Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Hubungan antara rasa percaya dalam hubungan romantis dan kekerasan dalam pacaran pada perempuan dewasa muda di Jakarta Sheila Grace; Pradipta Christy Pratiwi; Grace Indrawati
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 5 No 2 (2018)
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jpu78

Abstract

Perbedaan pendapat dengan pasangan merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan biasanya menjadi sebuah pemicu timbulnya konflik dalam hubungan pacaran. Konflik dalam hubungan pacaran dapat diselesaikan dengan baik apabila pasangan bersikap secara terbuka dan jujur dalam berkomunikasi. Namun, tak jarang ditemukan adanya penggunaan tindak kekerasan sebagai metode untuk menyelesaikan konflik dalam hubungan pacaran. Perempuan seringkali dijadikan korban kekerasan dalam pacaran karena dianggap lemah dan memiliki kedudukan di bawah laki-laki. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik korelasi. Sebanyak 165 sampel yang sesuai dengan karakteristik penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Trust Scale dan adaptasi alat ukur The Revised Conflict Tactics Scale atau CTS2. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara rasa percaya dalam hubungan romantis dan kekerasan dalam pacaran pada perempuan dewasa muda di Jakarta.
Kecerdasan Emosional Sebagai Komplementer Kecerdasan Intelektual Dalam Menghadapi Era 'Disruptive Innovation' Pradipta Christy Pratiwi
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 1 (2018): Prosiding PKM-CSR Konferensi Nasional Pengabdian kepada Masyarakat dan Corporate Socia
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.208 KB)

Abstract

Menghadapi era disruptive innovation, muncul kebutuhan untuk unggul secara global. Seperti disampaikan oleh Menteri Ristekdikti pada tahun 2018, tentang kebutuhan mengembangkan sumber daya manusia yang dapat bertahan di masa depan. Kenyataannya, berbagai masalah sosial masih saja terjadi, sehingga menghambat kesiapan yang diharapkan. Misalnya seperti menyontek, hingga masalah tawuran atau bullying. Uniknya, permasalahan tersebut bukanlah karena ketidakmampuan intelektual namun terkait kecerdasan emosional (emotional inteligence). Menanggapi permasalahan di atas, maka diadakan seminar dan pelatihan bagi sejumlah 128 siswa kelas X di SMA Permai Jakarta. Tujuannya, memberikan informasi dan melatih kecerdasan emosional siswa agar dapat bersosialisasi dan mengikuti kegiatan belajar secara efektif. Kegiatan dibagi dalam dua fase, yaitu fase seminar dan fase pelatihan. Fase seminar, dijelaskan kecerdasan emosional dan peranan komplementer dari kecerdasan intelektual (IQ), beserta aspek penting dari kecerdasan emosional. Fase pelatihan, peserta mempraktikkan keterampilan mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri dan membina relasi dengan orang lain. Teknik keterampilan yang dilatih meliputi jurnal harian, berbicara asertif, memberi pujian, temperatur emosi dan mendengar aktif. Metode penulisan yang digunakan yaitu analisis deskriptif terhadap proses berlangsungnya kegiatan dan evaluasi peserta. Hasil evaluasi menunjukkan aspek kecerdasan emosional (EI) yang paling mudah bagi siswa adalah mengenali emosi diri sendiri (31,6%), sedangkan yang paling sulit adalah mengelola emosi (35,8%). Teknik keterampilan yang paling banyak dipilih oleh peserta yaitu 44% temperatur emosi. Simpulannya adalah (1) siswa dapat menyadari aspek EI yang telah berkembang baik sekaligus aspek EI yang masih perlu dikembangkan; dan (2) siswa melatih teknik keterampilan yang telah diajarkan. Sarannya ialah perlunya kegiatan monitoring berkala dan follow-up.
Proteksi Diri Dalam Berinteraksi (Prodiksi) Pada Siswa Smpn 11 Semarang Tiatira Evangelista; Pradipta Christy Pratiwi; Anggita Fathidia Ivana
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 3 (2020): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha Dalam Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menyongsong
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v3i0.756

Abstract

Remaja merupakan fase transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini, individu mengalami berbagai perubahan, baik perubahan fisik, kognitif, dan psikososial. Salah satu tugas perkembangan psikososial pada masa remaja adalah melewati masa identity vs role confusion. Identitas diri penting untuk dimiliki seseorang agar dapat mempresentasikan peran dan kebiasaannya yang unik, serta mengetahui bahwa setiap individu memiliki prinsip dan nilai yang berbeda. Pemahaman tentang peran, kebiasaan, prinsip, dan nilai ini akan berpengaruh pada dinamika kepribadian remaja hingga sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, perlu adanya psikoedukasi agar siswa mengetahui pentingnya identitas diri, mengetahui cara menemukan identitas diri, mengetahui konsep role confusion dalam psikososial, dan menghormati nilai serta prinsip yang berbeda. Berangkat dari permasalahan “mudah terbawa arus pergaulan”, kegiatan dilakukan di SMP Negeri 11 Semarang, partisipan dalam kegiatan ini berjumlah 32 siswa. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah psikoedukasi. Psikoedukasi telah dilaksanakan pada 21 November 2019. Kegiatan yang dilakukan meliputi pre-test dalam bentuk permainan, pemberian materi mengenai identitas diri, dan post-test untuk mengetahui pemahaman siswa. Hasil kegiatan psikoedukasi ini siswa mengetahui definisi identitas diri, siswa menyadari pentingnya identitas diri, memahami konsep role confusion. Saran kegiatan ini agar dilakukan secara berkelompok, yaitu membentuk support group, penanganan personal melalui konseling, dan melaksanakan follow up.
Mental Health Corner: Membangun Kesadaran Masyarakat terhadap Pentingnya Kesejahteraan Psikologis bagi Penyintas Intimate Partner Violence di Masa Pandemi Covid-19 Pradipta Christy Pratiwi; Fatma Kusuma Mahanani; Tri Esti Budiningsih; Devi Ajeng Efrilianda; Dyah Ayu Rahmawati; Chamila Ahda Soraya Rahma; Ambarita Mumpuni; Erika Noor Dianti; Tiatira Evangelista; Anggita Fathidhia Ivana
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 4 (2021): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mewujudkan Pemulihan dan Resiliensi Masya
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1789.564 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v4i0.1284

Abstract

Terjadinya peningkatan kasus kekerasan interpersonal selama masa pandemi covid-19 patut menjadi perhatian masyarakat. Pelaku kekerasan ini biasanya orang terdekat dan menyebabkan berbagai dampak psikologis kepada penyitasnya. Variasi dampak yang dapat dialami penyintas misalnya kecemasan, self-esteem yang rendah, PTSD hingga bunuh diri. Penanganan psikologis selama ini telah dilakukan untuk meringankan dampak dari penyintas, termasuk salah satunya penelitian yang telah terlaksana pada tahun 2020 oleh tim pengabdi. Sebagai kelanjutan dari roadmap penelitian tersebut, tim pengabdi bersinergi dengan Komunitas Batir yang selama ini melakukan penanganan pelecehan seksual di seputar Kota Semarang. Tim pengabdi dan Komunitas Batir berfokus pada tujuan untuk peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya psychological welfare pada penyintas kekerasan interpersonal (IPV). Metode yang digunakan yaitu psikoedukasi dan konseling. Sasaran program ini adalah para anggota Komunitas Batir, para penyintas kekerasan, dan masyarakat umum yang dirangkum dalam rangkaian 7 kegiatan onlineselama 6 bulan (Bulan Maret-Agustus 2021). Hasilnya, telah terlaksana kegiatan 1 dan 2 berupa pembekalan bagi anggota Batir yang akan memberikan penanganan pada penyintas telah terlaksana berupa pelatihan psychological first-aid (PFA). Kegiatan 3 dan 4 berupa IG live psikoedukasi pada masyarakat bersama BEMKM UNNES dan Komunitas Batir. Kegiatan 5 berupa pembuatan konten-konten psikoedukasi berbasis gambar pada akun IG @yuksehatmental. Kegiatan 6 kontes foto bertema HOPE yang diikuti oleh para penyintas IPV. Kegiatan 7 telah terlaksana webinar mengenai IPV bersama pembicara ahli bidang psikologi klinis dan penanganan kasus-kasus kekerasan interpersonal (IPV).
Penanganan Cabin Fever melalui Terapi Kelompok Kognitif Perilaku pada Dewasa Muda selama Pandemi Covid-19 Pradipta Christy Pratiwi; Fatma Kusuma Mahanani; Tri Esti Budiningsih
Jurnal Ilmu Perilaku Vol 6 No 1 (2022): Jurnal Ilmu Perilaku
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jip.6.1.39-58.2022

Abstract

The Covid-19 pandemic is perceived as an unpleasant experience for many people. The various consequences of the Covid-19 pandemic have attracted the attention of various parties, one of which is mental health issues. The restrictions on social activities over a long period of time invoked among others the phenomenon of cabin fever. Cabin fever is a popular term that describes a person’s psychological responses such as demotivation or uncomfortable feelings. This study aims to examine the effectiveness of cognitive behavioral group therapy as an intervention effort for cabin fever in experimental quantitative research. Quantitative data was collected using the cabin fever phenomenon scale. Group therapy participants were 6 young adults aged 20-22 years. Friedman ANOVA test showed a significant difference between pre-test, post-test, and follow up. This showed that group therapy with a cognitive behavioral approach is effective reducing cabin fever symptoms in young adults.
The Tendency of Quiet Quitting Workers in Terms of Engagement and Well-Being at Work Pundani Eki Pratiwi; Sugiyarta Stanislaus; Pradipta Christy Pratiwi
Philanthropy: Journal of Psychology Vol 7, No 2 (2023)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/philanthropy.v7i2.7905

Abstract

This study aims to look at the phenomenon of quite quiting that exists in workers after returning to work activities in the office. This phenomenon is viewed from the engagement and well being of workers in the workplace. Quite quiting itself is a phenomenon that describes the behavior of workers who choose to quit doing work that is not their main job at work, and become less psychologically invested in work. The approach in this study uses quantitative research methods. There were 377 research subjects spread across 21 provinces in Indonesia. The results of this study indicate that employee engagement and well being owned by workers are high. This study illustrates that workers are able to psychologically invest both cognitive, emotional and behavioral in the work they do. Even workers feel psychologically prosperous in carrying out work. Based on these results, it appears that the workers in this study show committed behavior in carrying out their jobs.Keywords: Engagement, Quiet Quiting, Well Being, Worker