Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) di Desa Tanaraing, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur Nehemiah Tagi Rehi; Sunadji Sunadji; Nicodemus Dahoklory
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 4, No 2 (2023): April 2024
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v4i2.7248

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pembudidaya rumput laut di Desa Tanaraing, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur. Untuk mengetahui finansial usaha budidaya rumput laut di Desa Tanaraing. Untuk mengetahui kendala apa yang pembudidaya hadapi dan mengatasi kendala dalam usaha budidaya rumput laut di Desa Tanaraing, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari tanggal 10 Mei 2023 sampai dengan 10 Juni 2023. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Pendekatan kuantitatif diperoleh dari hasil wawancara kepada responden. Data yang diambil yaitu  data primer yang diperoleh dari responden yang didasarkan pada observasi lapangan dengan  melakukan pengamatan atau peninjauan langsung ke lapangan untuk melihat aktivitas budidaya. Metode analisa usaha terdiri atas analisis pendapatan usaha, analisis Revenue Cost Ration (R/C), analisis Break Event Point (BEP). Untuk mengetahui layak tidaknya usaha budidaya di Desa Tanaraing ditinjau berdasarkan analisis kriteria investasi Benefit Cost Ratio (B/C). Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa karakteristik faktor pengalaman antara 1-10 tahun membudidaya rumput laut dengan persentase tertinggi 60%, untuk tingkat pendidikan tamat SD 57%, berdasarkan tingkat umur antara 18-60 tahun 87% dan jumlah tanggungan dengan jumlah responden terbanyak yaitu menanggung 3 orang dengan persentase 33%. Kelayakan usaha budidaya rumput laut di Desa Tanaraing berada pada kategori layak dilanjutkan usaha budidaya rumput laut berdasarkan analisis Payback Period (PP) yaitu 0,3 analisis Break Event Point yaitu BEP (Kg) 344,9 kg dan BEP harga (Rp) yaitu Rp. 4.328,9/kg, analisis Benefit Cost Rasio (BC) yaitu 3,8. Kendala yang dihadapi dalam usaha budidaya rumput laut di Desa Tanaraing Kecamatan Rindi Kabupaten Sumba Timur adalah gangguan satwa penyu, ikan  boronang dan penyakit ice-ice. Cara mengatasi kendala yaitu pembudidaya dapat mengontrol dan menyiapkan bibit unggul untuk mengganti bibit yang terserang penyakit.`Kata kunci : Rumput laut (Kappaphycus alvarezii), analisis finansial
Analisis Kelayakan Lokasi dan Usaha Budidaya Makroalga di Desa Rindi dan Desa Kabaru, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur Ahmad Maulana Misbah; Sunadji Sunadji; Welem L. Turupadang
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 4, No 2 (2023): April 2024
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v4i2.7224

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk  menganalisis kelayakan lokasi dan finansial usaha budidaya makroalga di Desa Rindi dan Desa Kabaru, Kecamatan Rindi Kabupaten Sumba Timur. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei (studi lapangan) dengan melakukan pengambilan data dengan dua pendekatan, yakni pengukuran langsung di lapangan (in situ) dan pengambilan sampel air (ex situ). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kelayakan lokasi budidaya rumput laut di Desa Kabaru dan Desa Rindi, kecamatadxcn Rindi, Kabupaten Sumba Timur, berdasarkan parameter kualitas air dan finansial ekonomi, masih dalam keadaan layak untuk dilakukan budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii yaitu dengan nilai skor pembobotan kelayakan lokasinya adalah 90, dan keuntungan yang didapatkan 4 kali lebih besar dibandingkan modal yang dikeluarkan. Saran dari penelitian ini agar masyarakat di Desa Rindi dan Desa Kabaru dapat memanfaatkan lokasi untuk melakukan budidaya rumput laut yang berskala besar untuk memajukan pendapatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat.Kata kunci : Rumput laut, Musim, Studi kelayakan fisika kimia air, aspek finansial ekonomi, Kappaphycus alvarezii
Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii) sebagai Komoditas Unggulan dalam Meningkatkan Nilai Tambah Bagi Kesejahteraan Masyarakat Di Provinsi Nusa Tenggara Timur [Seaweed (Kappaphycus Alvarezii) as Potential Commodity in Added Value Development for The Prosperity of Sumba Timur Regency Communities, Nusa Tenggara Timur Province] Marcelien Djublina Ratoe Oedjoe; Felix Rebhung; Sunadji Sunadji
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 (2019): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v11i1.10992

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi nilai tambah di antara tiga stakeholder utama pada usaha budidaya rumput laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yaitu pembudidaya, pedagang dan industri rumput laut telah dilakukan. Data kualitatif dan kuantitatif diperoleh lewat survei, observasi langsung, wawancara dan diskusi kelompok (Focus Group Discussion, FGD). Sampel/unit usaha budidaya rumput laut diambil secara representative dan purposive. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif disertai perhitungan Pay Back Period (PBP), Break Even Point (BEP) dan Benefit Cost ratio (B/C). Hasil menunjukkan nilai PBP = 0,72 yang berarti unit usaha dapat mengembalikan modal dalam 8 bulan. Nilai BEP per unit usaha budidaya rumput laut sebesar Rp. 3.435,77 dan BEP produksi sebesar 2.007,50 kg. Nilai B/C ratio 1.09 menunjukkan bahwa usaha rumput laut di lokasi study layak dilaksanakan. Nilai tambah pada pembudidaya sebesar Rp 3.575/kg, pedagang sebesar Rp 2.175/kg dan industri rumput laut sebesar Rp 41.000/kg. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa pada tingkat kelayakan usaha budidaya rumput laut di NTT dewasa ini, nilai tambah tertinggi dinikmati oleh industri pengolahan rumput laut, diikuti pembudidaya dan pedagang.AbstractThis study aims to determine the distribution of value added among the three main stakeholders in seaweed farming in the Province of East Nusa Tenggara (NTT), namely the farmers, traders and seaweed industries. The study applied a qualitative and quantitative method through a survey, direct observation, and interviews. Data were representatively and purposively collected. The study used descriptive analysis, focus group discussion, and simple mathematics. Results showed that payback period was 0.72 meaning that the investment could be returned in 8 months; break-even point (BEP) per seaweed culture business unit was IDR. 3,435.77; the break-even point of production was 2,007.50 kg; benefit-cost (B/C) was 1.09 meaning that the seaweed culture was feasible to do. There were 3 successive seaweed marketing channels such as producer, collector, merchant, manufacturer, consumer, or direct delivery from producers to consumers, producer to collecting merchant, big merchant to the consumer. The added value was IDR. 3,575/kg for the seaweed farmer, IDR. 2,175/kg for big merchant, and IDR. 41,000/kg for seaweed industry.