Ridi Arif
Departemen Ilmu Penyakit Hewan Dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Prevalensi Kecacingan pada Anjing dan Kucing di Klinik Smilevet Kelapa Gading Periode Januari 2020 - Januari 2021 Maria Natasya; Ridi Arif; Risa Tiuria; Didit Triatmojo; Aurilia Hemas Adytia Wardaningrum
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 9 No. 3 (2021): November 2021
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.9.3.215-222

Abstract

Anjing dan kucing merupakan hewan yang hidup berdampingan dengan manusia sebagai hewan peliharaan. Infeksi parasit cacing merupakan masalah yang umum pada hewan peliharaan namun data tentang prevalensi kejadian kecacingan di Indonesia masih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko kecacingan pada anjing dan kucing serta tindakan preventif untuk mencegah infeksi parasit cacing. Pengambilan data dilakukan dengan merekap rekam medik yang ada di klinik Smilevet Kelapa Gading pada Januari 2020 – Januari 2021. Seluruh data rekam medik di klinik Smilevet Kelapa Gading periode Januari 2020 – Januari 2021 berjumlah 2.259 yang terdiri atas 976 pasien anjing dan 1.283 pasien kucing. Total kasus kecacingan pada anjing dan kucing berjumlah 18 kasus. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Prevalensi kecacingan pada anjing dan kucing di klinik Smilevet Kelapa Gading pada Januari 2020 – Januari 2021 kurang dari 1%. Spesies cacing yang teridentifikasi pada pasien kucing adalah Toxocara cati. Faktor risiko kejadian kecacingan pada anjing dan kucing dipengaruhi oleh jenis kelamin, breed, dan umur. Antelmintika yang banyak digunakan memiliki zat aktif febantel, praziquantel, dan pirantel embonate. Pemberian antelmintika secara rutin menjadi tindakan preventif untuk mencegah kejadian kecacingan pada anjing dan kucing Kata kunci: anjing, antelmintik, helmithiasis, kucing, faktor risiko
Prevalensi Kecacingan pada Usus Ayam Kampung di Pasar Tradisional Jakarta dan Kota Bogor Suryaningtyas Kusumadewi; Risa Tiuria; Ridi Arif
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 8 No. 1 (2020): Januari 2020
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (908.392 KB) | DOI: 10.29244/avi.8.1.1-7

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengukur prevalensi kecacingan di usus ayam kampung yang ada di pasar tradisional Jakarta dan Kota Bogor. Usus ayam kampung diambil dari 5 pasar yang ada di Jakarta (Bendungan Hilir, Palmerah, Pasar Minggu, Pluit, dan Jatinegara) dan di 4 pasar yang ada di Kota Bogor (Anyar, Bogor, Jambu Dua, Gunung Batu). Sampel yang diambil sebanyak 5 sampel di setiap pasar dengan total 45 sampel. Hasil penelitian menunjukkan 28 dari 45 sampel usus ayam kampung (Gallus domesticus) yang diperiksa di pasar tradisional Jakarta dan Bogor positif mengalami kecacingan. Hasil prevalensi menunjukkan pasar Jakarta sebesar 56% dan pasar Bogor sebesar 70%. Prevalensi berdasarkan jenis-jenis cacing di Pasar Jakarta adalah; Railletina echinobothrida (52%), Heterakis gallinnarum (32%), Railletina tetragona (24%), Hymenolepis carioca (16%), Ascaridia galli (16%), dan Hymenolepis cantaniana (4%). Prevalensi berdasarkan jenis-jenis cacing yang ditemukan di Pasar Bogor adalah Railletina echinobothrida (70%), Railletina tetragona (55%), Heterakis gallinarum (10%), Hymenolepis carioca (30%), Hymenolepis cantaniana (20%), dan Railletina cesticillus (20%).
Prevalensi dan Faktor Risiko Infeksi Hookworm Zoonotik Pasca Pemberian Anthelmintik pada Anjing Ardilasunu Wicaksono; Yusuf Ridwan; Ridi Arif
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 7 No. 2 (2019): Juli 2019
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (652.478 KB) | DOI: 10.29244/avi.7.2.26-32

Abstract

Infeksi hookworm pada anjing menjadi masalah penting baik ditinjau dari sisi kesehatan hewan maupun sisi kesehatan masyarakat karena seluruh spesies hookworm pada anjing memiliki potensi zoonosis. Infeksi hookworm merupakan kejadian endemis di wilayah Asia Tenggara dan prevalensi kejadiannya di Provinsi Jawa Barat mencapai 92.5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur prevalensi infeksi hookworm pasca pemberian anthelmentik pada anjing dan untuk mengidentifikasi faktor risiko yang memengaruhi kejadiannya. Prevalensi diukur setelah 3 bulan dilakukannya pengobatan kecacingan massal pada anjing di wilayah Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini merupakan kajian lintas seksional dengan mengambil 100 sampel feses anjing untuk mengamati keberadaan telur hookworm menggunakan metode flotasi sederhana dan melakukan wawancara kepada pemilik anjing untuk menhidentifikasi faktor risiko. Data penelitian dianalisis secara deskriptif dan analitis menggunakan Uji Chi Square dan menghitung odds ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi infeksi hookworm setelah pemberian anthelmentik masih sebesar 21.0% (SK 95%: 14.2– 30.0%). Infeksi pada anjing muda (12%) lebih tinggi dari anjing dewasa (9.0%), anjing berburu (14.0%) lebih tinggi dari anjing penjaga (7.0%), area pegunungan (17.0%) lebih tinggi dari pesisir pantai (4.0%), dan kontak dengan anjing liar (20.4%) lebih tinggi dari tidak ada kontak (2.0%). Faktor yang signifikan memengaruhi kejadian infeksi hookworm adalah topografi wilayah pemeliharaan (X2=4.448, p=0.035) yang mana anjing yang dipelihara di area pegunungan memiliki kemungkinan terinfeksi 3.381 (SK 95% : 1.043–10.960) kali dibandingkan area pesisir pantai. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan anthelmentik masih belum dapat memberantas infeksi hookworm dikarenakan beberapa faktor dan faktor risiko yang paling berpengaruh adalah topografi lingkungan pemeliharaan anjing.
Meta-Analisis: Kuantifikasi Efektivitas Antelmintik Herbal pada Pengujian In Vivo Dhea Ardhina Krisdamaiyanti; Elok Budi Retnani; Ridi Arif
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 10 No. 1 (2022): Maret 2022
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.10.1.96-102

Abstract

Pemberian terapi obat pada ternak seringkali diberikan secara kurang tepat. Salah satunya adalah kebiasaan dalam pemberian antelmintik yang diberikan terlalu sering, tidak tepat dosis, dan menggunakan satu jenis antelmintik sintetik yang sama dalam jangka waktu yang panjang. Kebiasaan tersebut memunculkan permasalahan baru yaitu mempercepat terjadinya resistansi. Permasalahan ini telah dihadapi secara global sehingga dilakukan banyak penelitian untuk mencari solusi alternatif dalam mencegah terjadinya resistansi. Pemanfaatan tanaman herbal dapat digunakan sebagai alternatif untuk menggantikan antelmintik sintetik. Melalui metode meta-analisis, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keefektifan dari dua jenis antelmintik ini. Metode diawali dengan pengumpulan data studi primer menggunakan database yang terdapat di ScienceDirect, Pubmed, ReasearchGate, Academia.edu, dan CABI pada rentang tahun 2007-2020. Data diseleksi dan dianalisis dengan melihat effect size sebagai indikator perbandingan efektivitas antelmintik sintetik dan antelmintik herbal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antelmintik sintetik lebih efektif dengan effect size -2,90 ± 0,27, sedangkan antelmintik herbal -1,72 ± 0,28. Hal ini dikarenakan senyawa aktif dalam ekstrak herbal memiliki nilai afinitas ikatan yang lebih rendah. Senyawa herbal terbukti efektif sebagai antelmintika namun efeknya tidak sekuat antelmintika sintetik. Faktor metode ekstraksi bahan herbal dan interaksi senyawa herbal dalam campuran tanaman yang berbeda diduga menjadi faktor yang membuat efek kerja bahan herbal tidak sekuat antelmintika sintetik.
Peningkatan Produktivitas Ayam Petelur Melalui Pemberian Ekstrak Etanol Daun Kemangi (INCREASED LAYING HENS PRODUCTIVITY THROUGH THE ADMINISTRATION OF ETHANOL EXTRACT OF KEMANGI LEAVES) Andriyanto .; Ridi Arif; Mohammad Miftahurrohman; Yayuk Sri Rahayu; Erli Chandra; Alifiana Fitrianingrum; Risna Anggraeni; Diah Nugrahani Pristihadi; Aulia Andi Mustika; Wasmen Manalu
Jurnal Veteriner Vol 15 No 2 (2014)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.678 KB)

Abstract

Empirically, kemangi leaves reported to increase health quality in human and livestock. Thepreliminary study was designed to explore the potency of ethanol extract of kemangi leaves to increaselaying hens performance. Sixteen laying hens (pullet) were divided into 4 groups and repeated 4 times.Control group was laying hen administered aquadest orally, treated group was laying hen administeredextract of kemangi leaves orally at a dose of 1, 2, and 3 mg/kg BW, respectively. Every day, the experimentallaying hens were fed for 3 times and drinking water was provided ad libitum. Variables observed were thenumber of eggs, egg weight, time of first laying, egg laying intervals, egg quality ( water content, crudeprotein, and crude fat), and liver function (SGPT and SGOT values) . Results of this research showed thatadministration of kemangi leaves extract at a dose of 3 mg/kg BW significantly increased the number ofegg production and egg weight (p<0.05). Time of first laying and laying interval did not show any significantdifference among treatments. Examination of moisture, crude protein, and crude fat content of the eggindicated that the administration of kemangi leaves extract did not affect egg quality. Extract of kemangileaves decreased SGPT and SGOT values that indicated improvement of liver function. It was concludedthat administration of ethanol extract of kemangi leaves could increase laying hens productivity byimprovement of liver function that is critical in vitellogenesis.
Aktivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) pada Tikus Putih Jantan (ANTIPYRETIC ACTIVITY OF ETHANOL EXTRACT OF BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI) IN MALE WHITE RAT) Andriyanto Andriyanto; Ni Made Ria Isriyanthi; Edwin Ligia Sastra; Ridi Arif; Aulia Andi Mustika; Wasmen Manalu
Jurnal Veteriner Vol 18 No 4 (2017)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.873 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2017.18.4.597

Abstract

The experiment was conducted to study the activity of ethanol extract of belimbing wuluh (EEBW) as antipyretic. Fever induction was done by using difteri pertusis tetanus (DPT) vaccine intramuscularly at a dose of 0.1 mL/100 g BW. Male white rat strain spraque dawley with range of weight by 200 to 300 g was used in this research.Fifteen experimental rats were used to explore the specific time of fever (time of early fever and time of peak fever) which were divided in 2 treatments, i.e. 10 experimental rats with DPT vaccine injection and 5 experimental rats without DPT vaccine injection as control.Fourty experimental rats were used to study effectivity of EEBW as antipyretic which were grouped with factorial randomized design with 4 x 2 and 5 replications. The first factor was various substance administered which consisted of aquadest (control), EEBW 0.88 g/kg BW, EEBW 1.75 g/kg BW, and aspirin 0.004 g/kg BW.The second factor was time of fever detection, i.e. time of early stage fever and time of peak fever. The variable was measured with rectal temperature of the experimental rats by using digital thermometer (correction factor 0.01oC) every 30 minutes. The data were analyzed with t-student dan general linear model (GLM). Increasing of rectal temperature of experimental rats with DPT injection began at 30 minutes post-DPT injection (time of early stage fever) and reached time of peak fever at 210 minutes post-DPT injection. Ethanol extract of belimbing wuluh at dose of 1.75 g/kg BW administered at early fever lowered rectal temperature of the experimental rats compared to the other groups. It was concluded that the administration of EEBW at dose of 1.75 g/kg BW was effective combination in dose and time administration as an antipyretic.
Perbandingan Deteksi Titer Antibodi Pascavaksinasi Rabies Berbasis Kolorimetri Menggunakan ELISA Reader dan Kamera Telepon Genggam Koekoeh Santoso; Ulfatin Khoiriyah Herowati; Dordia Anindita Rotinsulu; Sri Murtini; Muhammad Yusuf Ridwan; Denny Widya Hikman; Abdul Zahid; Ardilasunu Wicaksono; Arifin Budiman Nugraha; Usamah Afiff; Agus Wijaya; Ridi Arif; Ronald Tarigan; Edi Sukmawinata
Jurnal Veteriner Vol 22 No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.315 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2021.22.1.79

Abstract

Rabies is an infectious disease, zoonotic, caused by virus from the genus Lyssa virus and generally transmitted by the bite of rabid animal, especially rabies infected dog. Rabies is preventable but is always fatal to humans if the central nervous system (CNS) is infected. Vaccination has been used as one of rabies prevention programmed. A total of 83 samples were tested using an Indirect ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) to identify post-vaccination rabies antibody titer. Antibody titres correlated with absorbance values and standard solutions concentrations. Absorbance value can be determined using ELISA reader and mobile phone camera. Absorbance were read at 450 nm and 620 nm as reference using ELISA reader and image from mobile phone camera using image processing software (ImageJ). The aim of this study is to compared between ELISA reader as gold standard and mobile phone camera through validity testing such sensitivity, specificity, and accuracy. There is no significant difference between gold standard and alternative test equipment. The mobile phone camera has sensitivity 98,6%, specificity 88.8 % and accuracy 97,5%. The image processing method using ELISA reader is relatively expensive and difficult to hold in laboratory with minimum funds. Image processing method using a mobile phone camera with ImageJ application is expected to be an alternative tool to read the result of ELISA.
Pemberian Pregnant Mare Serum Gonadotropin Sebelum Perkawinan dan Jamu Selama Kebuntingan untuk Memperbaiki Performa Anak Domba (ADMINISTRATION OF PREGNANT MARE SERUM GONADOTROPIN AND JAMU DURING GESTATION TO IMPROVE FOR LAMB PERFOMANCE) Andriyanto .; Ridi Arif; Adi Winarto; Leo Sapelani Soinbala; Bondan Achmadi; Aulia Andi Mustika; Diah Nugrahani Pristihadi; Amrozi .; Wasmen Manalu
Jurnal Veteriner Vol 16 No 3 (2015)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.086 KB)

Abstract

Administration of pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) hormone prior to mating increasesquality of lamb born on one and two litter sizes, but in three litter size the motality is higher. Administrationof traditional herbal medicine “jamu” consisting of ginger,green chiretta, cinnamon, Zingiberzerumbet, andpepper during gestation increases performance of lambs. This research was conducted to explore theeffectivity of PMSG injection prior to mating and jamu administration during gestation to increase lambsperformance. Eighteen priangan fat-tail ewes with weight around 20-25 kg were injected with PGF2á at adose of 10 mg/ewe twice with 11 days interval to synchronize estrous cycle. Injection of PMSG at a dose of200 IU/ewe was conducted at the second PGF2á injection. The experimental ewes were mated naturally anddivided into a randomized design with a 2 x 3 factorial arrangement with three replications. The firstfactor was dose of PMSG with two levels i.e., 0 and 200 IU/ewe. The second factor was dose of jamu withthree levels i.e., 0, 15, and 30 mL/ewe. Jamu was administered orally every week during gestation. Injectionof PMSG and administration of jamu decreased prenatal mortality, increased ratio of lamb per ewe, increased total lamb born with average birth weight and total birth weight were higher in jamu at a doseof 15 and 30 mL/ewe by 30.02 and 31.76%, repectively. During the first month postnatal, lambs born toewes injected by PMSG and administered jamu had higher number of lambs survive, average weight, totalweight around 3 times as compared to control. It was concluded that injection of PMSG prior to mating andadministration of jamu during pregnancy increase lamb birth weight and improve the quality of lamb.
Peningkatan Peran Dewan Kemakmuran Masjid sebagai Fungsi Edukasi dalam Pelaksanaan Kurban di Tengah Pandemi Covid-19 Ridi Arif; Ardilasunu Wicaksono Wicaksono; Andriyanto Andriyanto; Dede Sholeh
Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 7 No. 1 (2021): Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agrokreatif.7.1.67-75

Abstract

Situasi pelaksanaan ibadah kurban pada tahun 1441 H atau 2020 M ini berbeda dengan pelaksanaan di tahun-tahun sebelumnya karena berlangsung di tengah pandemi Covid-19. Kejadian pandemi terjadi sejak awal tahun 2020 dan belum berakhir hingga dilaksanakannya ibadah kurban pada tanggal 31 Juli 2020. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan terkait pelaksanaan kurban di tengah pandemi Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan masyarakat dalam pelaksanaan kurban di tengah pandemi dan membantu pemerintah dalam mengedukasi masyarakat melalui media online. Metode penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei secara online selama 1 minggu sebelum pelaksanaan Kurban untuk mendapatkan data baseline kesiapan masyarakat. Survei ini didisain sekaligus sebagai kuis evaluasi diri dalam pelaksanaan kurban. Selanjutnya, disediakan link materi dan buku saku kurban yang disediakan secara gratis yang dihosting di web resmi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Hasil survei menunjukkan bahwa responden berjumlah 40 orang dari beragam daerah di seluruh Indonesia. Secara total didapatkan poin rata-rata 7.05 yang menunjukkan bahwa masyarakat masih kurang siap dalam pelaksanaan kurban di tengah pandemi. Akan tetapi, terlihat poin rata-rata yang berbeda nyata ketika dilihat dari kelompok respondennya. Responden masyarakat umum didapatkan poin 6.4±1.55 (kurang siap) sedangkan kelompok petugas pemeriksa hewan kurban dan panitia penyelenggara/DKM secara berurutan mendapatkan poin 8.00±1.83 dan 8.25±1.28 yang berarti telah siap. Secara signifikan terlihat bahwa masyarakat umum masih membutuhkan edukasi terkait protokol penyelenggaraan kurban di tengah pandemi. Untuk membantu memberikan solusi, pada form survei telah disertakan link materi dan buku saku kurban yang dapat diakses secara gratis dengan harapan dapat membantu meningkatkan kesiapan masyarakat umum dalam pelaksanaan kurban di tengah pandemi.
Sonometri fetus kambing kacang usia 7 minggu hasil superovulasi menggunakan hormon PMSG Ridi Arif; . Andriyanto; Arief Boediono; Adi Winarto; Fadjar Satrija; Wasmen Manalu
ARSHI Veterinary Letters Vol. 2 No. 1 (2018): ARSHI Veterinary Letters - Februari 2018
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.416 KB) | DOI: 10.29244/avl.2.1.13-14

Abstract

Teknologi superovulasi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sekresi endogen hormon kebuntingan. Salah satu manfaat dari peningkatan sekresi endogen hormon kebuntingan adalah perbaikan perkembangan lingkungan uterus selama kebuntingan. Kambing Kacang betina sebanyak 8 ekor dan telah dewasa kelamin dengan bobot rataan 22 kg dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol (tidak disuperovulasi) dan kelompok superovulasi menggunakan hormon Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) dengan dosis 15 IU/kgBB. Kambing Kacang percobaan diserentakkan berahinya menggunakan PGF2α sebanyak 2 kali dengan selang 11 hari. Penyuntikan PMSG dilakukan bersamaan dengan penyuntikan PGF2α kedua pada kelompok superovulasi. Setelah berahi, semua kambing dikawinkan secara alami dengan pejantan pilihan. Fetus kemudian diukur secara ultrasonografi (USG) pada usia kebuntingan 7 minggu. Hasil pengukuran menunjukkan kelompok Kambing Kacang hasil superovulasi memiliki ukuran fetus yang lebih panjang daripada kelompok kontrol (P<0.05). Ukuran diameter amnion terpanjang dan terpendek serta tebal dinding uterus terlihat cenderung meningkat pada kelompok superovulasi dibandingkan dengan kelompok kontrol (P>0.05). Kesimpulan penelitian ini adalah superovulasi pada induk Kambing Kacang mampu meningkatkan pertumbuhan fetus sampai dengan usia kebuntingan 7 minggu.