cover
Contact Name
Mokhamad Fakhrul Ulum
Contact Email
ulum@apps.ipb.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
arshivetlett@apps.ipb.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
ARSHI Veterinary Letters
ISSN : -     EISSN : 25812416     DOI : -
Core Subject : Health, Agriculture,
ARSHI Veterinary Letters (ARSHI Vet Lett) (e-ISSN 2581-2416) is an open access, peer-reviewed, online journal that publishes original manuscript should be produced from latest scientific results which not last than 5 years in all areas of veterinary sciences. Manuscripts is written in Indonesian or English ARSHI Vet Lett includes a rapidly and briefly updated scientific study with not only limited to reports of case study but also covering all aspects of practical clinical science in veterinary medical services. ARSHI Vet Lett is published by the Faculty of Veterinary Medicine of the Bogor Agricultural University (FKH IPB) in collaboration with the Indonesian Veterinary Hospital Association (ARSHI). This journal is published since 2017 (first in mid of the year, volume 1, published in 2 issue i.e. August and November), and next volume will publish 4 (four) times in 1 (one) year, i.e. in February, May, August, and November.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 2 No. 2 (2018): ARSHI Veterinary Letters - Mei 2018" : 10 Documents clear
Profil gas darah anak babi (Sus scrofa) setelah induksi sepsis dan resusitasi cairan Ega Iftahul Rizky; Rismala Dewi; . Gunanti; Riki Siswandi; Dwi Utari Rahmiati
ARSHI Veterinary Letters Vol. 2 No. 2 (2018): ARSHI Veterinary Letters - Mei 2018
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.477 KB) | DOI: 10.29244/avl.2.2.31-32

Abstract

Sepsis merupakan respon sistemik yang disebabkan oleh infeksi. Mortalitas sepsis dapat mencapai 30% meskipun telah dilakukan perawatan intensif. Renjatan sepsis adalah sepsis yang disertai dengan gangguan pada organ kardiovaskular dan respirasi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi parameter gas darah setelah induksi sepsis dan resusitasi cairan. Sebanyak 10 ekor anak babi dengan berat badan 10-13 kg dan umur 2-3 bulan dibagi menjadi dua kelompok perlakuan. Kelompok pertama diresusitasikan dengan cairan koloid modifikasi gelatin 4% (MFG 4%) sedangkan kelompok dua diresusitasikan dengan cairan kristaloid ringer asetat malat (RAM). Lipopolisakarida E. coli sebanyak 50 ug/kg berat badan diberikan dengan rute intravena untuk menginduksi terjadinya sepsis. Induksi sepsis menyebabkan penurunan pH dan PaO2, serta peningkatan PaCO2 dan laktat secara nyata (p<0.05). Resusitasi cairan dilakukan setelah renjatan sepsis. Resusitasi dengan cairan koloid dapat mengembalikan nilai PaCO2 dan PaO2 mendekati normal, serta menekan edema paru. Resusitasi dengan cairan koloid dinilai lebih baik karena dapat meminimalisir kerusakan yang terjadi akibat renjatan sepsis.
Nilai vertebrae heart size anjing kintamani bali pada usia berbeda I Putu Gede Yudhi Arjentinia; Putu Ayu Sisyawati Putriningsih
ARSHI Veterinary Letters Vol. 2 No. 2 (2018): ARSHI Veterinary Letters - Mei 2018
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.157 KB) | DOI: 10.29244/avl.2.2.33-34

Abstract

Anatomical physiological clinical studies such as cardiac image, is one of the important studies that must to strengthen the position of kintamani bali dog as a dog recognized by the FCI. Cardiac image that can be seen is the size of the cardiac based on the value of vertebral heart size (VHS). The results obtained are used as the standard size and assessment of cardiac of kintamani bali dogs. This study aims to determine the VHS value of kintamani bali dog based on age group 12 and 24 months. The sample used 40 kintamani bali dogs, such as 20 dogs of 12 months and 20 dogs of 24 months. Images were taken by X-ray to determine the value of VHS kintamani bali dogs. The method used a lateral thoracic radiograph. Measured by using calipers at the longest axis from cardiac silhouette from carina to the apex, and the short axis were measured from the widest part of the cardiac silhouette. Then transfer that measured to the vertebrae, starting at the cranial edge of T4, count the number of vertebrae that fall within the caliper points, and sum of the two measurements. The result showed that the values of VHS at 12 months kintamani dogs were 9.4v±1.6 and the 24 month were 9.4v±0.8
Profil hematologi pada kucing lokal selama proses kesembuhan skin flaps H-plasty dan linear closure Hastjarjo Fleuryantari; Deni Noviana; . Gunanti; . Erwin
ARSHI Veterinary Letters Vol. 2 No. 2 (2018): ARSHI Veterinary Letters - Mei 2018
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.741 KB) | DOI: 10.29244/avl.2.2.35-36

Abstract

Skin flaps merupakan salah satu prosedur bedah rekonstruksi untuk penutupan luka. Tujuan penelitian ini adalah melihat profil hematologi selama proses kesembuhan luka menggunakan teknik skin flaps H˗plasty dan linear closure pada kucing (Felis catus). Pembuatan luka dengan luas 2x2 cm dilakukan pada daerah toraks 6 kucing lokal jantan sehat yang dibagi dalam dua kelompok teknik penutupan luka, skin flaps H-plasty dan linear closure. Pengambilan darah sebanyak 1 ml dilakukan secara aseptis pada vena saphena pada hari ke˗0 pra operasi, hari ke˗3, 6, 9, dan 12 pascaoperasi. Parameter pengamatan pada nilai sel darah merah (SDM), hemoglobin (Hb), hematokrit (Hct), Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) dan trombosit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata SDM, hemoglobin, hematokrit, MCHC, dan trombosit tidak terjadi perbedaan yang signifikan (P>0.05) antar kelompok perlakuan H-plasty dengan linear closure. Parameter MCV dan MCH menunjukkan perbedaan signifikan (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Pengamatan rata-rata SDM, hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH, MCHC dan trombosit menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0.05) diantara hari pengamatan. Kedua teknik skin flaps menunjukkan nilai rata˗rata profil hematologi yang fisiologis selama proses kesembuhan luka.
Immune mediated haemolytic anemia pada anjing siberian husky . Loisa; Nur Fitria Anggraini; Talitha Khairunisa; Novri Wandi Bahar
ARSHI Veterinary Letters Vol. 2 No. 2 (2018): ARSHI Veterinary Letters - Mei 2018
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.106 KB) | DOI: 10.29244/avl.2.2.29-30

Abstract

Immune Mediated Haemolytic Anemia (IMHA) merupakan anemia yang muncul akibat hemolisis eritrosit di dalam pembuluh darah yang berhubungan dengan mediator sistem imun. Salah satu penyebab kondisi IMHA yaitu keberadaan parasit darah (Babesia sp.) dengan vektor caplak (Rhipicephalus sanguineus). Diagnosa IMHA yang disebabkan oleh infeksi Babesia sp pada anjing kasus ini terlihat melalui pemeriksaan sitologi dengan ditemukannya spherocyte dan terjadi hemolisis intravaskular sehingga masuk dalam kategori secondary IMHA. Pemeriksaan fisik di abdomen bagian kanan teraba adanya massa keras dan dilanjutkan pemeriksaan ultrasonografi dan radiografi. Hasil pemeriksaan ultrasonografi ditemukan adanya hepatomegali dan splenomegali.  Hasil radiografi bagian thoraks tampak adanya tromboemboli di paru-paru, sedangkan pada bagian abdomen menunjukkan adanya internal bleeding.  Berdasarkan hasil pemeriksaan darah menunjukkan rendahnya MCV dan MCHC (anemia mikrositik hipokromik oleh hemolisis), serta peningkatan RBC yang disebabkan oleh produksi RBC (eritrogenesis) khususnya retikulosit. Infeksi Babesia sp. pada anjing ini tampak pada tingginya persentase granulosit.  Kejadian IMHA merupakan kondisi kronis, sehingga untuk mencegah IMHA diperlukan edukasi secara menyeluruh mengenai bahaya dampak infeksi ektoparasit (tick dan fleas) dalam jangka panjang dan cara mengendalikan ektoparasit.
Chronic ginggivostomatitis pada kucing lokal Diah Pawitri
ARSHI Veterinary Letters Vol. 2 No. 2 (2018): ARSHI Veterinary Letters - Mei 2018
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.497 KB) | DOI: 10.29244/avl.2.2.23-24

Abstract

Feline chronic ginggivitis stomatitis (FCGS) banyak dilaporkan pada kucing Siamese, Persian, Abysinian, Somali, namun kejadiannya pada kucing lokal belum mendapat perhatian. Kejadia FCGS ditandai peradangan kronis yang menyebabkan lesio erosi dan proliferasi pada mukosa oral dan ginggiva. Terapi penyakit ini sulit dan sangat membuat frustasi karena menyerang kucing berbagai usia termasuk usia muda dengan terapi seumur hidup. Penyebab pasti belum diketahui tetapi berkorelasi dengan virus FeLV, FIV, FCV, bakteri anaerob, Bartonella sp., Borellia sp., serta non infeksius antigen pada makanan, flea, debu, atau serbuk bunga. Karakteristik kasus ini adalah adanya infiltrasi plasma sel, eosinofil, limfosit, dan makrofag. Secara histopatologi kejadian FCGS, ditemukan banyaknya infiltrasi sel eosinofil, umumnya berhubungan dengan reaksi alergi terkadang tidak hanya muncul pada oral mukosa, tetapi juga pada kulit. Keadaan ini disebut eosinophilic granuloma complex (EGC). Gambaran histopatologi kejadian FCGS ditemukan limfosit, sel plasma, dan makrofag, serta diduga berhubungan dengan imun sistem dan penyakit viral serta lesio pada seluruh rongga mulut hingga ke bagian caudal disebut lymphocyitic plasmositic ginggivitis stomatitis (LPGS). Diagnosa berdasarkan gejala klinis, hasil pemeriksaan rongga mulut dengan anestesi, hemogram lengkap, pemeriksaan virus, dan histopatologi biopsi. Managemen FCGS terutama adalah kebersihan rongga mulut, pemberian antimikrobial, anti inflamasi. Ekstraksi gigi molar/premolar, imunosupresan, imunomodulator, terapi laser, dan diet hidrolisa protein juga dapat digunakan.
Infeksi parasit gastrointestinal pada kambing di Kupang Aji Winarso
ARSHI Veterinary Letters Vol. 2 No. 2 (2018): ARSHI Veterinary Letters - Mei 2018
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.177 KB) | DOI: 10.29244/avl.2.2.25-26

Abstract

Produktivitas ternak kambing di lahan kering Nusa Tenggara Timur yang dipelihara secara tradisional semi-intensif sangat dirugikan oleh parasit. Studi kasus selama bulan Juli 2016 pada 5 peternakan rakyat ini mendeskripsikan pola pemeliharaan ternak kambing di Kupang yang dikaitkan dengan risiko infeksi/infestasi parasit. Kambing sebanyak 20 ekor dari 5 peternakan kambing di Kota Kupang (Kelurahan Manutapen, Kelurahan Lasiana) dan di Kabupaten Kupang (Desa Pariti dan Desa Oenesu) terdiri dari berbagai umur diambil sampel feses untuk pemeriksaan parasit kualitatif dengan metode pengapungan sederhana. Observasi dilakukan terhadap perkandangan dan padang penggembalaan. Wawancara terstruktur pada pemilik peternakan untuk mengetahui tata kelola peternakan. Hasil kajian menunjukkan semua ternak terinfeksi parasit saluran pencernaan berupa cacing kelompok strongil, cacing Strongyloides, cacing Trichuris dan protozoa Eimeria spp. Sistim peternakan kambing yang dikelola secara tradisional semi-intensif sebagai usaha sampingan dimana ternak dilepas saat cuaca cerah, kandang alas tanah tanpa pemisahan umur, dan kotoran jarang dibersihkan mendukung siklus hidup parasit.
Inflammatory bowel disease pada anjing yorkshire terrier Arni Diana Fitri; Deni Noviana; Sitaria Fransiska Sialagan; Nindya Dwi Utami; Tri Isyani Tunggadewi; Rida Tiffarent; Tina Magdalena; Amalia Kuswardani
ARSHI Veterinary Letters Vol. 2 No. 2 (2018): ARSHI Veterinary Letters - Mei 2018
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.452 KB) | DOI: 10.29244/avl.2.2.27-28

Abstract

Inflamatory bowel disease (IBD) pada hewan kecil merupakan kasus penyakit saluran pencernaan kronis dengan penyebab belum diketahui secara pasti. Gejala klinis IBD mirip dengan penyakit pada saluran pencernaan lainnya, jarang ditemukan secara langsung dan pengobatan yang diberikan umumnya belum dapat menyelesaikan penyakit pasien. Kombinasi beberapa pemeriksaan penunjang sangat membantu dalam menetapkan diagnosa untuk pengobatan yang tepat. Seekor anjing Yorksire Terrier jantan umur 11 tahun dirujuk ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor untuk pemeriksaan ultrasonografi dan endoskopi. Keluhan utama berupa muntah sejak 2 minggu sebelumnya, muntah sebanyak 1-4 kali/hari dengan frekuensi semakin meningkat. Penanganan dokter yang merujuk berupa obat antibiotik dan anti muntah namun tidak ada perubahan. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan hemoglobin, hematokrit, monosit, neutrofil dan ureum darah, serta penurunan nilai trombosit, lipase dan total protein. Hasil radiografi menunjukkan akumulasi cairan di lambung, penebalan dinding lambung, akumulasi gas di usus kecil dan usus besar dan penebalan dinding usus serta tidak terlihat adanya tanda-tanda benda asing. Hasil endoskopi menunjukkan adanya oesofagitis, megaoesofagus pars thorakalis, perlukaan dinding oesofagus pars thorakalis, peradangan lambung dan tidak ditemukannya benda asing. Hasil pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan adanya cholelithiasis, cholecystitis, gastritis dan penebalan signifikan pada bagian usus halus daerah duodenum proksimal. Terapi yang diberikan berupa pemasangan nasogastric tube (NGT) selama 72 jam untuk pemberian pakan cair dan obat simtomatis. Setelah NGT dilepas, pengobatan dilanjutkan hingga 7-14 hari, dan menunjukkan persembuhan setelah terapi dan pengobatan.
Urolithiasis oksalat monohidrat pada kucing lokal Iwan Harjono Utama; Sri Kayati Widyastuti; I Gusti Made Krisna Erawan; Ekklesia Prasetya
ARSHI Veterinary Letters Vol. 2 No. 2 (2018): ARSHI Veterinary Letters - Mei 2018
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.742 KB) | DOI: 10.29244/avl.2.2.21-22

Abstract

Kasus urolithiasis oksalat monohidrat dijumpai pada kucing lokal yang datang ke Rumah sakit Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana dengan anamesis kucing mengalami penurunan nafsu makan. Gejala klinis yang terlihat adanya kifosis ringan. Palpasi di abdomen bagian atas hingga belakang dilakukan dan hewan meronta kesakitan saat palpasi di bagian hypogastrium medial vesica urinaria. Kucing juga menunjukkan ekspresi nyeri saat dilakukan palpasi pada bagian penis saat pemeriksaan uretra dan urinasi. Kucing sedikit-sedikit mengeluarkan urin berdarah dengan konsistensi cair. Pemeriksaan lanjut dilakukan menggunakan ultrasonografi dan urinalisis menggunakan uji cepat dipstik. Hasil pemeriksaan ultrasonografi memperlihatkan adanya bintik bintik putih di vesika urinaria, sedangkan pemeriksaan fisik urin memperlihatkan hematuria dan mikroskopik memperlihatkan adanya kristal oksalat monohidrat. Penanganan yang dilakukan pada kasus ini adalah memberikan antibiotik amoxicillin injeksi dosis 11-22 mg/kg bb untuk mengurangi infeksi pada saluran kemih. Selain itu Nephrolit® yang mengandung Orthosiphon stamineus (kumis kucing) dan beberapa herbal lainnya juga diberikan untuk membantu alkalinisasi dan pelarutan kristal-kristal dalam urin agar mudah dikeluarkan saat urinasi. Hasil penanganan memperlihatkan kucing membaik dalam waktu 10 hari terapi.
Feline ceruminous cystomatosis pada kucing persia 7 tahun Siti Zaenab; Osye Alamsari; Kemala Sherlin; Benda Alifianti; Belinda Martin; Fathia Ramadhani
ARSHI Veterinary Letters Vol. 2 No. 2 (2018): ARSHI Veterinary Letters - Mei 2018
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.303 KB) | DOI: 10.29244/avl.2.2.37-38

Abstract

Feline ceruminous cystomatosis (ceruminous adenoma, apocrine cystadenomatosis) adalah kelainan nonneoplastik dan tidak umum yang terjadi pada kucing. Kucing Persia berusia 7 tahun datang ke My Vets Animal Clinic di Kemang Selatan dengan keluhan ada kutil-kutil hitam di sepanjang kedua daun telinga. Tindakan bedah berupa pengangkatan dipilih untuk menangani feline ceruminous cystomatosis tersebut dengan teknik ablasi saluran telinga vertikal sebagai pilihan. Ablasi terhadap kista menggunakan laser karbon dioksida adalah metode penanganan yang lebih dipilih, namun tindakan bedah berupa pengangkatan total pernah menjadi terapi pilihan. Hasil persembuhan luka jangka panjang pascabedah pada feline ceruminous cystomatosis menunjukkan hasil yang cukup bagus.
Keracunan paracetamol pada kucing lokal Putu Jodie Kusuma Wijaya; Retno Wulansari; Husnul Hamdi; Arief Purwo Mihardi; Leni Maylina
ARSHI Veterinary Letters Vol. 2 No. 2 (2018): ARSHI Veterinary Letters - Mei 2018
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.408 KB) | DOI: 10.29244/avl.2.2.39-40

Abstract

Kucing domestik betina berumur satu tahun bernama Kesi datang ke Rumah Sakit Hewan Jakarta (RSHJ) dengan keluhan wajah yang membengkak. Anamnesa yang didapat dari pemiliknya bahwa hewan terlihat lesu, sehingga pemiliknya memberikan Decolgen® pada Kesi sehari sebelumnya. Kelainan yang paling umum diamati pada pemeriksaan fisik dari kucing adalah: tingkat pernapasan meningkat, pucat-berlumpur selaput lendir, hipotermia, dan takikardia. Tanda-tanda lain adalah depresi, anoreksia, muntah, wajah dan cakar membengkak, air liur, diare, koma dan kematian. Dari temuan klinis dan anamnesa pemilik didapati bahwa hewan mengalami keracunan paracetamol. Prognosa yang didapat dari kasus adalah dubius apabila segera ditangani dan infausta apabila tidak segera ditangani. Pemberian paracetamol pada kucing tidak disarankan karena dapat berakibat fatal pada kucing. Pemberian acetylcysteine pada Kesi bertujuan untuk membantu kucing dalam pembentukan glutathione seluler. Setelah dilakukan pengobatan selama 3 hari, terlihat adanya kemajuan yang dapat diamati dari mukosa yang sudah tidak membengkak  dan mukosa sudah tidak berwarna pucat lagi. Setelah 4 hari pengobatan, hewan sudah diperbolehkan untuk dibawa pulang oleh dokter.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2018 2018