Claim Missing Document
Check
Articles

APLIKASI MESIN SPINNER BERKECEPATAN RENDAH UNTUK MENURUNKAN KADAR AIR DAN MINYAK KERIPIK IKAN UKURAN BESAR DI UKM BERKAH Rianingsih, Laras; Amalia, Ulfah; Wijayanti, Ima; Suharto, Slamet
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 11, No 2 (2018): Agustus
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.222 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v11i2.29054

Abstract

Rawa pening is a water area located in the Banyubiru area of Semarang Regency. Aside from being usedas a place for fish farming, the area around Rawa Pening is used as a tourist spot for example “Bukit Cinta”.Around the location it will be easy to find entrepreneurs who provide souvenirs typical of these tourist locations.The typical Bukit Cinta souvenirs is a variety of chips, including fish chips. There are 2 fish chips in Bukit Cinta,small size chips and large size chips. The problem was the shelf life of large size chips is short because theycannot be spinered so that the oil content is still high and than pronoun to oxidation. Low speed spiner tools canbe a solution to overcome existing problems. The results of the spinner machine application are obtained lowermoisture content and lipid content than products without being spinnered. Moisture content after the spinningprocess using spiner machine, the wader chips was 3.25% and tilapia chips were 3.97%. While the wader chipslipid content was 31.16% (bk) and tilapia chips 3.97% (db).
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UDANG MENJADI EDIBLE COATING UNTUK MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN Swastawati, Fronthea; Wijayanti, Ima; Susanto, Eko
Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti Vol 4, No 4 (2008): DESEMBER 2008
Publisher : Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1068.337 KB)

Abstract

Utilize shrimp waste to be edible coating to reduce environmental pollution. Devisal obtained from Fisheries sector come from shrimp export were 125.596 ton at 2007 [3]. Shrimp produce 65%-85% waste. Researches to utilize shrimp waste to be chitosan as “edible coating” were done. Chitosan Processing were drying, destroying, demineralization, neutralization, deproteination, neutralization, deasetilization, neutralization and drying. Shrimp shell produce15% chitosan with water content 5,56%, ash content 0,86% and deasetilalization degree 90%. Chitosan were applied on salted boiled fish with concentration 0% and 1,2%. The result show organoleptic value of Salted boiled fish without and with chitosan (0% and 0,25%) were 7,93 and 7,98 and TPC value were 2,4 x 103 and 4,5 x 103. This research show chitosan from shrimp shell could be “edible coating” to pursue microbial growth and to increase self life fisheries product.   Abstract in Bahasa Indonesia:  Devisa yang diperoleh dari sektor perikanan 34% berasal dari ekspor udang sebesar 125.596 ton pada tahun 2007 [3]. Produksi udang menghasilkan limbah + 65%-85% dari berat udang. Penelitian untuk memanfaatkan limbah kulit udang menjadi chitosan sebagai “Edible Coating” telah dilakukan melalui proses : pengeringan, penghancuran, demineralisasai, netralisasi, deproteinas, netralisasi, deasetilasi, netralisasi dan pengeringan. Rendemen chitosan yang dihasilkan 15 % dengan kadar air 5,56%; kadar abu 0,86%; derajat deasetilasi 90%. Chitosan diaplikasikan pada ikan pindang digunakan konsentrasi : 0% dan 0,25 %. Dari hasil “ Edible Coating” pada ikan pindang menunjukkan nilai rata-rata organoleptik dengan dan tanpa chitosan adalah : 7,93 dan 7,98 dan nilai TPC masing-masing 2,4 x 103 dan 4,5 x 103 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada taraf uji 1%. Dari hasil Penelitian menunjukkan chitosan dari kulit udang bisa menjadi “edible coating” untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan menambah daya awet produk perikanan.
PERLAKUAN NaOH PADA EKSTRAKSI AGAR DARI RUMPUT LAUT Gracilaria sp DAN Gelidium sp TERHADAP KUALITAS AGAR Rahmandian, Saiful Yusuf; Ma’ruf, Widodo Farid; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 3 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumput laut merah merupakan salah satu jenis rumput laut yang memiliki nilai ekonomis penting karena menghasilkan agar-agar. Beberapa jenis rumput laut merah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan agar-agar adalah Gracilaria, Gelidium, Gigartina, dan Rhodymenia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstraksi terhadap kualitas agar dari rumput laut Gracilaria sp dan rumput laut Gelidium sp, pada penelitian ini membandingkan tiga konsentrasi ekstrasi agar yaitu 5%, 6%, 7% penambahan NaOH. Hasil penelitian ini menunjukan kualitas agar rumput laut Gelidium sp lebih baik dibandingkan dengan Gracilaria sp. Jenis rumput laut memberikan pengaruh yang nyata terhadap kualitas agar (P<0,05). penambahan NaOH memberikan pengaruh yang nyata terhadap kualitas agar (P<0,05), pada rendemen menunjukkan bahwa penambahan NaOH memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05), sementara pada jenis rumput laut tidak berbeda nyata (P>0,05). rendemen dapat dilihat bahwa semakin tinggi penambahan NaOH maka rendemen semakin rendah, pada tepung agar penambahan NaOH 5% memiliki nilai paling tinggi yaitu 10,65% untuk tepung agar rumput laut Gelidium sp dan 10,41% untuk tepung agar rumput laut Gracilaria sp.
PENGARUH PENAMBAHAN ASAP CAIR TERHADAP TINGKAT OKSIDASI IKAN KEMBUNG (RASTRELLIGER SP) ASIN DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA Manurung, Hendro J; Swastawati, Fronthea; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 6, No 1 (2017): Wisuda Periode Bulan Januari 2017
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.763 KB)

Abstract

Produksi ikan kembung (rastrelliger sp) melimpah di Indonesia, ikan ini mempunyai ciri ikan yang hidupnya bergerombol. Ikan ini biasanya diolah oleh masyarakat menjadi ikan kembung asin, ikan kembung asin diduga mempunyai kandungan lemak tak jenuh yang berpotensi menyebabkan terjadinya oksidasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan asap cair dan metode pengeringan yang berbeda pada tingkat oksidasi ikan kembung asin. Materi yang digunakan adalah ikan kembung asin, asap cair, garam dan aquadest. Metode penelitian yang digunakan adalah experimental laboratory dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Faktor pertama adalah perlakuan konsentrasi asap cair (0% dan 3%) dan faktor kedua adalah metode pengeringan (sinar matahari dan oven) yaitu sebagai main plot. Data hasil nilai organoleptik diuji dengan Kruskal Wallis, sedangkan hasil nilai kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, asam lemak bebas (Fatty Free Acid) dan Peroksida Value diuji menggunakan uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukan konsentrasi dan metode pengeringan berpengaruh nyata pada nilai pv, ffa, kadar air, protein, dan abu ikan kembung asin, namun tidak berpengaruh nyata pada kadar lemak. Konsentrasi asap cair 3% dan metode pengeringan dengan sinar matahari dapat mencegah terjadinya kenaikan pv, ffa, kadar air, protein dan abu dibandingkan dengan kontrol ikan kembung asin. Penelitian ini menunjukan perlakuan terbaik didapat pada ikan kembung asin penambahan konsentrasi asap cair 3% dengan metode pengeringan sinar matahari diperoleh nilai pv 7.10 mq/kg,  ffa  0.97%, kadar air 24,20%, protein 43.48%, dan abu 16.54% dibandingkan. Kesimpulannya adalah penambahan asap cair dan metode pengeringan berbeda dapat mempengaruhi tingkat oksidasi pada ikan kembung asin.
APLIKASI EDIBLE COATING NATRIUM ALGINAT DALAM MENGHAMBAT KEMUNDURAN MUTU DODOL RUMPUT LAUT Nasyiah, -; Darmanto, YS; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.961 KB)

Abstract

Dodol merupakan makanan tradisional Indonesia yang bersifat semi basah dengan masa simpan yang relatif singkat. Kemunduran mutu yang sering terjadi pada dodol rumput laut adalah pertumbuhan kapang akibat dari penanganan dan pengemasan yang kurang tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan dan perbedaan konsentrasi edible coating natrium alginat dalam mempertahankan mutu dodol rumput laut. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium alginat, gliserol, CaCl2, dan dodol rumput laut. Metode penelitian yang digunakan adalah experimental laboratories dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola terbagi oleh waktu “split plot in time”. Faktor konsentrasi edible coating natrium alginat (0%; 1,5%; 2% dan 2,5%) sebagai sub plot dan lama penyimpanan (hari ke-0, 2, 4, 6, dan 8) sebagai main plot. Data nilai uji organoleptik dianalisis dengan uji Kruskal Wallis, sedangkan uji total plate count (TPC), kadar air, Awdan pH dianalisis menggunakan uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya interaksi antara konsentrasi edible coating natrium alginat dan lama penyimpanan yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai TPC dan kadar air. Konsentrasi edible coating natrium alginat dan lama penyimpanan masing-masing faktor memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai Aw. Konsentrasi edible coating natrium alginat memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai pH. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai logaritma TPC berkisar antara 3,48–4,9 cfu/g; nilai kadar air antara 23,889%-29,762%; nilai Aw antara 0,81–0,87; nilai pH antara 6,2 – 6,28; nilai organoleptik antara 3 – 7,4. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa edible coating natrium alginat berpengaruh dalam mempertahankan mutu dodol rumput laut. Edible coating natrium alginat 2,5% merupakan konsentrasi terbaik, mampu mempertahankan mutu dodol rumput laut hingga hari ke 8. Materials that was environmentally friendly and can be consumed. Seaweed lunkhead is an Indonesian traditional food and as categiriced as intermediate moisture food did has relatively short shelf life. The quality deterioration that often occur on seaweed lunkhead is mold, may occur due to handling and packaging. The purpose of this research is to know the influence of using differences concentration edible coating of sodium alginate in maintaining the quality of Seaweed lunkhead. The material used in this study are sodium alginate, glycerol, CaCl2, and seaweed lunkhead. Research methods used are experimental laboratories by using a Complete Randomized Design (CRD) divided by the time pattern "split plot in time". Concentration factors edible coating of sodium alginat (0%; 1.5%; 2% and 2.5%) as sub plots and storage time (0, 2, 4, 6, and 8 days) as main plot. The data of sensory test was analyzed by Kruskal Wallis test, while the total plate count (TPC), moisture content, pH and Aw were analyzed using ANOVA test. The results showed that interaction between concentration edible coating of sodium alginate and storage time are gave significant effect (P < 0.05) for TPC and moisture content. Concentration edible coating of sodium alginate and storage time gave significant effect to Aw. Concentration edible coating of sodium alginate gave significant effect to pH. Based on the results obtained logarithmic TPC ranged between 3.48 – 4.9 cfu/g;  moisture content range 23.889% - 29.762%; Aw value of 0.81 – 0.87; the pH between 6.2 – 6.28; the value of sensory between 3 – 7.4. Based on the results of the study it can be concluded that a edible coating of sodium alginat do influence in maintaining the quality of seaweed lunkhead. Concentration edible coating of sodium alginate 2.5% is best able to maintain the quality of seaweed lunkhead up to day 8 days.
PENGARUH PENAMBAHAN EGG WHITE POWDER (EWP) TERHADAP KUALITAS GEL SURIMI BEBERAPA IKAN AIR TAWAR Purwadi, Sigit Didik; Darmanto, YS; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.348 KB)

Abstract

Surimi merupakan lumatan daging yang telah mengalami proses pencucian, pengepressan dan pembekuan. Pada umumnya pembuatan surimi menggunakan ikan air laut karena memiliki gel strength yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan Egg White Powder (EWP) terhadap surimi. Metode yang digunakan adalah pola percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 2X3 dengan 2 faktor yaitu penambahan EWP (0% dan 3%) dan tiga jenis ikan (Nila, Patin, dan Bawal Air Tawar). Parameter utama adalah gel strength, uji lipat dan uji gigit. Parameter pendukung adalah uji hedonik, Expressible Moisture Content, kadar protein, pH, dan air. Penambahan EWP memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P>0,05) terhadap nilai gel strength, nilai EMC, nilai uji lipat, nilai uji gigit dan nilai hedonik untuk kenampakan dan tekstur. Penambahan EWP memberikan pengaruh perbedaan yang tidak nyata (P<0,05) terhadap nilai hedonik untuk aroma dan rasa. Nilai kenaikan gel strength tertinggi adalah surimi ikan Bawal Air Tawar. Nilai uji EMC terbaik adalah surimi ikan Bawal Air Tawar. Nilai terbaik uji lipat dan uji gigit adalah surimi ikan Nila. Nilai uji hedonik surimi mengalami kenaikan setelah ditambahkan EWP. Hasil pengujian protein tertinggi yaitu surimi ikan Nila. Nilai kadar air terbaik yaitu surimi ikan Patin. Nilai pH dari ketiga jenis ikan mengalami kenaikan setelah penambahan EWP. Nilai Gel Strength surimi dengan penambahan EWP paling baik adalah surimi ikan Bawal Air Tawar. Surimi is fish mince meat that have been minced fish meat processed with washing, pressing addition preservative substances and freezing. Usually, surimi process use Seawater fish because it has good quality of gel strenght. The purpose of this study was to determine the effect of Egg White Powder (EWP) to the quality of freshwater fish. The method used were an experimental laboratory with experimental design randomized block design factorial 2X3 with two factor were addition of EWP (0% and 3%) and different three fish species (Tilapia, Pomfret and Panga Catfish). The main parameter is the gel strength, test are folding, cutting test. Supporting parameters hedonic test, Expressible Moisture Content, protein content, pH, and water content. The result of EWP addition gave the significant different (P<0.05) on the gel strenght value, EMC value, folding test, test bite and hedonic value for appearance and texture. The addition of EWP gave no significant defferent (P>0.05) on the hedonic value for smell and taste. The highest gel strength value were on the surimi from Panga Catfish. The best EMC test value were on the surimi from Pomfret fish. The best folding test value were on the surimi from Tilapia fish. Hedonic test of surimi increased after adding EWP. The highest protein value were on the surimi from Tilapia fish. The best value of water content were Panga Catfish surimi. The pH value of the three types of fish has increased after the addition of EWP. The best gel strength values of surimi with EWP addition is on the surimi from Pomfret fish.
PENGARUH FORTIFIKASI TEPUNG DAGING IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) TERHADAP KANDUNGAN ASAM AMINO LISIN PADA BISKUIT Arvianto, Arif Alpha; Swastawati, Fronthea; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 5, No 4 (2016): Wisuda Periode Bulan Oktober 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.708 KB)

Abstract

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) termasuk ikan yang digemari masyarakat dan tingkat produksinya meningkat tiap tahun. Kandungan proteinnya cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai sumber protein di masyarakat dengan dibuat tepung ikan. Tepung daging ikan lele dumbo kaya protein dapat dijadikan bahan fortifikasi dalam pembuatan biskuit dengan cara disubsitusikan dengan tepung terigu dengan tujuan meningkatkan kadar protein biskuit. Tepung daging ikan lele dumbo memiliki kandungan lisin yang tinggi dimana lisin merupakan indikator ketersediaan asam amino essensial lainnya karena lisin paling mudah rusak saat pengolahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fortifikasi tepung daging ikan lele dumbo terhadap kualitas biskuit dan mengetahui konsentrasi terbaik fortifikasi tepung daging ikan lele dumbo pada pembuatan biskuit dilihat dari nilai gizi dan penerimaan konsumen. Rancangan percobaan menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali pengulangan. Perlakuan substitusi konsentrasi tepung daging ikan lele dumbo berbeda yaitu 0%, 5%, 10%, dan 15%. Parameter uji yang dilakukan adalah asam amino lisin, kadar protein, kadar air, kadar asam lemak bebas, dan uji hedonik (kenampakan, warna, tekstur, aroma, dan rasa). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor perbedaan konsentrasi berpengaruh nyata (p≤0,05) terhadap semua parameter uji. Perlakuan konsentrasi 5% paling baik diterapkan dan paling disukai oleh panelis dengan asam amino lisin 11,96±0,20 mg/g, kadar protein 12,93±0,42%, kadar air 3,02±0,10%, dan kadar asam lemak bebas 0,18±0,03%. Hasil uji hedonik adalah kenampakan (7,27±0,45), warna (7,33±0,48), tekstur (7,20±0,55), aroma (7,23±0,50), dan rasa (7,27±0,58).
PENGARUH PENAMBAHAN KARAGENAN TERHADAP KUALITAS SOSIS IKAN KURISI (Nemipterus sp.) DAN SOSIS IKAN NILA (Oreochromis sp.) Nico, Mohamad; Riyadi, Putut Har; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.663 KB)

Abstract

Ikan  kurisi dan ikan nila merupakan ikan ekonomis penting di Indonesia, tetapi sifatnya yang mudah rusak menyebabkan kurang diminati masyarakat. Penanganan dan pengolahan ikan perlu dilakukan untuk menghasilkan produk ikan yang memiliki kualitas yang baik. Salah satu produk olahan daging ikan adalah sosis, sosis merupakan produk dari daging yang ditambah bahan pengisi, bumbu dan bahan pengikat yang dijadikan menjadi satu dan dimasukan dalam selongsong. Penambahan bahan pengemulsi seperti karagenan dalam pembuatan sosis digunakan untuk menjaga sistem emulsi pada produk agar tidak pecah dan menambah kekenyalan pada sosis. Materi penelitian adalah ikan kurisi dan ikan nila. Perlakuan penelitian dilakukan dengan penambahan karagenan 0% dan karagenan 2,5%, parameter uji kimia yang diamati adalah nilai gel strength dan proksimat (uji kadar air, lemak dan protein)  dan uji stabilitas emulsi. Analisa data menggunakan Anova: Dua Faktor  Dengan Persamaan. Hasil yang didapat pada nilai stabilitas emulsi, nilai kadar protein, kadar air, gel strength mempunyai nilai (P < 0,05) menunjukkan tidak ada interaksi antara konsentrasi  pada penambahan karagenan 0% dengan penambahan karagenan 2,5% dan jenis ikan, pada kadar lemak untuk jenis ikan hasilnya berpengaruh nyata tetapi untuk konsentrasi tidak berpengaruh nyata. Uji hedonik menggunakan Kruskal Wallis rata-rata hasilnya tidak berbeda nyata (P > 0,05) pada sosis ikan Kurisi dan ikan Nila. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan karagenan sebagai bahan tambahan sosis Meningkatkan nilai gel strenght pada sosis ikan kurisi maupun sosis ikan nila. Treadfin bream and tilapia fish is one source of animal protein that is economically important in Indonesia, but it is easily damaged causing less public interest. Handling and processing of the fish needs to be done to produce fish that have better quality. One of the fish was processed meat products sausages, Sausage is the product of flesh which plus material filler, herbs and material fastener used as into one and be included in cartridge cases. The addition of ingredients such emulsifier carrageenan in making sausages used to keep the emulsion system on products so as not to rupture and adds suppleness in the sausage.Material research was a fish Treadfin bream and tilapia. Treatment research is done by the addition of karagenan 0 % and karagenan 2.5 % ,  the observed chemical test parameter is the value of the gel strength and proximate (test moisture, fats and proteins) and test the stability of emulsion data analysis using Anova: Two_factor with replication. The results obtained in emulsion stability values, the value of protein content, water content, gel strength has a value (P <0.05) showed no interaction between the concentration and species of fish, but each of these influential factors, the fat content of fish for the type of the result is real but to effect the concentration has no effect. Using the Kruskal-Wallis test hedonic average results are not significantly different (P>0.05) in fish sausage treadfin bream and tilapia fish. Based on these studies it can be concluded that the addition of carrageenan as an additional ingredient in the sausage Increase the value gel strength sausage or sausage Treadfin bream and tilapia fish.
PENGARUH KONSENTRASI EGG WHITE POWDER (EWP) TERHADAP KUALITAS BAKSO DARI IKAN LELE, BANDENG, DAN KEMBUNG Muttaqin, Bayu; Surti, Titi; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 5, No 3 (2016): Wisuda Periode Bulan Agustus 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.092 KB)

Abstract

Bakso Ikan merupakan salah satu produk diversifikasi perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Banyak metode yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk bakso ikan, salah satunya adalah dengan penambahan Egg White Powder (EWP). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi EWP dan jenis ikan terhadap kualitas bakso. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) pola Faktorial 4x3 dengan perlakuan konsentrasi EWP  (0%,1%,2%, dan 3%) dan Jenis Ikan (Air tawar, payau, dan laut) dengan 3 kali ulangan. Data nilai uji sensori dan uji lipat dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis test, sedangkan uji kekuatan gel, kadar air, dan kadar protein dianalisis menggunakan uji ANOVA. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor EWP dan jenis ikan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kekuatan gel, kadar air, kadar protein, uji lipat, dan nilai sensori. Interaksi kedua faktor berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kekuatan gel, kadar protein, kadar air, uji lipat, dan nilai sensori. Bakso ikan lele dengan penambahan EWP 3% merupakan produk yang terbaik dengan kriteria mutu: kekuatan gel 3067.29±66.6 (g.cm); nilai uji lipat 5 (AA); uji sensori 7,27; kadar air 60,63%±0,50; dan kadar protein 16,73%±0,22.
PEMANFAATAN KARAGENAN (Euchema cottoni) SEBAGAI EMULSIFIER TERHADAP KESTABILAN BAKSO IKAN NILA (Oreochromis Nilotichus) PADA PENYIMPANAN SUHU DINGIN Candra, Fitria Nurika; Riyadi, Putut Har; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.602 KB)

Abstract

Salah satu produk olahan daging ikan adalah bakso yang saat ini diketahui menggunakan pengenyal berbahaya. Oleh karena itu dilakukan usaha untuk mencari alternatif pengganti bahan pengenyal kimia dengan bahan pengenyal alami yaitu karagenan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing perlakuan menggunakan 3 kali ulangan. Data hedonik dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis. Konsentrasi karagenan yang digunakan pada penelitian tahap I yaitu sebesar 0%;0,5%;1%;1,5% stabilitas emulsi terbaik sebesar 86,9% diperoleh pada bakso ikan dengan konsentrasi karagenan 0,5%. Hasil uji stabilitas emulsi pada tahap II sebesar 91,93%. Hasil uji gel strength  sebesar 517,2 g.cm. Analisis kadar air sebesar 66,4 %. Hasil uji Aw sebesar 0,8176. Analisis derajat putih sebesar 84,69. Hasil uji organoleptik bahwa panelis menyukai kekenyalan bakso ikan yang menggunakan bahan tambahan karagenan 0,5% dan bakso yang memiliki kekenyalan kurang baik adalah bakso ikan tanpa karagenan.