cover
Contact Name
I KETUT MUDITE ADNYANE
Contact Email
adnyane@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
acta.vet.indones@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
ACTA VETERINARIA INDONESIANA
ISSN : 23373207     EISSN : 23374373     DOI : -
Core Subject : Health,
Acta Veterinaria Indonesiana (Indonesian Veterinary Journal) mempublikasikan artikel-artikel dalam bentuk: penelitian, ulasan, studi kasus, dan komunikasi singkat yang berkaitan dengan berbagai aspek ilmu dalam bidang kedokteran hewan, biomedis, peternakan dan bioteknologi. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Acta Veterinaria Indonesiana diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Hewan bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia. Terbit dua kali dalam satu tahun pada bulan Januari dan Juli. [ISSN 2337-3202, E-ISSN 2337-4373]
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol. 6 No. 2 (2018): Juli 2018" : 8 Documents clear
Trematodosis pada Sapi Potong di Wilayah Sentra Peternakan Rakyat (SPR) Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro Wirokartiko Satyawardana; Yusuf Ridwan; Fadjar Satrija
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 6 No. 2 (2018): Juli 2018
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.412 KB) | DOI: 10.29244/avi.6.2.1-7

Abstract

Trematodosis pada sapi adalah penyakit penting yang disebabkan oleh trematoda yang mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi pada peternakan sapi potong dan sapi perah. Studi cross sectional dilakukan untuk menentukan prevalensi dan faktor risiko trematodosis pada sapi potong yang dilaksanakan dari bulan Agustus 2014 sampai bulan Maret 2015 di Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro. Sebanyak 533 sampel tinja secara acak diambil dari peternakan sapi potong tradisional. Sampel diperiksa untuk keberadaan telur trematoda dengan metode modifikasi filtrasi dan sedimentasi. Prevalensi trematodosis dihubungkan dengan kategori musim, umur, jenis kelamin, pola pemeliharaan dan padang penggembalaan yang dianalisis statistik dengan uji Chi-square. Hasil menunjukkan bahwa ditemukan telur trematoda pada 12 (2.25%) sampel. Spesies trematoda yang menginfeksi dengan prevalensi tertinggi adalah Paramphistome (1.31%) dan rataan ukuran telur terbesar adalah Fasciola sp. Berdasarkan pada kategori di atas, prevalensi tertinggi ditemukan pada musim hujan, sapi betina dengan umur lebih dari 2 tahun, digembalakan di padang penggembalaan sebelah Timur dengan nilai masing-masing 2.59%; 3.1%; 2.68%; 2.71% dan 5.49%. Perbedaan signifikan (P<0.05) hanya ditemukan pada tingkat prevalensi kategori lokasi padang penggembalaan
Prevalensi Sistiserkosis pada Babi Hutan (Sus scrofa) yang dipotong di Tempat Pemotongan Hewan (TPH) Bengkulu Tengah, Bengkulu Noviriliensi Hartika; Elok Budi Retnani; Sri Murtini
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 6 No. 2 (2018): Juli 2018
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (646.364 KB) | DOI: 10.29244/avi.6.2.24-31

Abstract

Sistiserkosis/taeniasis merupakan penyakit zoonosis terabaikan yang memiliki dampak serius bagi ekonomi dan kesehatan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi sistiserkosis pada babi hutan di Bengkulu Tengah, Bengkulu. Penelitian ini dilakukan di tempat pemotongan hewan Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu Indonesia antara Februari-Mei 2016. Delapan puluh dua ekor babi hutan di koleksi serum dari vena jugularis dan post-mortem karkasnya. Pemeriksaan post-mortem meliputi otot lidah, trisep, bisep, masseter, diafragma, intercostae, jantung, dan pemeriksaan hati untuk menentukan adanya sistiserkus. Serum di pisahkan dari darah masing-masing sampel dan di uji sirkulasi antigen dari sistiserkus menggunakan monoklonal antibodi-sandwich enzyme-linked immunosorbent assay (MOAB-ELISA). Hasil pemeriksaan post-mortem tidak di temukan adanya sistiserkus. Hasil uji ELISA didapatkan 8 sampel (9,8%) terdeteksi adanya antigen sistiserkus. Babi hutan dengan hasil seropositif sistiserkus ditemukan berasal dari kecamatan dengan prevalensi tertinggi kecamatan Pagar Jati (39,0%) diikuti oleh kecamatan Bang Haji (30,5%) dan prevalensi terendah ditemukan di kecamatan Pematang Tiga (30,5%). Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat infeksi sistiserkus pada babi hutan dari Bengkulu Tengah, Bengkulu.
Profil Tekanan Darah Normal Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar dan Sprague-Dawley Setyo Widi Nugroho; Kanti Rahmi Fauziyah; Dondin Sajuthi; Huda Salahudin Darusman
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 6 No. 2 (2018): Juli 2018
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.807 KB) | DOI: 10.29244/avi.6.2.32-37

Abstract

Tikus putih (Rattus norvegicus) merupakan hewan coba yang digunakan untuk penelitian biomedik. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan nilai tekanan darah normal tikus putih dengan galur (Wistar dan Sprague-Dawley) dan jenis kelamin yang berbeda melalui pengukuran tekanan darah non-invasive. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan instrumen CODA® pada 20 ekor tikus putih. Profil tekanan darah yang diukur meliputi tekanan darah sistolik, diastolik, tekanan arteri rata-rata, denyut jantung, dan aliran darah pada ekor. Nilai tekanan darah sistolik, diastolik, dan tekanan arteri rata-rata pada galur Sprague-Dawley lebih tinggi secara signifikan (P<0.05) dibandingkan Wistar. Tikus putih galur Sprague-Dawley jantan memiliki profil tekanan darah diastolik dan tekanan arteri rata-rata yang lebih tinggi secara signifikan (P<0.05) dibandingkan betina. Galur Wistar jantan menunjukkan profil tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan betina namun tidak berbeda secara signifikan (P>0.05). Sprague-Dawley jantan menunjukkan hasil tekanan darah diastolik dan tekanan arteri rata-rata yang lebih tinggi secara signifikan (P<0.05) dibandingkan Wistar jantan. Studi ini menekankan pentingnya memilih ras dan jenis kelamin hewan coba tikus dalam studi kardiovaskuler.
Ekstrak Metanol Cengkeh (Syzygium Aromaticum (L.) Merry & Perry) Varietas Tuni Buru Selatan sebagai Antimalaria Dharmawaty M Taher; Dedi Duryadi Solihin; Umi Cahyaningsih; Purwantiningsih Sugita
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 6 No. 2 (2018): Juli 2018
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (39.254 KB) | DOI: 10.29244/avi.6.2.38-47

Abstract

Malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia dan Indonesia. Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merry & Perry) adalah tanaman asli Indonesia yang berpotensi sebagai fitofarmaka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis aktivitas antimalaria in vitro, uji toksisitas, dan uji penghambatan secara in vivo ekstrak metanol cengkeh varietas Tuni Buru Selatan. Konsentrasi uji in vitro bunga, tangkai bunga, dan daun cengkeh masing-masing adalah 0,01, 0,1, 1, 10, dan 100 μg/mL duplo. Dosis uji toksisitas bunga cengkeh dan tangkai bunga cengkeh masing-masing 625, 1250, 2500, 5000, dan 10000 mg/kg BB dan lima ulangan. Uji in vivo dengan menggunakan tiga dosis perlakuan bunga cengkeh dan tangkai bunga cengkeh masing-masing 25, 50, dan 100 mg/kg BB dan 5 ulangan. Hasil uji in vitro menunjukkan 50% Inhibition Concentration (IC50) bunga cengkeh 1,25 μg/mL; tangkai bunga cengkeh 7,89 μg/mL dan daun cengkeh 11,42 μg/mL; 50% Lethal doses (LD50) bunga cengkeh 19743,327 dan tangkai bunga cengkeh 47304,436 mg/kg BB; Persentase penghambatan rata-rata uji in vivo bunga cengkeh 94,19; 95,81; 78,28% dan tangkai bunga cengkeh 90,48; 80,43; 74,14%. Ekstrak metanol cengkeh varietas Tuni Buru Selatan berpotensi sebagai antimalaria dan tidak toksik.
Deteksi Parasit Darah pada Sapi Perah Berdasarkan Analisis Pcr Duplex Rizal Arifin Akbari; Risa Tiuria; April Hari Wardhana; Dyah Haryuningtyas Savitri
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 6 No. 2 (2018): Juli 2018
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (639.708 KB) | DOI: 10.29244/avi.6.2.48-55

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi parasit darah pada sapi (Babesia spp., Theileria spp., dan Trypanosoma spp.) secara molekular berdasarkan analisis duplex PCR. Seratus sampel darah sapi perah Friesian Holstein diambil secara acak untuk deteksi parasit darah dengan pemeriksaan ulas darah. Sebanyak tiga puluh dari seratus sampel diseleksi untuk analisis PCR single berdasarkan jenis parasit dan tingkat parasitemia yang terdiri dari 5 sampel positif Babesia spp, 15 sampel positif Theileria spp., dan 10 sampel negatif parasit darah untuk dilanjutkan pada tahap PCR single. Optimasi PCR single dilakukan menggunakan tiga primer spesifik untuk B. bovis (Bover2A), T. annulata (Cytob 1) dan T. evansi (ITS 1). Hasil optimasi PCR single menunjukan bahwa suhu anneling 56 °C merupakan suhu optimal untuk deteksi Babesia bovis dan T. evansi sedangkan T. annulata tidak menunjukan hasil positif pada kondisi tersebut. Hasil analisis PCR single menunjukan 28 sampel positif B. bovis, 1 sampel positif T. evansi, 1 sampel negatif semua parasit darah dan 0 sampel positif T. annulata sehingga hanya B. bovis dan T. evansi yang dilanjutkan ke tahap analisis duplex PCR duplex. Teknik duplex PCR berhasil dioptimasi dengan dilakukannya modifikasi penambahan MgCl2 (25 μM) sebanyak 0.5 L/tube sehingga dapat diaplikasikan untuk mendeteksi parasit darah B. bovis dan T. evansi pada sampel di lapang
Pengamatan Profil Darah Domba Terinfestasi Larva Chrysomya Bezziana dan Diberi Terapi Krim Herbal Sus Derthi Widhyari; Aulia Andi Mustika; Ietje Wientarsih; Lina Noviyanti Sutardi; Arief Purwo Mihardi; Esti Dhamayanti
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 6 No. 2 (2018): Juli 2018
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (733.616 KB) | DOI: 10.29244/avi.6.2.8-15

Abstract

Larva Chrysomya bezzianamerupakan penyebab kejadian miasispada hewan ternak, dan merupakan masalah cukup serius karena dapat merugikan secara ekonomi.Pengobatan secara kimiawi dapat beresiko terhadap residu yang ditimbulkan, oleh karena itu perlu dicari obat alternatif berupa obat herbal yang aman bagi tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kesehatan melalui pemeriksaan gambaran darah pada domba garut yang diinfestasi larva Chrysomya bezziana dan diberi terapi krim herbal sirih merah. Semua kelompok perlakuan dilakukan infestasi larva kecuali kelompok kontrol (K0). Pembuatan luka insisi dan diinfestasi 50 larva pada setiap lubang. Penelitian ini terdiri dari 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol (K0), kelompok dengan terapi krim sirih merah 2% (P1), kelompok dengan terapi krim sirih merah 4% (P2), kelompok dengan terapi krim asuntol (KP), dankelompok tanpa terapi (KN).Pengambilan darah dilakukan pada awal pengamatan (pre terapi) dan akhir pengamatanyaitu hari ke-7 setelah terapi diberikan (post terapi). Parameter yang diamati berupa jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit.Infestasi larva Chrysomya bezzianadan pemberian krim herbal sirih merah tidak berpengaruh terhadap jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin.Hasil penelitian menunjukkan pemberian krim sirih merah 4% memberikan profil darah yang paling baik. Krim sirih merah memiliki kemampuan dalam penyembuhan luka
Kompetensi Maturasi Oosit in vitro dan Kajian Histologi Folikel dari Ovarium Domba Pascapenyimpanan pada Suhu 4°C Masturi Muhajir; Ni Wayan Kurniani Karja; Mohamad Agus Setiadi; I Ketut Mudite Adnyane
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 6 No. 2 (2018): Juli 2018
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (678.149 KB) | DOI: 10.29244/avi.6.2.16-23

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kompetensi maturasi oosit secara in vitro dan gambaran histologi ovarium pascapenyimpanan ovarium pada suhu 4°C selama empat hari. Ovarium dari rumah potong hewan dibagi menjadi 4 kelompok dan disimpan pada suhu 4°C selama 0 jam (kelompok H-0/kontrol), 24 jam (Kelompok H-1), 48 jam (Kelompok H-2), 72 jam (Kelompok H-3) dan 96 jam (Kelompok H4). Pada setiap akhir periode penyimpanan, oosit dikoleksi dan diseleksi berdasarkan keadaaan kekompakan sel-sel kumulus, kehomogenan dari sitoplasma (Grade A sampai C). Oosit dengan grade A dan B dimaturasi secara in vitro selama 24 jam. Gambaran folikel dalam ovarium pascapenyimpanan dikaji dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Terjadi penurunan yang signifikan (P<0.05) pada jumlah oosit dengan grade A setelah hari kedua penyimpanan. Kemampuan oosit untuk mencapai MII menurun setelah penyimpanan hari kedua (P<0.05). Seiring dengan penurunan jumlah oosit yang mencapai MII, terjadi peningkatan jumlah oosit yang mengalami degenerasi pada hari ketiga dan keempat pascapenyimpanan ovarium (P<0.05). Dari gambaran histologi, ditemukan adanya folikel yang mengalami piknotik setelah penyimpanan 24 jam. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas oosit persentase oosit mencapai MII menurun setelah penyimpanan 24 jam. Terjadi perubahan struktur sel dan degenerasi dari oosit pada gambaran histologi folikel dalam ovarium.
Peripheral Blood Mesenchymal Stem Cells Isolated from Indonesia Long Tailed Monkey (Macaca fascicularis) Agus Harsoyo; Dondin Sajuthi; Arief Boediono; Yoga Yuniadi; Irma H Suparto
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 6 No. 2 (2018): Juli 2018
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (880.537 KB) | DOI: 10.29244/avi.6.2.56-69

Abstract

An experiment to compare age of Macaca fascicularis (Mf) as pheripheral blood (PB) mesenchymal stem cell (MSC) isolate sources and the impact of its concentration on the pheriperal blood mononucleous cells (PBMC) development has been conducted. Twelve male Mf were used in this experiment. Three different age groups (infant (A1), juvenil (A2) and adult (A3)) of the Mfs were compared as treatments. Isolate of pheriperal blood MSC were created by taking 1 ml, 5 ml or 10 ml the Mfs pheriperal blood, processed them into PBMC, counted, isolated, cultured, subcultured, pelleted, extracted for their messenger Ribonucleic Acid (mRNA). Reverse transcriptase - polymerase chain reaction (RT-PCR) were conducted to obtain complentary Deoxyribonucleic Acid (cDNA). PCR amplification were performed to look cluster differentiation (CD) of the MSC gene expression. Incomplete block design was used and the data were analysed using descriptive statistic and T-Test. The results showed that PBMC counted from infant, juvenil and adult were 6.78 – 7.28, 6.18 – 7.30, and 6.01 – 7.34 log cell, respectively. The subculture and pelleting cells were only obtained from A3 with positive 73, 90, 105 and negative 34, 45 CD markers. It is concluded that pheriperal blood of adult Mf can be utilized as MSC source.

Page 1 of 1 | Total Record : 8