cover
Contact Name
Hafid Nur Muhammad
Contact Email
hafidnurmuhammad@stiq-almultazam.ac.id
Phone
+6281348379920
Journal Mail Official
almuhafidzjurnal@gmail.com
Editorial Address
Jl. Raya Jalaksana Desa Manis Kidul, Kec. Jalaksana, Kab. Kuningan Prov. Jawa Barat
Location
Kab. kuningan,
Jawa barat
INDONESIA
Al Muhafidz
ISSN : -     EISSN : 28076346     DOI : https://doi.org/10.57163/
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir merupakan jurnal ilmiah yang fokus pada kajian klasik, modern, dan kontemporer yang berkaitan dengan Al Quran dan TafsirAl Muhafidz: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir merupakan jurnal ilmiah yang fokus pada kajian klasik, modern, dan kontemporer yang berkaitan dengan Al Quran dan Tafsir.
Articles 52 Documents
MUTU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN DAN TAFSIR rahmita maulina mayang; Ibnu Rawandhy N. Hula; Mariaty Podungge; Wahyu Mokodongan
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 1 (2023): Available online since 24 Februari 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57163/almuhafidz.v3i1.57

Abstract

The goal of this study is to find out how the Koran and its interpretation describe the quality of Islamic education. The literature review incorporates the conducted search. This qualitative research is part of the kind of library research that uses analytical and descriptive methods. The qualitative descriptive method was analyzed in this study using a variety of approaches. The first step in this study is to examine everything in the Koran that ensures Islamic education quality. Second, examine all of the Hadith, Koran, and other verses that are comparable to education. Thirdly, investigate the verses of the Koran, the Hadith that describes the Prophet Muhammad SAW's daily activities, and the components of the quality of education. The fourth step is concentrating on science, which can be as an essential hypothesis or idea with respect to the nature of Islamic instruction from the stanzas of the Qur'an and hadith, or regular occasions. Fifth, make inferences based on the analysis's findings. The qualitative textual data used in this study combines primary, secondary, and complementary data. the kind of education that is well-liked by the community as well as schools, as well as the kind of education that can assist students in developing relative reasoning. Schools and quality are working to foster an environment where learning the Koran and its translation can be used as an educational experience, particularly in granting the best wishes.
PENDIDIKAN JASMANI DALAM AL-QUR’AN Ibnurawandhy N. Hula; Anatasya Buahari; Merlita Gaib; Mariaty Podungge
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 1 (2023): Available online since 24 Februari 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57163/almuhafidz.v3i1.58

Abstract

Artikel ini dimaksudkan untuk dijelaskan secara ilmiah. Metode kualitatif Al-Qur'an, datadisebarluaskan menurut kategori, menyediakan informasi, adalah contohnya. Jenis penelitianini yakni penelitian kepustakaan (library research), artinya semua data merupakan informasikepustakaan yang didukung oleh dan berkaitan dengan buku dan karya lain yang relevan.Dalam konteks Al-Qur'an, istilah "pendidikan jasmani" mengacu pada pendidikan Yahudidan Islam yang keduanya saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Surat al-Baqarahayat 247 dengan jelas menyatakan bahwa kesehatan dan kekuatan fisik merupakan prasyarat untuk menjadi seorang pemimpin. Namun kesehatan fisik saja tidak cukup, harus dibarengi dengan pengetahuan dan keterampilan yang luas. Pesan pendidikan olahraga dalam surat alBaqarah ayat 247 meliputi: 1) pesan pendidikan kesehatan, 2) pesan pendidikan olahraga dan 3) pesan pendidikan kebersihan.
MUJAHADAH HIZIB FATIHAH: STUDI PEMBACAAN SURAT AL-FATIHAH 1000 KALI PADA MALAM KAMIS DI DESA PAMPUNG : (Kajian Living Qur'an) Farida Nur Afifah; Subi Nur Isnaini
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 1 (2023): Available online since 24 Februari 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57163/almuhafidz.v3i1.61

Abstract

Penulisan ini dilatarbelakangi adanya mujahadah pembacaan surat al-F?tihah sebanyak 1000 kali di desa Pampung yang bukan di lingkungan pesantren, yang kemudian disebut dengan Muj?hadah Hizib F?tihah. Hizib F?tihah merupakan hizib yang langka karena di wilayah Magelang khususnya, hanya segelintir orang yang mendapatkan ijazah langsung dari Mujiz. Hizib tersebut memiliki banyak perbedaan dari hizib F?tihah yang tersebar di media sosial. Adapun permasalahan yang diangkat adalah bagaimana praktik dan makna rutinan Muj?hadah Hizib F?tihah bagi masyarakat di desa Pampung? Kajian ini termasuk kajian living Qur’an yang bersifat lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan memakai metode deskriptif-analitik. Sumber data yang digunakan terdiri dari sumber primer yang didapat dari wawancara, dan sumber data sekunder dari berbagai sumber yang bersangkutan. Data tersebut dianalisis menggunakan teori sosiologi pengetahuan Karl Menheim. Artikel ini menyimpulkan bahwa Muj?hadah Hizib F?tihah memiliki fungsi dari dua sisi. Pertama fungsi sosial yang mana hubungan masyarakat semakin terjalin dengan baik, interaksi sosial semakin kental. Kedua, fungsi spiritual yang mana mujahadah tersebut menjadi sarana ikhtiar masyarakat memenuhi kebutuhan batin dan mendekatkan diri kepada Allah.  
ANALISIS KARAKTER MUSHLIH DALAM AL-QUR’AN Anas Mujahiddin; Muti’ah Mardhiyyah
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 1 (2023): Available online since 24 Februari 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57163/almuhafidz.v3i1.64

Abstract

Di beberapa surah dalam al-Qur’an, Allah menyebutkan tentang beberapa karakter Mushlih agar dapat mengambil pelajaran dan dapat meneladani karakter terpuji tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penafsiran mufassir tentang karakter Mushlih dalam al-Qur’an dan memahami relevansi tentang karakter Mushlih pada zaman Rasulullah dengan zaman sekarang. Jenis penelitian ini merupakan studi kepustakaan dengan metode tematik. Metode tematik yang dimaksud yaitu penafsiran Al-Qur’an dengan menentukan tema tertentu kemudian mengumpulkan ayat yang berkaitan dengan tema, kemudian dibahas dan dianalisis. Data diperoleh melalui sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer pada penelitian ini yaitu Kitab Tafsir Fii Zhilalil Qur’an karya Sayyid Quthb, Kitab Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka, dan Kitab Tafsir Al-Munir karya Wahbah al-Zuhaili. Data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga karakter Mushlih yang disebutkan secara garis besar dalam beberapa ayat yang telah dipilih. Ketiga karakter tersebut yaitu: pertama, mengadakan perbaikan (Al-Baqarah ayat 220); kedua, berpegang teguh pada al-Quran dan mendirikan shalat (Al-A’raf ayat 170); dan ketiga, mengadakan perdamaian antar manusia (Al-Qasas ayat 19).
MAKNA AL-QAMISH PADA KISAH NABI YUSUF DALAM AL-QURAN : (Kajian Tematik: Surat Yusuf) Ridho Adi Anggara; Salwa Haliza Asshiddiqii; Muh. Makhrus Ali Ridho; Hafid Nur Muhammad
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 1 (2023): Available online since 24 Februari 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57163/almuhafidz.v3i1.66

Abstract

Usaha dan upaya dari Orientalis adalah menjauhkan Al-Qur’an dari Muslim, dengan menyebarkan isu-isu keraguan kebenaran Al-Qur’an. Mereka beranggapan bahwa Al-Qur’an merupakan hasil karya dari Nabi Muhammad bukan perkataan Allah SWT, didalamnya menceritakan banya kisah-kisah yang menyesatkan. Pemahaman tersebut bertolak belakang dengan beberapa kisah dalam Al-Qur’an jika dipelajari, dipahami secara benar. Dan kisah-kisah dalam Al-Qur’an bisa diambil hikmah dan pelajarannya. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji perbedaan makna qamish dalam surat Yusuf. Untuk itu medode deskriptif dan analitis akan digunakan untuk mendeskriptifkan makna qamish dari pengertiannya. Selanjutnya dengan menganalisa perbedaan dari masing-masing makna qamish pertama, kedua dan ketiga. Hasilnya bahwa qamish pertama adalah baju kebohongan, baju yang dibawa oleh saudara Yusuf yang dilumuri darah, bukanlah dari darah serigala, qamish kedua merupakan baju kesaksian, ketika Nabi Yusuf difitnah melakukan kemaksiatan, maka baju tersebut menjadi saksi karena robek dari bagian belakang yang menunjukan akan besarnya fitnah perempuan, dan qamish ketiga adalah baju kebahagiaan, baju tersebut dapat menyembuhkan mata Nabi Ya’qub dari kebutaan yang menjadikan baju ini sebagai buah akan kesabaran Ya’qub setelah musibah menimpanya.
QAIDAH USUL FI QIRA'AT IMAM NAFI’ : (Studi Atas Perbedaan Bacaan Qiraat Warsy Dan Qalun) Ali Abdur Rohman
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 2 (2023): Available online since 30 Agustus 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57163/almuhafidz.v3i2.68

Abstract

Salah  satu  pembahasan  penting  dalam  kajian  al-Qur’an  adalah  tentang  qir?at al-Qur’an yang didalamnya membahas mazhab cara baca al-Qur’an dan yang melingkupinya.   Ragam   qir?at al-Qur’an   muncul   sejak   zaman   Nabi   sebagai kemurahan dari Allah SWT agar masyarakat pada waktu itu lebih mudah dalam membaca dan menghafal al-Qur’an.   Ragam qir?at al-Qur’an yang telah dianggap mutawatir  secara  ijma’  ulama  terdapat  tujuh  Im?m  qir?at yang  dikenal  dengan qir?at sab’ah.  Qir?at tersebut memiliki  ciri  khas  dan  cara  baca  masing-masing sehingga umat Islam hanya diwajibkan untuk memilih salah satu untuk pelaksanaan  ibadahnya.  Salah  satu  ragam  qir?at yang  terkenal  di  dunia  Islam adalah qir?at Im?m N?fi’ yang diriwayatkan oleh dua muridnya yang terkenal yaitu  Q?l?n dan  Warsy.  Meskipun  sama-sama  meriwayatkan  qir?at dari  Im?m N?fi, ada ketentuan baca yang berbeda di antara keduanya. Melalui kajian literatur, artikel ini berusaha mendiskripsikan kaidah baca dari masing-masing r?wi qir?at Im?m N?fi’ yaitu Q?l?n dan Warsy tersebut. Dari penelitian ini penulis menemukan  beberapa  titik  perbedaan  cara  baca  antara  Q?l?n dan  Warsy,  yaitu pada bab madd, cara baca lafadz ???  yang bertemu dengan hamzah qa?a’, ?ilah, mim, jama’, bacaan l?m, dan im?lah-taql?l.
PENDEKATAN TEKSTUAL; KONTEKSTUAL DAN HERMENUETIKA DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN mkhai hanif yuli edi z hanif
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 2 (2023): Available online since 30 Agustus 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57163/almuhafidz.v3i2.69

Abstract

Diperlukan berbagai pendekatan untuk merefleksikan nilai-nilai universal Al-Qur’an dalam kehidupan masyarakat yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penggunaan pendekatan tekstual, kontekstual, dan hermeneutika dalam pemahaman Al-Qur’an, sebagai upaya untuk memahami teks dengan konteks yang sesuai dengan kehidupan masyarakat. Pendekatan tekstual lebih berfokus pada analisis gramatikal dan pemahaman harfiah, sedangkan pendekatan kontekstual melibatkan pemahaman ekstra-teks dan keterkaitan dengan situasi dan kondisi saat teks Al-Qur’an diturunkan. Pendekatan hermeneutika berfokus pada pemahaman teks dan interpretasi maknanya, dengan mengakui pentingnya konteks sosial, politik, budaya, dan sejarah dalam pemahaman fenomena budaya. Hermeneutika kontekstual menekankan hubungan antara teks dan dunia di sekitarnya.
ANALISIS SEMIOLOGI ROLAND BARTHES PADA TERM ZAHRAH DALAM AL-QUR'AN Haiva Satriana Zahrah
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 2 (2023): Available online since 30 Agustus 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57163/almuhafidz.v3i2.76

Abstract

This article contains an explanation regarding the meaning of the za?rah through interpretation from classical to contemporary times. Recently, a quite ambiguous understanding has appeared regarding women who are identified with flowers because they have a beautiful face, with a match in the pronunciation in the Al-Qur'an that mentions this. By using Roland Barthes' semiological theory in reading myths, one identifies a sign that is interpreted to give birth to various meanings. Therefore, the purpose of this study is to analyze the pronunciation of za?rah in the Qur'an by looking at its diachronic meaning through various interpretations of mufassir from classical to contemporary times based on Barthes' semilogy theory. This research is a literature study (library research) with a qualitative research type. The result of this research is that Barthes develops de Saussure's theory at the level/system II stage (second order signifying system), which is called connotation, with the ERC (expression, relation, content) pattern. Diachronically, the muafassir (Al-Thabarî, Al-Farrâ, Al-Zamakhsyarî, Al-Qurthubî, Al-Zuhaylî, and Qurasih Shihab) interpret za?rah with almost the same understanding in terms of the interpretations of the term za?rah over time, agreeing to understand the meaning of za?rah as jewelry plus other meanings. Meanwhile, Ibn Katsîr understands this meaning textually as a flower. Understanding the Qur'an both textually and contextually has something in common, namely za?rah as beauty
PERSPEKTIF ISLAM TENTANG MODERASI BERAGAMA: ANALISIS TAFSIR MAUDHU’I Maulida Fatihatusshofwa; Muhammad Haekal Fatahillah Akbar; Muhammad Hamzah Nashrullah; Asep Abdul Muhyi
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 2 (2023): Available online since 30 Agustus 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57163/almuhafidz.v3i2.78

Abstract

Diskursus kebebasan dan kemajemukan beragama di Indonesia telah lama disorot oleh para elemen negara dan para cendekiawan Tanah Air. Pada akhirnya jalan keluar satu-satunya yang ditemukan hingga saat ini adalah dengan menerapkan konsep moderasi dalam beragama. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan akan esensi moderasi beragama ditinjau dari sudut pandang Islam, dan menjadi bahan referensi juga kajian yang patut dibaca kemudian ditelaah tentang masalah klasik yang menjadi sorotan tentang umat dan pegangannya. Penelitian ini menggunakan metode maudu’i (tematik) yang sepenuhnya merupakan penelitian kualitatif. Sumber referensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen cetak dan digital, baik berupa kitab, buku, jurnal, essay, dan referensi lain yang relavan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam sudut pandang Islam, moderasi dalam beragama berarti mendahulukan sikap toleran dalam perbedaan, keterbukaan dalam menerima keberagaman (inklusivisme), baik beragam dalam aliran atau madzhab ataupun beragam dalam beragama. Di Indonesia, eksistensi pemikiran moderat dalam beragama telah ada sejak lama. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengidentifikasi beberapa hal, yaitu, pertama, kesejahteraan masuknya Islam ke bumi Nusantara; kedua, selama sepanjang sejarah para ulama terkenal telah memberikan respon pada dinamika laju pemikiran yang terus berkembang hingga saat ini; ketiga, para tokoh Islam kian menghadapi konstruk sosial yang semakin dinamis yang mengharuskan mereka agar lebih berupaya membangun masyarakat dengan merespon berbagai modernitas yang selalu berkembang.
MAKANAN PEMBERIAN AHLI KITAB: (Analisis Teori Limit Muhammad Syahrur Terhadap QS. Al-Maidah Ayat 5) Luluk Khusnul Wahidah; Nina Nurrohmah; Wahdah Farhati
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 2 (2023): Available online since 30 Agustus 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57163/almuhafidz.v3i2.80

Abstract

Kehidupan sosial manusia terjadi karena faktor alamiah, saling memenuhi kebutuhan, dan saling ketergantungan. Salah satu contoh kegiatan saling memenuhi kebutuhan adalah terkait dengan kegiatan saling memb  eri baik sesama umat muslim ataupun non muslim. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah menerangkan halalnya makanan pemeberian dari ahli kitab, tetapi tidak disebutkan secara rinci terkait dengan makanan apa saja yang dihalalkan, dan siapakah yang disebut dengan ahli kitab itu sendiri. Maka, pada penelitian ini Penulis akan menggali makna makanan apa saja yang dihalalkan, dan siapakah kategori ahli kitab yang dimaksut dalam ayat tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode kepustakaan atau library research, yaitu dengan cara mendeskripsikan dan menelaah teori limit yang digunakan Syahrur dalam menafsirkan Al-Qur’an, kemudian menganalisis permasalah yang diangkat dengan metode yang digunakannya. Teori limit hadir dengan sebuah pendekatan ijtihad yang di rasa stagnan dan kurang selaras dengan perkembangan zaman. Pada penelitian ini juga mengemukakan pendapat ‘ulama salaf ataupun kontemporer, sebagai sebuah rujukan sekaligus perbandingan terhadap tawaran baru yang digunakan Syahrur dalam menyelesaikan permasalahan yang diangkat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa halal mengonsumsi makanan pemberian ahli kitab, tentunya dengan beberapa syarat terntentu. Adapun yang disebut dengan ahli kitab pada zaman sekarang adalah orang di luar Islam yang tetap meyakini Allah sebagai satu-satunya Tuhan, dan tetap berpegang teguh pada kitab yang telah Allah turunkan. Namun dalam proses penentuan hukum ini, Muhammad Syahrur banyak mengesampingkan pendapat-pendapat ‘ulama salaf, sahabat dan bahkan sunnah Nabi sekalipun. Anggapan yang diungkapkannya bahwa sunnah Nabi merupakan sebuah ijtihad yang bersifat lokal-temporal, menjadikan penafsiran ini tidak merujuk kepada satupun hadits sebagai metode penafsiran. Bahkan, perkataan Nabi hanya dijadikan sebagai sebuah perbandingan yang layak untuk dikomentari.