cover
Contact Name
Arham Rusli
Contact Email
a_rusli06@yahoo.com
Phone
+624102312704
Journal Mail Official
agrokompleksjurnal@gmail.com
Editorial Address
Jl. Poros Makassar-Parepare Km. 83 Mandalle, Kab. Pangkajene dan Kepulauan, Prop. Sulawesi Selatan, 90652
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Agrokompleks
ISSN : 1412811X     EISSN : 27752321     DOI : http://doi.org/10.51978/
Core Subject : Agriculture,
Agrokompleks merupakan jurnal ilmiah kedua yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPPM) Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan. Ruang lingkup artikel yang dimuat pada jurnal ini meliputi bidang pertanian secara umum meliputi; teknologi pertanian, teknologi perikanan, teknologi peternakan, dan agribisnis. Jurnal ini terbit dua kali dalam setahun yaitu setiap bulan Januari dan Juli
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 19 No 1 (2019): Agrokompleks Edisi Januari" : 10 Documents clear
Introduksi teknologi atraktor cumi-cumi untuk meningkatkan hasil tangkapan nelayan tradisional Abdul Rauf
Agrokompleks Vol 19 No 1 (2019): Agrokompleks Edisi Januari
Publisher : PPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v19i1.120

Abstract

Nelayan cumi-cumi di Kabupaten Pangkep, khususnya di Kecamatan Tupabbiring, Desa Mattirodeceng dan Mattirobone saat ini masih menggunakan metodekompensional yaitu memancing dan mencari lokasi fishing ground dalam kegiatan penangkapannya sehingga hasilnya belum optimal dan sangat tergantung dengan musim. Olehnya itu diperlukan alat bantu penangkapan cumi-cumi yang dapat juga digunakan sebagai tempat memijah dan perlekatan telur. Tujuan kegiatan penelitian ini adalah (1) untuk mendesain alat bantu “atraktor cumi-cumi” sebagai inovasi baru dalam teknologi penangkapan cumi-cumi; (2). Untuk mengetahui efektivitas alat tersebut sebagai alat bantu dalam mengumpulkan cumi-cumi. Alat ini disamping berfungsi sebagai alat bantu penangkapan yang digunakan untuk mengumpulkan cumi-cumi, juga berfungsi sebagai tempat untuk melekatkan telur dan memijah. Dari aspek ekonomi alat ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan nelayan, sedangkan dari aspek ekologi dapat merestoking bibit cumi-cumi dalam jumlah besar untuk menjaminkeberlanjutan sumberdaya cumi-cumi di laut. Disamping itu, keistimewaan alat ini adalah dapat memperkecil biaya operasi penangkapan dan dapat dioperasikan sepanjang tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah mendesain suatu alat atraktor cumi-cumi yang terbuat dari pipa paralon yang dipadukan dengan jaring (waring) dan kain berwarna hitam dan daun nipah. Perlakuan yang diterapkan pada penelitian ini terdiri dari tiga atraktor yang masing-masing dipasangi 3, 4 dan 5 atap nipah yang digantung dalam atraktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tarik cumi-cumi lebih banyak ditemukan pada atraktor yang didalamnya terpasang 4 atap nipah dan masuk katagori efektif.
Deteksi potensi longsor di Kabupaten Sinjai dengan teknologi geospasial Muhlis Muhlis; Muhtar Muhtar
Agrokompleks Vol 19 No 1 (2019): Agrokompleks Edisi Januari
Publisher : PPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v19i1.121

Abstract

Potensi bencana alam tanah longsor yang terdapat di wilayah Kabupaten Sinjai umumnya terjadi pada wilayah dengan kemiringan topografi >45% dengan kondisi hutan yang sudah mengalami penggundulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran wilayah yang berpotensi rawan longsor dengan teknologi geospasial dan penyebab longsor di wilayah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan satuan lahan di wilayah Kabupaten Sinjai yang merupakan hasil overlay enam peta meliputi; (1) Peta status kawasan skala1:200.000 tahun 2012 (2) Peta bentuk lahan (SRTM), (3) Peta kemiringan lereng (data DEM) skala 1:250.000 tahun 2011, (4) Peta penggunaan lahan (hasil klasifikasi data citra satelit landsat ETM+8), (5) peta jenis tanah skala 1:200.000 tahun 2011 dan (6) peta iklim skala 1:250.000 tahun 2012. Variabel yang dikaji antara lain : (1) Kemiringan lereng, (2) Daya dukung tanah, kedalaman solum dan tekstur tanah, (3) Bahaya erosi tingkat kemiringan. Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode interpretasi, dokumentasi, wawancara, pengamatan, dan ground truth. Metode analisis data yaitu melalui metode tumpang susun (overlay) peta-peta dan metode pengharkatan (skoring). Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah yang paling berpotensi rawan longsor terutama di Kecamatan Sinjai Barat, Sinjai Borong, Sinjai Tengah, Sinjai Selatan dan Sinjai Timur bagian utara serta sebagian Bulupoddo, sedangkan Kecamatan Sinjai Utara, Sebagian Bulupoddo dan Tellu Limpo termasuk wilayah yang relative rendah potensi longsornya. Penyebab utama longsor di Kabupaten Sinjai disebabkan oleh faktor alam seperti curah hujan, kemiringan lereng, sedangkan faktor lain adalah penggunaan tutupan lahan yang tidak sesuai dengan konsep evaluasi kesesuaian lahan.
Alasan peternak ayam ras petelur memilih pakan produksi lokal di Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan St. Rohani; Ilham Rasyid; Ahmad Ramadhan Siregar; Muhammad Aminawar; Muhammad Darwis; Muhammad Erik Kurniawan
Agrokompleks Vol 19 No 1 (2019): Agrokompleks Edisi Januari
Publisher : PPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v19i1.122

Abstract

Usaha peternakan ayam ras petelur merupakan salah satu upaya dalam pemenuhan kebutuhan manusia akan protein hewani yang semakin meningkat. Salah satu faktor yang sering menjadi permasalahan pada usaha peternakan ayam ras petelur adalah ketersediaan bahan pakan yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Tingginya harga pakan komersial mendorong peternak melakukan inovasi dengan cara menyusun pakan sendiri dengan menggunakan bahan pakan lokal yang tersedia sehingga kebutuhan pakan ayam ras petelur dapat terpenuhi baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan peternak ayam ras petelur memilih pakan produksi lokal. Penelitian dilaksanakan pada 5 kecamatan di Kabupaten Sidrap yang memiliki jumlah ternak ayam ras petelur terbesar yaitu Kecamatan Maritengngae (1.112.100 ekor), Kecamatan Kulo (990.600 ekor), Kecamatan Panca Rijang (826.500 ekor), Kecamatan Baranti (399.400 ekor), dan Kecamatan Panca Lautang (375.850 ekor). Sampel penelitian dari kecamatan dipilih 25 peternak sehingga keseluruhan sampel terpilih 125 peternak. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuisioner. Data dikumpulkan menggunakan skala likert pada setiap parameter yang diukur yaitu 1 = tidak setuju, 2 = kurang setuju, 3 = setuju dan dianalisis secara statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan peternak ayam ras petelur memilih pakan produksi lokal di Kabupaten Sidrap berdasarkan harga pakan, ketersediaan pakan, kandungan nutrisi pakan, daya tahan pakan, warna pakan, aroma pakan, bentuk butiran, informasi pakan, dan desain kemasan pakan berada pada kategori setuju.
Analisis trend produksi, konsumsi, dan harga komoditas pangan strategis di Sulawesi Selatan Jam'an Jam'an; Sri Mardiyati; Ruliaty Ruliaty
Agrokompleks Vol 19 No 1 (2019): Agrokompleks Edisi Januari
Publisher : PPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v19i1.123

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis trend pola produksi, konsumsi, dan harga komoditas pangan strategis. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis data adalah data sekunder dalam bentuk data deret waktu (time series). Analisis data adalah analisis regresi linier sederhana (analisis trend). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2008-2017 perkembangan produksi padi baik di Provinsi Sulawesi Selatan maupun Kabupaten Gowa memiliki trend yang sama, yakni meningkat masing-masing sebesar 215.430 ton dan 22.726 ton per tahun,sedangkan produksi jagung meningkat masing-masing sebesar 66.738 ton dan 17.384 ton per tahun. Pada periode tahun yang sama, trend konsumsi/kebutuhan padi di Sulawesi Selatan maupun Gowa memiliki trend meningkat sebesar 1.005,8 ton dan 2,81 ton per tahun. Sedangkan kebutuhan jagung meningkat masing-masing sebesar 574,29 ton dan 1,2 kuintal per tahun. Pada tahun 2016-2018, trend harga beras secara umum di wilayah Sulawesi Selatan mengalami trend kenaikan Rp 19,42per kilogram per bulan. Dalam kurun waktu yang sama, trend harga jagung dan kedelai di Gowa naik Rp 0,26(Rp 3.016,31/kg) dan Rp 0,2 (Rp 9.733,14/kg) per kilogram per bulan. Trend harga bawang merah di Sulawesi Selatan dan Gowa menurun Rp 518,92 (Rp 28.878,00/kg) dan Rp 9,89 (Rp 17.322,96/kg)per kilogram per bulan. Trend harga cabai merah mengalami kenaikan, baik di Sulawesi Selatan maupun di Gowa, yaituRp 78,73 (Rp 24.808,00/kg) dan 2,92 (Rp 26.661,50/kg) per kilogram per bulan. Harga pangan strategis secara umum di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan cenderung lebih stabil.
Identifikasi niche marketing produk jeroan sapi di Indonesia Vidyahwati Tenrisanna; Aslina Asnawi
Agrokompleks Vol 19 No 1 (2019): Agrokompleks Edisi Januari
Publisher : PPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v19i1.124

Abstract

Jeroan sapi secara luas telah dikonsumsi pada berbagai kelompok masyarakat di Indonesia. Berbagai hidangan masakan tradisional menggunakan jeroan sapi sebagai bahan utama seperti coto makassar, sop saudara, rendang, pallubasa, dan soto. Kebutuhan jeroan sapi di Indonesia masih harus dicukupi dengan produk impor dimana produksi dalam negeri belum mencukupi. Selain itu, peningkatan harga daging sapi dari tahun ke tahun menyebabkan konsumen memilih beralih untuk membeli jeroan sapi. Hal ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh produsen dan pedagang. Penting untuk melakukan strategi pemasaran yang tepat agar konsumen dapat membeli jeroan sapi dengan kuantitas, kualitas dan atribut yang mereka inginkan. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi niche marketing atau ceruk pasar jeroan sapi di Indonesia dengan melihat strategi yang dapat diterapkan oleh pedagang dalam menjual produk jeroan sapi. Studi literatur khususnya tentang pasokan jeroan sapi, konsumsi dan niche marketing jeroan sapi digunakan dalam studi ini. Studi ini menunjukkan bahwa untuk pemasaran jeroan sapi di Indonesia perlu melihat latar belakang sosial ekonomi konsumen, budaya makanan lokal, dan preferensi konsumen khususnya kualitas, harga dan jenis jeroan sapi yang diinginkan.
Analisis kinerja penyulingan minyak nilam sistem vakum terhadap jumlah bahan baku Gusni Sushanti; Andi Ridwan Makkulawu; Karma Karma
Agrokompleks Vol 19 No 1 (2019): Agrokompleks Edisi Januari
Publisher : PPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v19i1.125

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja alat penyulingan minyak nilam menggunakan sistem vakum terhadap jumlah bahan baku dengan membandingkan rendemen, laju distilat, jumlah bahan bakar yang digunakan, dan lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu dari proses penyulingan minyak nilam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Rancang Acak Lengkap yaitu jumlah bahan baku. Bahan baku yang digunakan berupa nilam kering. Penyulingan minyak nilam menggunakan kolom destilasi sistem vakum. Setiap kolom memiliki 3 perlakuan yaitu tanpa bahan baku, bahan baku 6 kg, dan bahan baku 7 kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penyulingan terbaik diperoleh dari penyulingan nilam 6 kg dengan rendemen, laju distilat dan konsumsi bahan bakar berturut-turut adalah 5,22%, 3359 ml dan 902.878,56 kJ.
Analisis risiko usahatani sawah tadah hujan berbasis perubahan iklim di Kabupaten Takalar Sri Mardiyati; Mohammad Natsir; Nailah Nailah
Agrokompleks Vol 19 No 1 (2019): Agrokompleks Edisi Januari
Publisher : PPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v19i1.126

Abstract

Perubahan iklim memiliki risiko dan dampak paling rentan terhadap sektor pertanian khususnya pertanian lahan sawah tadah hujan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat profitabilitas, risiko produksi, biaya, dan pendapatan pada usahatani padi sawah tadah hujan berbasis perubahan iklim. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Polombakeng Utara dan Polombakeng Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel secara purposif, yang berjumlah 147 petani responden. Data bersumber dari data primer dan sekunder. Analisis data adalah analisis deskriptif kuantitatif dan analisis koefisien variasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kelayakan usahatani pola tanam I (padi – jagung) memiliki nilai RC ratio sebesar 3,83 dengan total pendapatan Rp 20.068.732,75 per hektar per tahun. Pada pola tanam II (padi – kacang hijau) memiliki nilai RC ratio sebesar 3,57 dengan total pendapatan Rp 17.635.048,16 per hektar per tahun. Pada pola tanam I, tingkat risiko biaya 15,47% dan risiko pendapatan 20,74%. Usahatani padi pola tanam I memiliki tingkat risiko produksi 9,76%, risiko biaya 19,24%, dan risiko pendapatan 21,87%. Untuk usahatani jagung memiliki tingkat risiko produksi 17,82%, risiko biaya 13,42%, dan risiko pendapatan 37,77%. Pada pola tanam II, tingkat risiko biaya 11,84% dan risiko pendapatan 16,4%. Usahatani padi pola tanam II memiliki tingkat risikoproduksi 10,68%, risiko biaya 15%, dan risiko pendapatan 20,69%. Untuk usahatani kacang hijau memiliki tingkat risiko produksi 11,55%, risiko biaya 9,81%, dan risiko pendapatan 25,93%. Profitabilitas dan tingkat risiko pola tanam I (padi – jagung) lebih tinggi dibandingkan dengan profitabilitas dan tingkat risiko pola tanam II (padi – kacang hijau).
Identifikasi tingkat kematangan gonad ikan endemik Beseng-Beseng (Marosatherina ladigesi Ahl, 1936) secara makroskopik dan mikroskopik Kariyanti Kariyanti; Sharifuddin Bin Andy Omar; Joeharnani Tresnati
Agrokompleks Vol 19 No 1 (2019): Agrokompleks Edisi Januari
Publisher : PPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v19i1.127

Abstract

Ikan beseng-beseng merupakan salah satu ikan hias endemik di Sulawesi Selatan dan termasuk dalam kelompok ikan pelangi Sulawesi (Celebes rainbowfishes). Ikan beseng-beseng sangat diminati dalam perdagangan ikan hias, terutama jenis jantan yang memiliki warna dan penampilan yang menarik . Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 - Maret 2014. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 12 kali dengan rentang selang waktu 2 minggu untuk setiap pengambilan sampel. Sampel ikan beseng-beseng yang digunakan berasal dari Sungai Pattunuang Asue dan Sungai Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Tingkat kematangan gonad ditentukan secara morfologis dan histologis. Untuk menentukan TKG secara morfologis menggunakan bantuan kamera Canon 550 dengan lensa fix 50 mm manual + extension tube. Contoh gonad yang dibuat menjadi preparat histologis merupakan gonad segar. Gonad dimasukkan ke dalam botol roll yang telah diisi alkohol 70% agar tidak rusak. Pembuatan preparat histologis dilakukan di Balai Besar Veteriner Maros. Penentuan TKG di analisis secara morfologi mengacu pada Andriani (2000) sedangkan TKG secara histologis dilakukan dengan mengamati TKG seluruh sampel ikan di laboratorium secara mikrokopis. TKG I betina secara makroskopik ditandai dengan ukuran gonad yang masih terlalu kecil, terdapat selaput berwarna hitam, belum terlihat jelas butiran-butiran telur secara kasat mata. TKG II termasuk perkembangan awal, permukaan berwarna hitam, gonad masih berwarna putih dan sudah terlihat butiran-butiran telur yang berukuran kecil. Untuk TKG III permukaan berwarna hitam, butiran – butiran telur terlihat lebih besar, berwarna kuning. Sedangkan pada TKG IV merupakan tahap gonad perkembangan akhir, pada ikan betina dengan TKG IV di dalam ovarinya ditemukan beberapa kelompok telur yang masih kecil dan telur yang sudah berkembang (berwarna kuning bening). Pada TKG V sebagian besar telur sudah dalam kondisi sangat berkembang (kuning bening) meskipun masih ditemukan juga telur yang masih kecil.
Kebiasaan makan ikan cakalang di Perairan Laut Flores Sulawesi Selatan Warda Susaniati; Achmar Mallawa; Faisal Amir
Agrokompleks Vol 19 No 1 (2019): Agrokompleks Edisi Januari
Publisher : PPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v19i1.128

Abstract

Ikan bernilai ekonomis penting di Perairan Laut Flores adalah ikan Cakalang. Telah di manfaatkan nelayan Bulukumba dan Selayar dengan menggunakan berbagai alat tangkap dan tingkat teknologi yang bervariasi. Keberadaan ikan Cakalang memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan makanan dengan mengetahui kebiasaan makanannya. Pengamatan kebiasaan makan ikan Cakalang merupakan salah satu cara untuk mengetahui komposisi, jenis dan jumlah proporsi makanan yang dikonsumsi oleh ikan Cakalang berdasarkan musim penangkapan. Mengguanakan metode survey dan metode gravimetric. Pengumpulan data dilakukan dengan selected random sampling. Sampel ikan berasal dari area potensial penangakapan ikan Cakalang. Dibagi kedalam 4 musim penangkapan ikan Cakalang yaitu musim peralihan barat ke timur (Maret – April), musim timur (Mei – Agustus), musim peralihan timur ke barat (September - Oktober), dan musim barat (Nopember – Februari). Pengamatan isi organ pencernaan yang menjadi indikator sebagai kebiasaan makanan dilakukan dengan pembedahan. Data pendukung salah satu parameter oseanografi perairan pada daerah fishing ground ikan Cakalang yakni SPL dan CHL-a. Hasil penelitian menunjukkan memiliki perbedaan jenis makanan dan jumlah proporsi makanan berdasarkan musim penangkapan. Ikan Cakalang digolongkan sebagai hewan karnivora, yang memiliki kebiasaan makanan adalah memakan Teri Stolephorus sp., Udang Peneanus sp., Cumi-cumi Loligo sp., Peperek Leiognathus sp., Layang Decapterus ruselli, Cacing dan Tembang Sardinella, sp.
Pemanfaatan Limbah Tepung Cangkang Telur sebagai Bahan Subsitusi Tepung Ikan pada Bahan Baku Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Nursyahran Nursyahran; Fathuddin Fathuddin
Agrokompleks Vol 19 No 1 (2019): Agrokompleks Edisi Januari
Publisher : PPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v19i1.201

Abstract

Pakan merupakan unsur penting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Pakan adalah salah satu faktor yang sangat menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisme. Jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan setiap harinya berhubungan erat dengan ukuran berat dan umurnya. Persentase jumlah pakan yang dibutuhkan semakin berkurang dengan bertambahnya ukuran dan umur ikan. Rata – rata jumlah pakan harian yang dibutuhkan oleh seekor ikan adalah sekitar 3% - 5% dari berat total badannya (biomassa). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung cangkang telur pada pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila. Faktor lain yang menentukan kebutuhan pakan harian adalah perbedaan lingkungan, terutama suhu air. Perubahan juga berepengaruh terhadap aktifitas hidup, khususnya metabolisme. Peningkatan kebutuhan pakan pada suhu tinggi disebabkan oleh pengeluaran energi untuk aktifitas hidup dan pemeliharaan tubuh yang juga meningkat. Kandungan oksigen terlarut juga mempengaruhi nafsu makan ikan. Kandungan oksigen terlarut berbanding terbalik dengan tinggi rendahnya suhu air. Kandungan oksigen terlarut rendah pada suhu air tinggi. Kandungan okisgen terlarut tinggi pada suhu air rendah. Beberapa alternatif sebagai sumber protein lain yang harganya relatif murah dan kualitasnya tetap baik untuk menggantikan atau mensubstitusi tepung ikan sebagai penyusun pakan dijadikan bahan baku pakan ikan seperti beberapa bahan limbah yang masih memiliki sumber protein yang tinggi sehingga tidak menutup kemungkinan bagi petani ikan untuk memproduksi pakan buatan sendiri yang mememiliki nilai ekonomis dan tingkat kualitas yang baik sehingga dapat menekan biaya produksi dan keuntungan pun dapat di tingkatkan.

Page 1 of 1 | Total Record : 10