Claim Missing Document
Check
Articles

FEASIBILITY ASSESSMENT OF FLOOD DISASTER MITIGATION TECHNIQUES IN THE INDONESIAN CONTEXT Adjie Pamungkas
Jurnal Penataan Ruang Vol 1, No 2 (2006): Jurnal Penataan Ruang 2006
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v1i2.2331

Abstract

Flood in Indonesia, especially in Surabaya City has become a major and annually problem. Most of the mitigations focused on structural mitigation techniques such as river bank protection, river cleaning, and normalization or other reactive actions. Therefore, the problem still remaining exists and cause severe danger for the community lives. However, assessing some applied mitigation techniques from some countries' experiences are significant to identify the best strategies of flood mitigation techniques. The assessment process can be done not only on structural mitigation techniques but also on other techniques such as land use planning, warning system, engineering and building codes, insurance, new technology, emergency preparedness, and ecological mitigation. Combination among them may contribute for reducing and transferring risks of disaster which finally can minimize the impacts of the disaster to the communities
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KERENTANAN BENCAA BANJIR DI PANTAI UTARA SURABAYA Adjie Pamungkas; Vely Kukinul Siswanto
Jurnal Penataan Ruang Vol 9, No 1 (2014): Jurnal Penataan Ruang 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v9i1.2171

Abstract

Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan kawasan yang sangat rentan terhadap bencana banjir rob. Banjir Laju kenaikan air laut pesisir Kota Surabaya setinggi 5,47 mm per tahun dalam periode waktu 64 tahun (1925-1989). Sebagian besar kawasan ini dimanfaatkan untuk kegiatan industri dan pergudangan, pertanian lading garam, permukiman, militer, dan pelabuhan. Hal ini menyebabkan dampak negatif dari benacana bajinjir rob yang semakin besar. Oleh karena itu, penelitian terkait kerentanan bencana banjir tersebut sangatlah diperlukan.Penentuan faktor kerentanan sebagai langkah strategis dalam penilaian kerentanan menjadi fokus utama dalam paper ini.            Penelitian menggunakan metode Content Analysis untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan bencana banjir rob. Metode content analysis dilakukan pada hasil wawancara yang mendalam (in-depth interview) kepada tujuh stakeholders melalui purposive sampling. Keenam stakeholders tersebut merepresentasikan pemerintah, masyarakat (civil society) dan swasta.Berdasarkan hasil analisa, ada delapan faktor yang mempengaruhi tingkat kerentanan dari total 27 variabel hasil kajian literatur.Faktor-faktor tersebut adalah tingkat kepadatan pendudukyang tinggi, kawasan topografi yang rendah, dan prasarana penting, buruknya kondisi drainase, dekatnya dengan wilayah sungai dan kawasan terbangun berada di lahan rawa.
Adaptasi Peningkatan Resiliensi Aspek Sosial Berdasarkan Konsep Climate and Disaster Resilience Initiative (CDRI) di Wilayah Perkotaan Benjeng dan Cerme, Gresik Mega Utami Ciptaningrum; Adjie Pamungkas
Jurnal Penataan Ruang Vol 12, No 1 (2017): Jurnal Penataan Ruang 2017
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.644 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v12i1.5221

Abstract

Banjir luapan Kali Lamong Kabupaten Gresik berdampak pada dua wilayah perkotaan Benjeng dan Cerme. Dalam menghadapi bencana, saat ini konsep resiliensi menjadi tren untuk mengurangi dampak kerugian yang ditimbulkan karena lebih menghemat biaya. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa wilayah perkotaan Benjeng dan Cerme memiliki resiliensi yang tinggi terhadap banjir, namun masih perlu adanya penguatan dan peningkatan pada beberapa aspek sosial. Sehingga dibutuhkan arahan adaptasi peningkatan resiliensi sosial di wilayah perkotaan Benjeng dan Cerme. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Content Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 43 arahan adaptasi peningkatan resiliensi untuk wilayah perkotaan Benjeng dan 19 arahan untuk wilayah perkotaan Cerme. Fase mitigasi dan learning adaptation menjadi titik berat dalam meningkatkan risiliensi kedua wilayah perkotaan.Kata Kunci: Adaptasi, Dimensi sosial, Perkotaan, Resiliensi.
INDIKATOR KEMANDIRIAN PULAU KECIL: STUDI KASUS: POTERAN SUMENEP Adjie Pamungkas
Jurnal Penataan Ruang Vol 9, No 1 (2014): Jurnal Penataan Ruang 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v9i1.2172

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 17.480 buah.Kepulauan tersebut didominasi oleh pulau-pulau kecil dan tertinggal.Konsep pengembangan pulau kecil mandiri adalah salah satu konsep pengembangan wilayah yang berupaya untuk memajukan pulau kecil tersebut sehingga tidak memiliki ketergantungan dengan pulau lainnya terutama pada pulau induknya (mainland).Untuk menerapkan konsep tersebut, penentuan pulau kecil mandiri sangatlah diperukan.Metode penelitian yang dilakukan adalah melakukan analisa kualitatif baik terhadap hasil wawancara maupun data-data dari publikasi pemerintah dan hasil riset terkait.Berdasarkan hasil analisa tersebut, Pulau Poteran termasuk ke dalam kriteria pulau kecil berdasarkan sepuluh kriteria. Selain itu, Pulau Poteran pun dinilai masih belum mandiri berdasarkan lima kriteria kemandirian dengan memanfaatkan 15 variabel utama dengan 76 sub variabel.
Arahan Adaptasi Kawasan Rawan Tanah Longsor dalam Mengurangi Kerentanan Masyarakat di KSN Merapi Kabupaten Sleman Adjie Pamungkas; Novia Destriani
Jurnal Penataan Ruang Vol 11, No 2 (2016): Jurnal Penataan Ruang 2016
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.279 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v11i2.5217

Abstract

Meningkatnya potensi bencana tanah longsor dalam Kawasan Strategis Nasional (KSN) Gunung Merapi Kabupaten Sleman diakibatkan oleh hasil erupsi Gunung Merapi, curah hujan, dan erosi sungai. longsor ini menyebabkan kerugian material (angka??), korban jiwa (angka???), kerusakan infrastruktur (angka??), sektor sosial(angka??), ekonomi (angka??)dan mengakibatkan penurunan daya dukung lahan produktif termasuk beberapa kawasan permukiman, pariwisata, budidaya dan lindung yang ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional. Untuk meminimasi dampak longsor tersebut, stakeholders memiliki tindakan adaptasi berupa bla… bla… . Adaptasi saat ini dirasakan kurang efektif mengingat kejadian longsor dan dampaknya tetap terjadi. Oleh karenanya, penelitian ini berupaya merumuskan arahan adaptasi yang efektif dalam meminimasi dampak longsor di KSN Gunung Merapi Untuk merumuskan adaptasi yang efektif, penelitian ini memiliki 3 tahapan utama. Pertama, menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan melalui analisa AHP (analytical hierarchical process ?). kedua, menentukan zona kerentanan melalui weighted overlay berdasarkan bobot faktor dari AHP. Ketiga, merumuskan pola adaptasi pada daerah yang memiliki kerentanan yang tinggi melalui analisa ……? Berdasarkan hasil analisa, Kecamatan Kalasan adalah kecamatan berzona kerentanan tertinggi. Faktor dominan kerentanan di kecamatan tersebut adalah supply kebutuhan air berdasarkan jarak potensi longsor yang dekat dengan sungai, tingkat kepadatan bangunan, persentase laju pertumbuhan penduduk, tingginya jumlah usia tua-balita, dan jenis tumbuhan yang menutupi lereng. Berdasarkan faktor dominan tersebut, rumusan adaptasi untuk Kecamatan Kalasan terbagi dalam 4 fase disaster risk management. Fase mitigasi dilakukan pembuatan saluran drainase pada tebing sungai yang rawan tanah longsor seperti Cangkringan dan Pakem yang melalui Kecamatan Kalasan. Fase kesiapsiagaan difokuskan dengan melakukan antisipasi kondisi cuaca diwilayah Kecamatan Kalasan dan sekitarnya pada akhir musim kemarau dan awal musim penghujan secara realtime berbasis seluler yang dipancarkan ke BMKG setempat. Fase respon difokuskan pada penyediaan peralatan medis dan bantuan relawan sebagai tanggap darurat pertama kepada masyarakat di sekitaran Kecamatan Kalasan dan wilayah lainnya. Dan, fase pemulihan dilakukan dengan mengembalikan kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat di Kecamatan Kalasan dan sekitarnya yang terkena tanah longsor.Kata Kunci: adaptasi, bencana longsor, kerentanan
KINERJA PENGENDALIAN RUANG SEBAGAI REFLEKSI KEBERHASILAN PENATAAN RUANG DI KAWASAN PERBATASAN Adjie Pamungkas
Jurnal Penataan Ruang Vol 3, No 1 (2008): Jurnal Penataan Ruang 2008
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v3i1.2231

Abstract

Tarik ulur kepentingan antar kabupaten kota sangat berdampak pada kawasan-kawasan perbatasannya yang memiliki terkaitan secara spasial yang erat. Hal ini dikarenakan pesatnya perkembangan yang terjadi di kawasan perbatasan yang mendorong peningkatan prasarana dan sarana serta berbagai permasalahan lingkungan dan sosial terkait dengan kepadatan yang tinggi. Selain itu, permasalahan soputar pengelolaan pada kewenangan wilayah administrasi yang berbeda juga menjadi poin penting dalam mengatasi permasalahan pemanfaatan dan pengendalian nuang di kawasan perbatasan. Sehingga pengelolaan dan pengendalian terhadap kawasan perbatasan sangat penting untuk diperhatikan secara spesifik. Dalam studi ini dilakukan proses evaluasi terhadap kinerja pemanfaatan dan pengendalian ruang perbatasan, Adapun aspek-aspek yang dievaluasi diantaranya adalah kelembagaan, model proses, kecukupan peraturan dan aspek keterlibatan stakeholder. Dari keempat aspek-aspek tersebut dilakukan penilaian pada tiap kabupaten/kota yang berbatasan di Jawa Timur dalam hal ini dilakukan terhadap 5 (umaj sampel kabupaten/kota yaitu Surabaya-Sidoarjo, Surabaya-Gresik, Sidoano Pasunuan, Kabupaten Malang Kota Batu dan Kabuapaton Malang Kota Malang. Proses penilaian dilakukan menggunakan analisis skoring pada kuesioner yang disebarkan pada tiap kabupaten/kota serta analisis AHP (analytical hierarchy process) yang dilakukan untuk membobotkan variabel variabel pada tiap aspek penilaian. Dan penilaian terhadap kelima sampel tersebut diketahui kawasan perbatasan yang memiliki kinerja yang variatif (baik, sedang dan buruk). Perbatasan Surabaya-Sidoarjo relatif memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan perbatasan lainnya Sebaliknya, perbatasan di Sidoario-Pasuruan memiliki banyak vanabel kineria pengendalian ruang yang paling banyak. Beberapa variabel yang menjadi titik lemah dalam pengendalian di kawasan perbatasan adalah sinkronisasi peraturan, kelengkapan peraturan dan proporsionalitas antara kewenangan dengan TUPOKSI. Walaupun demikian, ada beberapa variabel yang menjadi titik kekuatan dalam pengendalian berupa: keberadaan instansi spesifik, transparansi, media pelibatan dan keterwakilan stakeholders.
Penentuan Titik dan Rute Evakuasi dalam Mengurangi Risiko Bencana Banjir (Studi Kasus: Kecamatan Mimika Baru, Kabupaten Mimika) Michael Christianus Giyai; Adjie Pamungkas
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i3.98417

Abstract

Kerugian akibat bencana banjir dapat berupa materi, rusaknya infrastruktur, hilangnya kesempatan beraktifitas dan bahkan korban jiwa. Kondisi serupa terjadi pada Kelurahan Koperapoka, Kecamatan Mimika Baru, Kabupaten Mimika dimana kejadian bencana banjir sulit dihindari karena sebagian besar rumah warga memiliki bangunan dengan satu lantai sehingga sulit untuk bisa melakukan penyelamatan serta memiliki risiko kerugian yang cukup tinggi. Selain itu, rentan terhadap kerusakan akibat aktivitas banjir yang disebabkan oleh curah hujan tinggi, topografi relatif datar, kondisi perubahan penggunaan lahan, kapasitas sungai tidak dapat menampung dan mengalirkan air serta kepadatan penduduk yang tinggi. Kejadian tersebut terjadi karena kurang tanggapnya masyarakat dalam menghadapi bencana yang datang. Sehingga dengan tidak adanya titik dan rute evakuasi bencana banjir banyak masyarakat yang tidak tahu harus mengungsi kemana dan akhirnya risiko yang diambil yaitu menetap dirumah yang tergenang banjir. Oleh karena itu analisis penetapan titik dan jalur evakuasi adalah cara yang efektif, aman dan sangat penting dalam rangka mitigasi bencana, sehingga dapat meminimalisir risiko yang terjadi. Adapun metode yang digunakan dalam menentukan titik dan rute evakuasi banjir adalah analisis variabel berpengaruh menggunakan content analysis, skoring dan pembobotan untuk penilaian titik lokasi evakuasi serta analisis rute evakuasi menggunakan network analysis dan penilaian aksesibilitas. Berdasarkan hasil yang diperoleh semua variabel berpengaruh dalam penelitian dengan 6 variabel memiliki nilai bobot paling tinggi sebesar 0,107 (11%), 1 variabel sebesar 0,096 (10%), 2 variabel sebesar 0,091 (9%) dan 1 variabel paling kecil dengan bobot 0,080 (8%). Ada 22 titik lokasi fasilitas yang dapat digunakan sebagai tempat evakuasi yang terdiri dari 8 tempat evakuasi sementara dan 14 lokasi evakuasi akhir. Kemudian ada 22 rute evakuasi optimal yang terdiri dari 13 rute evakuasi menuju tempat evakuasi sementara dan 9 rute evakuasi menuju tempat evakuasi akhir yang terbagi dalam 6 zona rawan bencana dengan 18 titik bangkitan pusat permukiman.
Identifikasi Variabel Berpengaruh dalam Mengurangi Risiko Banjir di Kelurahan Sungai Jingah Kota Banjarmasin Nury Ahdiya Rif'ati; Adjie Pamungkas
Jurnal Penataan Ruang Vol 18 (2023): Special Edition: Jurnal Penataan Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v18i0.17858

Abstract

Kelurahan Sungai Jingah merupakan salah satu Kelurahan terdampak banjir, yang mana pada tahun 2021 untuk pertama kalinya ketinggian banjir mencapai 30 cm hingga 50 cm memasuki permukiman. Banjir yang terjadi berdampak pada 5.000 hingga 10.000 jiwa menyebabkan terganggunya aktivitas dan perekonomian masyarakat. Banjir diperparah oleh kondisi topografi yang rendah, alih fungsi lahan serta curah hujan yang tinggi sehingga berpengaruh terhadap tingginya genangan. Kelurahan Sungai Jingah dikenal sebagai Kampung Tua di pinggiran sungai Martapura Kota Banjarmasin yang memiliki tingkat kerawanan banjir cukup tinggi. Di sisi lain, pada Kampung Tua Sungai Jingah terdapat beberapa bangunan yang memiliki konstruksi tradisional berupa panggung atau biasa disebut Rumah Panggung. Rumah Panggung merupakan salah satu desain rumah tanggap bencana sehingga harus dilestarikan. Melihat fenomena banjir besar pertama kalinya dalam sejarah ini, didukung dengan Kelurahan Sungai Jingah yang memiliki nilai historis dan budaya, maka diperlukan adanya upaya dalam mengurangi risiko banjir. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan variabel berpengaruh dalam mengurangi risiko banjir di Kelurahan Sungai Jingah. Sumber data yaitu hasil wawancara kepada para ahli di bidang bencana banjir, permukiman serta tata ruang dan kota, selain itu juga didukung data observasi lapangan. Penelitian ini menggunakan content analysis dalam penentuan variabel berpengaruh dalam mengurangi risiko banjir. Hasil penelitian mengungkapkan variabel berpengaruh dalam mengurangi risiko banjir di permukiman Kelurahan Sungai Jingah menitikberatkan terhadap penataan bangunan dan penyediaan infrastruktur mitigasi banjir. Dalam penataan bangunan dapat dilakukan dengan pemilihan material bangunan tahan bencana seperti kayu ulin dan beton, untuk infrastruktur diutamakan kepada penyediaan infrastruktur drainase. Dengan dihasilkannya variabel-variabel berpengaruh dalam mengurangi risiko banjir diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mengurangi risiko banjir di Kelurahan Sungai Jingah.