cover
Contact Name
Christy Vidiyanti
Contact Email
christy.vidiyanti@mercubuana.ac.id
Phone
+628567535557
Journal Mail Official
arsitektur@mercubuana.ac.id
Editorial Address
Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana Jl. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta 11650
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan
ISSN : 20888201     EISSN : 25982982     DOI : https://dx.doi.org/10.22441/vitruvian
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Ilmiah VITRUVIAN adalah jurnal yang mencakup artikel bidang ilmu arsitektur, bangunan, dan lingkungan. Jurnal ilmiah Vitruvian terbit secara berkala yaitu 3 (tiga) kali dalam setahun, yaitu pada bulan Oktober, Februari, dan Juni. Redaksi menerima tulisan ilmiah tentang hasil penelitian yang berkaitan erat dengan bidang arsitektur, bangunan, dan lingkungan.
Articles 212 Documents
PRESERVASI RUMAH ADAT DESA SADE REMBITAN LOMBOK SEBAGAI UPAYA KONSERVASI An-nisaa Kurnia Widianti
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.962 KB)

Abstract

ABSTRAKDesa Sade Lombok dalam kaitannya dengan arsitektur vernakuler merupakan salah satu desa konservasi sebagai pelestari budaya bangsa Indonesia. Desa Sade ini merupakan salah satu dusun di desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah yang merupakan salah satu desa adat suku Sasak yang tidak dapat dipungkiri masih mempertahankan keaslian dan keutuhan rumah adatnya sebagai kepentingan pariwisata. Pemerintah Provinsi NTB telah menunjuk Desa Sade sebagai sebuah desa konservasi, tentunya dengan kriteria ketetapan SK Gubernur NTB No.2 tahun 1989 dengan kriteria: memiliki atraksi wisata, aksesibilitasnya baik, sistem kepercayaan dan kemsyarakatan yang dianut, ketersediaan infrastruktur serta dukungan masyarakat dan aparat desa setempat. Serta didukungnya oleh gaya, pola hidup mereka yang tradisional menjunjung tinggi kearifan lokal sehingga menciptakan sebuah komitmen terhadap preservasi, pelestarian lingkungan dan kesejahteraan penduduk setempat.Kata Kunci : Desa Sade Lombok, Preservasi, Konservasi, Arsitektur Vernakuler
EVALUASI KONDISI RUANG KELAS BERDASARKAN PERILAKU ANAK KEBUTUHAN KHUSUS DOWN SYNDROME Studi Kasus: SKH YKDW 01 Kota Tangerang Rienita Novia Adzara; Andjar Widajanti
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.87 KB)

Abstract

ABSTRAKAnak down syndrome merupakan anak yang mengalami kelainan dalam proses pertumbuhannya cacat mental dan kelemahan fisik serta memiliki IQ yang relative rendah (IQ 25 - 70). Kelainan ini diakibatkan kromosom 21 dengan berjumlah 3 (pada anak normal berjumlah 2). Pada 17 tahun terakhir jumlah kelahiran anak down syndrome meningkat dengan perbandingan 1:700 dari kelahiran anak down syndrome. Di Indonesia diperkirakan kurang lebih ada 300.000 kasus kelahiran anak down syndrome (3.75%). Hal ini menyebabkan kebutuhan untuk anak down syndrome juga penting, untuk mendapatkan pendidikan kebutuhan khusus.Tetapi anakdown syndrome mengalami hambatan dalam mendapatkan pendidikan sehingga perkembanganya semakin melambat.Pendidikan luar biasa untuk anak down syndrome adalah pendidikan untuk anak yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses belajar karena kelainan fisik, emosional, mental sosial dan memiliki potensi kecerdasan.Sehingga dibutuhkan sarana pendidikan yang layak dan memadai untuk anak berkebutuhan khusus. Namun pada saat ini, banyak sarana edukasi yang tidak mempunyai kelayakan dengan kualitas tinggi untuk anak berkebutuhan khusus down syndrome. Terutama pada sarana ruang kelas untuk anak down syndrome. Dimana ruang kelas sebagai wadah dari pengaruh perilaku yang ditunjukan anak kebutuhan khusus down syndrome.Kata Kunci : Down Syndrome, Angka Kelahiran, Pendidikan, Ruang Kelas, PerilakuABSTRACTDown syndrome children are children who have abnormalities in the growth process of a mental disability and physical weakness and has a relatively low IQ(IQ 25 - 70). The disorder is caused by chromosome 21 with numbering 3(in normal children amounts to 2).In the last 17 years the number of live with Down syndrome increases with the ratio of 1: 700 of the live of a child with Down syndrome.In Indonesia is estimated there are approximately 300,000 cases of birth of children with Down syndrome (3.75%).This led to the need for a child with Down syndrome are also important, especially for special needs education.Therapy Down syndrome children have problems in getting education.Special education for children with Down syndrome is education for students who have difficulty to learn process because of physical, emotional, mental, social, and have the potential intelligence. And so we need proper facilities and adequate education for children with special needs. At this time, many educational facilities which have no feasibility with high quality for special needs children with Down syndrome. Especially on the means classrooms for children with Down syndrome.Where the classroom as a place of influence behavior that indicated a special needs child with Down syndrome.Keywords : Down Syndrome, birth rate, Education, Classroom, Behaviour
TIPOLOGI PERUBAHAN ELEMEN FASAD BANGUNAN RUKO PADA PENGGAL JALAN PURI INDAH, JAKARTA BARAT Dedi Setiawan; Tin Budi Utami
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 6, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1416.232 KB)

Abstract

Kawasan Pekojan di Jakarta menjadi titik awal perkembangan Kampung Arab yang lahir hampir Kawasan Puri indah adalah kawasan yang terletak di provinsi DKI Jakarta , pertumbuhan ekonomi yang pesat ini membuat pemilik ruko / toko berlomba-lomba untuk menarik pengunjung mulai dari tampilan bangunan dll, ini juga yang terjadi di ruko kawasan Puri indah, ini membuat peneliti memilih kawasan ini untuk object penelitian ,peneliti ingin mencari tahu Tipologi fasad berdasarkan elemennya dari ruko ini, karakteristik setelah terjadinya perubahan dan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan fasad bangunan ruko di penggal jalan Puri indah ini.Metode yang digunakan adalah Metode Kualitatif deskriptif , Beberapa bangunan yang telah dalam kondisi berubah menimbulkan efek perubahan pada elemen fasad secara tidak langsung (beberapa/sebagian) maupun keseluruhan, yaitu pada beberapa elemen-elemen fasad diantaranya: Bentuk Pintu, jendela, Signage, Atap ,Ornamen bangunan dan lainnya. Ruko di Puri Indah saat ini terbilang belum dapat menjadi kawasan permukiman yang berkarakter dari bangunan lamanya. Hal tersebut dikarenakan lebih dominannya bangunan yang telah merubah fasad bangunan, sehingga terlihat kontras dan berbeda dari fasad bangunan asli nya.Kata Kunci : Tipologi, Fasad dan Ruko
KAJIAN TERHADAP RUANG TATA PANGGUNG TEATER TRADISIONAL Anastasia Cinthya; Abraham Seno Bachrun
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.451 KB)

Abstract

ABSTRAKSebuah pertunjukkan kesenian terutama pertunjukkan teater sudah lama berkembang di jaman Yunani kuno. Bangsa Yunani kuno telah memikirkan sebuah ruang yang dapat mendukung pertunjukkan teater tersebut. Hingga saat ini bentuk - bentuk tata panggung pertunjukkan teater juga digunakan di Indonesia khususnya di daerah Jawa. Dimana perkembangan dunia hiburan tumbuh kembang di daerah Jawa yang tingkat populasinya lebih tinggi sebanding dengan pulau lain di Indonesia. Kajian pustaka ini lebih menfokuskan pada perbandingan tata letak panggung antara teater klasik (Yunani Kuno) dengan tata letak panggung yang berkembang di Indonesia.Kata Kunci : Teater Klasik, Teater Indonesia, Denah Panggung PertunjukanABSTRACTPerforming Arts, especially the theater has developed in ancient Greece. The Greeks have been thinking a space that can support the theater. Until now a form of theater stage design is also used in Indonesia, especially in Java. Which is, the development of the entertainment industry's growth in the area of Java that higher population level comparable to other islands in Indonesia. This literature review is focused on the comparison of the layout of the stage between the classical theaters (Ancient Greek) with the layout of the stage that developed in Indonesia.Keyword: Classic Theater, Indonesian Theater, Performing Art Stage Plan
POLA PEMANFAATAN RUANG BERSAMA PADA RUSUNAWA JATINEGARA BARAT Hendrix Van; Joni Hardi
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (561.421 KB)

Abstract

Relokasi warga Kampung Pulo ke Rusunawa Jatinegara Barat membuat warga harus beradaptasi dengan lingkungannya, khususnya dalam kegiatan interaksi sosial. Hal ini yang mendasari peneliti untuk melakukan pengamatan mengenai pola pemanfaatan ruang bersama untuk kegiatan interaksi sosial, baik ruang bersama yang direncanakan maupun ruang bersama yang tidak direncanakan. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai keberhasilan adaptasi penghuni dalam memenuhi kebutuhannya dalam berinteraksi dan mengetahui faktor yang mempengaruhi pola ruang bersama. Metode pengumpulan data menggunakan “mapping behavior”, yaitu cara untuk menggambarkan perilaku dalam peta, mengidentifikasikan jenis frekuensi perilaku, serta menunjukkan kaitan perilaku dengan wujud perancangan yang spesifik. Karena pola ruang tercipta akibat hubungan timbal balik antara manusia dengan ruang.Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu menerjemahkan data hasil observasi dan data hasil wawancara ke dalam bentuk uraian yang dapat lebih dimengerti. Penghuni memanfaatkan ruang bersama yang direncanakan dan tidak direncanakan untuk berinteraksi sosial antar penghuni. Pemanfaatan ruang telah menghasilkan sebuah pola-pola ruang bersama yaitu pola dengan intensitas tinggi dan pola dengan intensitas rendah. Ruang bersama dengan intensitas penggunaan tinggi relatif jauh dari hunian dengan frekuensi penggunaan jam-harian. Adapun ruang yang digunakan yaitu selasar lantai hunian, plaza terbuka, area pujasera, taman bermain dan lobby lift.Keywords: Evaluasi Pasca Huni, Ruang Bersama, Rumah Susun
SETRA BADUNG SEBAGAI BENTENG TERAKHIR RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DI DENPASAR Ayu Putu Utari Parthami Lestari
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (819.641 KB)

Abstract

Diakui bahwa sebagai ibukota dari provinsi yang menjadi daerah tujuan utama di Indonesia, memenuhi amanat dari UU No. 26 tahun 2007 tentang RTH (Ruang Terbuka Hijau), yaitu sebesar 30% untuk ruang terbuka hijau kota, bukanlah prioritas pemerintah kota Denpasar. Ketersediaan ruang terbuka publik (tanpa “hijau”) kota saja sebenarnya juga sudah tergantikan dengan pusat-pusat tujuan wisata yang tersebar di seluruh penjuru kota. Namun kebutuhan akan ruang terbuka “hijau” kota yang berkualitas agaknya belum terpenuhi secara maksimal. Keterlambatan pemerintah untuk melihat pentingnya ruang terbuka hijau kota diakhiri dengan kesulitan untuk pembebasan lahan, sehingga baru beberapa tahun terakhir, pemerintah kota Denpasar mencoba sedikit kreatif. Membangun ruang-ruang kota yang tersisa untuk menjadi ruang terbuka hijau. Untuk menjadi lebih kreatif lagi, pemerintah kota Denpasar sebenarnya memiliki solusi atas keterbatasan lahan, yaitu mengoptimalkan perkuburan kota. Di kota-kota lain di Indonesia seperti di Jakarta, kedinasan pemakaman dan pertamanan adalah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam bidang pemerintahan kota. Namun di tengah adat dan kebiasaan masyarakat tradisional di Bali, pekuburan masih dianggap sebagai hal sakral yang sebaiknya tidak dicampur dengan kegiatan profan seperti fungsi ruang terbuka hijau. Penelitian akan dilakukan dengan metode kualiatif dengan beberapa literatur sebagai pegangannya, dilengkapi dengan studi lapangan. Satu-satunya hambatan dalam mengimplentasian ide ini adalah bahwa pekuburan sudah didesign untuk menjadi menyeramkan, sedangkan fungsi barunya sebagai ruang terbuka hijau kota mengharuskan perancangan ruang yang menyenangkan. Sehingga diambil jalan tengah untuk hanya memanfaatkan sebagian kecil saja dari fungsi setra sebagai ruang terbuka hijau yang bisa dikunjungi tanpa merasa takut dengan tanpa menghilangkan fungsi-fungsi awal dan ke adatan dari setra bagi desa adat. Sedangkan setra yang dimanfaatkan sebagai studi banding adalah Setra Badung di Denpasar. Paper ini bertujuan untuk membuka kesadaran akan banyaknya ruang-ruang kosong yang bisa dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan orang banyak.Kata Kunci : ruang terbuka hijau; setra; Denpasar; sakral
EVALUASI AREA KOMERSIAL LANTAI DASAR PADA RUSUNAWA MARUNDA Asthy Rahmawati; Joni Hardi
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 7, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.402 KB)

Abstract

ABSTRAKPerubahan ini tidak terlepas dari pengaruh – pengaruh faktor – faktor terkait seperti demografi, social – ekonomi, lokasi, fisik bangunan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data/gambaran yang valid tentang aktifitas (penghuni) yang menjadi penyebab dari peralihan fungsi area komersial di rusun. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa penghuni area komersial lantai dasar yang sebagian besar tidak melakukan peralihan fungsi bangunan dari komersial menjadi hunian karena ada beberapa yang merasa lebih nyaman tinggal di lantai atas dan hunian mereka juga tidak terlalu jauh yang berada di lantai lantai 1. namun ada sebagian kecil yang melakukan peralihan fungsi di karena akses yang sulit di lokasi hunian.Kata Kunci : Peralihan Fungsi, Aktifitas, Area Komersial            ABSTRACT       This change is inseparable from the influence of related factors such as demography, socio-economic, location, physical building. The purpose of this study is to obtain valid data / description of the activities (occupants) that the cause of the transition function of commercial areas in building. The results of this study indicate that the inhabitants of the ground floor commercial area that most do not make the transition of building function from commercial to residential because there are some who feel more comfortable living upstairs and their dwellings are also not too far located on the floor 1st floor. There is a small part that performs the switch function in because of the difficult access in the residential location.Keyword : Switching Functions, Activities, Commercial Area
KAJIAN KEARIFAN LOKAL PADA ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMOH ACEH Rahil Muhammad Hasbi
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 7, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.223 KB)

Abstract

Arsitektur tradisional sebagai sebuah tradisi harus dijaga keberadaannya dengan mengembangkannya. Menjaga  atau meeruskan tradisi dalam arsitektur tradisional tidak berarti dengan mengulang bentuk yang sama, karena didalam arsitektur perkembangan desain dan struktur berlanjut seiiring dengan perkembangan/ perubahan budaya dan teknologi. Hal ini perlu dijaga agar kreativitas tidak mati. Hal ini bisa terwujud dengan meneruskan tradisi kebijakan lokal sebagai konsep dalam membangun.Kebijakan lokal yang diteruskan memberikan banyak memberi mamfaat bagi kehidupan manusia. Karena kebijakan lokal sendiri adalah bagian dari budaya yang dihasilkan dari pengalaman-pengalaman dan tindakan manusia secara trial dan eror demi mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Kebijakan lokal tidak hanya merupakan suatu tradisi yang harus di teruskan tetapi membentuk identitas dak karakter kewilayahan manusia sendiri, terutama didalam budaya dan arsitektur. Kebijakan lokal ini juga menjaga keseimbangan hidup antara manusia dan lingkungannya. Nenek moyang kita belajar dari pengalaman mereka hidup bersama dengan alam dan belajar bagaimana memberi kepada dan menerima dari alam sehingga alam tetap terjaga kelestariannya. Hal-hal ini lah yang dijadikan kebijakan lokal dan tradisi ini perlu diteruskan karena dengan menjaga tradisi ini maka kita akan tetap hidup seimbang bersama lingkungan kita.Kata Kunci :       Kebijakan Lokal, Arsitektur Tradisional, AlamABSTRACT       Tradition in traditional architecture need to be developed and continued. Continuing this tradition is not only by repeating it in the same way as our ancestors so that we lost our creativity, but it can be continued  by  developing it into something new and continuing  the local wisdom as a concept in building . The local wisdom remain continued but the way we built change  in shape as we can use the new methods and material which suitable with our culture and technology.The important of continuing the local wisdom brought many advantages to our lives. It’s not only the matters of continuing the tradition but it also emphasizes our  identity and characters,- especially in culture and architecture,- and to keep balancing the life between human and their environment . Our ancestors had learnt from their experiences  to live  with the nature, they had learnt to take and give  with the nature  so that they did not damaged their environment. This acts called local wisdom and it is need to be continued to keep our environtment save.Keyword : Local wisdom, traditional architecture, Nature
PERKEMBANGAN KOTA LAMA TANGERANG DAN POTENSINYA SEBAGAI DESTINASI WISATA PUSAKA Andhi Seto Prasetyo; Titin Fatimah; Rita Padawangi
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 7, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2102.868 KB)

Abstract

ABSTRAKKawasan Kota Lama Tangerang termasuk dalam Kawasan Strategis dari sudut Kepentingan Sosial dan Budaya yaitu kawasan bersejarah seluas kurang lebih 30 (tiga puluh) hektar yang berada di Kelurahan Sukasari dan Kelurahan Sukarasa, Kecamatan Tangerang. Di dalam kawasan Kota Lama Tangerang terdapat kawasan inti yang terdiri dari tiga blok utama yaitu Blok Kota Lama, Blok Masjid Agung-Pendopo dan Blok Stasiun Kereta Api. Blok Kota Lama adalah kawasan dengan fungsi/aktivitas yang lebih di dominasi oleh kawasan heritage dengan bangunan cagar budayanya dan permukiman yang masih mempertahankan karakter jalannya dan beberapa rumah yang masih mempertahankan arsitektur Tiongkok. Di dalam Blok Kota Lama terdapat dua blok perkampungan etnis yaitu Blok Perkampungan Tionghoa (pecinan) dan Blok Perkampungan Muslim. Tradisi dan budaya lokal yang dipengaruhi oleh etnis Tionghoa dan etnis Pribumi masih dilestarikan sampai saat ini. Sehingga Kota Lama Tangerang berpotensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata pusaka. Namun sejalan dengan dinamika Kota Tangerang yang terus berkembang dengan pesat, peninggalan bangunan-bangunan bersejarah telah mengalami perubahan bentuk dan fungsi, penurunan kualitas lingkungan dan bahkan kehancuran. Selain itu Pemerintah Kota Tangerang belum mempunyai Perda Cagar Budaya. Kondisi tersebut menyebabkan kawasan Kota Lama Tangerang kehilangan nilai-nilai historisnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perkembangan Kota Lama Tangerang dan  potensinya sebagai destinasi wisata pusaka. Pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini berparadigma pada pendekatan induktif dan metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Blok Kota Lama memiliki pusaka budaya ragawi, pusaka budaya tak ragawi dan pusaka alam yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata pusaka. Blok Kota Lama memiliki beberapa benda cagar budaya yang ditetapkan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang (BP3S) diantaranya yaitu Kelenteng Boen Tek Bio, Rumah Arsitektur Cina (Museum Benteng Heritage), Masjid Jami dan Makam Kalipasir. Perkembangan Blok Perkampungan Pecinan saat ini sangat memprihatinkan. Wajah bangunan khas pecinan sebagian besar sudah berubah menjadi bangunan moderen dan bangunan budidaya walet. Hanya tinggal sedikit saja bangunan yang masih berciri khas pecinan.Kata Kunci : Kota lama, pusaka, pariwisata kota pusaka             ABSTRACT       Old Town area of Tangerang included in the Strategic Area of Social and Cultural Interests corner is the historical district of approximately 30 (thirty) hectares located in the Sukasari Village and Sukarasa Village, District Tangerang. In the Old Town area of Tangerang are the core area consists of three main blocks, namely Old Town Block, Grand Mosque Block and Train Station Block. Block of the Old Town is the area with activities dominated by heritage with cultural heritage buildings and settlements that still retains the character of the course and some houses still retain Chinese architecture. In the Old Town Block, there are two ethnic settlement blocks namely Chinatown Block and Muslim Village Block. Tradition and local culture influenced by natives and Chinese ethnic still preserved until today. So the old town of Tangerang can be potential to be developed as a heritage tourism destination. The rapid development of Tangerang city causes historic buildings go through changes in form and function, environmental degradation and destruction. Furthermore, Tangerang City Government does not have heritage legislation. This condition causes the old town of Tangerang losing its historical values. The purpose of this study is to identify the development of the Old Town of Tangerang and its potential as a tourist destination heritage. The research was carried out through field survey and in-depth interview as main data collection and literature study as the secondary one. The results showed Block the Old Town has tangible cultural heritage, intangible cultural heritage and natural heritage which is a potential to be developed for heritage tourism attraction. Block of the Old Town has some of the objects of cultural heritage established by Archaeological Heritage Preservation Hall Serang among which the Boen Tek Bio temple, houses the Chinese Architecture (Museum Benteng Heritage), Jami Mosque and Tomb Kalipasir. Block development Village Chinatown today is very worrying. The face of a typical building of Chinatown largely been turned into a modern building and building swiftlet farming. Only a few buildings stayed still distinctively Chinatown.Keyword : Old town, heritage, urban heritage tourism
EVALUASI KUALITAS FISIK DAN NONFISIK PADA RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) (Studi Kasus : Rptra Griya Tipar Cakung Jakarta Timur) Samsudin Samsudin; Primi Artiningrum
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 7, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.785 KB)

Abstract

ABSTRAKRPTRA berdiri sebagai Ruang Publik Terpadu Ramah Anak yang merupakan “Ruang Terbuka Hijau” yang desain dengan konsep ramah anak yang modern dan didukung oleh berbagai fasilitas didalamnya. Banyak RPTRA yang sudah dibangun di Jakarta sejak 1 tahun terakhir yang merupakan salah satu program dari Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Beberapa dari RPTRA dibangun pada tempat yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan berada di kawasan-kawasan kumuh. Namun pada saat proses desain dari RPTRA masih kurangnya memperhatikan aspek-aspek penting dalam pembangunannya, karena dapat dilihat dari PERGUB yang mengatur tentang RPTRA hanya berisikan daftar fasilitas saja tanpa adanya ketentuan-ketentuan yang jelas mengenai aspek keselamatan, keamanan, kesehatan, kenayaman, daya tarik dan aksesibilitas dalam membangun sebuah RPTRA. Oleh karena itu, sebagai fasilitas publik baru yang didedikasikan untuk anak-anak yang dapat digunakan sebagai taman bermain maka diperlukan evaluasi mengenai Aspek Keselamatan, Keamanan, Kesehatan, Kenyamanan, Daya Tarik dan Aksesibilitas menggunakan beberapa teori terdahulu dan peraturan-peraturan terkait regulasi pekerjaan umum sebagai standar indikator pengukuran evaluasi. Metode yang digunakan pada pengambilan data adalah pendekatan campuran antara kualitatif dan kuantitatif kemudian dalam mempresentasikan hasil data dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah pengamatan langsung dengan menggunakan lembar observasi, kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari evaluasi ini didapatkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil observasi yang menggunakan standar aspek teknis dengan hasil dari kuesioner mengenai persepsi orang tua terhadap pengunaan RPTRA. Perbedaan tersebut mengidikasi bahwa standar yang digunakan pada poin observasi lebih tinggi dibandingkan persepsi dari orang tua. Penelitian ini mereview desain kontrol sebuah taman bermain dan evaluasi dari sebuah fasilitas publik yang didedikasikan untuk anak-anak di Jakarta Timur, Indonesia.Kata Kunci : ruang publik, ramah anak, taman bermain, evaluasi, keselamatan ABSTRACT       RPTRA stands for Ruang Publik Terpadu Ramah Anak, which means “Green Open Space” design with modern children-friendly concept supported with various facilities. Many RPTRA has been built in Jakarta since the last one year as the main program of the Governor Basuki Tjahaja Purnama. Some of the RPTRA built on the places that used to be slums area. RPTRA managed by the government currently do not have proper design standarts to safety, comfort dan health of users. Those which do not pay attention to salvation, health, safety, comfort, attractiveness dan accessibility in the design is very risky causing accident dan further the main purpose of playing teh game can not be achieved. Therefore, as new public facilities that are dedicated to children to be used as playground. It needs to be evaluated in the Aspect of Salvation, Health, Safety, Comfort, Attractiveness, and Accessibility using Indonesian minister of public works regulation as a standart.The method used in data processing is a quantitative approach while in the presentation of results using descriptive qualitative approach. The research instruments are direct observation with observation sheet, questionnaire, interview, documentation and observation of children activity. The result of the evaluation of RPTRA Tipar Cakung there is a difference between the evaluation results based on observations using standard child friendly park with the results based on the questionnaire through the perception of parents. These differences indicate that the standard used in observation is still higher than the perception of parents. This research reviews the design control of children playground and evaluation of new public space dedicated to children in North Jakarta, Indonesia.Keyword : public space, children-friendly, playground, evaluation, safety

Page 4 of 22 | Total Record : 212