Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Hubungan Diabetes Burnout Syndrome dengan Perilaku pencegahan Komplikasi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe-2 di RSU Dr.H.Koesnadi Bondowoso Dina Aulia Safira; Mohammad Ali Hamid; Ginanjar Sasmito Adi
Health and Medical Sciences Vol. 1 No. 2 (2024): Februari
Publisher : Indonesian Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/phms.v1i2.38

Abstract

Diabetes Burnout Syndrome digambarkan dengan perasaan kelelahan fisik dan emosional akibat usaha keras dalam mengontrol gula darah pada pasien Diabetes agar tetap berada dalam rentang normal. Perilaku pencegahan komplikasi merupakan suatu respon atau tindakan yang didasari oleh pengetahuan dan persepsi yang dimiliki pasien Diabetes Mellitus Tipe-2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan diabetes burnout syndrome dengan perilaku pencegahan komplikasi pada pasien Diabetes Mellitus tipe-2 di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 84 pasien Diabetes Mellitus tipe-2 yang ada di Poli Interna RSU Dr. H. Koesnadi Bondowoso dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Alat ukur penelitian ini adalah kuesioner Diabetes Burnout Scale dan kuesioner Perilaku Pencegahan Komplikasi Diabetes Mellitus. Hasil univariat menunjukkan bahwa Diabetes Burnout Syndrome dialami oleh 54 (64,3%) pasien berada dalam kategori sedang dan perilaku pencegahan komplikasi diabetesnya berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 40 (47,6%). Hasil uji statistic Spearman Rank Correlation menunjukkan terdapat hubungan antara Diabetes Burnout Syndrome dengan perilaku pencegahan komplikasi pada pasien Diabetes Mellitus tipe-2 di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso dengan nilai signifikansi sebesar 0,028. terjadinya Diabetes Burnout Syndrome pada pasien Diabetes Mellitus akibat hasil tes glukosa darah yang susah turun atau stabil dalam rentang angka normal, padahal pasien sudah mematuhi dan melakukan seluruh perawatan yang telah dianjurkan oleh tenaga kesehatan. Sehingga hal ini akan membuat pasien merasa sia-sia telah melakukan segala manajemen perawatannya.
Keterkaitan Masa Bekerja dengan Self Efficacy pada Tim Code Blue dalam Penatalaksanaan Pasien Gawat Darurat Deshinta Fitriandari; Ginanjar Sasmito Adi; Cipto Susilo
Health and Medical Sciences Vol. 1 No. 2 (2024): Februari
Publisher : Indonesian Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/phms.v1i2.41

Abstract

Masa bekerja sebagai tim code blue merupakan pengalaman yang dijalani selama menjadi tim code blue di Rumah Sakit Bina Sehat Jember. Semakin lama masa bekerja tenaga kesehatan maka pengalaman dalam menguasai bidangnya semakin dalam, sehingga mampu memiliki self efficacy yang tinggi dan mampu melakukan sesuatu sesuai tindakan dengan rasa kepercayaan diri yang tinggi. Tujuan penelitian: ini untuk mengetahui hubungan masa bekerja tim code blue dengan self efficacy dalam penatalaksanaan pasien gawat darurat. Metode: penelitian ini menggunakan desain penelitian descriptive correlational dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan tim code blue di Rumah Sakit Bina Sehat Jember. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 52 tenaga kesehatan. Alat pengumpulan data yang digunakan ialah kuesioner yang berisi 1 pertanyaan pada variabel masa bekerja tim code blue dan kuesioner self efficacy yang berjumlah 10 pertanyaan yang sudah peneliti uji validitas dan realibitasnya. Analisis data yang digunakan yaitu uji Korelasi Spearman rho untuk mengetahui adanya hubungan masa bekerja tim code blue dengan self efficacy. Hasil: penelitian menunjukkan nilai p 0,001 < 0,05 yang artinya Ho di tolak sehingga terdapat hubungan masa bekerja tim code blue dengan self efficacy dalam penatalaksanaan pasien gawat darurat. Kesimpulan penelitian ini yaitu lama masa bekerja sebagai tim code blue berkorelasi positif dengan self efficacy yang di miliki tenaga kesehatan Rumah Sakit Bina Sehat Jember.
HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING PADA PASIEN PASCA STROKE DI RUMAH SAKIT TK. III BALADHIKA HUSADA JEMBER Silvia Margareta Karimatul Fadhilah; Ginanjar Sasmito Adi; Sasmiyanto
Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 1 No. 1 (2023): Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan
Publisher : CV SWA Anugerah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5455/mnj.v1i1.484

Abstract

Pendahuluan: Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular yang banyak terjadi di Indonesia dan penyebab kematian dan kecacatan. Tingginya angka kejadian stroke dan dampak dari gejala sisa yang ditimbulkan oleh stroke patut diperhatikan, ketergantungan yang ditimbulkan akibat stroke sangatlah bervariasi yang dapat dimanifestasikan oleh pasien lewat kemampuan dalam melakuka Activity Daily Living. Kemampuan penderita stroke untuk melakukan Activity Daily Living ini juga dipengaruhi oleh locus of control yang dimiliki. Locus of control merupakan keyakinan atau persepsi individu dalam mengendalikan peristiwa yang terjadi pada dirinya. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan locus of control dengan tingkat kemandirian activity daily living pada pasien pasca stroke di Rumah Sakit Tk. III Baladhika Husada Jember. Metode: Desain penelitian ini menggunakan rancangan studi korelasional dan menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Probability Sampling dengan Purposive Sampling. Jumlah sampel sebanyak 44 responden yang berada di RS TK. III Baladhika Husada Jember. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien pasca stroke memiliki locus of control sedang dengan jumlah sebanyak 32 responden dengan persentase 72,7%. dan sebagian besar responden memiliki tingkat kemandirian sedang dengan jumlah sebanyak 29 responden dengan persentase sebesar 65,9%. Berdasarkan hasil uji statistik spearman rho diketahui p value 0,000 dimana α ≤ 0,05 sehingga H1 diterima, yang berarti terdapat hubungan antara Locus Of Control dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living pada pasien pasca stroke di Rumah Sakit TK.III Baladhika Husada Jember. Serta nilai r 0,65 yang artinya kekuatan hubungan dapat dikategorikan hubungan kuat. Arah kolerasi positif yang artinya semakin tinggi locus Of control maka semakin tinggi tingkat kemandirian activity daily living. Kesimpulan: Maka dapat disimpulkan terdapat hubungan locus of control dengan tingkat kemandirian activity daily living pada pasien pasca stroke di Rumah Sakit Tk. III Baladhika Husada Jember.
PENGARUH TERAPI BEKAM BASAH TERHADAP RESPON NYERI SENDI PADA PENDERITA HIPERURISEMIA DI RUMAH SEHAT ARRA BONDOWOSO Mohammad Zulkifli; Mohammad Ali Hamid; Ginanjar Sasmito Adi
Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 1 No. 1 (2023): Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan
Publisher : CV SWA Anugerah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5455/mnj.v1i1.555

Abstract

Pendahuluan: Hiperurisemia merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat di atas normal, disebut hiperurisemia jika kadar asam urat laki-laki lebih dari 7,0 mg/dl dan perempuan lebih dari 6,0 mg/dl. Asam urat cenderung akan mengkristal pada suhu dingin. Efek dari terapi bekam terhadap nyeri sendi yaitu bekam pada titik tertentu dapat menstimulasi kuat syaraf permukaan kulit yang akan dilanjutkan pada cornu posterior medulla spinalis melalui syaraf A-delta dan C, serta traktus spinothalamicus ke arah thalamus yang akan menghasilkan endorphin. Desain Penelitian: Desain penelitian ini menggunakan pre eksperimen dengan preposttest, populasi penelitian ini 20 orang dengan sampel 20 responden dengan teknik sampling yakni quota sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar SOP terapi bekam dan NRS. Analisa data penelitian ini menggunakan Uji Statistik Wilcoxon. Hasil: sebelum diberikannya terapi bekam terdapat 12 responden mengalami nyeri sedang (60.0%), dan setelah diberikannya terapi bekam 11 responden mengalami nyeri ringan (55.0%). Kesimpulan: Dalam hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terapi bekam basah mempengaruhi respon nyeri sendi pada penderita hiperurisemia di Rumah Sehat Arra Bondowoso.