Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Paramita: Historical Studies Journal

BIBLIOGRAFI SEJARAH KESEHATAN PADA MASA PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA Muhsin Z., Mumuh
Paramita: Historical Studies Journal Vol 22, No 2 (2012): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v22i2.2119

Abstract

History of health recently began to receive attention in Indonesia. One of the ways to trace them is through bibliographic study. Publications issued in the past, particularly in the colonial period, whether it be books, journals, magazines, newspapers can become an access to know and reconstruct the history of health in Nusantara. The purpose of this study is to inventory and identify a number of publications that appeared in the past by first described its historical context. The method used in this study is the historical method. The conclusion showed that the availability of bibliographic resources on the history of health in Indonesia is quite a lot that can be used to reconstruct the Indonesian health conditions in the colonial period. Knowledge of medical history is very useful to see the change, continuity, parallelism, and comparison of health problems in various places and at different periods. Key words: bibliography, medical history, the Netherlands-Indie   Sejarah kesehatan belakangan ini mulai mendapat perhatian di Indonesia. Untuk menelusurinya di antaranya adalah melalui pengkajian bibliografis. Publikasi-publikasi yang diterbitkan pada masa lalu, khususnya masa kolonial,  baik berupa buku, jurnal, majalah, surat kabar bisa menjadi akses untuk mengetahui dan merekonstruksi masa lalu kesehatan di Nusantara. Tujuan penelitian ini adalah menginventarisasi dan mengidentifikasi sejumlah publikasi yang terbit pada lalu dengan terlebih dahulu diuraikan konteks sejarahnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Simpulannya adalah ketersediaan sumber bibliografis mengenai sejarah kesehatan di Indonesia yang cukup banyak itu dapat digunakan untuk merekonstruksi kondisi kesehatan di Indonesia masa kolonial. Pengetahuan sejarah kesehatan ini sangat berguna untuk melihat perubahan, kesinambungan, paralelisme, dan perbandingan masalah kesehatan di berbagai tempat pada berbagai periode. Kata kunci: bibliografi, sejarah kedokteran, Hindia Belanda  
PRODUKSI KOPI DI PRIANGAN PADA ABAD KE-19 Muhsin Z., Mumuh
Paramita: Historical Studies Journal Vol 27, No 2 (2017): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v27i2.11160

Abstract

This research examines the coffee production in Priangan in the 19th century. The issues that will be revealed in this research are formulated in the following questions: how was the ecological condition of Priangan making it suitable for cultivating coffee crops? How to manage human resources to work on crops of coffee? How was the price of coffee both in local and international market? The answers to these questions become the goal of this research. To work on this study used method of history that includes four stages of work, i.e., heuristic, criticism, interpretation, and historiography. Penelitian ini mengkaji produksi kopi di Priangan pada abad ke-19. Masalah-masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut: bagaimana kondisi ekologis Priangan sehingga cocok untuk membudidayakan tanaman kopi? Bagaimana mengelola sumber daya manusia untuk mengerjakan tanaman kopi? Bagaimana situasi harga kopi di tingkat lokal dan harga di pasaran internasional? Mengungkap jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi tujuan dari penelitian ini. Untuk mengerjakan penelitian ini digunakan metode sejarah yang meliputi empat tahapan kerja, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. 
THE POSITION OF RAILWAY LINES AND RAILWAY STATIONS IN PRIANGAN URBAN SPATIAL PLANNING IN THE 19TH TO 20TH CENTURIES Falah, Miftahul; Herlina, Nina; Muhsin, Mumuh; Sofianto, Kunto
Paramita: Historical Studies Journal Vol 28, No 1 (2018): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v28i1.12414

Abstract

In relation to urban spatial planning, it is thought-provoking and substantial to study the development of railway lines and stations in Priangan in the 19th to 20th century. The issues discussed in this research are how to build a railway line when it had to pass through urban areas? And how to locate a railway station in order to be easily accessed from all corners of the city without disrupting the users of land transportation routes. To examine the issues, a historical study is conducted by employing historical method comprising heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The result of the research demonstrates that the railway line passing through the urban areas was built in the areas with hardly any settlements; and in big cities, a bridge (viaduct) was specially built for a railway line in order not to obstruct the land transportation routes. The railway line, however, was not too far from the city center, so the railway station was built in a location easily accessible from and to all the corners of the city. Dalam kaitannya dengan tata ruang kota, pembangunan jalur dan stasiun kereta api di Priangan pada abad XIX-XX penting dan menarik untuk dikaji. Permasalahannya  adalah bagaimana jalur kereta api dibangun ketika harus melewati kawasan perkotaan?, dan bagaimana penempatan stasiun kereta api sehingga dapat dijangkau dan menjangkau seluruh pelosok kota tanpa mengganggu pengguna jalur transportasi darat? Untuk menjawab permasalahan tersebut, dilakukan penelitian sejarah dengan menerapkan metode sejarah yang meliputi empat tahap, yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jalur kereta api yang melewati kawasan perkotaan dibangun di kawasan yang masih jarang pemukiman dan di kota besar dibuatkan jembatan (viaduct) sehingga tidak mengganggu jalur transportasi darat. Namun demikian, jalur tersebut tidak terlalu jauh dari pusat kota sehingga stasiun kereta api dibangun di suatu lokasi agar dengan mudah dapat dijangkau dari dan ke pelosok kota.
EXISTENCE OF SHIA IN INDONESIA BETWEEN TRADITION AND POWER OF GOVERNMENT Iryana, Wahyu; Lubis, Nina Herlina; Zakaria, Mumuh Muhsin; Sofianto, Kunto
Paramita: Historical Studies Journal Vol 28, No 2 (2018): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v28i2.12912

Abstract

The Shia movement in Indonesia until now still exists. Thus, the raised question is why Shia can exist in Indonesia. The formulation of the problem in this study is what traditions can make Shia exist until now? What is the concept of leadership in Shia? What are the Shia tactical organizations to drive Shia? The research method used is historical research methods, namely doing data collection (heuristics), selecting data (criticism), reviewing and analyzing (interpretation), and writing history (historiography). The results of the study can be concluded that the traditions often carried out by Shiites including Ahlulbait, Al-Bada', Ashura, Imamah, ‘Ishmuh, Mahdawiyah, Marja'iyah, Raj'ah, Taqiyah, Tawasul, Tawalli and Tabarri. Leadership theory in Islam, in essence the theory of leadership or power in Islam has two different conceptions, the first, the conception of Imammah (leadership according to Shia specifically Sy'ah Imammah) and second, the conception of the caliph (leadership according to Sunni (Ahussunnah Wal Jamaah). The largest Shia tactical organizations in Indonesia are IJABI and ABI. Gerakan Syiah di Indonesia hingga saat ini masih ada. Dengan demikian, pertanyaan yang diajukan adalah mengapa Syiah bisa ada di Indonesia. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah tradisi apa yang dapat membuat Syiah tetap ada sampai sekarang? Apa konsep kepemimpinan di Syiah? Apa organisasi taktis Syiah untuk mendorong Syiah? Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah, yaitu melakukan pengumpulan data (heuristik), memilih data (kritik), mengkaji dan menganalisis (interpretasi), dan menulis sejarah (historiografi). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tradisi-tradisi sering dilakukan oleh kaum Syiah termasuk Ahlulbait, Al-Bada ', Ashura, Imamah,' Ishmuh, Mahdawiyah, Marja'iyah, Raj'ah, Taqiyah, Tawasul, Tawalli dan Tabarri. Teori kepemimpinan dalam Islam, pada intinya teori kepemimpinan atau kekuasaan dalam Islam memiliki dua konsepsi yang berbeda, yang pertama, konsepsi Imammah (kepemimpinan menurut Syiah khusus Sy'ah Imammah) dan kedua, konsepsi khalifah (kepemimpinan menurut Sunni (Ahussunnah Wal Jamaah). Organisasi taktis terbesar di Indonesia adalah IJABI dan ABI. 
BIBLIOGRAFI SEJARAH KESEHATAN PADA MASA PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA Muhsin Z., Mumuh
Paramita: Historical Studies Journal Vol 22, No 2 (2012): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v22i2.2119

Abstract

History of health recently began to receive attention in Indonesia. One of the ways to trace them is through bibliographic study. Publications issued in the past, particularly in the colonial period, whether it be books, journals, magazines, newspapers can become an access to know and reconstruct the history of health in Nusantara. The purpose of this study is to inventory and identify a number of publications that appeared in the past by first described its historical context. The method used in this study is the historical method. The conclusion showed that the availability of bibliographic resources on the history of health in Indonesia is quite a lot that can be used to reconstruct the Indonesian health conditions in the colonial period. Knowledge of medical history is very useful to see the change, continuity, parallelism, and comparison of health problems in various places and at different periods. Key words: bibliography, medical history, the Netherlands-Indie   Sejarah kesehatan belakangan ini mulai mendapat perhatian di Indonesia. Untuk menelusurinya di antaranya adalah melalui pengkajian bibliografis. Publikasi-publikasi yang diterbitkan pada masa lalu, khususnya masa kolonial,  baik berupa buku, jurnal, majalah, surat kabar bisa menjadi akses untuk mengetahui dan merekonstruksi masa lalu kesehatan di Nusantara. Tujuan penelitian ini adalah menginventarisasi dan mengidentifikasi sejumlah publikasi yang terbit pada lalu dengan terlebih dahulu diuraikan konteks sejarahnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Simpulannya adalah ketersediaan sumber bibliografis mengenai sejarah kesehatan di Indonesia yang cukup banyak itu dapat digunakan untuk merekonstruksi kondisi kesehatan di Indonesia masa kolonial. Pengetahuan sejarah kesehatan ini sangat berguna untuk melihat perubahan, kesinambungan, paralelisme, dan perbandingan masalah kesehatan di berbagai tempat pada berbagai periode. Kata kunci: bibliografi, sejarah kedokteran, Hindia Belanda  
From Tarekat to Arab Community: the Islamization Process in Indramayu Tabroni, Roni; Muhsin Z, Mumuh; Dienaputra, Reiza D; Mulyadi, R M
Paramita: Historical Studies Journal Vol 30, No 1 (2020): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v30i1.19947

Abstract

This research talks about the process of Islamization in Indramayu. The Islamization in Indramayu raises three main questions. The first question is, where was the arrival of Islam in Indramayu. Second, when is the appearance of Islam. Third, who has a role in the Islamization process. This research uses the historical method, which consists of four stages: heuristic, criticism, interpretation, and historiography. This method was then collaborated with Islamic social movement theory to analyze the ideology of leadership and movement mobility of the propagator group of Islam in Indramayu. The results showed that the arrival of Islam in Indramayu came from the port of Cimanuk. Then spread to various areas, including in the countryside. Second, Islam has been dating in Indramayu since the 15th century. Third, some communities play a role in Islamization in Indramayu. The communities were very influential until the 19th century. They consisted of the Arab community and the adherents of the tarekat, especially from Cirebon. The first order to develop was Syattariyah. Meanwhile, the Arabic community leader from Cirebon was Sayyid Abdur Rahman bin Muhammad Basy-Syaiban. He is a figure who originated from the Hadramaut in the early seventeenth century.Penelitian ini berbicara tentang proses islamisasi di Indramayu. Proses islamisasi di Indramayu memunculkan tiga pertanyaan utama. Pertanyan pertama adalah dari mama dan di mana kedatangan islam. Kedua, kapan waktu kedatangan Islam. Ketiga, siapa yang berperan dalam proses islamisasi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri atas empat tahap: heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedatangan Islam di Indramayu berasal dari pelabuhan Cimanuk. Kemudian menyebar ke berbagai daerah, termasuk di pedesaan. Kedua, Islam telah dating di Indramayu sejak abad ke 15. Ketiga, terdapat komunitas yang berperan dalam Islamisasi di Indramayu. Komunitas tersebut sangat berpengaruh sampai abad ke 19. Mereka terdiri atas komunitas Arab dan para penganut tarekat, terutama dari Cirebon. Tarekat pertama yang berkembang adalah Syattariyah. Sementara itu, tokoh komunitas arab yang berasal dari Cirebon adalah Sayyid Abdur Rahman bin Muhammad Basy-Syaiban. Ia merupakan tokoh yang berasal dari Hadramaut pada awal abad ketujuh belas.
Prabu Siliwangi Between History and Myth Muhsin Z., Mumuh; Falah, Miftahul
Paramita: Historical Studies Journal Vol 31, No 1 (2021): Maritime and Socio-Economic History of Indonesia
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v31i1.25049

Abstract

Abstract: Prabu Siliwangi is a historical figure, not a fairy tale or a mythical figure, although his figure is loaded with mythical things. Its existence is supported by several sources, both written and oral sources. Besides, the character of Prabu Siliwangi is also supported by social facts and mental facts. Prabu Siliwangi was the ruler who brought glory to the Sunda kingdom, so it is seen as the greatest king in the history of the Sunda kingdom stood. Nevertheless, from the manuscript, Carita Parahiangan (15th century), which contains information of the rulers of the Sunda kingdom, no king of Sunda is named Prabu Siliwangi. Then, who is Prabu Siliwangi? To answer the question, a historical study was conducted by implementing a historical research method that is operationally composed of four phases, namely Heuritsik, criticism, interpretation, and historiography. The results showed that Prabu Siliwangi was a historical figure-Legendary. The people in Tatar Sunda very emotionally remember the people. There are various opinions on the identification of this character. Some argue that this nickname refers only to one character, but some have the opinion of the four figures and more. From the various sources of the manuscript used in this article, the identification of Prabu Siliwangi led to Prabu Sri Baduga Maharaja (1482-1521), the ruler of the Sunda kingdom who is domiciled Pakwan Pajajaran. Abstrak: Prabu Siliwangi adalah seorang tokoh sejarah, bukan dongeng atau tokoh mitos walaupun sosoknya sarat dengan hal-hal yang bersifat mitos. Keberadaannya didukung oleh beberapa sumber, baik sumber tertulis maupun lisan. Selain itu karakter Prabu Siliwangi juga didukung oleh fakta sosial dan fakta mental. Prabu Siliwangi adalah penguasa yang membawa kejayaan kerajaan sunda, sehingga dipandang sebagai raja terbesar dalam sejarah kerajaan sunda berdiri. Namun demikian, dari naskah Carita Parahiangan (abad ke-15) yang memuat informasi tentang para penguasa kerajaan Sunda, tidak ada raja Sunda yang bernama Prabu Siliwangi. Lalu, siapakah Prabu Siliwangi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan studi sejarah dengan menerapkan metode penelitian sejarah yang secara operasional terdiri dari empat tahap yaitu heuritsik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prabu Siliwangi adalah seorang tokoh sejarah-Legendaris. Orang-orang tersebut sangat diingat secara emosional oleh orang-orang di Tatar Sunda. Ada berbagai pendapat tentang identifikasi karakter ini. Ada yang berpendapat bahwa julukan ini hanya mengacu pada satu tokoh, tetapi ada pula yang berpendapat tentang empat tokoh dan banyak lagi. Dari berbagai sumber naskah yang digunakan dalam artikel ini, identifikasi Prabu Siliwangi mengarah pada Prabu Sri Baduga Maharaja (1482-1521), penguasa kerajaan Sunda yang berdomisili di Pakwan Pajajaran. ÂÂ