Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

POLITIK UANG (MONEY POLITICS) DALAM PEMILIHAN CALON ANGGOTA LEGISLATIF Muh Roy; Erens Elvianus Ekoodoh; Rahmat Sewa Suraya
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 3 No 2 (2019): Volume 3 Nomor 2 Juli - Desember 2019
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.986 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hal-hal yang mendasari terjadinya praktik politik uang dalam pemilihan calon legislatif DPRD Kabupaten Konawe Selatan di Kecamatan Laonti. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik Sampling snowball. Penelitian ini menggunakan teori Scoot (1990) “Domination and The Arts of Resistane: Hidden Transcripts” dan pemikiran Fried, dalam Balandier (1986) “Antropologi Politik”. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh praktik politik uang dalam pemilihan calon legislatif di Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe membawa dampak yang sangat besar terhadap masyarakat. Adapun hal-hal yang mendasari terjadinya praktik politik uang pada pelaksanaan pemilihan calon legislatif DPRD Kabupaten Konawe Selatan di Kecamatan Laonti, yaitu ; Minimnya pengetahuan tentang politik, keinginan mendapatkan dukungan secara instan, rendahnya tingkat pendidikan dan latar belakang ekonomi kurang mampu.
PEMBAGIAN HARTA WARISAN TANAH PERKEBUNAN MENURUT HUKUM ADAT MUNA Wa Eni; Rahmat Sewa Suraya
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 2 No 1 (2018): Volume 2 Nomor 1 Januari-Juni 2018
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.476 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan masyarakat untuk mengetahui sistem pembagian warisan tanah perkebunan di Desa umba berdasarkan hukum adat Muna.metode penelitian ini menggunakan deskriptif-kualitatif dengan penggumpulan data di lakukan dengan teknik pengamatan terlibat (participant observarsion) dan wawancara mendalam (.interview). Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem pembagian warisan di desa umba menggunakan sistem warisan indifidual yang di tinggalkan oleh pewaris. Waktu pembagian warisan di lakukan setelah pewaris belum meninggal ataupun setelah pewaris meninggal. Jenis warisan yang di bagi di desa umba ada dua yakni warisan yang ada dalam rumah dan warisan di luar rumah kecuali tanaman jangka panjang di jaga bersama. Jumlah pembagian warisan laki-laki dan perempuan sudah di tentukan masing-masing yang mana dalam bahasa muna sedawu radawu .pembagian warisan di desa umba antara laki-laki dan perempuan sudah di tentukan bagian masing-masing yang mana laki-laki mendapatkan dua kali lipat dari perempuan yaitu 2:1 akan tetapi, tidak selamanya juga pembagian warisan lebih banyak laki-laki dari pada perempuan bisa terjadi pembagian yang sama diantara ahli waris laki-laki dan perempuan dalam hal ini 1:1 tergantung dari kesepakatan di antara ahli waris dan ini hanya berlaku pada sebidang tanah.
POMPAKA PADA MASYARAKAT WAWONII DI DESA PALINGI KECAMATAN WAWONII UTARA KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN Lita Irnasari; Rahmat Sewa Suraya
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 3 No 1 (2019): Volume 3 Nomor 1, Juni 2019
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.773 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana bentuk dan proses dalam praktik pompaka pada masyarakat Wawonii, serta untuk mengungkap fungsi pompaka dalam kehidupan masyarakat Wawonii. Untuk menganalisis data pada penelitian ini menggunakan teori fungsionalisme Bronislaw Malinowski dengan metode etnografi dan deskriptif kualitatif.Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pompaka merupakan ilmu magic yang digunakan untuk menaklukkan manusia bahkan binatang, pompaka dilihat dari proses, tujuan, dan media terbagi atas dua bentuk yaitu pompaka kinokaa atau pompaka langsung dan pompaka pue atau pompaka tidak langsung. Proses praktik pompaka dirinci berdasarkan jenis masing-masing pompaka, yaitu, PompakaPongkonta wali, Pompoko Tebia ana, Pompaka Binata, Pompaka Gola-Gola, Pompaka Patiwe, Pompaka Podoowi, Pongkonta Wali Watu, dan Rompo Tewe. Praktik ilmu magic ini masih dipertahankan oleh masyarakat Wawonii di Desa Palingi karena memiliki beberapa fungsi diantaranya, fungsi magis, fungsi religi, fungsi psikologi, dan fungsi sosial ekonomi.
POFILEIGHOO (KAWIN LARI) PADA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT MUNA DI DESA LINDO, KECAMATAN WADAGA KABUPATEN MUNA BARAT Yasmi Agfar; Wa Ode Sitti Hapsah; Rahmat Sewa Suraya
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 5 No 1 (2021): Volume 5 Nomor 1, Januari - Juni 2021
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.046 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1113

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah proses kawin lari (pofileighoo) pada adat perkawinan masyarakat Muna di Desa Lindo? dan bagaimanakah simbol/tanda yang mengisyaratkan kawin lari (pofileighoo) pada adat perkawinan masyarakat Muna di Desa Lindo? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses pofileighoo pada adat perkawinan masyrakat muna di Desa Lindo dan untuk mengetahui symbol/tanda yang mengisaratkan pofileighoo pada adat perkawinan masyarakat Muna di Desa Lindo. Teori yang digunakan adalah teori kebudayaan dan simbol Clifford Greertz. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana dilakukan bersama dengan proses pengumpulan data melalui pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Proses pofileighoo (kawin lari) ada lima tahapan ; a). hukumu (penerimaan kedua calon mempelai) b). polele (untuk pemberitahuan kepada pihak perempuan) c)dengkoragho adhati (musyawarah adat) d) kafotangkano agama e).kakawi (akad nikah). (2). Adapun symbol atau tanda dalam adat perkawinan pofileighoo di Desa Lindo ada 6 tahapan diantarnya ; a) dogaa doangka foninto bhalano b) dogaa doangka nekalonga c) dogaa doangka weghabu d) dogaa doangka wekaa e) kafena (penghargaan) f) matano kenta.
MODIFIKASI TRADISI KAMOMOOSE PADA MASYARAKAT BONEOGE KECAMATAN LAKUDO KABUPATEN BUTON TENGAH Musyarafatul Musyarafatul; La Ode Topo Jers; Rahmat Sewa Suraya
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 5 No 2 (2021): Volume 5 Nomor 2, Juli - Desember 2021
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.234 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v5i2.1266

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi kamomoose, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi kamomoose serta bentuk-bentuk tradisi kamomoose pada masyarakat Boneoge Kecamatan Lakudo, Kabupaten Buton Tengah. Penelitian ini menggunakan teori Evolusi Sosial (Herbert Spencer). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan penelitian lapangan. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data, yakni: pengamatan (observation) dan wawancara (interview). Untuk menjawab permasalahan dilakukan analisis data, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Analisis data yang dilakukan sejak pengumpulan data sampai akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat Boneoge masih melaksanakan tradisi kamomoose. Proses pelaksanaan tardisi kamomoose ada dua tahap yaitu tahap persiapan dan pelaksanaan, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi kamomoose berupa nilai spiritual, nilai pendidikan dan nilai estetika dan modifikasi tradisi kamomoose dari uang logam ke kacang tanah, lampu pelita ke lampu listrik, pakaian adat ke pakaian muslimah dan ucapan yang keluar/nazar (limba’anogau) ke pencarian dana masjid atau ajang silaturahmi.
SYMBOLIC MEANING OF BASAHA ISIFU RITUALS: THE TRADITION OF MUNA SOCIETY PRIOR TO NISFU SYA'BAN NIGHT IN MUNA REGENCY Rahmat Sewa Suraya; Wa Ode Siti Hafsah; La Niampe; Heniman Heniman
Al-Qalam Vol 27, No 1 (2021)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31969/alq.v27i1.922

Abstract

During Nisfu shay'ban night in Muna community, various good practices are performed. These practices aim to achieve the primacy of the Nisfushay'ban night which usually starts after the evening prayer by reciting Yasin for three times and ends it with prayer. To welcome the night of Nisfu shay'ban, Muna community performed a ritual called “the Basaha Isifu”. The purposes of this study are (1) to find out the process of conducting the Basaha Isifu tradition in the community of KosundanoSub-district, (2) to understand the symbolic meanings of Basaha Isifu tradition. The location of this research was in Kosundano Subdistrict of Muna community. The data was collected through observation, interviews and documentation. The informants were selected using purposive sampling technique. The data analysis employed a qualitative descriptive analysis which includes data reduction, display data, and conclusion. The results of this study indicates that the implementation of Basaha Isifu tradition starts from (1) the preparation of all stuff needed for the ritual, (2) the implementation indicated by the prayer recitation, and (3) the closure indicated by the attendants shaking hands and enjoying dishes together. Symbolically, Basaha Isifu carried out by Muna community can be interpreted as a form of gratitude for the blessing of Allah SWT for wealth, longevity, health, and safety of all dangers
Historic Sites during the World War II in South Konawe, Southeast Sulawesi as a Source of Historiography Syahrun Syahrun; Rahmat Sewa Suraya; Sandy Suseno
IHiS (Indonesian Historical Studies) Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ihis.v6i1.13589

Abstract

The World War II in Indonesian territory at that time involved the Imperial Japanese Army against the military from the allies and was known later as “Theater of Pacific”. The massive military activities that took place in Indonesian territory during the World War II definitely left a lot of and varied material evidences. However, in fact, many of the material evidences from the World War II have been forgotten due to its dilapidated condition. One of the military operational areas where many evidences of the World War II can be found is South Konawe, precisely at Kendari II Airfield Site, which is now known as HLO Airfield (Halu Oleo Airfield). This research utilized archives and aerial photographs during the World War II combined with direct observation at the site and reconstruction efforts using excavated data. Based on the findings, it reveals the existence of the World War II remains at Kendari II Airfield area. It is also known that the condition of the most massive findings is located in the Japanese military administration and maintenance area during the World War II at Kendari II Airfield area. These remains can certainly be a source of historical writing of the Japanese Government Era in South Konawe.
THE VALUE OF CHARACTER EDUCATION IN MEKONGGA FOLKLORE IN KOLAKA, SOUTHEAST SULAWESI La Ode Topo Jers; Rahmat Sewa Suraya; Alias Alias; Ashmarita Ashmarita; La Ode Muhammad Ruspan Takasi; Rudy Kurniawan
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 11 No 2 (2022): Volume 11, Nomor 2, Juni 2022
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v11i2.1422

Abstract

The socio-cultural situation of the Mekongga people in Kolaka is known to have a lot of oral literature, one of them called folklore. The importance of strengthening character education in Mekongga community is carried out through the use of local folklore as a basis for inculcating moral values. Scientific studies on the phenomenon of moral values in folklore are still scarcely carried out, especially in Mekongga folklore. To that end, this study aims to analyze and describe the moral values of the Mekongga folklore in Kolaka Regency. This study uses a qualitative approach with the technique of determining the informant is a purposive sampling technique. Data collection methods in this study include the methods of observation, interviews, and documentation. Meanwhile, the data that has been collected is analyzed through qualitative descriptive techniques. The results of this study indicate that there are various forms of character education values contained in the mekongga folklore starting from the value of responsibility, trustworthiness, honesty, patience, love, courage, caring, humility, wisdom, courtesy, and trust. The values of character education are used in forming a wise and humane person, moreover, as an effort to realize harmonization, harmony, and unity in social life in Kolaka, Southeast Sulawesi which is multicultural.
ISTRI PERANTAU DI DESA WAKADAWU KECAMATAN WAWONII TIMUR KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN Ervania Ervania; Rahmat Sewa Suraya
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 6 No 1 (2022): Volume 6 Nomor 1, Juni 2022
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/kabanti.v6i1.1441

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui aktivitas keseharian istri perantau dan Untuk mengetahui bagaimana cara istri dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga di Desa Wakadawu Kecamatan Wawonii Timur Kabupaten Konawe Kepulauan. MenggunakanTeori fenomenologi Edmunt Husserl, metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara melalui pengamatan dan wawancara. Hasil dalam penelitian ini menujukkan bahwa Aktivitas yang dilakukan istri para perantau dalam kehidupan sehari-harinya seperti para istri pada umumnya hanya saja dia memiliki peran yang ganda selain dia bertugas sebagai ibu rumah tangga para istri juga berperan membantu perekonomian keluarga. Adapun cara istri perantau dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya selain menunggu kiriman dari suami para istri perantau melakukan berbagai cara dan mencari berbagai pekerjaan untuk membantu perekonomian keluarga seperti berkebun, berjualan dan menjadi perangkat Desa seperti kader serta mencari hasil laut seperti gurita dari hasil inilah ibu-ibu atau istri perantau mendapatkan tambahan penghasilan selama suami mereka merantau.
SOSIALISASI PEMBUATAN DAN PROMOSI PRODUK SENI KRIYA KHAS SULAWESI TENGGARA PADA MAHASISWA JURUSAN TRADISI LISAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS HALU OLEO Rahmat Sewa Suraya
Anoa : Jurnal Pengabdian Masyarakat Sosial, Politik, Budaya, Hukum, Ekonomi Vol 3, No 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52423/anoa.v3i2.33820

Abstract

Community Service Program, in the form of dissemination of the manufacture and promotion of Southeast Sulawesi typical craft art products to students majoring in Oral Traditions, Faculty of Cultural Studies, Halu Oleo University to increase student understanding in making Southeast Sulawesi handicrafts and their promotion as part of tourism industry products as well support the Merdeka-Learning Curriculum of the Merdeka Campus. It is done bearing in mind that there is no practice or direct observation in courses related to tourism, such as tourism promotion management and the tourism industry. As a result, several students experienced difficulties in understanding and implementing the lecture material received, as seen from the quality of student assignments. The results of the activity showed quite a high student enthusiasm in direct observation of the stages of making and promoting Southeast Sulawesi handicrafts by the Southeast Sulawesi Regional National Craft Council, which generally consisted of three categories, namely silver, woven, and woven fabrics.