Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

DEKOLORISASI CRUDE RICE BRAN OIL MENGGUNAKAN BENTONIT Sulistiawati, Endah; Sari, Arum; Chaniago, Rafiqah Hidayati
SPEKTRUM INDUSTRI Vol 10, No 1: April 2012
Publisher : SPEKTRUM INDUSTRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Minyak bekatul atau Rice Bran Oil kaya akan gizi, mengandung vitamin, antioksidan(tokoferol, tokotrienol, dan orizanol), serta nutrisi yang dapat meningkatkan kualitas kesehatanmanusia. Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan pembuatan minyak bekatul denganproses fermentasi, hingga diperoleh minyak berupa crude oil (minyak kasar), yang masih berwarna gelap.Selanjutnya dilakukan upaya pemurnian dengan proses pemucatan (dekolorisasi). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan angka perbandingan berat bentonitdengan minyak bekatul serta waktu pengadukan yang optimal, sehingga diperoleh warnaminyak yang lebih pucat dari semula.Bentonit dengan ukuran lebih dari 200 mesh dimasukkan kedalam beker glass yangtelah diisi minyak bekatul 50 ml dan magnetic stirrer pada suhu kamar tanpa pemanasandengan kecepatan pengadukan 600 rpm selama 30 menit. Setelah pengadukan dihentikan,campuran diendapkan selama 24 jam lalu dilakukan pemisahan antara bentonit dengan minyakyang sudah jernih menggunakan kertas saring. Untuk menyempurnakan hasilnya dilakukanpemisahan dengan centrifuge. Perlakuan yang sama diulang untuk variabel berat bentonit (5,10, 15, 20, 25 gram) dan waktu pengadukan (30, 40, 50 menit pada masing–masing berat).Parameter yang digunakan untuk menganalisa kualitas minyak bekatul pada penelitian iniadalah absorbansi (angka kejernihan relatif), kadar air, dan kadar kotoran.Dari hasil penelitian diperoleh berbagai tingkat kejernihan, hasil terbaiknya padaperbandingan berat bentonit terhadap minyak 0,5 g/ml, lama pengadukan 30 menit, memilikiangka kejernihan relatif 0,520. Kadar kotoran yang terendah terdapat pada perbandinganberat bentonit terhadap minyak 0,1 g/ml dan lama waktu pengadukan 40 menit, yaitu sebesar0,028 %. Kadar air rata-rata minyak hasil dekolorisasi masih cukup besar yaitu 12,57%. Kata Kunci: dekolorisasi, rice bran, minyak, bentonit.
DELIGNIFIKASI BAMBU PETUNG (DENDROCALAMUS ASPER) DENGAN EKSTRAK ABU JERAMI PADI DAN KAYU Sulistiawati, Endah; Santosa, Imam
SPEKTRUM INDUSTRI Vol 10, No 2: Oktober 2012
Publisher : SPEKTRUM INDUSTRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebutuhan tekstil di Indonesia terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.Selama ini pemenuhan tekstil sebagian besar diimpor dari beberapa negara, antara lain: India, China,dan Jepang. Di sisi lain, Indonesia merupakan negara agraris, dengan limbah pertanian yang melimpah.Juga tanaman bambu tumbuh subur dan banyak terdapat di negeri ini. Keunggulan serat tekstil bambuadalah bersifat antiseptik, tahan terhadap mikroba. Penelitian ini merupakan salah satu langkah dalampembuatan serat tekstil alami dari bambu petung (Dendrocalamus asper) dan limbah pertanian yaitu abujerami padi dan kayu, yaitu tahap delignifikasi. Tujuan penelitian ini mencari waktu perendaman bambudalam ekstrak abu yang memberikan hasil terbaik.Bambu dipotong dan dibelah tipis, berukuran panjang 15 cm, setebal 0,5 mm. Mula-mulasampel bambu ditimbang (antara 12 sampai 57 gram), lalu direndam dalam ekstrak abu (jerami padi dankayu) sebanyak 500 ml dalam sebuah botol berkapasitas 600 ml dan ditutup. Perendaman dilakukanpada suhu kamar. Waktu perendaman bervariasi dari 4 jam hingga 80 jam. Setelah perendaman selesai,hasil disaring. Sampel filtrat dititrasi untuk diketahui konsentrasi alkali aktifnya. Bambu yang telahdirendam lalu dikeringkan menggunakan oven pada suhu 110ºC sampai berat tetap. Selisih berat antarabambu awal dan akhir (kering) dihitung, dan dianggap sebagai lignin yang terdegradasi.Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman menggunakan ekstrak abu jerami padimemberikan hasil yang lebih baik dari pada ekstrak abu kayu, karena pengurangan berat padatan lebihbesar. Hasil yang tertinggi pada perendaman menggunakan ekstrak abu jerami padi selama 76 jam,dengan selisih berat (basis kering) mencapai 44,5%. Kata kunci: delignifikasi; bambu petung; ekstrak abu.
EKSTRAKSI ABU KAYU DENGAN PELARUT AIR MENGGUNAKAN SISTEM BERTAHAP BANYAK BERALIRAN SILANG Santosa, Imam; Sulistiawati, Endah
CHEMICA: Jurnal Teknik Kimia Vol 1, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.315 KB)

Abstract

As an agricultural country, Indonesia has natural resources are very abundant , one of which is wood . Wood ash from household and industrial waste has not been used , whereas according to Pitman high potassium content . The solubility of potassium carbonate in high water , so effective when extracted with water . However, high humidity in Indonesia drying wood for fuel so low that allegedly affect the quality of the ash obtained . In this research, the extraction of wood ashes with water using a solvent system gradually many wing cross .The experimental study was conducted in a university laboratory Ahmad Dahlan , Yogyakarta . The procedure used is the extraction of wood ash 200 , 300 and 400 grams with 1000 ml of solvent water for 5 minutes using a glass beaker , filtering with the aid of a vacuum pump , and acidi alkalimetri analysis using 0.1 N HCl residual solids by filtration and then in water kontakkan again and so do the same thing 5 times . Raw materials derived from wood ash combustion for drying of the wood cutting industry and water used in the form aquadestilata .Extract wood ash derived from the combustion for drying small normality sawmill industry . The results of the analysis can be made curve that describes the operating line and curve logarithmic form of the equation of equilibrium in the form of linear equations . Moreover, it can be made a graph illustrating a series of 5 stages of operation which is a combination of single phased extraction .
Pengaruh Suhu pada Pengeringan Tepung Kimpul (Xanthosoma sagittifolium) Sulistiawati, Endah; Santosa, Imam; APS, Yunizar Rizka; Saka, Arya Aji
CHEMICA: Jurnal Teknik Kimia Vol 2, No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.335 KB) | DOI: 10.26555/chemica.v2i2.4568

Abstract

Taro flour can be used as an alternative for wheat. This study aims to determine the optimal conditions on the operation of the drying resulting in minimal water content, but did not damage the properties of the desired material. This research will be obtained the parameters that can be used to design a dryer with a larger scale. After the taro peeled, washed, chopped and soaked with a solution of salt. Samples inserted into a dryer equipped with a balance, so that it can be read sample weight at a certain time. The drying process is stopped until the weight remains. The process of making flour baked, steamed after soaking the taro, and then do the drying process as the raw flour. The variables studied were temperature drying. The result showed that higher drying temperatures will accelerate the achievement of equilibrium moisture content, which means the drying operation requires a shorter period of time. Lower values of equilibrium moisture content on 0,02 (g water / g dry matter) can be achieved at a temperature of 90 0C, with a time of 80 minutes.
DEKOLORISASI CRUDE RICE BRAN OIL MENGGUNAKAN BENTONIT Sulistiawati, Endah; Sari, Arum; Hidayati, Rafiqah; Chaniago, Chaniago
SPEKTRUM INDUSTRI Vol 10, No 1: April 2012
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4368.347 KB) | DOI: 10.12928/si.v10i1.1616

Abstract

Minyak bekatul atau Rice Bran Oil kaya akan gizi, mengandung vitamin, antioksidan (tokoferol, tokotrienol, dan orizanol), serta nutrisi yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan manusia. Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan pembuatan minyak bekatul dengan proses fermentasi, hingga diperoleh minyak berupa crude oil (minyak kasar), yang masih berwarna gelap. Selanjutnya dilakukan upaya pemurnian dengan proses pemucatan (dekolorisasi). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan angka perbandingan berat bentonit dengan minyak bekatul serta waktu pengadukan yang optimal, sehingga diperoleh warna minyak yang lebih pucat dari semula. Bentonit dengan ukuran lebih dari 200 mesh dimasukkan kedalam beker glass yang telah diisi minyak bekatul 50 ml dan magnetic stirrer pada suhu kamar tanpa pemanasan dengan kecepatan pengadukan 600 rpm selama 30 menit. Setelah pengadukan dihentikan, campuran diendapkan selama 24 jam lalu dilakukan pemisahan antara bentonit dengan minyak yang sudah jernih menggunakan kertas saring. Untuk menyempurnakan hasilnya dilakukan pemisahan dengan centrifuge. Perlakuan yang sama diulang untuk variabel berat bentonit (5, 10, 15, 20, 25 gram) dan waktu pengadukan (30, 40, 50 menit pada masing–masing berat). Parameter yang digunakan untuk menganalisa kualitas minyak bekatul pada penelitian ini adalah absorbansi (angka kejernihan relatif), kadar air, dan kadar kotoran. Dari hasil penelitian diperoleh berbagai tingkat kejernihan, hasil terbaiknya pada perbandingan berat bentonit terhadap minyak 0,5 g/ml, lama pengadukan 30 menit, memiliki angka kejernihan relatif 0,520. Kadar kotoran yang terendah terdapat pada perbandingan berat bentonit terhadap minyak 0,1 g/ml dan lama waktu pengadukan 40 menit, yaitu sebesar 0,028 %. Kadar air rata-rata minyak hasil dekolorisasi masih cukup besar yaitu 12,57%. Kata Kunci: dekolorisasi, rice bran, minyak, bentonit
DELIGNIFIKASI BAMBU PETUNG (DENDROCALAMUS ASPER) DENGAN EKSTRAK ABU JERAMI PADI DAN KAYU Sulistiawati, Endah; Santosa, Imam
SPEKTRUM INDUSTRI Vol 10, No 2: Oktober 2012
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3171.198 KB) | DOI: 10.12928/si.v10i2.1631

Abstract

Kebutuhan tekstil di Indonesia terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Selama ini pemenuhan tekstil sebagian besar diimpor dari beberapa negara, antara lain: India, China, dan Jepang. Di sisi lain, Indonesia merupakan negara agraris, dengan limbah pertanian yang melimpah. Juga tanaman bambu tumbuh subur dan banyak terdapat di negeri ini. Keunggulan serat tekstil bambu adalah bersifat antiseptik, tahan terhadap mikroba. Penelitian ini merupakan salah satu langkah dalam pembuatan serat tekstil alami dari bambu petung (Dendrocalamus asper) dan limbah pertanian yaitu abu jerami padi dan kayu, yaitu tahap delignifikasi. Tujuan penelitian ini mencari waktu perendaman bambu dalam ekstrak abu yang memberikan hasil terbaik. Bambu dipotong dan dibelah tipis, berukuran panjang 15 cm, setebal 0,5 mm. Mula-mula sampel bambu ditimbang (antara 12 sampai 57 gram), lalu direndam dalam ekstrak abu (jerami padi dan kayu) sebanyak 500 ml dalam sebuah botol berkapasitas 600 ml dan ditutup. Perendaman dilakukan pada suhu kamar. Waktu perendaman bervariasi dari 4 jam hingga 80 jam. Setelah perendaman selesai, hasil disaring. Sampel filtrat dititrasi untuk diketahui konsentrasi alkali aktifnya. Bambu yang telah direndam lalu dikeringkan menggunakan oven pada suhu 110ºC sampai berat tetap. Selisih berat antara bambu awal dan akhir (kering) dihitung, dan dianggap sebagai lignin yang terdegradasi. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman menggunakan ekstrak abu jerami padi memberikan hasil yang lebih baik dari pada ekstrak abu kayu, karena pengurangan berat padatan lebih besar. Hasil yang tertinggi pada perendaman menggunakan ekstrak abu jerami padi selama 76 jam, dengan selisih berat (basis kering) mencapai 44,5%. Kata kunci: delignifikasi; bambu petung; ekstrak abu.
Kajian Sifat Kimia dan Uji Sensori Tepung Ubi Jalar Putih Hasil Pengeringan Cara Sangrai Santosa, Imam; Winata, Andinni Putri; Sulistiawati, Endah
CHEMICA: Jurnal Teknik Kimia Vol 3, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.756 KB) | DOI: 10.26555/chemica.v3i2.9226

Abstract

Currently, the white-sweet potato (Ipomoea batatas L. Lam) has been developed as raw material of flour. The form of semi-finished sweet potato products is dry, durable, and has a long shelf life, such as dried cassava, fructose sugar, alcohol, various flour, starch. This form of semi-finished sweet potatoes can be developed into a variety of forms of processing that is done at the industrial level. The aims of this research were to determine the physical properties and examine the sensory test of sweet potato flour. The research was conducted by roasting at the temperature of  95-100 °C. The results showed that the flour had the water content of 7.63% and ash content of 1.998%. The sensory test performed in this study were color, odor, texture and shape of  the white-sweet potato flour.
Optimasi Proses Pengeringan Cara Sangrai Pada Pembuatan Tepung Ubi Jalar Dengan Suhu Terkendali Santosa, Imam; Sulistiawati, Endah
CHEMICA: Jurnal Teknik Kimia Vol 4, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.321 KB) | DOI: 10.26555/chemica.v4i2.9250

Abstract

Sweet potato (Ipomoea batatas L. Lam) potential to be used as industrial raw materials. Sweet potatoes have a high carbohydrate content that is in the fourth position after rice, corn, and cassava. Sweet potato flour can replace the function of wheat flour because when fermented with yeast will produce CO2 gas, which is needed in texture making and increase the volume of bread. As a raw material for cookies and cakes, the use of sweet potato flour can substitute 100% flour.The study offers a simple drying method and is expected to produce good quality sweet potato flour without chemical treatment. Small pieces or grated sweet potatoes will be roasted at a temperature and for a certain amount of time with oil bath-like tools until they are dry, then bolted.Over 250 grams of yam using a cheese solvent produces good dry chips. The best process at 100 0C takes 60 minutes, resulting in bright chip colors, sweet potato odor, flouriness, and a sweet tinge. 50 grams of purple, white, yellow and yellow honey consumed 90 minutes to 0% moisture content, yielding bright chip color according to original color, slightly sweet potato odor, flouriness, sweet tinge, 32-36,5% of rendemen.
PELATIHAN TEKNOLOGI KIMIA TERAPAN PEMBUATAN SABUN CAIR CUCI PIRING, SABUN MANDI HERBAL DAN TEPUNG AMPAS KELAPA IBU-IBU ‘AISYIYAH RANTING PERUMNAS CONDONG CATUR, DEPOK, SLEMAN Salamah, Siti; Sulistiawati, Endah; Aktawan, Agus
Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.042 KB) | DOI: 10.12928/jp.v1i2.326

Abstract

Usaha rumah makan skala menengah maupun sederhana berkembang sangat baik di area depok, sleman, yogyakarta dimana yogyakarta merupakan kota pelajar dan kota pariwisata. Banyaknya konsumen yang berasal dari mahasiswa dan wisatawan serta perlu terjaganya kebersihan terutama alat makan sehingga kebutuhan akan sabun cair semakin meningkat. Kebutuhan akan sabun mandi juga mengalami peningkatan terutama dari industri perhotelan dan losmen. Peningkatan kebutuhan akan sabun cair dan sabun mandi ini perlu dipahami oleh warga sekitar khususnya dan mengetahui cara membuatnya, dengan harapan dapat dikembangkan menjadi produksi skala rumah tangga (pemberdayaan ekonomi). Pengabdian masayarakat ini melatih kelompok ibu-ibu ‘Aisyiah perumnas condongcatur, depok. Ibu-ibu diberikan pemahaman tentang teknologi kimia terapan tentang pembuatan sabun cair cuci piring, sabun mandi herbal dan tepung ampas kelapa yang berkualitas. Sabun cair terbuat dari texapon, sodium sulfat, comperland, asam sitrat, EDTA, parfum, propilen glikol dan aquades yang dicampur, diaduk secara perlahan dan kontinyu. Sabun cair yang terbentuk dimasukkan dalam botol-botol. Sabun mandi herbal terdiri dari NaOH, aquades, castor oil, minyak kelapa dan minyak zaitun dimana bahan–bahan tersebut dicampur sesuai prosedurnya. Sabun dibentuk dalam cetakan dan ditunggu hingga 7 hari agar saponifikasi terjadi. Tepung ampas kelapa dibuat dari ampas parutan kelapa yang telah diambil santannya, ampas kelapa tersebut disangrai sampai betul-betul kering lalu diblender sampai halus seperti tepung. Ibu-ibu sangat antusias mengikuti pelatihan yang menghasilkan sabun cuci piring 6 botol (volume 150 ml) dari 1 resep. Sabun mandi herbal, 1 resep bahan menjadi 12 buah sabun dengan ukuran diameter 3 cm. 1 kg kelapa parut akan diperoleh 500 gram tepung ampas kelapa berkualitas. Keywords: Sabun Cair, Sabun Mandi Herbal, Tepung Ampas Kelapa. 
Characteristic of Kimpul (Xanthosoma sagittifolium) Flour Modified with Hydrogen Rich Water Gita Indah Budiarti; Endah Sulistiawati; Nurani Sofiana; Dessy Norma Yunita
Reaktor Volume 21 No.4 December 2021
Publisher : Dept. of Chemical Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.449 KB) | DOI: 10.14710/reaktor.1.1.155-159

Abstract

Kimpul one of tuber that potentially for substitute wheat in Indonesia. The disadvantage of kimpul tubers is that they are easily damaged or not durable because they have a high moisture content. Either method to modify starch is to use hydrogen rich water. The advantages of HRW compared to other modification methods are that HRW is safer, healthier for the body and more economical. The objective of the work was to determine the effect of hydrogen rich water and drying temperature on characteristic kimpul flour. Variables were used in this research pH (3, 6,7,9,11), soaking time (15, 30, 45, 60, and 75 minutes), temperature drying (100,110,120°C). The result is yield maximum obtained 38.67% at pH 7, soaking time 45 minutes and temperature drying 100°C. Swelling power is 0.52%. Structure molecule spherical and, separated. Result of proximate analysis for modified kimpul flour are ash content 4.49%; fat content 0.27%; fiber 4.69%; carbohydrate content 76.25%; protein 4.15%; moisture content 10.14%, energy 313.76 Kal/100 g; reducing sugar 0.78%. Color analysis result L, a and b are 19.63; 1.78 and 9.23 respectively. Hydrogen rich water has a good effect on molecules and color.Keywords: flour, kimpul, hydrogen rich water