cover
Contact Name
Bernard Realino Danu Kristianto
Contact Email
bkristianto@bundamulia.ac.id
Phone
+6281314203820
Journal Mail Official
semiotika@ubm.ac.id
Editorial Address
Jalan Lodan Raya No. 2, Ancol, Jakarta Utara
Location
Kota tangerang,
Banten
INDONESIA
Semiotika: Jurnal Komunikasi
ISSN : -     EISSN : 25798146     DOI : -
Jurnal Ilmiah “SEMIOTIKA” diterbitkan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISH), Universitas Bunda Mulia secara rutin dan berkala sesuai dengan periode terbit per semester (6 bulan), yaitu bulan Juni dan Desember. Redaksi jurnal “SEMIOTIKA” membuka peluang seluas-luasnya kepada para dosen pengajar maupun peneliti pada 19 bidang yang dapat dikategorikan sebagai bahan kajian ilmiah SEMIOTIKA menurut Eco (1979:9-14), antara lain: Semiotika binatang (zoomsemiotic) Tanda – tanda bauan (olfactory signs) Komunikasi rabaan (tactile communication) Kode – kode cecapan (code of taste) Paralinguistik (paralinguistics) Semiotika medis (medical semiotics) Kinesik dan proksemik (kinesics and proxemics) Kode – kode musik (musical codes) Bahasa – bahasa yang diformalkan (formalized languages) Bahasa tertulis, alfabet tidak dikenal, kode rahasia (written languages, unknown alphabets, secret codes) Bahasa alam (natural languages) Komunikasi visual (visual communication) Sistem objek (system of objects) Struktur alur (plot structure) Teori teks (text theory)1 Kode – kode budaya (culture codes) Teks estetik (aesthetic texts) Komunikasi Massa (mass comunication) Retorika (rhetoric) Di luar bidang-bidang yang dijabarkan oleh Umberto Eco di atas, perkembangan kajian semiotika menunjukkan kemajuan yang menggembirakan. Berbagai kajian membuka kesempatan pada istilah lain yang mengacu pada diseminasi bidang dalam jurnal ini, antara lain: Semiotika Komunikasi, Semiotika Media, Semiotika Tanda, Semiotika Produk, Semiotika Desain Kemasan, Semiotika Desain Visual, Semiotika Arsitektur, Semiotika Pemasaran, Semiologi Linguistik, Hermeunetika, dan Biosemiotika.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 2 (2017): SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi" : 8 Documents clear
KAJIAN VALS KONSUMEN INDONESIA PADA MEREK PREMIUM TERHADAP PEMALSUAN DAN BRAND IMITASI Ardhariksa Zukhruf Kurniullah; Nova Aprilia
SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi Vol 11, No 2 (2017): SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/s:jk.v11i2.1164

Abstract

Gaya hidup seseorang adalah gaya hidup yang diekspresikan oleh aktivitas, minat, dan opini seseorang. Dalam studi ini, fokus pada studi VALS tentang Konsumsi barang mewah (merek mewah). Penghapusan uang adalah masalah besar untuk produk dan merek mewah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengenalan merek, kategorisasi merek dan minat pembelian responden pada produk smartphone dan parfum yang dirancang pada nama atribut dan tampilan menggunakan pendekatan semiotik. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental. Data yang diperoleh melalui kuesioner online dibagikan kepada 120 responden. Hasil responden direkapitulasi dan ditabulasikan kemudian diuji oleh model penelitian menggunakan Two-Way Analysis of Variance (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan minat beli yang signifikan pada nama produk yang identik, mirip dan berbeda pada produk dan parfum smartphone. Temuan-temuan ini memberikan beberapa implikasi teoritis dan praktis yang penting dalam bagaimana minat beli yang berbeda terhadap barang-barang mewah dipalsukan. Kata Kunci: VALS, Pemalsuan, Semiotik, Pengakuan merek, Niat membeli
REPRESENTAMEN PESAN MORAL DALAM VIDEO YOUTUBE ORGANISASI PETA BERJUDUL “IF BARBERS ACTED LIKE SHEEP SHEARERS AND FARMERS” Dhita Widya Putri; Ivy Martin
SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi Vol 11, No 2 (2017): SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/s:jk.v11i2.1165

Abstract

Saat ini, kekerasan hewan telah menjadi masalah di kalangan kelompok masyarakat tertentu. Salah satunya adalah organisasi yang khusus memperjuangkan hak-hak hewan seperti People for Ethical Treatment of Animals (PETA). Ini menggunakan sejumlah media untuk menyampaikan pesan dan kampanyenya, misalnya melalui video yang diunggah di Youtube. Video berjudul "Jika Tukang Kebun Bertindak Seperti Shearers dan Petani Domba" menceritakan kisah tentang bagaimana domba disiksa ketika mereka dicukur. Menurut PETA, tujuan dari video ini adalah untuk mengurangi konsumsi wol dan bulu binatang. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan teori semiotik Charles Sanders Peirce. Hasil dari penelitian ini adalah pesan moral untuk tidak menyiksa makhluk hidup. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengukur persepsi penonton dari video ini dan memeriksa tingkat keberhasilan kampanye dan elemen sinematografi lainnya secara lebih rinci.Kata Kunci: Moral, pesan, video Youtube, hak-hak binatang
REPRESENTASI EGOISME POSTER ANTI PERBURUAN ILEGAL ORGANISASI WORLD WILDLIFE FOUNDATION Martha Christine; Ilona Vicenovie Oisina Situmeang
SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi Vol 11, No 2 (2017): SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/s:jk.v11i2.1166

Abstract

Aksi perburuan ilegal dewasa ini telah berada pada tahap yang sangatmenyedihkan. Tingkat perburuan ilegal yang semakin marak menimbulkan kekhawatiran akan musnahnya satwa-satwa tersebut. Hal ini perlu menjadi perhatian penting masyarakat, untuk dapat berfikir kembali dan mengambil tindakan dalam penanganan masalah ini. WWF merupakan salah satu Organisasi dunia yang menangi satwa liar yang dilindungi gencar melakukan iklan dan poster dalam mendukung kegiatan mereka untuk melindungi satwa liar. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika Charles S, Peirce dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif dan paradigma penelitian konstruktivism. Salah satu strategi kampanye yang dilakukan oleh WWF untuk memberhentikan peruburuan ilegal yaitu iklan melalui poster anti perburuan ilegal yang dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar lebih perduli dengan usaha-usaha perlindungan satwa langka.Kata Kunci: Representasi, Semiotika, Poster WWF
STEREOTIP TERORISME DALAM FILM TRAITOR Rahimah Rahimah; Lalita Hanief; Muhammad Alif
SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi Vol 11, No 2 (2017): SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/s:jk.v11i2.1168

Abstract

Sejak peristiwa pengeboman menara kembar world trade center pada 11 september 2001, dan disusul dengan aksi-aksi teror lain diseluruh dunia, kemudian media massa mengkonstruksi bahwa terorisme dikaitkan dengan islam dan jihad, salah satunya melalui film. Menimbulkan reaksi dan opini terhadap ajaran dan simbol agama islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menginterpretasikan tanda-tanda yang dapat membangun stereotip terorisme yang berkaitan dengan islam, menggunakan studi Analisis Semiotika Model Charles Sander Pierce. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi serta dokumentasi dan kepustakaan. Objek penelitian ini adalah fim Traitor yang dianalisis menggunakan semiotik model Charles Sanders Peirce. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teori sebagai validasi keabsahan data yaitu teori konstruksi realitas dan teori agenda setting. Hasil penelitian dengan analisis Semiotika Peirce, film Traitor berdasarkan ground, object dan interpretant, menunjukkan penggambaran stereotip terorisme yang berkaitan dengan islam, bahwa pemahaman jihad di interpretasikan sebagai tindak kekerasan, adanya penggunaan tanda dan simbol agama islam, memunculkan stereotip bahwa jika ada individu atau kelompok yang sering menggunakan tanda dan simbol yang sama dengan tokoh di film adalah orang yang kerap kali melakukan tindak kekerasan yang identik dengan radikalisme dan terorisme, dilihat dari teori agenda setting, media massa menyebar dan membentuk propaganda bahwa islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan. Film ini mengandung pesan bahwa stereotip terorisme terkait agama tertentu itu salah. Penelitian ini berguna untuk bahan referensi kajian film dari segi makna di balik tanda mengenai stereotip terorisme.Kata kunci: Stereotip, Terorisme, Film.
IMPERALISME BUDAYA MELALUI PERANGKULAN BUDAYA LOKAL DI BALIK FILM JAVA HEAT Melisa Arisanty
SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi Vol 11, No 2 (2017): SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/s:jk.v11i2.1167

Abstract

Imperialisme budaya hingga saat ini masih menjadi topik perdebatan yang hangat di skala Internasional. Bahkan imperialism budaya pernah dituduh sebagai paradigma yang bertanggung jawab terhadap serangkaian eksploitasi dan kehancuran budaya di dunia ketiga. Bentuk Imperialisme yang dilancarakan baik berupa fashion, musik,, film dan lain-lain. Hal yang paling menarik yang dapat kita cermati dari perkembangan bentuk imperialisme budaya yang trend saat ini adalah melalui dunia film. Banyaknya sutradara-sutradara Hollywood saat ini yang merangkul budaya lokal dari negara-negara berkembang (setting lokasi, pemain lokal, fashion lokal, maupun alur cerita yang sangat khas nuansa kelokalannya) merupakan cara baru Amerika dalam menyebarkan supremasinya ke negara berkembang seperti di Indonesia. Salah satunya melalui Film Java Heat, yang mengkolaborasikan budaya lokal Indonesia namun tetap kental dengan budaya film action Hollywood. Dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes, peneliti menemukan bahwa ideologi imperialisme budaya ditunjukkan secara implisit dalam Film Java Heat, meskipun saat ini bentuknya yang lebih canggih dan terpoles cantik melalui perangkulan budaya lokal pada film Hollywood “Java Heat”. Temuan ini berkontribusi terhadap kajian semiotika yang dikaitkan dengan konsep imperialisme budaya implisit dalam film Hollywood.Kata Kunci: Imperialisme Budaya, Semiotika, Java Heat, Perangkulan Budaya Lokal
REPRESENTASI MAKNA PESAN BUDAYA SUNDA DALAM FILM KAWIN KONTRAK (Studi Semiotika Peirce tentang Representasi Budaya Sunda dalam Film Kawin Kontrak) M. Pinter Syafei; Zikri Fachrul Nurhadi; Leadya Raturahmi
SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi Vol 11, No 2 (2017): SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/s:jk.v11i2.1171

Abstract

Latar belakang penelitian ini adanya fenomena kawin kontrak di salah satu daerah yang ada di Jawa Barat rumah bagi kebudayaan Sunda. Kawin kontrak merupakan pernikahan yang dilangsungkan antara pria dan wanita yang jangka waktu pernikahannya telah ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Kawin kontrak ini dimaksudkan hanya untuk mencari kepuasan biologis semata. Tentunya kawin kontrak ini bertolak belakang dengan UU Perkawinan No. 1 tahun 1974 yang berlaku. Selain itu, kawin kontrak pun bertentangan dengan tujuan pernikahan dalam Islam dan juga nilai-nilai sakral pernikahan dalam kebudayaan Sunda. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang representasi makna pesan budaya Sunda terkait ikon, indeks, simbol yang ditampilkan dalam film Kawin Kontrak. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni melakukan penelitian langsung terhadap objek penelitian berupa film Kawin Kontrak, melakukan studi kepustakaan dan melakukan wawancara mendalam terhadap beberapa orang informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terkait dengan ikon menunjukkan tokoh-tokoh dalam film atau benda-benda dalam film Kawin Kontrak yang berhubungan dengan budaya Sunda. Terkait indeks menunjukkan adanya hubungan sebab akibat, gerakan, gesture tubuh dan suara yang berhubungan dengan budaya Sunda. Terkait simbol yang menunjukkan adanya makna-makna mengenai representasi budaya Sunda.Kata kunci : Representasi, Makna, Pesan, Film, Kawin Kontrak
REPRESENTASI IDENTITAS TOMBOY DALAM FILM INSIDE OUT Sinta Paramita; Aileen Chaniago
SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi Vol 11, No 2 (2017): SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/s:jk.v11i2.1169

Abstract

Penelitian ini membahas representasi tentang identitas tomboy dalam film Inside Out. Film yang dibuat oleh dua animator terbesar yaitu Walt Disney dan Pixar banyak menarik perhatian publik, terutama anak-anak. Film tersebut bercerita tentang bagaimana seorang anak perempuan bernama Riley yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di San Francisco. Dalam penyesuaian diri tersebut Riley mengalami masalah emosional yang berbeda-beda dengan visualisasi berupa karakter-karakter emosional seperti yaitu Joy (Glad), Anger (Anger), jahat (Disgust), takut (Fear), dan (Sadness). Teori yang digunakan untuk membedah penelitian adalah teori komunikasi, representasi, dan gender. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi kualitatif semiotik, dengan tujuan untuk mengetahui makna dibalik film. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semiotik yang mengabdopsi pemikiran Charles Sanders Peirce. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat representasi identitas tomboy pada tokoh utama yaitu Riley melalui karakter-karakter emosional. Film Inside Out merepresentasi identitas tomboy sebagai bentuk perubahan identitas perempuan yang feminim dengan karakter (cantik, putih, langsing, dan seorang puteri) menjadi perempuan yang maskulin dengan karakter (pemberani, tangguh, petualang dan memiliki kemampuan).Kata kunci: Representasi, Identitas, Tomboy, Film
REPRESENTASI LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF MEN DOING FEMINISM DALAM PROGRAM REALITY SHOW MY DADDY MY HERO Vita Asrini; Meilani Dhamayanti
SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi Vol 11, No 2 (2017): SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/s:jk.v11i2.1170

Abstract

My Daddy My Hero adalah program televisi yang tayang di stasiun TV RCTI yang menyajikan aktivitas para ayah selebriti bersama anak-anaknya tanpa bantuan siapapun, para ayah ini menggantikan peran para istri dalam mengasuh anak-anaknya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi sosial laki-laki feminis yang digambarkan dalam program televisi My Daddy My Hero.Metode yang digunakan untuk menganalisa penelitian ini adalah metode analisis semiotika Roland Barthes yaitu penanda (denotasi), petanda (konotasi), dan mitos, penelitian ini juga menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan para ayah yang berada dalam acara tersebut mampu melakukan kegiatan atau pekerjaan domestik yang biasa dilakukan oleh istrinya dalam kesehariannya yang sering dianggap tabu di dalam budaya patriarki padahal sebenarnya tidak ada keterbatasan di dalam peran gender antara laki-laki dan perempuan. Reality show ini menyiratkan kesetaraan gender yang selama ini sudah di suarakan oleh laki-laki feminis dan televisi berhasil menghadirkan sebuah program televisi My Daddy My Hero tersebut dari realitas sosial yang ada di masyarakat.Kata Kunci: Semiotika, Denotasi, Konotasi, Mitos, Laki-laki Feminis.

Page 1 of 1 | Total Record : 8