations of maternal and child health books and the results of measurements of children's body length using an infantometer. The prevalence of stunting (13.9%), most mothers have complete antenatal care visits (19.4%) and get good quality antenatal care (15.8%). The significance value of antenatal care visits is 0.325 and the quality of antenatal care is 0.720. Conclusion. Antenatal care is not significantly related to the incidence of stunting because of p>0.05. Keywords : antenatal care, stunting, primary health care, toddlers 0-24 month.
Hubungan Panjang Badan Lahir dan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 7-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang Putri Aisyah Mirza; Delmi Sulastri; Dessy Arisany
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 1 No 3 (2020): November 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1398.395 KB) | DOI: 10.25077/jikesi.v1i3.64

Abstract

Latar Belakang: Stunting adalah salah satu masalah gizi yang sering dijumpai pada anak. Stunting dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan fisik serta perkembangan mental dan kecerdasan. Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara panjang badan lahir dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia 7-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional pada anak usia 7-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang yang dipilih melalui simple random sampling. Data yang digunakan adalah data hasil wawancara kuesioner dan hasil pengukuran panjang badan anak menggunakan infantometer. Analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil: Penelitian ini menemukan total 78 anak dengan prevalensi stunting sebanyak 22 (28,2%), anak yang memiliki panjang badan lahir kurang sebanyak 28 (35,9%), dan anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 45 (57,7%). Analisis uji statistik menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara panjang badan lahir dengan stunting (p-value = 0,464; 95% CI: 0,19-1,70), dan hubungan yang tidak signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting (p-value = 0,681; 95% CI: 0,51-3,89). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara panjang badan lahir dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting. Kata kunci: stunting, panjang badan lahir, ASI eksklusif Background: Stunting is one of nutritional problems that commonly found in children. Stunting could affect to physical growth and also mental and intelligence development. Objective: To determine the association of birth length and exclusive breastfeeding with stunting in children aged 7-24 months in the working area of Seberang Padang Public Health Center. Methods: This is an observasional study used a cross sectional approach on children aged 7-24 months in the working area of Seberang Padang Public Health Center who were selected by simple random sampling. Data was collected from administered questionnaire and measurement of height using infantometer. Data was analyzed by chi square test. Results: We found total 78 children with prevalence for stunting was 22 (28,2%), children had short birth length was 28 (35,9%), children had not gotten exclusive breastfeeding was 45 (57.7%). Statistical analysis showed no significant relationship between birth length and stunting (p-value = 0,464; 95% CI: 0,19-1,70), and no significant relationship between exclusive breastfeeding and stunting (p-value = 0,681; 95% CI: 0,51-3,89). Conclusion: There was no significant relationship between birth length and given exclusive breastfeeding with stunting. Keyword: stunting, birth length, exclusive breastfeeding
Hubungan Tingkat Konsumsi Garam terhadap Kejadian Hipertensi di Asia Tenggara Amara Azka Shafrina; Delmi Sulastri; Ida Rahmah Burhan
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 2 No 3 (2021): September 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v2i3.452

Abstract

Latar Belakang: Hipertensi adalah masalah kesehatan berupa peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Saat ini hipertensi merupakan salah satu kontributor utama beban penyakit global, di mana Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah dengan prevalensi hipertensi tertinggi di seluruh dunia. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial, di mana salah satu faktor risikonya adalah konsumsi garam berlebihan yang dapat mempengaruhi mekanisme tubuh dalam meregulasi tekanan darah. Objektif: Kajian literatur sistematis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan jumlah konsumsi garam dengan kejadian hipertensi pada populasi di Asia Tenggara.. Metode: Penelitian ini merupakan kajian literatur sistematis. Pencarian literatur dilakukan di tiga pangkalan data, yaitu Google Scholar, Pubmed, dan LWW Journals untuk mendapatkan studi cross-sectional. Hasil: Terdapat total 5 studi yang dimasukkan dalam kajian literatur sistematis ini. Ditemukan jumlah konsumsi garam pada populasi di wilayah Asia Tenggara berkisar antara 3,17 gram sampai dengan 10,80 gram garam per hari, prevalensi hipertensi pada populasi di beberapa negara Asia Tenggara yang berkisar antara 30% sampai 37,3%, dan hubungan antara konsumsi garam dengan terjadinya peningkatan tekanan darah yang masih kontroversi, dikarenakan hipertensi merupakan penyakit multifaktorial. Kesimpulan: Hubungan antara konsumsi garam dengan kejadian hipertensi masih merupakan kontroversi dikarenakan hipertensi merupakan penyakit multifaktorial.
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Alfin Rahma Fadhilah; Delmi Sulastri; Hudila Rifa Karmia
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3 No 3 (2022): September 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v3i3.643

Abstract

Latar Belakang: Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada ibu hamil muda, yang dapat memengaruhi keadaan umum dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun status gizi merupakan salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan sering dihubungkan dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Objektif: Mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif dengan pendekatan case-control. Sampel pada penelitian ini terdiri atas 23 sampel kasus dan 23 sampel kontrol dengan teknik pengambilan sampel kasus yaitu secara total sampling dan sampel kontrol secara systematic random sampling, kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil: pada penelitian ini didapatkan 39,1% kelompok kasus memiliki status gizi normal dan 78,3% kelompok kontrol memiliki status gizi normal. Pada uji Chi Square, menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p=0,007, OR=5,600). Kesimpulan: terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hiperemesis gravidarum.
Hubungan Obesitas dengan Kejadian Gastroesophageal Reflux Disease di RSUP Dr. M. Djamil Padang Iqbal Muhammad Helmi; Delmi Sulastri; Roza Mulyana
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3 No 3 (2022): September 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v3i3.930

Abstract

Latar Belakang: Gastroesophageal Reflux Disease merupakan kondisi patologis akibat refluks kandungan lambung ke esofagus yang terjadi berulang kali. Kondisi obesitas dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen dan menurunkan fungsi esofagus serta Lower Esophageal Sphincter sehingga risiko Gastroesophageal Reflux Disease akan meningkat. Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara obesitas dan kejadian Gastroesophageal Reflux Disease di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2018-2019. Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional menggunakan pendekatan retrospektif dengan rancangan penelitian case-control study yang telah berlangsung dari bulan November hingga Desember 2021 di Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 38 pasien kelompok kasus dan 38 pasien kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan menggunakan uji Chi-Square dengan cara membandingkan frekuensi penderita obesitas pada kelompok kasus dan kontrol. Hasil: Hasil penelitian ini memperoleh 52,6% kelompok kasus mederita obesitas dan 10,5% kelompok kontrol menderita obesitas. Berdasarkan uji Chi-square, terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian Gastroesophageal Reflux Disease (p=0,001, OR=9,444). Kesimpulan: Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian Gastroesophageal Reflux Disease di RSUP Dr. M. Djamil.